AZKARINO✔️[TAMAT]

By andarrr

96.6K 4.9K 326

Tentang Azkarino Aldevaro, manusia biasa yang tidak sempurna. More

B L U R B
Prolog
01: 12 IPS 1
02: Benalu!
03: Di Follback?
04: Ketahuan Kerja!
05: Bukan Aku!
06: Sahabat
07: Ini Semua Tidak Adil
08: Mulai Sekarang, Kita Temenan
09: Ultahnya Azka
10: Penyakit Ini Menyiksa
11: Adek Laknat!
12: Sakit
13: Drop
14: Bullying
15: Sakit Hati
16: Pengakuan
17: Terbongkar Sudah
18: Feel So High
19: Harus Mandiri
20: Di Pecat?
21: Kangen
22: Perdebatan
23: Damai
24: Sama Gue Mau Nggak?
25: Membuat Curiga
26: Milik Gue
27: Dicabut?
29: Azka Cemburu
30: Insiden
31: Berkunjung Neraka Duniawi
32: Tas Sekolah
33: Club
34: Minta Izin
35: Rumit
36: Semakin Rumit
37: Keputusan
38: Tersakiti
39: Menerima
40: Undangan
41: Hari-H
42: Duka
43: Penyesalan (End)
andarrr note
Cast
Naughty
Extra Chapter 1: Waktu

28: Mendadak Ngeblank

1.2K 85 4
By andarrr

Bisa nggak dek?

Kalau nggak bisa, sini mas ajarin

---000---

Happy Reading...
"Serius? Lo nggak santet Azka kan Sa?"

"Ya nggak lah Del, gila kali ya maen santet orang." Kansa mengacak rambut Adel.

"Harusnya lo bilang makasi ke gue Sa." Ela merangkul pundak Kansa sambil tersenyum.

"Makasi buat apa?" Tanya Adel yang diangguki oleh Kansa.

Ela menghembuskan nafasnya, "Kan gue yang punya ide lo harus kalem di depan Azka. Sekarang lo liat kan? Azka bisa jadi pacar lo karena lo nggak gatel sama dia."

"Takdir itu mah!" Sahut Adel.

"Iya deh Iya... Makasih ya Aalona Ela Satika atas semua saran dan larangan ini itu nya." Kansa memasang senyum walau terlihat terpaksa.

"Haha.. becanda gue Sa. Iya Adel bener, itu mah takdir. Gue cuma dikirim tuhan buat memberi petunjuk."

"Sa! Noh orangnya!" Adel menepuk pundak Kansa lalu menunjuk kedatangan Azka.

"Panjang umur tu." Ucap Ela.

Kansa ingin menghampiri Azka namun dilihat dari cara lelaki itu berjalan, dia tampak beda.

Azka memijat tengkuknya yang terasa pegal, efek LSD yang ia konsumsi tiga sekaligus masih membekas hingga pagi ini. Dia merasa setengah berada di dunia imajinasi lalu setengah lagi sadar berada di alam nyata.

"Hey." Kansa menepuk pundak Azka.

Azka berjingkrak kaget.

"Eh! Ngagetin banget ya?" Kansa menyengir.

"Terlalu semangat Sa."

"Gimana? Udah sembuh?" Tangan Kansa mengapit lengan Azka.

"Udah. Sebenarnya udah sembuh pas pulang dari rumah sakit, tapi kan lo ngelarang gue berangkat."

Azka mengangguk membalas sapaan adik kelas, kemudian dia menatap Kansa lagi. "Kan belum beneran sembuh."

"Gue mau ke kamar mandi, lo duluan gapapa kan?" Ucap Azka menunjuk letak kamar mandi.

"Gapapa, cepetan balik ya."

Azka mengangguk, lelaki itu berdiri di bawah tangga menunggu Kansa naik ke atas. Setelah punggung gadis itu tidak terlihat lagi, Azka melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang terletak di lantai bawah.

Azka mengerjapkan matanya di dalam air. Kedua tangannya berpegangan pinggiran wastafel, matanya tampak sayu dengan garis hitam di bawahnya.

"Minggir lo!" Tubuh Azka digeser kasar.

Azka mengusap linu bahunya yang menabrak tembok.

