BUCINABLE [END]

Autorstwa tamarabiliskii

16.1M 1.6M 588K

Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Ri... Więcej

PROLOG
1. Kolor Spongebob
2. Seragam Lama
3. Hadiah Untuk Gala
4. Lagu Favorit
5. Gara-Gara Kopi
6. Bertemu Bunda
7. Kesayangan Riri
8. Gala VS Dewa
9. Mirip Ilham
10. Pelampiasan
11. Kabar Buruk
12. Kelemahan
13. Panti Asuhan
14. Tawaran Menarik
15. Syarat Dari Riri
16. Tersinggung
17. Foto Keluarga
Daily Chat 1- Kangen
18. Peraturan Baru
19. Tanpa Riri
20. Gagal
21. Amora VS Riri
22. Singa dan Kura-Kura
23. Diculik?
24. Kisah di Masa Lalu
Daily Chat 2 - Ngambek
25. Jalan-Jalan
Daily Chat 3 - Cemburu?
26. Ingkar Janji?
Daily Chat 4 - Kecewa
27. Are You Okay, Gal?
28. Bawa Kabur?
29. Campur Aduk
Daily Chat 5 - Caper?
Daily Chat 6 - Lanjutan Sebelumnya
30. Prom Night
Daily Chat 7 - Drama Instastory
31. Menghilang
32. Yummy
Daily Chat 8 - Marah
Daily Chat 9 - Tweet Gala
34. Rencana Amora?
35. Pengorbanan?
Daily Chat 10 - Bayi Gede
36. I Love You!
37. Mama?
38. Permen Kis
39. Mode Bayi!
Daily Chat 11- I Love U
40. Fakta-Fakta
41. Fucking Mine
Daily Chat 12 - Mabuk
42. Bocil Kesayangan
43. Hug Me
Daily Chat 13 - Prank
44. PMS
45. He's Angry
46. Break?
Daily Chat 14 - Break? (Penjelasan Penyakit Gala)
47. Camp
48. Terlalu Toxic
49. Bucin
50. Bukan Tuan Putri
51. Selesai?
52. Ending (Baru)
PO MASSAL BUCINABLE
Special Chapter
BUCINABLE SEASON 2?!
GALA & RIRI [Bucinable Universe]
BUCINABLE 2 UPDATE!!!

33. Sunmori

171K 21K 9.5K
Autorstwa tamarabiliskii

Selamat membaca semoga tidak emosi😊

Nabung dari sekarang ya buat peluk Bucinable versi novel💖

Buat yg mau gabung ke GC Bucinable aku kasih infonya di chapter ini, bagian paling bawah yaa

Aku update nunggu vote dan komen chapter ini melebihi chapter sebelumnya💖💖💖


"SRI! KENAPA KOLOR SPONGEBOB GUE LO BAKAR LAGI SIH?! AARRRGGHH!!"

Berbeda dengan Gala yang emosinya sudah meledak-ledak, Riri, gadis itu justru tampak biasa saja. Riri hanya menatap kobaran api kecil di hadapannya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Anjing! Mana udah gosong! Gak bisa diselametin!"

Gala beralih menatap Riri setelah mencoba menyelamatkan kolor Spongebob kesayangannya yang hangus terbakar bersama satu kemeja dan celana panjang yang juga milik cowok itu.

"Kenapa lo bakar?!" tanya Gala butuh penjelasan. Gala melempar asal benda yang sudah tidak berbentuk itu ke sembarang arah dan fokus menginterogasi Riri.

Riri mencebikan bibir bawahnya tanpa rasa bersalah. "Kemarin waktu dipeluk Amora, Gala pake kemeja, celana, dan kolor Spongebob itu!"

Satu alis Gala terangkat. Ia masih belum bisa menerima dan memahami alasan yang Riri berikan. "Terus?!"

"Ya Riri bakar semua! Biar gak ada bekas Amora lagi!"

Gala menjambak rambutnya sendiri. Merasa pusing dengan tingkah Riri yang selalu tidak terduga. "Kenapa harus lo bakar, Sri?! Lagian udah dicuci semua! Gak ada bekas Amora lagi!"

