ᴇʟᴇᴜᴛʜᴇʀᴏᴍᴀɴɪᴀ [M] ✓

By proudofjjkabs

56.8K 5.9K 1K

[EBOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Son Jiyeon berada di antara dua perasaan yang saling mengekangnya. Antara bers... More

bagian satu
bagian dua
bagian tiga
bagian empat
bagian lima
bagian enam
bagian tujuh
bagian delapan
bagian sembilan
bagian sepuluh
bagian sebelas
bagian tiga belas
bagian empat belas
bagian lima belas
Eleutheromania e-book ver is coming!
SPOILER ALERT!

bagian dua belas

872 136 57
By proudofjjkabs

"Bisakah kita bertemu?"

Taehyung senang bukan kepalang. Wajahnya termangu untuk sesaat usai mendengar nada lembut Jiyeon di seberang. Menari-nari di pendengaran, dan membuat buncahan kesenangan itu melejit, meletup-letup dalam dadanya hingga ia nyaris terpekik jika tidak mengulum bibir.

"Taehyung?" panggil Jiyeon sekali lagi.

Pemuda Choi itu menenangkan diri dengan menarik napas kelewat dalam. Matanya terpejam, meresapi setiap oksigen yang masuk memenuhi paru-paru.

Lantas, kemudian ia mengangguk dan menyahut, "Tentu. Kita bisa bertemu kapan saja." Ada aksen senang yang terselip disana, dan Taehyung berharap Jiyeon tidak menangkapnya.

Helaan napas kecil yang berhembus memasuki indera pendengaran, dan Jiyeon membalas, "Aku akan kirimkan alamatnya nanti lewat pesan. Aku berharap kau bisa datang malam nanti."

"Malam nanti? Maksudmu, malam ini?" tanya Taehyung memastikan. Ia tidak bisa duduk tenang.

"Benar. Aku harap kau bisa—"

"Tentu saja, Sayang. Aku yakin kau pasti meminta pertanggungjawaban, 'kan?" terka Taehyung asal. Bibirnya menggurat senyum kotak seperti biasa. "Biar kutebak, kau hamil? Itu berita yang sangat menggembirakan karena aku sudah muak dengan perjodohan yang Ayah ku buat. Dia masih menerapkan sistem yang agak kolot soalnya."

Sementara itu, Jiyeon memucat usai mendengar frasa Taehyung yang diungkapkannya secara gamblang. Benar-benar serampangan sekali—dan teramat bersikukuh mengasakan Jiyeon hamil—seperti kepribadiannya kali mereka pertama bertemu.

Jiyeon memejamkan mata, menggerutu dalam hati. Sebab, ia tidak sendirian melainkan bersama Jungkook yang setia menemani dan menuntunnya menciptakan skenario yang sedang terjadi saat ini. Seperti komando, dan Jiyeon adalah prajurit yang siap mematuhi titahan mutlak penuh ultimatum sang kekasih.

Dengan tangan terkepal, manik yang melirik takut-takut ke arah Jungkook dan rahangnya yang mengeras, Jiyeon berujar, "Sudah kubilang, aku tidak mungkin hamil. Apalagi itu anak darimu," desisnya pelan.

Lalu tangannya bergerak lambat menggenggam tangan kanan kekasihnya yang dipenuhi tatto. Jiyeon memberi usapan lembut disana agar Jungkook tetap dalam perannya dan tidak membuat rusak rencana yang pria itu ciptakan.

"Aku pasti akan mematahkan giginya nanti saat bertemu," pria Shin itu bergumam penuh kilatan amarah. Membelenggu Jiyeon dengan iris jelaganya. "Dan kau akan mengandung anakku. Aku pastikan itu."

Jiyeon sebenarnya tidak pernah mengalami situasi yang kelewat mencekam ini. Itu sebabnya ia tidak terbiasa. Hawa dingin menusuk epidermisnya lantaran Jungkook nyaris tidak berkedip sama sekali kala menatapnya. Ini bisa saja membunuhnya perlahan-lahan.

Pun Jiyeon cukup tau diri untuk tidak banyak menuangkan komentar sebab ia adalah dalang dari segalanya.

Perempuan itu lantas kembali fokus pada percakapannya dengan pemuda Choi lewat ponsel yang masih bertahan di depan telinga.

"Taehyung, lebih baik kita tutup saja, ya. Kau sudah pasti datang, 'kan?"

"Tentu saja. Pasti, Sayang. Aku akan datang lebih cepat sepuluh menit darimu nanti."

