Senja Bersama Arkhana | END

بواسطة Shineeminka

221K 34.6K 5.2K

Ketika aku terus mengejar cintanya dia semakin menjauh dariku, namun ketika aku melepaskannya dan memilih unt... المزيد

Prolog
Malam Minggu Kelabu
Patah Hati
Cinta dan Pernikahan
Terpesona?
Hari Lamaran
40 Hari
Pernikahan
Malam Pertama
Lantunan Ayat Suci Al Qur'an
Berubah
Belajar Bersama
Kembali Dingin
Kecelakaan
Undangan Pernikahan
Buah Hati
Cemburu
Pelukan
Perpisahan
Hujan
Kelahiran Bayiku
Maryam
Jatuh Cinta
Tak Ada Kesempatan
Pernyataan Cinta
Benar-Benar Cinta
Doa Yang Terkabul
END

Pagi Yang Indah

4.1K 974 74
بواسطة Shineeminka

Kutatap wajah kak Arkhan yang terlihat begitu tampan saat tertidur. Jarak wajah kami begitu dekat, tangan kanannya menjadi bantal bagi kepalaku dan tangan kirinya memeluk pinggangku. Apakah aku masih berada dalam dunia mimpi?

Kutorehkan kepalaku ke arah jam yang menggantung di dinding. Sudah jam tiga pagi, berarti benar ini hanyalah mimpi kalau bukan mimpi aku yakin sekarang kak Arkhan pastinya sudah terbangun untuk melaksanakan salat malam.

"Engh...." Kak Arkhan menggeliatkan tubuhnya. Dan perlahan matanya pun terbuka. Tangannya yang memeluk pinggangku terlepas. "Jam berapa?"

"Jam tiga lewat."

Kak Arkhan menoleh ke arah jam dinding, "Astagfirullah. Kenapa kamu nggak bangunin aku?" Ia langsung beranjak dari tempat tidur. Dan bergegas masuk ke kamar mandi. Setelah dari kamar mandi ia langsung menunaikan salat malam dan tak lupa iapun membaca Al Qur'an.

"Ternyata di dunia mimpi pun Kak Arkhan tetap menjadi sosok yang shaleh," gumamku sambil memperhatikan kak Arkhan yang terlihat begitu damai saat membaca Al Qur'an.

Kak Arkhan menghentikan bacaan Al Qur'annya dan menoleh ke arahku. "Kamu masih menganggap semua ini mimpi?"

Dahiku berkerut. Inikan memang cuma mimpi.

Kak Arkhan beranjak dari atas sajadahnya, ia lipat sajadah itu dengan rapi dan kembali menaruhnya di atas nakas. Setelah itu ia menghampiriku yang masih bergelung di balik selimut. "Semua ini bukan mimpi, Jasmine."

"Benarkah?"

Kak Arkhan mengangguk. "Bangunlah."

Aku menuruti perintah kak Arkhan, ia menyodorkan tangannya ke arahku dan aku langsung menyambutnya, kucium punggung tangannya dan ia pun mencium keningku.

"Benarkah ini bukan mimpi?" Tanyaku sekali lagi padanya.

Kak Arkhan menggelengkan kepalanya, dan tangannya menepuk-nepuk pucuk kepalaku, "Kamu sungguh aneh."

"Kalau memang ini bukan mimpi kenapa Kak Arkhan sangat baik padaku?"

"Perlukah pertanyaan itu kujawab?"

Aku langsung mengangguk.

"Karena aku tak ingin lagi menyakitimu."

Dahiku berkerut. "Terus?" Jawaban itu tak cukup bagiku.

"Sudah adzan aku harus segera ke masjid. Assalamualaikum."

"Tapi, kak..."

"Bersabarlah." Ucap kak Arkhan sambil berlalu dari hadapanku.

Aku mengangguk patuh, kak Arkhan mengulangi salamnya dan aku pun menjawab salamnya.

***

Sepulang dari masjid kak Arkhan membawa dua bungkus bubur.

"Kita sarapan dulu."

Aku mengangguk, kulakukan hal yang kemarin kak Arkhan lakukan, menggelar karpet di dapur untuk tempat makan.

