ᴇʟᴇᴜᴛʜᴇʀᴏᴍᴀɴɪᴀ [M] ✓

By proudofjjkabs

56.8K 5.9K 1K

[EBOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Son Jiyeon berada di antara dua perasaan yang saling mengekangnya. Antara bers... More

bagian satu
bagian dua
bagian tiga
bagian empat
bagian lima
bagian enam
bagian tujuh
bagian delapan
bagian sembilan
bagian sebelas
bagian dua belas
bagian tiga belas
bagian empat belas
bagian lima belas
Eleutheromania e-book ver is coming!
SPOILER ALERT!

bagian sepuluh

1K 119 18
By proudofjjkabs

Waktu, mungkin itulah yang patut Jiyeon salahkan kali ini. Ia berjalan dengan tungkai yang agak sempoyongan begitu keluar dari mobil setelah memarkirkannya di basement gedung kantor Jungkook. Obsidian itu selalu diliputi mendung, pun kedua sudut bibirnya saling menekuk. Helaan napas beberapakali terdengar berhembusan dari rongga hidungnya.

Kepala itu pening setelah ia menerima segala bentuk angkara Seulhee kendati Taehyung sudah membuat alibi disertai bumbu kebohongan perihal ia yang datang ke club untuk pertama kalinya. Sungutan Seulhee masih bercokol di kepala membuatnya terkadang menggerutu selepas diinvestigasi lebih lanjut oleh perempuan Ahn itu.

Sebab Jiyeon sudah kelewat patuh terhadapnya. Afeksi Seulhee itu melebihi batas cinta yang diberikan orangtuanya. Atau lebih tepatnya, mereka sama sekali bahkan tidak sepeduli sang sahabat. Jadi, segala penuturan gadis Ahn itu sangat Jiyeon hargai karena itu demi kebaikannya secara personal.

Jiyeon nampak memukul pelan kepalanya sendiri demi mengusir denyut yang semakin berkecimpungan. Selain disebabkan kejadian tadi, ia semalaman nyaris tidak menjejalkan diri ke alam mimpi. Salahkan saja Jungkook sebagai terdakwa.

Kakinya menapak jengkal demi jengkal marmer mengkilap begitu masuk ke dalam lobby.

"Hei, Yeonie!"

Seruan itu mengembangkan senyum asimetris miliknya. Lantas Jiyeon memutuskan untuk singgah sebentar di meja resepsionis untuk balas menyapa.

"Hyejung!" Jiyeon melambaikan satu tangannya yang bebas. "Sudah lama tidak bertemu, ya."

Hyejung lekas mengangguk menyetujui. Tatapannya menelisik figur Jiyeon sebelum bertanya, "Ingin mengunjungi Jungkook?"

"Ya. Tentu saja." Bahunya mengedik sekilas, Jiyeon menukas ringan, "Siapa lagi yang akan ku kunjungi kemari selain dia?"

Pun Hyejung terkekeh kering membetulkan sembari mengangguk afirmatif.

"Kau benar. Tapi sekarang Jungkook sedang kedatangan tamu," balasnya.

Ada rasa penasaran yang menggelegak dalam diri Jiyeon hingga keningnya terlihat mengerut. Lantas ia bertanya, "Siapa?"

"Sepertinya teman dekatnya?" jawab Hyejung skeptis. Perempuan itu tampak berpikir mengingat-ingat kembali postur seseorang yang beberapa menit sebelum Jiyeon datang berkunjung kemari untuk menemui bosnya. "Dia agak tinggi dan penampilannya rapih. Kau masuk saja ke dalam. Lagian, Jungkook berpesan kalau dia tidak mengadakan pertemuan penting hari ini dengan siapapun."

"Oh. Begitu rupanya," gumam Jiyeon. Ia lantas merapihkan poninya yang sedikit berantakan, dan berujar, "Kalau begitu aku masuk dulu."

Nyaris saja Jiyeon menciptakan derap langkah pertama sebelum lambaian tangan Hyejung terlihat olehnya. Ia lekas bergerak mendekatkan wajah sesuai instruksi Hyejung tanpa suara.