Tidak menjawab, Riri berjalan mengambil selang air yang tersedia di halaman rumahnya. Selang air itu biasa digunakan mamanya untuk menyiram tanaman. Namun kini fungsi selang air itu berubah. Karena Riri menggunakannya untuk mematikan kobaran api yang sengaja ia buat untuk membakar kemeja, celana dan kolor Spongebob milik Gala.

Setelah dirasa misinya terselesaikan, Riri meninggalkan Gala yang masih tampak frustasi menatap sisa-sisa kemeja, celana dan kolor Spongebob nya yang sebagian besar sudah berubah menjadi abu.

Riri duduk di kursi terasnya dengan perasaan lega sekaligus sedikit.....takut. Takut karena dirinya sudah berani membakar benda kesayangan Gala.

Pikiran Riri sudah melayang terlalu jauh. Bagaimana jika setelah ini Gala dendam lalu membakar Joko? Ikan kesayangannya itu. Tidak, tidak, hal itu tidak akan Riri biarkan. Riri akan melindungi Joko sampai titik darah penghabisan.

"Puas lo?" Gala berdiri di hadapan Riri dengan wajah kesal. Ingin marah-marah, tapi rasanya percuma karena hal itu tidak akan bisa mengembalikan kolor kesayangannya.

Gala duduk di sebelah Riri sambil memijat pangkal hidungnya. Gala mengingat-ingat awal mula kejadian ini. Di mana tadi, Riri tiba-tiba memasukkan kemeja, celana, dan kolor Spongebob milik Gala ke dalam tas lalu meminta cowok itu mengantarkan pulang ke rumah.

Siapa sangka, saat sampai di rumahnya, Riri langsung mengambil korek api dan mulai membakar semua itu di halaman depan. Gala yang tidak bisa melakukan banyak hal karena posisi mereka ada di rumah Riri, hanya bisa melongo tidak percaya.

Setelah terjadi keheningan yang cukup lama di antara mereka, Gala menoleh pada Riri lalu bertanya. "Mana ikan jelek lo itu?"

Deg!

Perasaan Riri mulai tidak enak.

Riri menoleh cepat dengan ekspresi was-was. "Kenapa? Gala mau balas dendam?"

Gala berdecak. "Iya, Joko mau gue goreng."

"Eh, enggak deh. Kayanya kalo gue kasih Joko ke Kolor Ijo lebih asyik," ralatnya. "Biar dimakan kucing tuh ikan jelek lo hahahaha!"

"Meong!"

Tak disangka-sangka Kolor Ijo--kucing yang barusan Gala sebut namanya--tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Kolor Ijo mengendus dan melilit kaki Gala dengan gerakan lembut. Tidak bar-bar seperti biasanya.

Riri yang menyadari perbedaan itupun langsung menggeleng panik. Ia bingung kenapa sekarang kucing itu bisa terlihat akur dengan Gala. Padahal biasanya kucing itu selalu ingin mencakar Gala tiap melihat Gala datang ke rumah ini.

"Kalo sampai Gala jahat ke Joko, kita putus aja!"

Kedua mata Gala melotot mendengar ancaman Riri. Bisa-bisanya dengan mudah Riri melontarkan kalimat tersebut. Setidak berharga itukan hubungan mereka dibanding posisi Joko di dalam hidup Riri?

"Sembarangan banget mulut lo, bocil!" tegur Gala tidak suka. "Putus! Putus! Pala Joko tuh yang gue putusin biar mampus!"

"Makanya Gala gak boleh jahat ke Joko biar kita gak putus!"

"Putus?" Gala menyunggingkan senyum miring. "Jangan harap itu terjadi!"

"Lo pilih gue apa Joko?" tanya Gala. Entah dorongan dari mana yang membuat Gala menanyakan hal tidak berguna seperti itu.

Riri memalingkan wajahnya lantas menjawab cepat tanpa berpikir dua kali. "Joko lah! Bagi Riri, Joko, Joko, Joko baru Gala!"