"Enak buburnya, beli diamana?"

"Di dekat masjid."

"Kak."

"Hmm."

"Kenapa kakak jadi begitu baik padaku?"

"Memangnya tidak boleh?" Kak Arkhan beranjak dari duduknya, namun sebelumnya ia terlebih dulu mengambil mangkok kotor dihadapanku. "Kamu ingin aku terus-terusan jahat padamu?"

Aku langsung menggeleng. Aku ikut beranjak dari dudukku dan langsung berdiri tepat di belakangnya yang tengah mencuci mangkok di wastafel.

"Aku seneng kak Arkhan jadi baik kaya gini. Nggak dingin lagi kaya batu es." Ucapku sambil memperhatikan punggungnya yang tegap.

"Batu es apa es batu?" Tanyanya setelah selesai mencuci mangkok, tanpa diduga tiba-tiba tangannya meraih pergelangan tanganku. Dan hal itu berhasil membuat jantungku berpacu diluar batas normal. Padahal cuma dipegang bukan dicium.

Astagfirullah Jasmine, kok pikirannya jadi kemana-mana. Semalam dan tadi subuhkan kak Arkhan sudah menciummu. Masa sekarang pengen dicium lagi.

"Mau kemana kak?" Tanyaku saat kerja jantungku sudah dapat ku stabilkan.

"Ke halaman depan."

"Sebentar aku ambil kerudung dulu," aku pun langsung mengambil kerudung di kamar dan mengenakannya.

"Cantik." Ucap Kak Arkhan saat aku sudah keluar dari kamar dan menghampirinya yang tengah menyirami tanaman.

"Apa? Kakak bilang aku cantik?" Tanyaku sumeringah.

"Bunga bukan kamu," jawabnya yang berhasil membuat mukaku langsung merah. Demi apa malu banget aku kira dia bilang aku cantik eh nyatanya yang cantik bukan aku tapi bunga.

Kak Arkhan langsung tertawa, "Kamu sungguh lucu."

"Ih aku mah nggak lucu tapi cantik," jawabku. Kak Arkhan kembali tertawa. Benar-benar pagi yang indah. Aku harap pagi-pagi berikutnya pun akan seindah ini.

***

Jam sembilan aku dan kak Arkhan pergi ke rumah sakit dengan menggunakan motor. Ya motor bukan mobil. Tak ada garasi di rumah baru kak Arkhan jadi itu tandanya tak ada mobil pula yang bisa aku dan kak Arkhan gunakan saat ke kantor.

"Nanti pulang kerja kita langsung ke supermarket yah." Ucap kak Arkhan saat ia dan aku sudah turun dari motor.

Aku mengangguk semangat.

"Masya Allah romantisnya pengantin baru. Pergi kerja sama-sama, naik motor pula." Ucap suster Nur yang juga baru turun dari motornya. "Selamat yah atas pernikahannya. Maaf aku nggak bisa dateng ke resepsi kalian, anakku lagi sakit pas hari itu."

"Nggak apa-apa suster," ucapku. Aku yang cukup dekat dengan suster Nur langsung menggandeng tangannya. "Kak aku duluan ke dalamnya."

Kak Arkhan hanya mengangguk.

"Meski sudah menikah doktet Arkhan tetep dingin yah." Ucap suster Nur saat kami berjalan melewati lorong demi lorong rumah sakit menuju tempat kami bertugas.

"Nggak kok. Kak Arkhan baik."

"Ciyee yang belain suami. Syukurlah kalau dia baik padamu. Jujur yah aku takut sekali sikapnya tetap seperti patung es kepadamu."

***

Jam bertugasku telah usai, bergegas aku ke ruangan kak Arkhan namun ternyata kak Arkhan tidak ada di ruangannya, ia tengah berada di ruang operasi.

"Mungkin satu jam lagi operasinya selesai, dok." Ucap suster Nengsih memberitahuku.

"Boleh aku menunggu di dalam ruangannya?"

"Tentu, tadi dokter Arkhan sudah mengijinkan."

"Makasih suster." Akupun masuk ke dalam ruangan kak Arkhan, ruangan kak Arkhan sangat rapi, beda sekali dengan ruanganku yang selalu tak bisa rapi.