"Kau tidak lupa membawa kondom untuk jaga-jaga, 'kan?" bisik gadis Lee itu.

Teruntuk gagasan yang baru saja terdengar olehnya, Jiyeon ingin memperbaiki sekon yang baru saja terlewati untuk bersikap apatis terhadap permintaan Hyejung. Ia pikir ada hal penting yang ingin diungkapkan, faktanya raut muka Hyejung berubah terkikik kecil setelah mendapati presensi Jiyeon yang total tercekat dalam posisinya.

"Hanya bercanda. Bercanda," kekeh Hyejung sekali lagi. Ia lantas memukul pelan bahu Jiyeon dengan dorongan kecil tanpa melunturkan gelaknya yang berderai. "Sudah masuk sana."

"Sialan kau, Lee Hyejung!" Jiyeon tidak dapat menahan umpatannya lagi.

Sembari melangkah menjauhi lobby dan masuk ke dalam lift, Jiyeon melihat bagaimana tawa Hyejung yang belum surut.

Lantas begitu lift tertutup, meninggalkan eksistensinya sendirian disana, raut muka Jiyeon kembali datar seperti semula. Ia memerhatikan refleksi dirinya yang terpantul dalam ruangan petak logam itu.

Semoga saja ia tidak bertemu dengan Ayah Jungkook.

Tuan Shin yang terkenal menentang hubungannya dengan Jungkook.

Pria tua itu sangat menolak keras saat mengetahui putranya menjadi kekasih dari putri pemilik salah satu perusahaan manufaktur—Prism.Corp; Son Shinwan. Memiliki seorang putri tunggal yang tidak menyelesaikan pendidikannya hingga ke jenjang perkuliahan dan terkenal berandal.

Berita yang dibuat clickbait itu sedikit merubah pandangan orang-orang terhadapnya menjadi negatif, pun keluarga Shin ikut terhasut. Entah siapa yang membuat artikel demikian, dan Jiyeon sempat kehilangan asa untuk berinteraksi dengan orang-orang.

Berharap jika kedua orangtuanya akan membantu mengubur berita itu, nyatanya nihil. Satu-satunya entitas yang paling berkontribusi dalam kehidupannya dikala ia terpuruk adalah Jungkook seorang.

Lelaki Shin itu selalu hadir bersamanya saat Jiyeon meringkuk di sudut ruangan kamar sembari menutup pendengaran dari bisikan-bisikan penuh cemooh. Memberikannya rengkuhan yang kelewat hangat, membuainya pada bunga tidur yang menghadirkan kebahagiaan semu, pun berusaha mengembalikan semangat Jiyeon yang nyaris mati.

Mengingat hal itu selalu membuat Jiyeon ingin menangis. Sebab, sekarang ia diam-diam sudah mengkhianati cinta tulus yang diberikan Jungkook. Padahal ia sudah berusaha untuk menjaganya. Tapi akibat tindakan sembrononya malam itu, Jiyeon harus merelakan keperawanannya direnggut oleh seseorang yang sama sekali tidak pantas mendapatkannya.

Dentingan lift berbunyi dan berhenti tepat di angka dua puluh. Ia mengusap sudut matanya yang sedikit berair dan mulai melangkah keluar setelah menarik napas untuk membuat respirasinya sedikit rileks.

Jiyeon mengedarkan irisnya, lalu sesekali ia membungkuk dan memberikan sapaan pada orang-orang yang berpapasan dengannya.

Sampai di depan pintu masuk ruangan Jungkook, Jiyeon tak langsung masuk begitu saja. Ia menjeda langkah dan stagnan untuk sesaat.

Ada gelak tawa asing yang bersahutan terdengar di dalam sana dengan suara Jungkook yang mengerang. Jiyeon diliputi rasa bimbang saat akan masuk ke dalam, tapi ia tidak punya opsi lain lagi.

Lantas setelah meneguhkan diri, Jiyeon mulai mendorong daun pintu dan saat menciptakan celah yang kecil ia melengoskan kepala sedikit guna mengintip situasi di dalam yang cukup ramai.