"Anjing!"

Riri tidak memedulikan umpatan Gala. Intinya kalau sampai Gala berani macam-macam dengan ikan kesayangannya, Riri tidak akan segan-segan untuk membuat Gala menyesal seumur hidup. Ya, sesayang dan setakut itu Riri kehilangan Joko.

"Sekarang Riri tanya, Gala lebih sayang Riri apa kolor Spongebob?"

"Ya gue lebih sayang kol--" Gala memejamkan mata sejenak. Hampir saja ia keceplosan. "Sayang lo lah!" jawabnya ngegas.

"Bohong! Kalo lebih sayang Riri kenapa marah-marah kalo kolor Spongebob Gala Riri bakar? Oh, atau karena ada bekas Amora makanya Gala gak rela ya kalo kolor itu Riri bakar?!"

"Fuck!" Gala mengusap wajahnya kasar. Aneh sekali hubungannya ini. Bertengkar hanya karena masalah kolor dan ikan.

"Tuh kan gak bisa jawab!"

"Gak gitu, Ri! Gak gitu!" Gala menatap Riri kesal. Rasanya ingin memasukkan Riri ke dalam karung lalu melemparnya ke laut.

"Lagian lo aneh! Amora itu meluk badan gue! Bukan meluk kolor gue! Kenapa kolor gue ikut-ikutan lo bakar coba?!"

Riri mendengus pelan. "Nah kan, Gala lebih sayang kolor!"

"Si paling kolor Spongebob!" gerutu Riri pelan namun masih bisa Gala dengar.

Gala menghela napas pasrah. Benar-benar sulit menjelaskan pada Riri jika gadis itu sudah cemburu. Tapi di sisi lain, Gala juga merasa senang dan lega. Ternyata setidak rela itu Riri melihatnya dipeluk oleh perempuan lain.

Setidaknya dengan hal itu Gala jadi tahu, kalau cintanya pada Riri tidak bertepuk sebelah tangan. Pasalnya, dari dulu Gala khawatir. Riri adalah gadis polos yang terkadang pemikirannya tidak seperti teman-teman seusianya. Gala takut selama ini Riri hanya sayang pada dirinya karena mereka terbiasa bersama. Bukan merasakan cinta seperti sepasang kekasih pada umumnya.

Namun, sekarang ketakutan Gala mengenai hal itu sudah terjawab. Gala tidak perlu khawatir atau takut lagi.

"Lagian cuma kolor Spongebob! Katanya gak suka?!"

Mampus!

Gala menelan ludahnya kasar lalu menjawab pertanyaan Riri dengan yakin setelah menemukan alasan yang tepat. "I-itu kan kolor pemberian dari lo. Kita couple-an. Kalo lo bakar, kita gak bisa couple-an lagi. Makanya gue sedih. Lo lupa ya?"

Mata Riri mengerjap beberapa kali. Astaga! Betapa bodohnya dirinya. Riri baru sadar, kalau kolor Spongebob milik Gala yang ia bakar tadi, adalah pemberiannya. Mereka couple-an. Punya Riri celana panjang dan punya Gala celana pendek.

Wajah Riri tertekuk cemberut dengan mata sedikit berkaca-kaca. Andai ia ingat kalau kolor Spongebob itu adalah pemberian darinya dan mereka couple-an, Riri tidak akan membakarnya semudah itu. Karena itu adalah satu-satunya barang couple yang mereka miliki saat ini. Pasalnya Gala adalah tipe cowok yang sangat susah untuk diajak membeli barang couple. Riri harus memaksa dan melakukan segala cara untuk membujuk Gala terlebih dahulu. Seperti saat pertama ia membelikan Gala kolor Spongebob itu.

"Riri lupa kalo kita couple-an. Harusnya gak Riri bakar."

"Ya udah, gak papa. Nanti kita beli lagi," ujar Gala menenangkan. Gala tidak mau Riri menangis lalu nanti dilihat oleh orang tua gadis itu.