Tidak ingin terkena masalah dengan sahabat Regaza yang memiliki sifat arogan ini, Azka memilih diam dan segera berniat meninggalkan kamar mandi.

"Gue cuma mau lewat." Azka menepis tangan Alvin karena menghalangi pintu keluar.

"Gaboleh." Kata Alvin.

"Minggir njir!" Azka menerobos paksa tangan Alvin namun dengan segera, Ken bertindak.

"Jaga pintu Vin." Titah Ken.

"Siap." Alvin tersenyum licik berdiri di depan pintu.

"Kenapa Gaza jadi care sama lo?" Tanya Ken menyudutkan Azka di pojokan. Tangan kekarnya menempel tembok menghalangi Azka untuk bergerak.

"Bukan urusan lo." Jawab Azka.

"Minggir." Pinta Azka dengan tatapan tajam.

"Masih untung gue nanya pake cara baik-baik." Ujar Ken.

Azka membuang wajahnya, detik selanjutnya kaki Azka menendang perut Ken.

Ken mengerang, lelaki itu lengah sehingga Azka dapat melewati Ken mudah.

"Anjing!" Maki lelaki itu.

Azka mendorong tubuh Alvin, dia berlari keluar supaya lolos dari mereka.

"Ugh! Woy!" Alvin mengusap lengan kanannya yang terbentur lingir tembok.

"Sialan." Ken menendang pintu lalu mengejar Azka yang terlihat belok ke koridor kelas dua belas.

Mereka berdua berpencar, Alvin menghadang Azka lewat jalan satunya. Sedangkan Ken berlari mengikuti Azka.

"Ck!" Azka berbalik badan, sialnya dari belakang sudah ada Ken tertawa puas.

"Urusan lo nanya itu apa njing!" Tanya Azka menatap Ken dan Alvin bergantian.

"Tinggal jawab susahnya juga apa njing!" Balas Ken membawa pemukul kasti.

Nasib baik sepertinya sedang tidak berpihak pada Azka.

"Woy!" Suara bariton yang terdengar begitu nyaring mengubah perhatian mereka bertiga.

"Sampai lo berdua berani nyentuh dia, lo berurusan sama gua!" Regaza dari kejauhan menuding Azka.

Lelaki itu kemudian berlari mendekat ke arah tiga siswa yang hampir gelud tadi, "Udah gue bilang berapa kali? Jangan gangguin Azka!"

"Kenapa? Bukanya selama ini lo juga suka gangguin dia Za?" Tanya Ken melempar pemukul kasti itu ke rumput hijau.

Regaza menghembuskan nafasnya, dia berjalan kemudian merangkul pundak Azka. "Kita udah damai, jadi gue minta sama kalian. Jangan ada yang cari masalah sama saudara gue."

"Gue harap, jawaban Gaza mewakili seluruh pertanyaan lo berdua." Ucap Azka.

"Thanks Za, gue duluan." Azka menepuk pundak Regaza.

"Yoi."

...

Semua siswa-siswi kelas 12 IPS 1 fokus pada soal masing-masing yang telah diberikan guru mereka untuk ulangan harian. Satu meja berbeda soal, jadi bisa dipastikan tidak akan ada yang contekan yang dilakukan anak didik mereka dengan teman semejanya.

Bukan ulangan dadakan, melainkan sudah diperingatkan guru matematika dari minggu kemarin agar belajar karena hari ini akan diadakan ulangan.

Boro-boro Azka belajar, anak itu semalam malah asik ngefly dan pagi hari yang seharusnya ia gunakan untuk belajar malah berantakan gara-gara kejadian tadi.

Dengan semangat 45 Kansa mengerjakan soal demi soal yang dikarang sendiri oleh guru mapel mereka. Lain halnya dengan Azka, lelaki itu menatap frustasi soal dihadapannya. Dia adalah perwakilan Lentera ajang olimpiade tahun lalu, tapi kenapa sekarang seolah otaknya tidak bisa di ajak berfikir.

Seharusnya Azka bisa dengan mudah mengerjakan soal soal itu, soal dari panitia saja dia bisa kerjakan dengan baik dan membawa pulang juara dua. Apalagi soal seperti ini.

"Sa." Panggil Azka mengetuk meja mereka dua kali menggunakan pensil.

