MFLJ (Discontinue).

By chiscakeu

20.1K 814 56

Cerita awal mula pacaran.. Sampai ke jalan pernikahan. Satu per satu rahasia Jimin terbongkar dengan lancar... More

01💙
02💙
03💙
04💙
05💙
06💙
07💙
spesial.
08💙
09💙
10💙
11💙
12💙
13💙
14💙
15💙
16💙(spesial chap)
17💙
18💙
19💙
20💙(Spesial!)
21💙
22💙
23💙
bukan up:)
24💙
25💙
26💙(Baby park🐣).
27💙
28💙(Bca aja).
29💙
30💙
31💙
32💙
33💙
Mistery : 01
Mistery : 02
Mistery : 03
34💙
35💙
36💙
37💙
38💙
39💙
40😭🔞
42
43
hai?

41

357 19 6
By chiscakeu

Happy reading
semoga suka ehe

notes : kasih konflik jangan? dari chap lainnya ga ada konflik ya?

btw kak, boleh ga baca sampe bawah?

••••••

Jimin membuka mata tepat pada jam 8 pagi, Sementara orang yang ia peluk semalaman sudah tidak ada. Alias sisi kirinya kosong, Yoonginya tidak ada disamping itu. Kemana? Dia dengan keadaan linglung mencari celana miliknya. Saat sudah menemukannya ia langsung membuka pintu kamar.

Tanpa memikirkan hal lain dia langsung turun menuju ke bawah, Dirinya tak memakai baju. Hanya memakai celana pendek diatas lutut, Jimin sayup - sayup mendengar suara Yoongi. Mempercepat langkahmya untuk menuju suara itu berasal.

"Sayang mhh," Jimin berucap sambil memajukan bibir miliknya, Semua orang yang ada disana langsung melirik ke arah dirinya. Yoongi yang dipanggil hanya mampu menghela napas serta tersenyum, Mengabaikan rasa malu akibat Jimin yang tak memakai atasan.

"Jimin?" Panggil Yoongi, Sementara yang dipanggil hanya berdehem tanpa ingin membuka mata miliknya. Tanpa berpikir dua kali, Jimin langkahkan kakinya menuju si manis. Yang sekarang hanya mampu merentangkan tangannya pada sang suami.

Jimin dalam mode manja akan membuat dirinya kewalahan tau, Karna Namja itu pasti akan seharian menempeli dirinya. Lucu sebenarnya, Tapi kadang Yoongi tak bisa melakukan apapun karna sikap Jimin yang satu itu. Maksudku tak bisa, Bukan semuanya tidak bisa.

Yoongi jadi tak leluasa untuk mengurus sesuatu, Termasuk dengan Minji yang akhir - akhir ini rewel. Sementara dia tak bisa selalu menghampiri Minji dan menuruti segala kemauan bocah manis tersebut, Dia sekarang susah berjalan cepat karna perut bulatnya tahu.

"Jimin, ada orang lain disini astaga..." Bisik Yoongi saat pemudanya malah makin mengeratkan pelukan pada dadanya, Jimin hanya menggumam tak jelas untuk menjawab ucapan si manis Min.

"Jungkook maaf ya, Jimin tak pandang siapapun jika sudah dalam mode manja begini.." Ucap Yoongi sambil mengelus Surai Jimin, dirinya akhiri dengan helaan napas sambil berusaha membangunkan Jimin yang kini kembali tertidur didadanya. Dia hanya mampu bersabar menghadapi mode manja Park Jimin.

Jujur; Sifat satu ini jarang Jimin keluarkan tahu. Sekalinya keluar malah didepan orang lain. haduh Jimin, Bukan apa - apa. Hanya saja Yoongi jadi tak bisa membalas perlakuan manja sang suami tahu. Ia jadi malu untuk balas memanjakan Jimin jika disini ada orang lain.

"Tidak apa - apa hyung hehe.." Jungkook berucap sambil terkekeh pelan pada pasangan yang bermanja - manja didepannya, Padahal jauh didalam lubuk hatinya. Jungkook iri luar biasa.

Bukan tentang apa, tapi ini menyangkut kebahagiannya juga. dia iri luar biasa melihat pemandangan didepannya yang seakan menampar dalam - dalam hatinya, saat Taehyung tahu soal dirinya yang sering mual dan muntah. Pemuda itu menjauh seolah menjaga jarak.