"Em, gimana kalo nanti kita beli celana couple-an lagi. Tapi jangan gambar Spongebob!" ujar Riri semangat. Ia tidak sabar menyuarakan ide cemerlangnya.

"Terus? Gambar apa?"

"Gambar Joko!"

BANGSAT! JOKO LAGI! JOKO LAGI!

"Gak Ri! Apaan coba?! Gak banget! Gue gak mau!" tolak Gala mentah-mentah.

"Ya udah kalo gak mau couple celana. Kita beli jaket couple aja. Gambarnya Joko. Nanti bisa kita pake kalo Gala mau ajak Riri motoran bareng temen-temen Gala. Katanya bulan depan Gala mau ngajak Riri. Gimana?"

"Bareng anak Drax?"

Riri mengangguk polos. "Iya dong. Emang kenapa? Gala gak mau juga?"

Gala mengusap wajahnya kasar. Mau ditaruh di mana mukanya kalau hal itu sampai terjadi. Gala benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Ini gila.

"Lama-lama gue gila, Sri! Gila!" Gala memijit pelipisnya. "Joko lagi! Joko lagi! Joko terusss!"

"Lama-lama gue jual lo sama Joko ke Om! Om!"

Riri mencebikkan bibir bawahnya. "Ya udah kalau gak mau gambar Joko. Kita beli jaket couple gambar Spongebob aja. Mau gak?"

"Ri--"

"Cemburu kok sama Ikan. Aneh."

Suara itu membuat Gala dan Riri menoleh bersamaan. Dewa. Ya, cowok itu kini berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celana.

"Lebay," tambahnya.

Mata Gala memincing tidak suka pada Dewa. Meski Dewa calon kakak iparnya, hal tersebut tidak membuat Gala takut pada cowok berwajah menyebalkan itu.

"Lo gak diajak! Gak usah ikut campur!" ketus Gala. Gala meraih tangan Riri lalu menggenggamnya erat. "Iya kan, sayang?"

Nada bicara Gala seketika berubah menjadi lembut. Tidak penuh emosi dan tertekan seperti sebelum kehadiran Dewa.

Riri hanya diam sambil menghela napas. Dewa dan Gala memang selalu begitu. Tidak pernah sependapat dalam hal apapun. Mereka selalu saja bersitegang.

"Sayang, kita jalan-jalan yuk! Di sini gerah! Ada aura-aura cowok jomblo yang gak laku-laku!" ajak Gala pada Riri.

Dewa melirik Gala sinis sambil menunjukkan ekspresi ingin muntah. Mentang-mentang ada dirinya dan mau membuatnya iri, Gala bersikap sok manis pada Riri. Padahal biasanya, Dewa juga tahu kalau Gala lebih sering bersikap galak daripada manis seperti sekarang.

"Kasihan adek gue tertekan," ujar Dewa pelan. Gala mendengarnya namun tidak berniat menanggapinya.

"Yuk," ajak Gala lagi karena Riri belum memberi respon apapun. Riri masih betah dalam mode heningnya.

"Sayang, ay--"

"Jangan dipaksa! Adek gue gak mau!" potong Dewa geram. "Riri itu tertekan punya cowok pemaksa kaya lo!"

"Lo yang tertekan karena cinta lo ke temen Riri bertepuk sebelah tangan!" balas Gala.

Gala hendak berdiri menghampiri Dewa namun niatnya terhenti begitu saja kala mendengar suara Riri.

"Riri gak mau jalan-jalan."

"Kenapa, sayang?"

Lagi-lagi Riri menggeleng pelan. Riri heran, bukannya tadi Gala masih ngomel-ngomel? Kenapa sekarang Gala justru mengajaknya jalan-jalan dan bersikap selembut ini? Riri takut Gala mempunyai niat jahat padanya seperti ucapan cowok itu tadi. Menjualnya pada om-om hidung belang di luaran sana misalnya.

"Gak mau, nanti Riri--"

"Aaaa ayo sayang!" paksa Gala dengan ekspresi memelas. Gala berdiri lalu berlutut di hadapan Riri. Tentu saja hal itu tidak luput dari perhatian Dewa.