Ah, tidak. Hanya ada Jungkook dan satu orang temannya, mungkin.

Tubuh Jiyeon terpaku disana sebab pemandangan di depan sana adalah Jungkook yang tengah berkeringat hebat dengan wajah yang memerah disertai peluh yang terlihat membasahi kerah kemeja dan jas kerjanya. Kemudian ada—

"Kak Seokjin?!"

Refleks Jiyeon bersuara. Menyentak kedua pria disana dan memerhatikan presensinya.

"J-ji?!" Jungkook lantas terkejut. Pria Shin itu dengan cepat menutup layar laptopnya dengan sengaja membantingnya dan berusaha bangkit walau susah payah. "A-aku tidak tau kau datang," bisiknya.

"Ya, aku sengaja tidak memberitahu mu," jawab Jiyeon sambil memandangi Jungkook dengan tatapan curiga. "Oh, dan aku juga membawa bekal makan siang ... dan ada beberapa snack juga," ungkapnya sambil ia mengangkat kantong plastik besar.

"Hei, Ji. Sudah lama tidak bertemu," itu Ahn Seokjin. Lantas pria itu mendekat dan menjabati tangan Jiyeon seraya tersenyum. "Bagaimana kabarmu?"

"Baik, Kak. Aku dengar dari Seulhee kau sudah pulang. Kami berpapasan di supermarket dan dia bilang kau memintanya untuk belanja disana."

"Ah, ya. Benar." Seokjin mengangguk menyetujui. "Aku memutuskan untuk singgah kemari sebentar karena dia lama sekali. Lagipula, aku juga sengaja mencandainya," tawa khas Seokjin lantas mengudara membuat Jiyeon ikut tersenyum hambar. Sudah sifat alamiah pria itu sebab ia suka mempermainkan adiknya.

Seokjin lantas beralih menatap Jungkook. "Sebaiknya kau segera membantunya, ya. Seharusnya dari kemarin kau menolong Jungkook, Ji."

"Ya! Hyung!" sentak Jungkook. Pria itu memberikan tatapan menukik pada figur Seokjin yang justru terkikik.

Jiyeon lekas mengawasi Jungkook. Pandangannya untuk sesaat terfokus pada kekasihnya, lekas ia bertanya singkat, "Memangnya kenapa?"

Pun Seokjin terlihat menahan tawa yang akan meledak dengan mengepalkan satu tangannya di depan bibir.

"Ah, kau tanya saja dia," tunjuknya pada Jungkook. "Ini waktunya sangat tepat sekali. Kalau begitu sebaiknya aku pulang saja agar kalian bisa segera memulainya," tukasnya ringan.

Sementara Jungkook nyaris saja melontarkan carut-marut yang sudah terkumpul di pangkal kerongkongan untuk segera meminta digaungkan. Presensi Seokjin sudah dari kemarin berhasil membuatnya menjadi kacau tak karuan. Seokjin adalah pelaku yang berhasil menjerumuskan hubungannya dan Jiyeon saat dihotel berakhir canggung.

Pria Ahn itu membalikkan tubuh, punggung kokohnya mulai mengecil dan menghilang dari ruangan selepas ia keluar dari sana.

"Cih! Sialan. Awas saja kau, Seokjin!" Jungkook berteriak frustasi. Pemuda Shin itu bernapas memburu dan sedikit membuat Jiyeon takut.

"Ada apa? Kau kenapa memangnya?" Lantas perempuan itu bergerak mendekat. Ia menangkap rahang tegas kekasihnya dan berkata, "Badanmu berkeringat, Shin!"

Jungkook lantas meringis. Menelan ludah dan menundukkan pandangannya sambil memejam. Ia mengepalkan kedua tangan, kemudian berungkap, "Ah, itu ... aku—ck! Si Seokjin sialan itu!"

"Sebaiknya duduk dulu disana, kau terlihat resah." Pun Jiyeon menuntun pria itu terduduk di salah satu sofa panjang yang ada disana. "Sebentar, aku ambilkan minuman dingin."