Ingat saat Taehyung pergi kemari menjamput Jungkook dichapter sebelumnya? Ku beritahu bocoran. Chapter 39, Saat Jungkook enggan menatap sang dominan, bukan dirinya yang enggan tapi dia rasa waktu itu ada yang tak beres dengan Taehyung.

Pemuda yang berstatus tunangannya itu seolah memberi mereka jarak, si Jeon tentu saja hanya menurut. Seolah tak mau membuat pemuda Kim itu makin tidak berselera. Ia mengerti hal tersebut kok.

Sekarang ; menatap atensi Jimin dan Yoongi membuat hatinya menahan sesuatu dari lubuk hatinya, menahan agar tak menangis. ia tetap tersenyum meskipun hati kecilnya mencelos sakit, kalo boleh jujur. Jungkook merindukan si Kim. Tapi saat mengingat mereka sedang bertengkar, Ia tepis perlahan pikiran rindunya tersebut.

"Jiminie, Ayolah bangun. ada Jungkookie tau!" Yoongi lagi - lagi mencoba menegur orang yang sedang memeluknya, Dia menghela napas saat lagi Jimin malah menggumam tak jelas upaya menjawab teguran si manis Min.

"Tidak mau," Jimin gumamkan kata tersebut pada dada Yoongi, sang empu mana mendengar jika gumaman Jimin amat sanagt kecil saat sampai ditelinganya. Yoongi kembali menghela napas pada kelakuan Jimin, pemudanya memang tak tahu malu astaga.

"Jimin hyung memang manja seperti ini ya?" Tanya Jungkook sambil melihat interaksi keduanya, lucu sekali pikirnya jika ia bisa seperti pasangan didepannya. Yoongi yang mendapat pertanyaan tentu hanya mampu mengangguk sambil tersenyum iya.

Layaknya kucing, Jimin malah makin mengeratkan pelukan disertai duselan manja pada dada penuh Yoongi. Jungkook menjadi pemeran ketiga alias pemeran pembantu dalam hangatnya keluarga Jimin dan Yoongi, Matanya tak sengaja menangkap antensi perut bulat Yoongi.

Sadar akan hal itu, Jungkook raba pelan perut datar miliknya. Bayi, Seorang bayi adalah jalan utama cerita miliknya. Hadirnya seorang anak dalam hubungan mereka membuat Taehyung berpikir negatif, ia memang harus menyelesaikan masalah yang terjadi diantara dia dan Taehyung.

Agar tak terjadi kesalahpahaman yang berujung kandasnya sebuah hubungan.

"Jimin sudah sana mandi," Si manis min alias pasangan Jimin lantas mendorong sang suami untuk pergi ke kamar mandi, Sementara yang dibangunkan hanya menguap lebar dan mulai bangun. Pemuda itu memang bangun tapi matanya masih asik terpejam enak.

"Hoam.. iya iyaa,"

•••••

Hari lahirnya seseorang ke dunia, atau hari ulang tahun tentu waktu yang ditunggu - tunggu oleh sebagian orang. begitu pula dengan hari lahirnya Park Jimin, pemuda itu ingat bahwasannya hari ini. Hari dirinya lahir, hari saat dirinya menangis keras digendongan sang Eomma.

Dia tak begitu mementingkan hari ulang tahun, jika itu orang lain. Meski dia akan sibuk mencari hadiah mewah untuk dia berikan, prinsip seorang Park Jimin. Tak menjadi masalah jika memang orang terdekatnya tak membawa hadiah ataupun semacam gift.

Untuk dirinya, Ada yang mengucap atau ada yang ingat saja dia sudah senang. Apalagi yang mengucapkan sang ibu tercinta, ayahnya, termasuk Yoongi. Meski si manis baru saja memasuki kehidupannya 11 bulan lalu, dia mencintai namja manis tersebut dengan segenap hati.

"Sayang.."

Jimin beri pelukan pada orang yang kini sedang memasak didepannya sambil menodongkan dagunya pada bahu Yoongi, sementara yang dipeluk hanya mampu terkekeh sambil mengelus pelan Surai Jimin yang mengenai lehernya.

"Sayang, kau tahukan hari ini ulang tahunku? aku mau minta sesuatu, boleh?"

