SHAGA (SELESAI)

By destharan

5.4M 681K 228K

JUDUl AWAL HAZEL. *** Shaga Putra Mahatama, menyesal karena menyetujui perjodohan nya dengan gadis asing, ena... More

SHAGA || PROLOG
SHAGA || ONE
SHAGA || TWO
SHAGA || THREE
SHAGA || FOUR
SHAGA || FIVE
SHAGA || SIX
SHAGA || SEVEN
SHAGA || EIGHT
SHAGA || NINE
SHAGA || TEN
SHAGA || ELEVEN
SHAGA || TWELVE
SHAGA || THIRTEEN
SHAGA || FOURTEEN
SHAGA || FIFTEEN
SHAGA || SIXTEEN
SHAGA || SEVENTEEN
SHAGA || EIGHTEEN
SHAGA || NINETEEN
SHAGA || TWENTY
SHAGA || TWENTY ONE
SHAGA || TWENTY TWO
SHAGA || TWENTY THREE
SHAGA || TWENTY FOUR
SHAGA || TWENTY FIVE
SHAGA || TWENTY SIX
SHAGA || TWENTY SEVEN
SHAGA || TWENTY EIGHT
SHAGA || TWENTY NINE
SHAGA || THIRTY
SHAGA || THIRTY ONE
SHAGA || THIRTY TWO
SHAGA || THIRTY THREE
SHAGA || THIRTY FOUR
SHAGA || THIRTY FIVE
SHAGA || THIRTY SIX
SHAGA || THIRTY SEVEN
SHAGA || THIRTY EIGHT
SHAGA || THIRTY NINE
SHAGA|| FORTY
SHAGA || QnA
SHAGA | QnA
SHAGA || FORTY ONE
SHAGA || FORTY TWO
SHAGA || FORTY THREE
SHAGA || FORTY FOUR
SHAGA || FOURTY SIX
SHAGA || FORTY SEVEN
SHAGA || FORTY EIGHT
SHAGA || FORTY NINE
SHAGA || FIFTY
SHAGA || FIFTY ONE
SHAGA || FIFTY TWO
SHAGA || FIFTY THREE
SHAGA || FIFTY FOUR
SHAGA || FIFTY FIVE
SHAGA || FIFTY FIVE (2)
SHAGA EKSTRA CHAPTER
SHAGA EKSTRA CHAPTER 01
TERBIT + VOTE COVER

SHAGA || FORTY FIVE

74.5K 10.5K 2K
By destharan

Assalamu'alaikum...

Jangan lupa vote dan komen ya.

Semakin mendekati ending semakin jiwa malas update ku meronta-ronta 🙈

Ayok kasih aku semangat! <3

***

Kalau suatu hari Shaga mengingat sebagian kecil tentang masa lalunya, dan menanyakan hal itu secara langsung, sebisa mungkin kalian memberitahunya pelan-pelan. Jelaskan sesederhana mungkin, dan berhenti jika Shaga mulai menunjukan reaksi negatif seperti sakit kepala atau bahkan pingsan. Jangan di paksakan, tetapi selama Shaga masih bisa menerima dan mencerna dengan baik, ceritakan saja apa yang dia ketahui.

Melihat kondisinya sekarang terlihat normal dan baik-baik saja padahal sebelumnya pingsan setelah melihat foto Nyonya Emilly, saya rasa, kondisi Shaga sudah jauh lebih baik.

Hazel menarik napas panjang kala mengingat nasihat yang Dokter Fara berikan kemarin, bagaimanapun menyembunyikan semua nya terlalu lama tidak baik juga untuk Shaga. Biarlah perlahan Hazel berikan penjelasan dan sepotong-sepotong ingatan, Hazel hanya berharap Shaga akan baik saja.

"Kamu udah mandi, ganteng banget," puji Hazel tersenyum manis menutupi gugupnya.

Shaga menaikkan kedua alisnya, tentu sangat heran atas pujian Hazel. "Aku kalau nggak mandi juga ganteng perasaan," decaknya sambil berjalan menuju meja makan. Shaga simpan Panpan di meja lebar itu membuat Riko melotot.

"Turunin Shaga!"

"Nggak!" tolak Shaga di detik yang sama. "Kenapa, sih, Pa? galak banget sama cucu sendiri? Orang Panpan lucu begini juga."