Jiyeon memberikan garis senyum yang rumit sebagai sahutan, ia kemudian mengangguk. "Baiklah," mendengus pelan, ia menyeru lagi, "Sampai ketemu nanti."

Lekas Jiyeon menutup panggilan dengan ekspresi kaku miliknya. Ada senyap sekitar lima detik sebelum akhirnya ia mengarahkan pandangannya untuk menjumpai Jungkook.

"Apa dia membuangnya di dalam?"

"Shin—"

"Jawab saja pertanyaan ku!" desak Jungkook tak sabaran.

Jiyeon sebenarnya hampir tidak bisa mengungkapkan kalimat sebagai pembalasan ataupun pembelaan saat ini. Barangkali ia mencari-cari celah untuk menghindari, tapi ia hanya kembali dalam debuman fakta yang menggerogoti bahwa itu tidak akan mungkin terjadi.

Maka, perempuan itu menarik napas rakus. Kemudian mengangguk pelan dengan wajah yang semakin tertunduk dalam.

Sekon kemudian, Jungkook menarik tangannya sedikit kasar. Pemuda Shin itu membawa Jiyeon terduduk di pelukannya.

Jungkook menarik kaosnya naik hingga matanya bisa melihat tubuh itu terbuka sekali lagi. Lalu secepat mungkin Jungkook menggerakkan pinggul mereka yang masih dalam balutan pakaian yang mereka kenakan. Pun Jiyeon spontan mendesah, dan kepalanya dipaksa mendekat demi menerima cumbuan Jungkook pada bibirnya.

Terasa lembut, hangat, dan mendebarkan. Sedikit aneh dari tiga malam yang sudah terlewati tepat saat mereka menyatu dan melebur menjadi satu. Desah napas mereka saling memburu lantaran Jungkook bergerak kelaparan. Agak serampangan, dan Jiyeon yang susah untuk menyamakan.

Jantung perempuan itu beriuh semakin keras. Ia mulai merasakan sesuatu terjadi pada kewanitaannya—terangsang?

Jemari Jiyeon mencengkram surai kelam Jungkook yang terasa lembab dan halus. Bibir pemuda Shin itu kini menari-nari di leher jenjangnya. Meninggalkan jejak kepemilikan disana lebih banyak lagi. Pun Jiyeon hanya menerima pasrah setiap tamparan kenikmatan yang Jungkook persembahkan.

Jungkook terpejam, meresapi tangannya yang mahir menelusuri lengan Jiyeon yang dingin. Ia tidak akan membiarkan miliknya disentuhi siapapun. Maka, Jungkook tidak akan menyisakan celah sedikitpun pada setiap jengkal kulit Jiyeon untuk ia cicipi sekali lagi. Atau bahkan berkali-kali.

Lantas Jungkook kembali menenggelamkan lidah dalam rongga mulut kekasihnya yang susah payah mengimbangi. Bibir yang terasa kenyal, basah, lembut, dan lentur itu berhasil membawanya pada puncak tertinggi nirwana tiada tara. Seperti biasa, sangat manis yang digemarinya.

Sambutan mata Jiyeon begitu lelah saat ia membukanya. Manik mereka saling bertatapan untuk sesaat, sebelum Jungkook kembali menerjang bebas. Membuka atasan terakhir milik Jiyeon dan mulai menjilati titik sensitifnya. Membawa tubuh perempuan itu terkungkung dibawahnya.

Pendengaran pemuda itu hanya diisi oleh nada sensual Jiyeon saat ia mendesah. Memenuhi seluruh ruangan apartemen pribadi miliknya. Menggetarkan syaraf kala ia memasuki gendang telinga.

Sementara itu, Jiyeon menggeleng diliputi perasaan frustasi yang berkepanjangan sebab Jungkook sudah kelewat lama menggodanya.

"Jungkook," aksennya mengalun berat dan lembut. Lantas ia mendesah saat jemari Jungkook berhasil merangsak masuk ke dalam sana, menerobos pertahanannya, membuat tubuhnya melengkung indah.

"Sigh my name ... and tell me who's your owner?"

Jiyeon bersumpah, bahwa kewarasannya sudah sirna. Sebab, ia tidak menyadari kapan lebih tepatnya Jungkook sudah melepas semua atasan yang ia kenakan.

Jungkook menarik diri, melepas hot pants dan celana dalam Jiyeon. Lalu mengamati tubuh telanjang itu sebentar. Baru beberapa hari yang lalu ia melihatnya, tapi kenapa sekarang rasanya begitu luar biasa. Tubuh yang semakin sempurna terbentuk. Payudara besar, pinggang ramping dan keintimannya yang sempit.