"Jimin? Mau minta apa?" Yoongi bertanya sambil mematikan kompor, lalu membalikkan badan membuat pelukan mereka terlepas. Dirinya was - was takut Jimin meminta suatu barang, takut dia tak mempunyai uang yang cukup.

Pipinya diusap halus oleh si manis, dia tersenyum lalu mengecup pelan telapak tangan Yoongi yang ada di pipinya.

"Hari ini, akukan tidak berangkat ke kantor. bisakah kita pergi ke suatu tempat?" Jimin berucap sambil sumringah, berharap si manis menjawab iya untuk pernyataannya.

"Tentu Jiminie, boleh. Ajak Jungkook dan Minji ya, biar kita--"

"Tidak sayang, maksudku mengajakmu hanya kita. Kita berdua." Jimin mendadak menolak usulan Yoongi yang akan mengajak orang lain, ia hanya mau mereka berdua yang pergi. Hanya berdua.

"Minji bagaimana Jiminie? Anak itu rewel jika jauh dariku.." Yoongi mencoba meyakinkan sang suami, Sementara Jimin dia menghela napas lelah. Jujur dia hanya ingin Yoongi menuruti kemauannya yang satu ini tanpa memikirkan hal lain.

"Sudahlah terserahmu hyung," Jimin lantas beranjak pergi lalu berjalan keluar mansion, Sementara Yoongi yang diam didapur hanya menghembuskan napasnya.

Jimin hanya ingin Yoongi menuruti keinginannya untuk pergi berdua, hanya berdua. Selagi Jimin sedang tidak ke kantor, ia ingin mengajak Yoonginya berkeliling.

Padahal malam kemarin, Yoongi sendiri yang meminta.

Disini dia sekarang, didepan mansion. Mencoba untuk mengontrol emosi, dia memang marah dan kecewa. Tapi hal itu tidak akan ia lampiaskan didepan orang lain termasuk Yoongi.

"Jimin, kau mau kemana?" Ucap seseorang padanya sambil berjalan mendekati dirinya, Dia menoleh sambil menghela napas. Kim Dahyun, gadis itu rupanya mengetahui dimana mansionnya.

"Ah kau pasti bingung, kenapa aku tau dimana kau tinggal. 'kan?" Dahyun menjawab pertanyaan yang ada diotak Jimin dengan tepat dan benar, gadis itu terkekeh kecil sesaat sebelum dia mendekatkan diri pada dirinya.

"Aku meletakan gps dimobilmu kemarin," Bisik Dahyun ditelinga dengan tubuh yang dekat sekali, dengan ukuran wajah 1 inci lagi akan mendekati bibirnya.

Jimin mendorong sedikit bahu Dahyun sambil berkata "ah itu tak penting, menjauhlah Dahyun. Jaga batasanmu."

"Hahaha astaga Jimin, kau percaya itu? Aku hanya bercanda kau tau. Aku memang mengetahui mansionmu dari dulu, kau lupa ya saat aku kemari untuk melamar kerja diperusahaanmu? Yatuhan kau ini pelupa sekali." Jelas Dahyun panjang lebar padanya, membuat Jimin ber'oh ria sambil terkekeh berusaha mencairkan suasana.

"Jadi kenapa kau kesini?" Jimin langsung mencari topik lain untuk dirinya dan wanita didepannya bahas, sekedar basa basi sebenarnya.

"Ah iyaa, selamat ulang tahun Jimin. cie sudah tua, nah aku belikan baju dan sepatu yang kau suka dulu.." Dahyun berucap sambil memberikan 3 barang padanya, ia terkekeh lalu mengangguk dan berterima kasih. Mau bagaimanapun Dahyun tetap temannya, kan?

"Gomawo Dahyun," Ucap Jimin yang lantas membuka barang yang diberi, ia puas dengan isi barang yang dia pegang. Lantas Jimin tersenyum sambil mengusak rambut berwarna pirang gadis tersebut.

"Jimin, bisakah aku bicara?"

"Tentu, bisa. Ada apa dahyun?" Jimin lantas beranjak duduk dikursi panjang yang tersedia disana, entah sejak kapan kursi itu ada. Dengn dahyun yang lantas mengikuti Jimin duduk.

"Aku pikir, aku akan berhenti bekerja padamu."

"Tiba - tiba sekali, tapi kenapa?" Jimin lantas membalik badan mengarah pada dahyun, yang kini tersenyum lalu menggaruk belakang kepalanya.