Jiyeon mengambil air mineral di dalam kulkas yang ada disana, dan lekas memberikannya kepada sang kekasih setelah membuka tutup botolnya.

"Maaf, Ji. Aku merepotkan mu," ujar Jungkook sembari meraih botol itu.

'"Tidak apa. Ini, aku bawakan susu pisang." Jiyeon merogoh dan mengambil sekotak susu pisang dalam kantung plastik belanjaannya.

"Thanks, Sweetheart." Jungkook mulai meneguk cepat susu pisang yang dibawa Jiyeon untuk pelepas dahaganya.

"Sudah merasa baik?" Kemudian, Jiyeon inisiatif mengelap sisa keringat sang kekasih yang masih hadir di parasnya.

Jungkook mengangguk kecil. "Sedikit."

"Lantas bisa kau ceritakan apa yang membuatmu begini? Kau tidak sakit, 'kan?"

"Tidak," jawab Jungkook cepat. "Tidak sama sekali. Aku ... aku hanya merasa sedang membutuhkan ..."

"Omong-omong tadi Hyejung memberitahu ku kalau kau kedatangan tamu. Tidak kusangka kalau itu Kak Seokjin," tutur Jiyeon.

T-tunggu! Kak Seokjin temannya Taehyung, 'kan?

Gerak tangan Jiyeon total terhenti seraya mengetahui fakta baru yang lebih gila lagi. Bibirnya sedikit terbuka, menciptakan celah kecil sebab ia masih belum bisa mencerna situasi ini untuk dapat ia terima dengan logis.

Mengetahui itu, Jungkook tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya, "Kenapa?"

"Ah, nothing." Jiyeon tersenyum sekenanya. Mulai merapihkan surai Jungkook yang sedikit lembab dengan tangannya, lalu bertanya, "Jadi, kau ini sebenarnya kenapa? Dari kemarin aku melihat keanehan padamu, Shin."

Jungkook lantas memejamkan matanya disertai hidung yang mengerut. Ia memijat bagian pangkal hidungnya demi mengusir pening yang berkesinambungan datang sedari tadi pagi hingga siang ini.

"Intinya aku dan Seokjin bermain Dare or Dare dengan alasan kita sudah lama tidak bertemu, ditambah dia baru saja pulang, 'kan," jelasnya. Jungkook mengulum bibir dan berkata lagi, "... dan sayang sekali aku kalah dua kali berturut-turut sejak kemarin kami bertemu."

"And then?"

"Ya—lalu ..."

"Lalu apa dare-nya?"

Tatapan mata Jungkook jatuh memandangi wajah ayu gadisnya yang semakin hari jauh lebih cantik. Bagaimana bola mata besar itu menatapnya penuh filantropi, dan bibir tipisnya yang sangat Jungkook gemari.

"Menonton film genre adult-romance and sex with you—"

"What the fuck?! Shin Jungkook!" desis Jiyeon.

"Aku kalah, Ji. Kesialan selalu menimpaku. Ah."

"And now?! Don't you say ..."

"Yes! Aku baru saja menontonnya and we should ..."

"Fuck! Are you okay?!"

"Tidak sama sekali," Jungkook mengerang di posisinya dan mulai memandangi Jiyeon dengan tatapan penuh asa. "Ugh! Ji, please. I need your help."

Mendengar kalimat itu, Jiyeon justru dirundung rasa bersalah dan takut. Ia memundurkan tubuhnya sedikit menjauh dari Jungkook. Lalu menghindari iris jelaga pria itu yang saat ini tak melepaskan pandangan padanya.

Jemarinya meremat ujung sofa yang ia duduki, berkata ragu-ragu, "B-but—"

"First time for you, right?" sela Jungkook cepat. "It's okay. Take it easy. Semuanya akan baik-baik saja. Trust me."

"Shin ..."

"Lagipula aku sudah lama menginginkannya, tapi aku tidak berani mengungkapkannya." Jungkook beringsut mendekat dan menggenggam tangan ringkih kekasihnya. Mencoba membujuk persuasif sekali lagi dan berharap tidak ditolak seperti malam kemarin. "And I know you lied to me last night."