"Nanti kita beli jaket couple gambar Spongebob mix Joko. Oke?"

*****

Satu bulan berlalu sejak kejadian di mana Riri membakar kolor Spongebob milik Gala. Hari ini mereka, Gala dan Riri akan melakukan sunday morning ride atau yang biasa disebut sunmori, bersama anak Drax yang lainnya.

Gala dan Riri datang terlambat karena tadi Riri bangun kesiangan. Sejak semalam, Gala sudah mewanti-wanti agar Riri bisa bangun tepat waktu. Namun Riri tetaplah Riri. Gadis itu selalu susah bangun pagi.

"Lama amat, Bos. Ngapain aja sih sampe dateng terlambat?" tanya Ilham pada Gala yang kini tengah membenarkan jaket yang Riri kenakan. Kemudian beralih memasangkan helm di kepala Riri.

"Mandi bareng," jawab Gala asal.

"Anjay!" Ilham terbahak. Ia tahu Gala hanya bercanda saja. "Belum jadi suami udah dapet jatah aja lu, Bos."

"Iri?"

"Gak sih. Gue iri kalo lo udah nikahin Riri."

Gala menatap Ilham datar. "Bacot!"

"Bisa gak?" tanya Gala pada Riri yang terlihat kesusahan saat berusaha naik ke atas motor.

Kepala Riri menggeleng. "Bantuin..." rengek Riri. Entah kenapa ekspresi Riri sekarang membuat Gala tertawa pelan saking gemasnya.

"Ck! Makanya tingginya nambah juga dong! Masa cuma cantiknya aja yang nambah terus," balas Gala datar namun mampu membuat pipi Riri merona.

Tumben sekali Gala bisa menggombal, biasanya juga hanya menghina.

Setelah selesai dengan urusannya, ralat, setelah selesai mengurus Riri, Gala memberi instruksi pada Akbar yang bertugas sebagai sweeper untuk memulai sunmori mereka pagi ini.

Bisa dibilang ini adalah sunmori terakhir Gala dengan jabatannya sebagai leader Drax. Karena setelah ini Gala akan menyerahkan jabatan itu pada orang lain. Gala lebih memilih fokus kuliah dan mengurus perusahaan ayahnya saja.

"Sorry, gue telat banget ya."

Gala dan yang lainnya langsung menoleh ke belakang. Tempat di mana Dio berada. Ternyata cowok itu tidak datang sendirian. Melainkan datang bersama...Amora.

"Sorry ya, Gal."

Gala mengangguk setelah matanya menatap tak suka pada gadis yang duduk di belakang Dio. "Gak papa."

Ilham berseru. "Ya udah, yuk! Gue udah laper pengen cepet-cepet sampai terus sarapan!"

"Pegangan, kalo lo jatuh gue males nolongin," ucap Gala pada Riri sebelum menancap gas motornya.

"Yang erat! Kalo lo beneran jatuh terus muka lo penyok, gue gak mau loh, Ri!" peringat Gala kala merasakan pelukan Riri kian mengendur.

"Riri sebel!"

Gala berdecak. "Kenapa lagi?"

"Kenapa kemarin kita gak jadi beli jaket couple yang gambarnya Spongebob atau Joko? Harusnya kan beli terus kita pake hari ini."

"Bodo amat!" gas Gala. "Cepet pegangan yang erat! Kalo muka lo penyok mirip Joko gue bakal cari cewek lain!" ancam Gala.

"Iya-iya!"

Sudut bibir Gala terangkat saat Riri memeluknya semakin erat. Tangan kiri Gala bergerak untuk mengusap-usap punggung tangan Riri yang melingkar di atas perutnya.

"Tuhan, buat yang satu ini jangan diambil, ya. Gue sayang banget sama bocil bego ini."

*****

"Kenapa?"

Riri menghembuskan napasnya kasar. Kepalanya terasa pusing. "Kepala Riri sakit. Helmnya gede banget. Riri ngerasa kaya capung yang gedean kepala daripada badan."