"Aku harus ikut ayahku ke new york, untuk beberapa tahun Jimin. Dia bilang, dia akan memperkerjakanku disebuah perusahaan. Itu alasan pertama dan kedua, masih ada 1 alasan. tapi itu tidak penting," dahyun terkekeh saat berucap. Sementara pemuda didepan mencoba mencerna.

"Dan ini hadiah sekaligus barang terakhir yang aku berikan untukmu jimin, aku harap. kita bertemu 3 tahun lagi. Anu aku mau bilang terima kasih dan maaf, terima kasih karna sudah mau membantuku. Maaf untuk kelakuanku dulu," dahyun berucap sambil menatap lawan bicaranya yang sekarang justru mendekat lalu memeluk dirinya.

Bingung, wanita yang ia peluk tak membalas pelukan.

"Aku akan merindukanmu, aku sudah memaafkanmu hyun. lupakan masa lalu, dan jangan lupakan aku. Mau bagaimanapun kau tetap sahabatku hyun," Jimin peluk erat wanita didepannya, yang dipeluk seolah tau. Dirinya membalas dan mengangguk iya.

"Yasudah terima kasih ya Jimin, sekali lagi selamat ulang tahun." Dahyun berjalan menjauh sambil berucap dan  melambaikan tangan padanya, Jimin sontak membalas lambaian milik gadis itu. Tak lama mobil dahyun menghilang dari indra penglihatannya.

"Dia sahabat terbaik yang kupunya," Lirih Jimin sambil usap sebuah selfie dirinya dengan dahyun 4 tahun lalu, saat mereka sekolah menengah. Sebuah selfie lama yang selalu pemuda itu simpan, ah sepertinya memang tidak akan ada masalah.

Dia harap jawabannya iya.

•••••••

"Aku mohon pergi Jim, aku mau sendiri. Ku mohon.." Suaranya ia keraskan agar terdengar sampai keluar, ia harap itu memang terdengar. Seulgi berucap pada orang dibalik pintu.

"Baiklah, jika kau butuh apapun. Kau bisa telpon aku, seul.." Jimmy mengusap pintu kayu yang sedari 2 hari yang lalu tertutup rapih, tak pernah dibuka oleh seseorang didalamnya.

"Apa yang harus ku lakukan, yatuhan. rumit sekali.." Jimmy berucap prustasi sambil berjalan perlahan menuju sofa yang ada disana, andai saja jika Jimin tak ada disana. Mungkin semua ini takkan terjadi, ia acak geram rambut atasnya.

"Pengacau." Desisnya sambil menunduk mencoba mencari sebuah ide untuk meredakan emosi, nyatanya bukan sebuah ide yang ia pikirkan tadi. Pikirannya malah melayang pada Jimin, bagaimana kalau dia mencoba menanyakan sesuatu yang bersangkutan dengan EunYa.

Sebuah ide bagus, atau malah memperburuk keadaan?

Ah ia tak tau, dengan cepat Jimmy ambil kunci motor miliknya. Menuruni lift apartement dengan terburu - buru, lalu saat pintu lift terbuka. Pemuda itu berlari menuju motornya yang terparkir tepat didepan gedung apartement.

Saat akan menyalakan mesin, ia malah menepuk jidat.

"Lupa, aku malah tidak tau dimana kembaranku itu tinggal. yatuhan sial sekali," Jimmy lantas menggerutu pada dirinya sendiri, sampai sampai dia diperhatikan oleh sebagian orang yang melewati dirinya. Dirinya hampir menyerah sesaat sebelum pikirannya kembali mencerna kejadian dulu, dengan terpaksa ia harus datangi mantan kekasihnya.

"Oke bagus sekali otak pintarku masih bekerja," ia berucap sambil menyalakan motor miliknya tersebut, melalui jalanan Seoul yang amat sangat padat. Membuat dirinya harus menahan sabar.

A few moment later ;

"Akhirnya yatuhan," dia dengan terburu buru melepas helm lalu berlari dengan sedikit cepat menuju lift apartement, dengan keadaan terengah - engah dia memencet tombol.