"Kamu ini udah ngawur kemana-mana! Papa nggak mau punya cucu berbulu!"

Shaga terkekeh sambil mengambil satu biscuit dan melahapnya. "Minta sama Hazel sana, aku sih kalau Hazel mau, ngak akan nolak kasih cucu buat Papa."

Hazel mendelik sementara mama Ranti mesem-mesem di tempatnya, wanita itu tampak mengulum senyum geli sambil beberapa kali menyenggol lengan Hazel dengan sengaja. "Hazel, mama pengen cucu," ucapnya merayu.

Shaga tertawa karena itu, sementara Hazel tampak enggan menanggapi dan kembali berbalik badan untuk melanjutkan masakannya.

"Jadi siapa Emilly itu?" tanya Shaga serius. "Kenapa kalian kayak ngehindar dari pertanyaanku?"

Hazel menghentikan pekerjaannya dan mendekati Shaga. Gadis itu berjalan pada Shaga sambil berujar. "Mana ada ngehindar, kamu yang banyak bercanda" decaknya. "Emilly itu..., mama ku."

Riko dan Ranti sontak menegang sementara Shaga mengkerut kening. "Bukannya nama mama mu..., Emo?" tanya Shaga membuat ketiganya melotot. Emo, Emo, jauh amat!

"Eh siapa, sih? Aku lupa yang, maaf."

"Emma. Nama sebenarnya Emilly, tapi teman dekat dan keluarga lebih senang panggil mama Ema," jelas Hazel ragu-ragu. Bukan takut ketahuan berbohong namun takut dengan apa yang terjadi selanjutnya.

Shaga mengangguk. "Ohh gitu..., Emilly..., Emilly... sebentar aku kayak pern—" Shaga berhenti bicara, memegagni kepala saat suara entah dari mana asalnya, terngiang seolah begitu dekat di telinga.

"Aunty Em! Hazel panggil keluar, dong!"

"Aunty Emilly masak mie goreng nggak hari ini?"

"Aunty Emilly, ajarin aku bahasa Inggris!"

"Aunty Emilly, aku boleh nginap sama Hazel nggak?"

"Aunty Emilly, aku ganteng nggak?"

"Aunty Emilly! Aku mau nikah sama Hazel!"

"Aunt—"

"Shaga..., hey..., Shaga!" suara Shaga kecil lenyap, berganti kepanikan suara Hazel yang kini bersimpuh di depan Shaga. Tangan gadis itu dingin, terasa saat telapaknya membingkai wajah Shaga.

Shaga memejamkan mata, masih memegangi kepala yang terasa pening. Rasanya dia ingin memukul kepalanya sendiri sampai pecah agar sakitnya hilang, dan dia hampir saja melakukan itu kalau tidak ada tubuh mungil yang memeluknya erat.

Shaga tesentak, membuka mata, mendapati Hazel berdiri di depannya mendekap kepala Shaga. Sangat dekat sampai wajah Shaga terbenam di perut gadis itu. Shaga lepaskan tangan dari kapala, beralih memeluk pinggang Hazel, Shaga menangis keras dalam dekapan hangat gadis itu.

"Kepala ku sakit," adunya. "Sakit banget."

Shaga rasakan puncak kepalanya di usap, sebelum kemudian merasakan kecupan berulang kali di tempat yang sama. "Sakit bentar, nggak apa-apa. Bentar lagi sembuh. Shaga kan kuat," bisik Hazel.

Shaga eratkan pelukannya, berusaha agar tetap terjaga walau kini pening yang dia dera mulai terasa merenggut kesadarannya.

***

Sesuatu basah yang berulangkali menjilati wajah samping Shaga membuat cowok itu membuka mata dan menemukan Panpan tepat berada di pipinya. Cowok itu tersenyum, membawa kucing bulat itu dalam pelukan dan menyembunyikannya dalam selimut sampai Panpan mengeong karena terkurung dalam gelap.

Tidak Shaga gubris, cowok itu malah mempererat pelukannya dan merasa senang sekali merasakan bulu hangat dan halus milik Panpan. Sampai akhirnya dia terkena cakaran barulah Shaga mau melepaskan kucing itu.

Sambil memperhatikan Panpan yang berguling-guling di sisi nya, pikiran Shaga melayang pada kejadian tadi sebelum dia memutuskan untuk beristirahat di kamar. Shaga tidak salah ingat, dia sungguh mendengar suara anak kecil berulangkali memanggil nama Emilly dan juga Hazel. Itu pasti dirinya, karena tidak mungkin Shaga bisa mendengar suara orang lain.