Saat ini mereka tengah berada di sebuah kafe--tempat yang biasa mereka gunakan untuk singgah saat melakukan sunmori. Kebetulan kafe ini juga milik keluarga salah satu anggota Drax.

"Itu kepala lo aja yang kekecilan." Gala menarik kepala Riri agar bersandar di dada bidangnya lalu memijatnya pelan. "Lo mau pesen apa?"

Riri menatap buku menu yang ada di hadapan Gala tak berselera. "Seblak."

"Gak ada, Cil. Lo jangan ngelunjak. Pagi-pagi minta seblak."

"Kan Riri pengen. Kalo lagi pusing enaknya makan yang pedes-pedes."

"Gak ada! Aneh-aneh mulu!" semprot Gala. "Kalo bandel, gue ceburin ke got tau rasa lo!"

Meski kesal dengan permintaan Riri yang aneh-aneh, Gala tetap memijat kepala Riri dengan gerakan lembut sama seperti sebelumnya. Beberapa kali Gala juga membubuhi puncak kepala Riri dengan kecupan ringan. Hal tersebut membuat dua orang yang sejak tadi duduk satu meja dengan mereka mendengus kasar.

"Dunia serasa milik berdua," sindir Akbar. "Yang lain ngekost."

"Gak Alan, gak Gala, sama aja. Bucin mulu," tambah Ilham kala memerhatikan ke meja paling pojok di mana ada Alan dan seorang gadis tengah asyik bersenda gurau.

"Semua cowok sama aja!" lanjut Ilham dengan nada yang dibuat-buat.

"Cepet pilih mau sarapan apa, sayang? Gak usah dengerin yang lain. Anggep aja itu ocehan monyet."

"Bubur ayam boleh gak? Tapi ayamnya banyakin. Kalo bisa banyakin suwiran ayamnya daripada buburnya."

Gala menghela napas pelan. Ada-ada saja. Tapi kalau tidak dituruti nanti Riri pasti tidak mau makan. "Tapi beneran harus lo makan. Awas aja gak dimakan."

"Minumnya es--"

"Teh anget aja," sela Gala cepat. Gala meraih tangan Riri lalu menggenggamnya erat. "Liat, tangan lo dingin banget. Lo gak biasa pagi-pagi gini motoran jauh. Teh anget aja biar badan lo enakan."

"Kalo badan Riri dingin, angetin lah, Gal," celetuk Ilham ambigu. "Tinggal angetin aja susah."

Mata Riri mengerjap. Ia menatap Ilham penasaran. "Emang Gala bisa buat badan Riri anget?"

"Bisa dong," angguk Ilham. "Jago banget dia, Ri."

Akbar di sebelah Ilham hanya tertawa melihat ekspresi Gala yang seolah ingin menelan Ilham hidup-hidup. Karena cowok itu dengan beraninya berbicara macam-macam di depan Riri.

"Mulut lo mau gue robek, Ham?"

Ilham menggeleng cepat. "Gak, Gal. Gue aja belum ngerasain ci--"

"Cepet pesenin!" potong Gala sebelum Ilham melanjutkan ucapan laknatnya. "Bubur ayam yang kaya Riri pengen satu, teh anget dua. Kalian terserah pesen apa. Ntar gue yang bayarin."

"Jangan dengerin ucapan Ilham," nasihat Gala setelah kepergian Ilham dan Akbar untuk memesan makanan.

"Tapi Riri denger."

"Ck, pokoknya pura-pura gak denger aja apa susahnya sih?!"

"Gala gak pesen makanan? Kok bubur ayamnya cuma pesen satu?"

Gala menyelipkan anak rambut Riri sambil menatap gadis itu lekat. Betapa tidak relanya Gala kehilangan Riri. "Gak, gue gak laper."

"Nanti Gala lemes kalo nyetir motor."