"Akh!" Lantas Jiyeon terpekik kala sebuah gigitan menyapa pangkal paha kanannya.

Lalu sumpah serapah tak karuan meluncur bebas seperti mata air pegunungan ketika bibir Jungkook berlabuh lebih lama di antara kedua pahanya.

Membenamkan wajah disana, membuat Jiyeon tersedot ke dalam permainan pria Shin itu. Pinggulnya pun ikut naik, memberikan akses lebih dan menuntut Jungkook segera memakan dirinya utuh, menghangatkannya, dan juga membasahinya.

Sangat tidak terpuji. Tapi Jiyeon tidak dapat memungkiri bahwa ia sangat menyukai setiap perlakuan Jungkook padanya.

***

Di balik pintu masuk yang terbuat dari kaca bening itu, Jiyeon bisa melihat Taehyung dari dalam mobil sedang duduk disana dan memainkan ponsel. Pemuda Choi itu sangat menawan sekali kala ia kedapatan membenarkan tatanan rambut bagian depannya yang mengenai dahi.

Lalu, kecupan datang menyambangi belah pipinya. Membuat perhatian Jiyeon disita oleh Jungkook sepenuhnya. Pemuda Shin itu mengambil alih, meremat pinggang sang jelita dan mencumbui Jiyeon tanpa aba-aba.

Bunyi decapan tak dapat terelakkan menggema di dalam mobil mereka, pun Jungkook semakin menjadi lantaran ia menekan tengkuk Jiyeon untuk memperdalam tautan.

Sekitar tiga puluh detik lumatan panas itu berlangsung, Jungkook lekas melepaskannya setelah merasakan lengan atasnya dipukul pelan.

Jiyeon terengah-engah, kepalanya menengadah. Pun ia mengulum bibirnya yang mengkilap, dan jemari jempol Jungkook tanpa instruksi mengelap sisa liur mereka yang tercampur disana.

"Ayo kita turun." Jungkook tergesa-gesa melepas seat belt miliknya. "Aku sudah tidak sabar untuk menghajarnya."

"Jungkook. Jangan membuat masalah, ingat pesanku?"

"Siapa yang tidak akan marah saat mengetahui kekasihnya diperkosa, hm?" Nada bicara Jungkook sedikit naik diluar kendali. Pria itu menoleh cepat pada Jiyeon.

"I know, I know," seru Jiyeon kalut. Ia menyugar surainya, berkata meyakinkan, "Tapi, Shin, kumohon. Kita mengadakan pertemuan di tempat umum. Aku tidak mau kau dipandangi buruk oleh orang-orang."

Memang ada benarnya. Jungkook adalah pengusaha besar yang sedang dalam masa melejitnya untuk maju. Ia tidak bisa membiarkan nama baiknya tercoreng dengan tindakannya yang sembrono tanpa pikir panjang. Citranya akan cepat merosot jatuh dan bisa dipastikan ia sulit untuk bangkit lagi karena siklusnya memang sudah diatur begitu.

Sialan. Padahal ia sudah mempersiapkan diri untuk setidaknya mematahkan geraham Taehyung agar tidak bisa mencumbui gadis yang dapat ia eksploitasi secara bebas saat mereka dalam kondisi tidak berdaya.

"Ck. Sialan!" Ia memukul setir mobilnya dengan kerutan pada dahi yang semakin kentara terlihat.

"Jungkook—"

"Fine!" putusnya. "Aku akan berusaha walaupun aku tidak bisa berjanji untuk menepatinya."

Usai berungkap demikian, Jungkook segera turun tanpa melirik Jiyeon lagi. Pria itu bergerak dengan langkah lebar masuk ke dalam restoran yang menjadi tempat pertemuan mereka. Pun Jiyeon segera menyusul cepat. Jantungnya ketar-ketir, berdegup amat keras sedari mereka bersiap-siap sebelum sampai ke tujuan.

Langkahnya mendekat, menyusul cepat figur Jungkook yang sudah masuk ke dalam.

Pria Shin itu melihat Taehyung yang sama sekali tidak terusik dengan kegiatannya. Lalu kemudian ia menarik satu kursi kosong disana cukup kasar hingga menimbulkan decitan yang menyilukan antara pertemuan kaki kursi dan keramik yang ia pijaki.

Semua mata tertuju pada eksistensinya, termasuk Taehyung yang berhasil terdongak karena terperanjat. Jungkook melempar senyum yang kelewat tipis, dan nyaris saja tidak terlihat jika tidak diperhatikan dengan seksama.