Tapi kenapa bisa? Kenapa bisa Shaga kecil mengetahui nama Emilly dan juga Hazel? Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya saat kecil? Atau itu hanya halusinasi nya saja?

Memikirkan itu lagi membuat kepala Shaga pening, kondisinya yang lemah tidk bisa di ajak kerja sama. Shaga juga tidak ingin menerka. Biarkan besok atau saat kondisi badannya baik, Shaga akan mencari tahu.

Jam menunjukan pukul sebelas siang, artinya sudah dua jam lebih Shaga tidur. Cowok itu bangun ketika mendengar suara cukup ramai di bawah. Dan benar saja, saat dirinya menuruni undakan tangga, bisa Shaga lihat keluarga besarnya sudah berkumpul.

Ternyata hari Minggu ini, adalah ulang tahun oma nya. yang rencananya akan di adakan syukuran khusus keluarga saja, itu sebabnya Ranti memita Hazel pagi-pagi untuk datang kerumah dan membuatkan Mie. Ternyata Mie itu akan di hidangkan saat makan siang bersama.

Lagi, Shaga terpaku melihat kehangatan keluarganya dalam menyambut Hazel. Di posisinya kini, dapat Shaga lihat Hazel yang sedang duduk di samping Oma nya sambil beberapa kali tertawa entah karena cerita apa.

Shaga tahu, keluarganya sangat terbuka pada Hazel dan sepenuhnya setuju atas pertunangan mereka namun Shaga tidak menyangka bahwa keluarganya bisa menerima dengan sepenuh hati dan sehangat ini.

Oma nya yang terkenal judes dan galak bahkan bisa sedekat itu dengan Hazel. Lihat, wanita tua itu duduk sambil tangan mengenggam tangan gadisnya. Shaga tersenyum geli melihat itu. oma nya dan Hazel satu frekeunsi. Sama-sama judes dan galak, tidak aneh sih mereka bisa akur.

Shaga mendekat, menyalami Oma Opa nya, tante dan om nya, lalu kemudian duduk memisahkan Hazel dan oma nya. "Jangan dekat-dekat kalian berdua, bahaya kalau kalian menyatukan kekuatan," canda Shaga.

"Kamu udah baikkan?" tanya Oma Shaga.

Shaga mengangguk, cowok itu menghadap oma sepenuhnya. "Selamat ulang tahun Oma. Semoga kebaikan selalu menyertai oma, kesehatan selalu oma dapatkan. Maaf, Shaga lupa nggak siapin kado."

Oma tersenyum. "Nggak apa, lihat kamu mau gabung di sini di hari spesial oam aja, udah bikin senang."

Shaga tersenyum masam mendengar itu. apa yang di katakan Oma memang benar adanya, tahun tahun kemarin, Shaga tidak pernah hadir dalam acara syukuran apapun dari keluarganya. Dia sibuk bersama Natasya dan selalu mengutamakan gadis itu di atas segalanya sampai lupa keluarga.

Jika di tanya apa Shaga menyesal? Jawabannya iya. Bukan menyesal karena menemani Natasya,karena bagaimanapun Natasya tetap temannya. Shaga justu menyesal karena dulu tidak bisa membagi waktunya sama rata.

"Oma, Hazel ke belakang dulu, ya. Mau lihat kue nya udah siap apa belum." Hazel pamit ke dapur sementara Shaga menatap kepergian gadis itu dengan senyum kecil.

"Hazel itu anak perempuan terbaik menurut Oma, Ga," ucap Oma pelan. "Lihat, dia bisa tumbuh jadi gadis baik hati padahal dunia yang dia punya begitu kejam."

"Hmm. Rima juga kagum banget sama Hazel. Tumbuh tanpa orang tua, punya bapak bajingan punya Ibu tiri juga kejam. Adik tirinya juga nyebelin. Eh nggak cukup di sana, ternyata tunangannya berengsek," cibir tante Rima. "Hazel itu orangnya sabar banget, ya. Kalau di lihat sekilas dia kayak orang yang keras, dan kasar. Padahal dia sangat penyayang."