"Ya?" Kansa menoleh sebentar, lalu melanjutkan kegiatan hitung-menghitung.

"Tiga belas kali tiga belas, kok jawaban gue sembilan belas." Tanya dia heran sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak terasa gatal. Hampir sepuluh menit Azka gunakan untuk menghitung angka itu.

"Lo gausah ngelawak deh Ka. Lagi ulangan juga." Jawab Kansa.

"Siapa yang ngelawak?" Mata Azka was-was menatap guru killer keliling ruangan.

"Lo. Udah tau tiga belas kali tiga belas itu seratus enam sembilan. Murid kaya lo pasti juga udah diluar kepala perkalian begituan mah,"

"Daripada lo ngelawak garing, mending bantuin gue nih. Asli susah nomer ini Ka, menurut lo jawaban yang bener yang mana?" Kansa menggeser lembar soal tersebut.

Azka termenung menatap soal soal milik Kansa, tidak satupun soal yang dapat ia tangkap.

"Gue, gue nggak bisa semua."

"Hah?" Kansa tidak percaya.

"Ish, bantu pacar sendiri lho." Ucap Kansa.

"Liat punya gue coba." Azka memperlihatkan lembar jawab yang masih putih bersih belum terkena tinta.

"Hah?!" Kansa nyaris berteriak.

"Masa lo kesulitan sih." Kansa menggeser soal milik Azka dan mencoba memahami.

"Otak gua ngeblank. Serius gua kaga bisa semua." Dilihat dari raut wajah Azka, tampaknya anak itu tidak bohong.

"Tiga belas kali tiga belas napa sembilan belas coba?" Azka menyangga kepalanya sambil mengotak-atik angka yang ia tulis di kertas guram.

"Lo beneran lupa cara ngaliin nya gimana?"

Azka mengangguk, "Gimana emang?"

Lagi-lagi Kansa mengerjapkan matanya. Hello? Ini Azkarino Aldevaro kan?

"Ka lo kalo sakit ke uks aja deh, masalah ulangan ikut ulangan susulan ae."

Kansa menempelkan punggung tangannya pada kening Azka, "Panas banget ya allah."

"Gue izinin ya?" Azka menggeleng.

"Jangan."

"Tapi Ka, nilai lo malah berantakan kalo lo ngerjain keadaan sakit gini."

"Sa." Kansa menulikan pendengarannya.

Kansa berdiri, semua pasang mata sontak menatap Kansa yang berjalan ke arah guru matematika yang tengah berada di meja Leon.

"Bu." Ucap Kansa. Guru itu menoleh.

"Ada apa mbak?" Tanya ibu guru memakai jilbab biru berseragam batik korpri.

"Azka sakit bu." Ucap Kansa pelan.

Azka memejamkan matanya rapat-rapat. Rasanya malu.

"Azka?" Bu Susi menghampiri meja Azka.

"Sakit nak?" Tanya Susi menempelkan punggung tangannya di kening Azka.

"Mau istirahat?" Tanya Susi.

"Saya masih kuat kok bu," Azka tersenyum kikuk.
"Elo sih."

"Nggak usah di paksa Ka." Ucap Kansa.

"Hoo Ka nggak usah dipaksa kalo sakit." Bisik Satya memajukan badannya kedepan.

"Gapapa kalau mau ke uks, mari ibu antar." Susi memang galak, tapi jika keadaan muridnya sedang tidak sehat dan sekiranya tidak bisa mengikuti pelajaran, beliau akan bersikap baik.

"Tidak apa-apa mas, nanti ikut ujian susulan. Daripada nanti kamu pingsan dikelas." Susi mengelus pundak Azka.

"Gue yakin ada yang nggak beres sama lo Ka." Batin Kansa.
...

"Azka tadi kenapa Sa?" Seusai jam pelajaran matematika usai, Andra langsung menghampiri meja Kansa dan duduk di tempat Azka.

"Demam." Hanya itu yang Kansa ucapkan, dia tidak ingin memberi tau yang lain soal Azka yang mendadak lupa cara mengalikan dua bilangan.

"Banget emang?" Sahut Satya.

"Lo liat sendiri kan, Azka tadi udah pucet banget." Kansa menoleh sedikit kebelakang, dimana tempat duduk Satya tepat berada di belakangnya.