Di atas tempat kerjanya terdapat foto keluarganya. Di dalam foto itu kak Arkhan masih kecil dan Arsy masih bayi, lucu sekali. Di dekat foto keluarga terdapat sebuah buku agenda berwarna coklat tua dan di dekat buku itu tergeletak sebuah bros. Bros yang cantik. Apa bros itu untukku?

Aku hendak mengambil Bros itu namun tanganku malah menyenggol figura foto cepat-cepat aku berusaha untuk meraihnya agar tidak terjatuh dan syukurlah figura itu dapat kuraih kalau sampai jatuh pasti figurannya akan pecah.

Diri ini benar-benar ceroboh. Karena tadi rusuh menyelamatkan figura yang jadi korban adalah buku agenda kak Arkhan, ia terjatuh ke atas lantai.

"Untung kamu yang jatuh," gumamku sambil menepuk-nepuk agenda itu. Dan perlahan akupun membuka agenda itu, aku ingin tahu kegiatan apa saja yang kak Arkhan tulis di buku ini.

02.50 shalat malam
03.30  Hafalan
......

Kak Arkhan menulis kegiatannya dengan begitu terperinci.

10.30 Op pak Subagjo
17.00 Op Bu Renata

Semua jadwal operasi tertulis rapi.

Semuanya tergantung ridho Allah. Disaat ia mampu terselamatkan itu berarti Allah meridhoinya untuk tetap hidup, namun jika sebaliknya itu berarti waktunya memang sudah tiba. Semuanya tidak bisa dipaksakan

Tanpa kusadari halaman demi halaman terus kubaca, bukan hanya jadwal kegiatan yang kak Arkhan tulis tapi banyak juga tulisan berisi keluh kesahnya dalam menjalani profesinya menjadi dokter. Hingga tiba ke sebuah tulisan yang berisi tentang seseorang yang kak Arkhan cintai.

Aku hanya bisa bersandar pada yang memberiku cinta. Aku tidak tahu apakah dia baik menurut-Nya. Dan akupun tak tahu ridhokah Allah padaku yang hendak memperjuangkannya.

Seketika hatiku terbakar oleh api cemburu. Apakah seseorang yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Namira? Pertanyaan bodoh, tentu Namiralah yang menjadi objek utama dalam rangkaian tulisan kak Arkhan.

Tak ingin memperparah luka yang kini menggerogoti hatiku aku memutuskan untuk menutup agenda itu dan menyimpannya kembali ke tempat semula.

"Sabar Jasmine," ucapku menenangkan hatiku, kini kak Arkhan sedang berjuang untuk dapat mencintaiku. Dan aku pun harus tetap berjuang agar dapat mencintainya karena Allah. Ya, aku ingin dapat mencintainya karena Allah. Bukan karena raga dan jiwanya tapi karena Dia yang menciptakannya.

T B C

10 syaban 1443H

Ternyata untuk update setiap hari aku belum mampu, mampunya dua hari. Hehe... Semoga kalian dapat menikmati cerita ini.

Khusus part ini terinspirasi dari coretan seseorang yang kucintai. Terimakasih telah menginspirasi. Beberapa kalimat dalam tulisanmu kutulis ulang di part ini..

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

332K 13.6K 41
Takdir mengharuskan seorang gadis bernama Hafsah Laila Azzahra merelakan mimpinya hanya kerena seorang lelaki yang terkenal kasar di kampusnya. Dia...
4.2K 707 26
"Nggak panggil Kak lagi, nih?" "Maaalleees." Ifa memutar bola matanya. "Dulu aja suka panggil Kak teruuus..," goda Elang tersenyum tengil. "Sebelum l...
155K 2.7K 14
DALAM TAHAP REVISI! [Sweet Ex Boyfriend, New Version] Blurb: Tidak ada salahnya membaca buku yang sama berulang kali, begitulah perumpamaannya. Sels...
47.1K 5.9K 10
Katanya pemimpin perusahaan WterSun Group itu jahat. Katanya pria berusia 25 tahun itu suka menindas orang tanpa ampun. Katanya orang bernama Yuno Ba...