Terkekeh, Gala mengigit pelan pipi Riri lalu mengeratkan pelukan mereka. Gala tidak selemah itu. Lagi pula ia memang sedang tidak lapar dan malas sarapan. "Gak lah, gue kan kuat. Gak kaya lo yang lemah. Apa-apa gak kuat. Dikit-dikit capek. Mleyot mulu kaya jelly."

"Ish! Riri gak git--"

"Kak Gala, aku boleh duduk di sini, gak?"

Selain Riri yang langsung mengatupkan bibirnya, Gala juga menghentikan tawanya dan mengubah ekspresinya menjadi datar begitu mendengar pertanyaan dari seorang gadis yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

Belum sempat Gala menjawab, Riri lebih dulu membuka suara. Menjawab pertanyaan Amora dengan nada ketus. Ralat, sangat ketus. "Itu kursinya Ilham sama Akbar!"

Amora mengangguk paham. "Ya udah, aku ambil kursi yang lain, ya. Nanti aku bawa ke sini. Soalnya di sana cuma ada kursi, mejanya dipake sama yang lain buat digabung jadi satu."

"Gak bol--"

"Eh, adeknya Dio?" tanya Ilham yang sudah kembali bersama Akbar. Kedatangan Ilham membuat Riri cemberut karena ucapannya terpotong oleh pertanyaan cowok itu.

"Iya, Kak. Aku boleh gabung di sini, kan?"

Ilham menatap Gala dan Riri bergantian. Ilham tahu siapa Amora dan bagaimana sikap gadis itu pada Gala selama ini. Jadi Ilham takut salah menjawab.

"Kak?"

"Bolehin aja, cuma duduk aja, kan?" Akbar menengahi. Bukannya Akbar ingin membela Amora, Akbar hanya ingin mencairkan suasana yang sempat menegang. Lagi pula Akbar yakin, kalau Amora berbuat macam-macam, Gala tidak akan tinggal diam saja. Akbar tahu bagaimana Gala.

"Ya udah deh, sebagai cowok yang baik. Lo duduk di kursi gue. Biar gue ambil kursi yang lain."

Amora yang merasa tidak enak pada Ilham langsung mencegah niat baik cowok itu. "Eh, gak usah, Kak! Aku aja yang ambil."

Dengan cepat, Ilham mengangguk setuju. "Oh gitu? Syukur deh. Lagian gue juga agak mager sih kalau ambil kursi ke sana."

Perlahan Amora memudarkan senyumnya, ia kira tadi Ilham akan tetap memaksanya untuk duduk di kursi itu. Namun ternyata tidak.

Tak selang berapa lama setelah kepergian Amora, Amora kembali ke meja mereka dengan membawa satu kursi lalu disusul Dio dan pelayan kafe yang membawakan pesanan mereka.

"Kenyang."

Baru saja tiga suapan masuk ke dalam mulut, sekarang, Riri sudah menyatakan jika dirinya kenyang. Hal itu membuat Gala berdecak malas.

"Abisin, itu request lo sendiri, kan?"

Riri mendorong mangkuk buburnya. "Tapi kenyang."

"Kalo makan itu harus dihabisin, Kak. Gak baik tau. Banyak orang di luaran sana yang gak bisa makan. Jadi kita harus bisa menghargai makanan."

Riri memutar bola matanya. Ia tahu ucapan Amora memang benar. Tapi Riri juga tahu, Amora sengaja mengucapkan itu hanya untuk menarik perhatian semua orang. Terutama Gala.

"Tapi kalo gak laper terus dipaksa makan juga gak baik. Nanti malah sakit perut. Mual terus muntah," balas Riri.

"Ya kalo tau gak laper, tadi kenapa Kak Riri pesan makanan?" jawab Amora lagi. Amora menatap Riri santai sambil menyendok nasi goreng miliknya.

"Mor," tegur Dio pelan namun tak dipedulikan oleh Amora.

"Riri gak salah. Tadi gue yang maksa Riri buat pesen makanan," bela Gala tetap memasang wajah datarnya. "Sekarang biar gue yang habisin." Gala memakan bubur ayam sisa Riri dengan begitu lahap. Meski sebenarnya ia tidak lapar sama sekali.