Maka, Jiyeon mengangkat kepalanya cepat dan total terkejut hebat. Ternyata kebohongan yang ia tutup-tutupi pun berhasil terbaca oleh Jungkook.

Ini semakin membuatnya diserang khawatir.

"Ji, I'm begging for you." Jungkook mulai menjatuhkan wajahnya pada paha Jiyeon. Napasnya semakin berderu tidak karuan, dan Jiyeon merasa tidak enak untuk menolaknya.

Perempuan itu memejamkan matanya kuat-kuat. Merapalkan asa semoga Jungkook tidak merasakan kejanggalan saat mereka melakukannya untuk pertama kalinya nanti.

Because, Jungkook still thinks she's a virgin.

"O-okay. Aku mau."

Jungkook lekas mengangkat kepala. Membiarkan iris mereka beradu untuk sesaat, lalu pria itu berujar sekali lagi sembari mengusap kepala kekasihnya, "Yes. Trust me, Honey."

Menelan ludah yang terasa sangat menyakitkan di pangkal kerongkongan, Jiyeon lantas mengangguk.

"O-okay. So—"

"So we can't do it here," potong Jungkook cepat. Lelaki itu segera memperbaiki tatanan rambutnya dan meraih tangan kekasihnya ke dalam genggaman. Melangkah cepat keluar dari ruangannya dan berkata, "We should go to private room. Untuk jaga-jaga agar aku dan kau bisa leluasa."

Perasaan berdebar menyelimuti sekujur daksa sang jelita yang mengekori setiap derap langkah tegas milik Jungkook.

"Where?" tanyanya pelan.

Maka, Jungkook tersenyum lalu saat pintu lift mulai tertutup ia memberikan lumatan singkat di bibir Jiyeon yang terperanjat kecil.

"Maybe hotel?"

Jiyeon mengerjapkan matanya dan termenung untuk sepersekian detik.

"Tapi, kau baik-baik saja 'kan?" tanyanya di detik ke sebelas. Tanpa komando, tatapan Jiyeon terarah pada bagian pertengahan antara paha pemuda Shin itu yang terlihat menggembung lambat laun.

Merasa diperhatikan, Jungkook juga mengikuti arah pandangan Jiyeon. Merasa gemas sendiri saat kekasihnya menjadi malu dan membuang muka dengan wajah yang memerah.

Jungkook lantas tertawa kecil. Merangkul bahu kekasihnya dan memberikan ciuman singkat lagi di bibir tipis yang menjadi candu untuknya.

"Untuk sampai ke hotel sepertinya aku masih bisa menahannya," ia berbisik seduktif tepat di daun telinga Jiyeon yang bergerak tidak nyaman.

"O-okay ..."

"Dan jangan pasang wajah memerah seperti itu," Tangan Jungkook mulai bergerak secara kurang ajar pada bagian tubuh Jiyeon. Lantas ia berbisik dengan nada berat, "Aku sudah tidak sabar melahapmu."

Sepertinya hari ini Jiyeon akan dikuasai oleh Jungkook sepenuhnya. []

-gookakoola
30 Mei 2022

Uvv, interesting ...

Continue Reading

You'll Also Like

681 98 7
Kotak musik antik itu memberi kesempatan bagi Noh Yeonhee dan Son Heera merasakan yang namanya 'Euphoria'. ... Noh Yeonhee yang sisa hidupnya hanya t...
44.8K 1.9K 5
Short love story Jungkook-Eunha (Eunkook) oneshoot. Tapi masih berkelanjutan.
Him By Ben

Fanfiction

13.6K 2.1K 25
(SLOW UP) Jeon Jungkook menatap tajam seorang gadis cantik yang berada dihadapannya sedang mengulurkan secarik kertas bertuliskan 'Aku tahu kau seora...
Fantasia By neela

Fanfiction

1.7M 5.2K 9
⚠️ dirty and frontal words 🔞 Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.