Pria itu mendaratkan bokongnya disana masih dengan tatapan yang saling bertubrukan dengan Taehyung yang memasang ekspresi konyol sebab pemuda Choi itu belum membaca situasi yang menimpanya.

Lantas tatapan Taehyung secara murni berubah, terputus dari Jungkook dan terpusat untuk Jiyeon yang masuk ke dalam dan menarik atensinya. Pria itu tanpa sadar tersenyum sumringah. Lalu, ia memberikan lambaian tangan untuk sang jelita kala mereka bertemu pandang.

Pun Jungkook hanya mendengus tanpa untaian kata, ia mengusap hidungnya dan lantas tersenyum kepada Jiyeon saat perempuan itu melangkah pelan mendekati mereka.

"Disini, Ji." Taehyung memberikan senyuman kotaknya. Ia melirik Jungkook sekilas sebelum menepuk satu kursi kosong disebelahnya. Mentitahkan Jiyeon untuk duduk disana.

Tidakkah Taehyung sadar bahwa Jungkook menatapnya layaknya badut bodoh?

"H-Hi, Tae," sapa Jiyeon skeptis. Benar-benar canggung.

Taehyung melambaikan tangan. Tatapannya kosong tapi memuja visual Jiyeon yang hanya mengenakan celana jeans light blue dan kaos putih oversized dengan rambut hitam panjang yang dibiarkan tergerai dan makeup tipis pada parasnya.

Alih-alih menuruti perintah Taehyung, Jiyeon tentu saja memilih opsi aman untuk duduk berdampingan dengan Jungkook.

"Tae," Jiyeon menjilat bibir bawahnya yang kering. Dari kepala hingga ujung kaki, Jiyeon dapat merasakan desiran aneh memenuhi sekujur tubuhnya saat Jungkook membawa tangannya meremas paha kirinya. "Perkenalkan, dia—"

"Langsung saja, Ji. Aku benci basa-basi," sela Jungkook.

Mendengar aksen tidak bersahabat itu, membuat Taehyung menimpali, "Wow, wow. Tunggu sebentar. Aku kira kita akan bertemu berdua saja. Tidak ada pihak lainnya yang akan mengganggu?"

Mengganggu katanya?

Maka, Jungkook hanya mendecih pelan seraya memalingkan muka. Ia mulai memberikan raut wajah serius kepada figur lawan bicara di depan yang terang-terangan melemparinya dengan tatapan mata yang tajam.

"Aku—"

"Shin Jungkook? Kekasih Jiyeon, bukan? Aku sudah tau dari Seulhee."

Adalah Taehyung yang menyela kalimat pemuda Shin itu yang belum selesai diungkapkan. Melihat raut Jungkook yang tercenung, pria Choi itu hanya balas memasang wajah pongah seperti biasanya.

Posisi yang sangat tidak menguntungkan untuk Jiyeon jika dihadapkan pada situasi yang menyesakkan pernapasannya. Bibirnya hanya bungkam sedari Jungkook mulai bersuara.

Kakinya dibawa duduk bersilang penuh keangkuhan, pun Taehyung menaikkan dagu dan berungkap, "Lantas, ada gerangan apa kau ikut dengan Jiyeon untuk bertemu denganku disini?" []

-gookakoola
04 Juni 2022

Alur untuk menuju konfliknya emang sengaja aku bikin lambat, ya. Karena partnya mau dibikin agak banyak—damn, semoga aja aku bisa produktif untuk kembali update.

Semoga kalian suka dan betah sama cerita ini setelah sekian lama gak pernah dilirik^^

Continue Reading

You'll Also Like

8.4K 1.9K 50
kisah suzy dan si hantu tampan penghuni kamar asrama yg dia tempati 🎭 "aku pikir perasaan sederhana ini adalah segalanya bagiku."~{Suzy} Genre : Hor...
85.7K 7.8K 26
Jeon Jungkook Dia benar, aku yang memulai semuanya. Aku yang mengencarkan segala hal untuk menuntut keadilan adikku. Tapi urusan jatuh cinta yang kam...
126K 7.3K 10
⚠Mature Content🔞|Completed✔|Private🔒 Aku mencintainya, sungguh. Pria bernama Kim Taehyung itu seperti candu bagiku. Karena ia mengetahui dengan bet...
3K 622 28
Hong Dain, wanita yang berumur 27 tahun, menjanda, dan juga pengangguran. Sejak perceraiannya, tidak ada satu pun peristiwa yang berjalan lancar bagi...