"Katanya Gala gak laper?"

Gala menghentikan kunyahan nya mendengar pertanyaan Riri. "Sekarang laper," bohongnya.

Gala mengusap-usap puncak kepala Riri. "Cepet minum teh angetnya, biar badan lo gak terlalu dingin."

Melihat interaksi Gala dan Riri tepat di depan matanya, Amora merasa sedikit tidak nyaman. Gadis itu menghela napas lalu melanjutkan memakan nasi gorengnya tanpa minat.

"Uhuk!"

"Ini!" ucap Riri dan Amora bersamaan sambil menyodorkan gelas minum mereka masing-masing ke hadapan Gala.

"Ini aja, Kak. Punya Kak Riri tinggal dikit. Punyaku belum aku minum sama sekali kok," ujar Amora.

Gala menatap keduanya tanpa ekspresi. Cowok itu tidak mengambil minuman milik Riri ataupun minuman milik Amora. Gala lebih memilih mengambil minumannya sendiri.

"Punya gue masih ada," kata Gala seraya mengusap puncak kepala Riri. Membuat senyum Amora kembali memudar. Bahkan Gala sama sekali tidak memedulikan tawarannya.

"Pengen pipis," adu Riri beberapa saat kemudian.

"Gue anterin." Gala hendak berdiri dari tempat duduknya namun terhenti begitu Riri kembali membuka suara.

"Gak usah. Riri sendiri aja."

Satu alis Gala terangkat. "Berani?"

"Berani," angguk Riri meyakinkan. "Kamar mandinya di sana, kan?" tunjuk Riri ke arah kamar mandi.

"Iya sayang, jangan lama-lama." Sebenarnya Gala ingin mengantarkan Riri. Ia tidak tega melihat Riri pergi ke kamar mandi sendirian. Karena letak kamar mandinya lumayan jauh.

"Tumben hari ini sikap lo ke Riri manis banget, Bos?" tanya Ilham heran.

Gala mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? Gerah ya?"

"Kak, aku mau ke kamar mandi."

Dio menatap Amora. "Ngapain?"

"Em, mau buang air kecil juga."

"Ya udah sana," jawab Dio pada akhirnya.

Kepergian Amora dari tempat duduknya tak luput dari perhatian Gala. Entah kenapa perasaan Gala jadi tidak enak. Namun sebisa mungkin Gala menepis rasa khawatirnya yang terlalu berlebihan itu. Gala yakin Amora tidak akan berani melakukan sesuatu yang buruk pada Riri.

*****

#GalaPecintaKolorSpongebob

Ramaikan hastag itu biar Gala makin emosi😭😭😭🤘🏻🤘🏻🤘🏻

Chapter selanjutnya bakal ada keributan, wqwq aku suka keributan

Btw kalian suka daily chat gak? Takutnya bosen gituu kalo kebanyakan daily chat.

Pesan buat Gala?

Pesan buat Riri?

Buat Amora hihi?

Pesan buat author :

Pesan buat siapa aja :

Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cpt juga up nya.

Spam komen pake emoji ❤ :

See yoouu 🤎🤎

Si paling gak punya kolor Spongebob WQWQ

Ini kalo Gala lagi gemes sama Riri asjsjkajkak

Nih guys yg nanya gimana caranya gabung di GC WA Bucinable

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

5.6K 432 45
[Romance-Teen Fiction] 15+ How Can I Love The Heartbreak, cause You're One I love "El, kamu harus ikutin kata hati." "Nggak mau. Hati selalu nyakiti...
2.8M 141K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
51.4K 4.2K 38
Jika diibaratkan 4 musim, Milo berada dimusim yang mana? "Aku tak bisa memilih. Karena, Milo bisa aja berada di 4 musim tersebut. Sifat hangat bagai...
8.3K 170 20
WARNING ⚠️ BANYAK KATA KATA KASAR Alexandra Eustacia leana Mahasiswi rumit, susah diatur ,dan tidak lepas dari ketoxic-an Dan Dosen Gila yang sanga...