Jimmy, pemuda itu menunggu sampai dilantai yang ia tuju sambil meneguk sebotol air yang ia beli didepan tadi. Saat lift berbunyi, dirinya langsung pergi menuju pada apartement EunYa. Dia mencoba mengetuk membunyikan bell. Segala macam ia lakukan sambil menunggu pintu terbuka dari dalam.

"Oh ayolah, aku habiskan hampir 1 jam dari apartementku untuk kemari. Aku harap gadis itu ada didalam, EunYa ayolah jangan abaikan aku." Jimmy sedikit berteriak untuk mengatakan kalimat kedua, sampai akhirnya pintu terbuka menampakan EunYa yang menatap bingung pada Jimmy.

"Jimin?" Panggil EunYa pada dirinya, membuat dirinya memutar bola matanya. Dengan terburu dia menerobos masuk kedalam, dan menarik gadis yang tadi memanggil namanya berbeda.

"Aku Jimmy, yatuhan lihat rambutku. Ini blonde, bukan hitam asal kau tahu!" Dirinya lantas membuka topi yang ia pakai tadi, membuat EunYa berucap oh. Dia kira tadi Jimin, makanya dia panggil nama Jimin terlebih dahulu.

"Ada apa, aku mengantuk. Kalau kau mau membahas tentang 2 hari lalu. Lain kali saja.." EunYa berucap sambil menguap, tanda kalau dia memang benar - benar mengantuk. Pemuda didepannya menghembuskan nafasnya kasar lalu, menegakkan pundak EunYa dengan kedua lengannya.

"Beritahu aku, dimana alamat mansion kembaranku itu."

Sunyi, sepi dan tentu EunYa masih mencerna pernyataan pemuda didepannya. Agak aneh sebenarnya, dia kira pemuda didepannya tau dimana keberadaan Jimin. Ternyata tidak.

"Hah, Jimin maksudmu?"

"Ya ya dia, dimana? Kau pasti taukan. Jangan sampai kau jawab tidak," Ucap Jimmy sambil mengintrogasi wanita yang ia tatap, ia berharap jawaban orang didepannya adalah memberi jawaban yang ia harapkan.

Tatapan Jimmy semakin mendekat membuat EunYa mengangguk dan berkata..

"Iya iya aku tau, sudah hentikan tatapan sok kerenmu itu Jim." Ucapnya sambil menempelkan telapak tangan miliknya pada wajah Jimmy, mendorong dengan sekuat tenaga agar jarak mereka sedikit menjauh. Karna ya demi apapun tadi itu jarak yang dipakai untuk para pasangan ciuman, ya kau taulah.

Skip ;

"Disana, alamatnya kalau tidak salah disana. Itu tempat mansionnya berdiri, aku lihat sendiri Jim. Sudah sana pergi, aku ingin beristirahat!" EunYa berucap sambil mendorong punggung Jimmy agar keluar dari apartemennya, lalu menutup pintu sesaat pemuda didepannya mau bertanya.

"Dasar yeoja," gumam Jimmy lalu pemuda itu lantas pergi menuju tempat tujuan dirinya, langkahnya ia fokuskan kedepan sampai menabrak seseorang didepannya yang ternyata fokus pada handphone miliknya.

Seolah tak melihat Jimny, mereka bertabrakan membuat lamunan orang menabrak Jimmy buyar. Keduanya tak saling pandang, Jimmy yang mengerti lantas membantu wanita didepannya berdiri.

"Ah terima kasih, maaf aku tidak memperhatikan jalanku." Wanita didepannya meminta maaf sambil menunduk, membuat Jimmy tersenyum lalu mengatakan tidak apa - apa.

"Kau sangat baik, siapa namamu?" Ucap wanita tersebut sambil mengangkat wajahnya lalu menatap tak percaya pada pemuda didepannya, wajahnya total terkejut. Sementara Jimmy yang akan memperkenalkan diri jadi tertahan!

"Jimin? Sedang apa kau disini," wanita itu malah bertanya padanya sambil menyebut nama Jimin, oke semirip itukah dirinya dan Jimin? Kenapa semua orang yang ia temui tadi menyebut nama Jimin terus?

Tadi EunYa sekarang malah wanita asing memanggilnya Jimin juga, seram sekali Jimin mempunyai banyak kenalan. Jangan jangan ini cuma 1 persen yang Jimmy temui lagi.

"Maaf tapi namaku bukan Jim--"

Drettt!