"Ke uks yok? Gue pengen tau keadaan dia sekarang." Ajak Andra.

"Yuk, ayo La." Kansa mengulurkan tangannya mengajak Ela yang memperhatikan percakapan mereka bertiga.

"Ayo." Ela mengapit lengan Kansa.

"Sama gue aja beb." Satya memisah Ela dan Kansa dengan cara berada di tengah-tengah mereka.

"Dih!" Kansa memukul pundak Satya.

Azka pernah bilang, setelah lulus dia ingin bekerja. Dia ingin menjadi orang sukses, dan membanggakan orang tua.

Prestasi yang Azka raih selalu tidak bisa membanggakan hati Muson. Mulai dari piala yang ia bawa dari hadiah lomba, sertifikat, dan medali emas yang pernah ia raih saat juara satu olimpiade.

"Papa! Tadaaa!" Bocah memakai seragam putih-merah kesulitan membawa piala. Bocah itu menaruh sepedanya di sembarang tempat dan langsung masuk sambil berteriak memamerkan pialanya.

Muson menurunkan koran yang tengah ia baca, pria itu acuh sama sekali tidak peduli dengan benda berwarna emas beserta sertifikat yang Azka bawa.

"Pa liat deh, Azka menang Pa!" Nafas Azka naik turun karena terlalu bersemangat sampai mengayuh sepeda sangat cepat supaya cepat sampai ke rumah, senyuman anak itu perlahan luntur.

"Hm." Muson berdehem singkat.

Pundak Azka turun tidak semangat, bocah lelaki itu menyeret tas nya.

"Wah jagoan papa udah pulang..." Kedatangan Regaza disambut baik oleh Muson, tidak seperti Azka yang hanya ia acuhkan.

"Kenapa cemberut hm?" Tanya Muson berjongkok menyetarakan tinggi anak kesayangannya.

"Tadi Gaza dapet nilai enol." Ucap Regaza cemberut.

"Dapat nilai enol?" Tanya Muson, dalam hati Azka sangat ingin dipeluk Muson seperti itu.

"Tidak apa-apa, kamu tidak perlu sedih. Besok papa kenalin kamu sama les privat terbaik teman papa." Ucap Muson menepuk-nepuk pundak Regaza.

"Aku nggak suka belajar!" Teriak Regaza menepis tangan Muson.

"Gaza, papa tau kamu suka basket. Tapi nilai akademik kamu juga harus seimbang. Biar keren dong."

"Pokoknya aku nggak mau les, pusing!" Regaza melempar tas sekolahnya ke shofa.

"Apa liat liat!" Bentak Regaza ketika melewati tubuh Azka.

Muson mengesahkan nafasnya lelah.

"Pa, kalo Azka dapet nilai bagus terus papa seneng nggak?" Tanya Azka tersenyum ke arah Muson.

"Diam kamu!" Sentak Muson kepada Azka yang saat itu berusia sembilan tahun.

Seketika Azka menunduk takut, "Sana pergi!" Usir Muson.

"Sana!" Muson mendorong pundak Azka menjauh.

Seluruh perbuatan Muson dan Regaza tidak membuat Azka dendam. Setiap Muson main tangan, Azka menganggap jika itu hanyalah sebuah pelampiasan, Azka selalu merasa bersalah jika mereka menyinggung Melan---Ibunya.
To be continue....

Gees...

Beritahu aku, sejauh ini cerita ini menurut kalian gimana?😭

Bagus nggak?

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 126K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
22.9K 1.5K 48
[COMPLETED] #TheGAJEseries Tentang dia, Geral Ardiansyah Pratama. Lelaki minim ekspresi yang perhatian dengan caranya. Lelaki yang sering dianggap 'k...
72.1K 5.7K 83
Ini kisah seorang anak laki-laki, yang bernama Rayhan. Lebih tepatnya, Rayhan Saga Febriano. Anak laki-laki itu kini telah genap berusia empat belas...
Aldevano By DARA

General Fiction

10.1K 884 17
"kejadian itu tidak di sengaja" "Mengapa mereka semua membenci ku , padahal aku tidak salah apa apa" "Sialan" By: hyimara Start: 07.02.2022 Finish