Ponsel Jimmy berbunyi ada pesan masuk, ia lantas menjeda jawaban untuk wanita didepannya lalu membaca pesan. Ah itu dari temannya, tak sengaja ia melihat jam. Jam hampir menunjukan jam 11, yatuhan ia terlalu banyak menghabiskan waktu.

"Ah maaf noona, aku harus pergi. lain kali kita mengobrol lebih panjang jika bertemu," Jimmy lantas pergi sambil meninggalkan wanita itu sendiri, sementara yang ditinggalkan hanya mampu melongo.

"Tumben sekali Jimin memanggilku Noona, biasanya dia akan ketus padaku dan membentakku. Itu aneh, aku harus memberitahu EunJi." Soran melangkah meninggalkan area tadi, yang sebenarnya itu ditengah - tengah gedung apartement kalian tau.

Park Soran ; wanita yang tadi menabrak Jimmy itu lantas melangkahkan kakinya menuju apartement dirinya. Dengan terburu buru untuk memberitahu EunJi kabar aneh ini.

"Eh tunggu, aku baru lihat Jimin mengganti warna rambutnya jadi blonde seperti itu. Seperti bule kalian tau," Soran tertawa didalam lift seorang diri, menggelikan menurutnya. Karna yang ia tau, Jimin takkan pernah mengganti warna rambutnya yang hitam legam itu.

Blazer berwarna hitamnya menggelegar sampai belakang lututnya. Dia selalu memakai itu untuk menutupi pantatnya tau, temannya mengatakan jika benda tak bertulang itu akan tercetak jelas jika dirinya memakai celana.

Teman - temannya sudah menyarankan untuk memakai dress, atau paling tidak rok panjang. Tapi Soran menolak karna dia tak biasa dengan rok, dress. apalagi gaun ia tak suka memakainya terlalu sering.

Jadi sejak keluar sekolah menengah, dirinya jadi lebih sering menggunakan blazer hitam. coklat atau tidak ia akan memakai baju/atasan yang oversize baginya.

"Kau tahu, Jimin memanggilku Noona. Menggelikan menurutku, aku tidak berhenti tertawa kau tahu! Hahaha andai saja kau disini EunJi." Dia berbicara pada seseorang disebrang telpon sambil tertawa, EunJi yang disebrang hanya mampu merespon sebisanya.

"Tunggu, kau bertemu dia dimana Soran?" Tanya EunJi disebrang sana

"Aku bertemu dengannya didekat pintu keluar gedung apartement, aku tidak tahu dia akan kemana." Cerita Soran sambil menidurkan tubuhnya pada kasur empuk miliknya, berusaha menenangkan tubuhnya.

"Kita buntuti dia, aku akan ke apartemenmu dalam 10 menit. bersiap Soran."

EunJi berucap lalu mematikan telpon mereka, membuat Soran yang akan tertidur kembali terjaga. Oh ayolah dia baru saja akan istirahat, dasar gadis aneh. Jika ia bisa, ia tidak akan menuruti kemauan bocah seperti dia.

••••••

"Ya Irene, kau boleh kembali bekerja besok. Dahyun memutuskan berhenti bekerja padaku, iya tentu kau kembali mendapatkan jabatan sekertarisku kembali. Kita bertemu 2 hari lagi," Ucap Jimin pada Irene pada telpon, Saat akan mengakhiri obrolan mereka. Irene berteriak keras dari sebrang telpon, membuat Jimin tidak jadi mematikan telpon

"Jimin selamat ulang tahunn, Kau akan mengadakan pesta yaa? Undang aku jangan lupa!! Ah aku tak sabar untuk malam ini. sampai ketemu dimansionmu Jimin!! Sekali lagi selamat ulang tahun," Ucapan Irene disebrang sana membuat Jimin sedikit menjauhkan ponselnya, Suaranya tak main main. Besar, full volume. Belum lagi anak itu yang berteriak.

Sesudah berteriak dan mengucapkan kata selamat ulang tahun, gadis itu malah menutup telpon mereka. Belum sempat memarahi gadis bermarga Bae tersebut, telpon mereka sudah terputus.

"Dasar yeoja," gumam Jimin sambil terkekeh dan mengusap telinga. Semoga saja tidak apa apa, ia khawatir telinganya akan berdengung lagi.

Jimin melangkahkan kakinya menuju ke dalam mansion, sejenak ia berpikir. mungkin dirinya terlalu memaksa kehendak sendiri, jadi sudah ia putuskan untuk menerima usulan Yoongi.

"Sayang.." Panggil Jimin berusaha menemukan sosok manis yang daritadi ia cari, pandangannya ia edarkan pada sekeliling ruangan. berusaha mencari dan mendapatkan sosok Yoongi.

"Jiminie, ada apa?" Seseorang berucap sambil berjalan mendekat padanya dengan membawa segelas susu hamil, Jimin yang mendengar langsung saja menghampiri si manis. Memeluk tubuh bulat tersebut dengan sedikit kecupan kecil dikedua pipi sang empu.

"Maaf, aku minta maaf. sikapku kekanakan ya? maaf." Ucap Jimin sambil menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Yoongi, berusaha mengambil atensi si manis. Posisi keduanya sekarang sudah berdampingan diatas sofa dengan posisi wajah Jimin yang mendusel gemas pada leher Yoongi.

Yoongi tak marah, dia tau benar jika memang Jimin hanya ingin meluangkan waktu untuk mereka. Jarang jarangkan suaminya itu berada dirumah sampai 2 hari begini, maka Yoongi kekeh pelan lalu usap surai hitam legam milik pemuda park tersebut.

"Iya Jiminie, iyaa. Ayo kita pergi berdua, aku akan menitipkan Minji pada Eommaku. Dia akan datang untuk merayakan ulang tahunmu," Yoongi kecup pelan pipi sang suami yang kini menatap tak percaya pada jawaban yang ia tunggu daritadi, kekehan Yoongi kembali terdengar tak kala duselan dan ciuman mendarat pada dirinya.

"Bagaimana dengan Jungkook?" Jimin memberi sebuah pertanyaan pada si manis yang kini menatapnya berusaha memikirkan jawaban, Keduanya saling bertatapan sesaat sebelum salah satu dari mereka menyaut sebuah jawaban muncul.

"Tak apa hyung, aku akan pulang ke tempat ayahku. Ku pikir aku sudah banyak menyusahkan kalian, terima kasih sudah mau menenangkanku dan menerimaku disini untuk 1 hari." Jungkook menyaut sambil turun dari atas dengan membawa tas yang berisi baju miliknya, dia memakai baju Yoongi asal kalian tau.

Baju kebesaran milik Yoongi sebenarnya, Jungkook juga sudah izin pada sang pemilik.

Jungkook tersenyum sambil pamitan pada ketiganya, dia sempat berpelukan dan mengatakan sesuatu pada Yoongi. Yang tentu Jimin dan aku (author) tak tahu. Tak lupa dia memeluk gemas pada Minji yang tadi ikut turun bersama Jungkook.

Bocah kecil itu malah meminta gendong pada sang ayah.

"Hati - hati kookie," Jungkook yang mendengar kalimat itu dari Jimin lantas mengangguk iya, tak lama mobil yang menjemput si manis jeon hilang dari pandangan ketiganya.

"Tunggu Jiminie, kita akan pergi. Lalu Eommaku akan kemari dengan Appa, mereka akan berdua disini?"

"Bertiga sayang,"

"Iyaa itu, bagaimana?" Tanya Yoongi pada sang suami, Sementara yang diberi pertanyaan hanya menunduk mencoba mencari sebuah jawaban yang tepat.

Tak lama datang 3 mobil pada halaman mansion mereka, membuat keduanya saling bertatapan satu sama lain. Ternyata itu adalah mobil...

(To be continue...)

heheheheh haloo haloo, selamat siang/sore/malem kakak semuaaa. ciee ketemu lagi sama liaa, btw kak boleh minta doanya? doain ya semoga aku lulus (。•́︿•̀。)

liaa pilih masuk ke SMA, soalnya kalo smk banyak praktek. dan i dont like thats! hehhe doain semoga lulus terus aku masuk, asksks aamiin (◕દ◕)

btw maaf iyya baru update, aku kehabisan ide jujur. ya makanya baru ada ide ini, dan sampe ketemu lagi nanti. (doain aku double update iyya)

papaii ( ˘ ³˘)♥

~Liaa🐾

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 81.5K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
499K 37.2K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
6.7K 590 18
"Aku benar-benar mencintai nya" Malepreg top Yoongi bott jimin
84.1K 8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...