Shaga menoleh pada tantenya. "Apa, hah? Kamu mau protes?" dengkus Tante Rima. "Ada yang salah sama apa yang tante bilang? Bener kan Hazel itu orangnya sabar. Sangat sabar sampai tunangannya selingkuh aja dia tetap bertahan."

"Aku nggak selingkuh, Tan," bantah Shaga.

"Selingkuh menurut kamu itu apa, sih, Ga? Punya hubungan lain di belakang Hazel? Gitu? Menurut tante bukan gitu. Dengan kamu punya perasaan selain perempuan lain aja udah masuk kategori selingkuh, penghianatan."

Shaga diam tidak membantah.

"Apalagi kamu sama si Natasya itu terang-terangan banget nunjukin kemesraan. Di mana otak kamu Shaga?"

"Tant—"

"Tante bukan sekali dua kali, ya, lihat kamu sama Natasya. Pegangan tangan, pelukan. Kamu nggak mikir Shaga? Gimana perasaanya Hazel?" cecar Tante Rima. Sungguh, sebenarnya dia sudah lama ingin mengomeli keponakannya ini. Namun, baru sekarang mereka bisa bertemu dan duduk bersama di satu ruangan. Jangan menyalahkannya jika hari ini Rima meledak.

"Tante aja yang bukan siapa-siapa kamu, ngerasa sakit banget. Ngilu hati tante lihat kamu dulu selalu mentingin Natasya ketimbang Hazel," ucap Rima pilu. "Hazel itu kurang apa, sih, Ga menurut kamu? Tante ngerti kamu belum punya perasaan sama dia. Tapi senggaknya jangan sakitin dia, Ga. Dia udah cukup menderita sama keluarganya. Dia menerima perjodohan ini karena kita janji bakal ngejaga dia, kita semua pengen ngelindungi dia, pengen ngerangkul dia dan bilang, nggak apa-apa dia di abaikan keluarganya tapi dia punya kita sebagai penggantinya. Tapi yang terjadi apa? Dia malah dapat luka baru karena kamu, Shaga.

Tante paham, kamu nggak cinta sama dia. Tapi seenggaknya dulu kamu mau kenali Hazel. Tante yakin, nggak butuh waktu lama bagi kamu buat jatuh cinta sama dia. Hazel itu orang yang gampang buat di sayang."

"Udah, Rima. Semua kan cuma masa lalu. Shaga juga sekarang udah berubah," bela Oma Shaga.

Tante Rima mendecih. "Dia berubah karena Natasya nya mati. Coba kalau nggak, dia pasti masih jadi orang tolol," cibir wanita itu. "Yakin sih aku, kalau Natasya masih hidup, si Shaga ini nggak akan ada di rumah sekarang sekalipun kita mohon-mohon buat dia pulang. Heran, di itu anak siapa sih sebenarnya, perasaan Mbak Ranti sama Mas Riko nggak pernah ajarin dia jadi anak berengsek."

Shaga diam saja menudukkan pandangan ke meja, menerima semua kecaman dari tantenya. Shaga salah, dan dia sadar itu. shaga juga menyesal, dan mencoba untuk berubah semenjak hari-hari kemarin. Shaga tidak tahu bahwa Lilian, Anthon dan Natasya adalah orang yang membuat Hazel terluka, jika Shaga tahu dia mungkin tidak akan seberengsek itu pada Hazel.

Tapi mau bagaimana lagi? kebusukan keluarga itu baru terungkap sekarang, dan Shaga tidak bisa berbuat banyak selain coba berubah dan mencoba perbaiki. Andai Shaga punya mesin waktu, Shaga rela mengorbankan apapun untuk memutarnya pada hari di mana dia bertemu Hazel pertama kali.

"Pergi kamu dari sini, Shaga. Tante muak liat wajah kamu," ucap Rima lagi tanpa hati.

Shaga berdiri dari duduknya, berjalan lunglai menuju dapur. Senyumnya terukir sendu melihat Hazel ada di sana. Sedang sibuk mengeluarkan kue-kue dari oven. Shaga diam saja memerhatikan punggung kecil gadis itu. Sungguh, Tuhan sangat menyayangi gadisnya sampai-sampai Hazel masih bisa kuat setelah semua luka yang dia terima. Tuhan pasti sangat melindungi Hazel, sampai gadis itu masih baik-baik saja walau sudah patah dan hancur berulang kali. Tuhan pasti sangat menjaga Hazel, sampai gadis itu bisa bertahan sejauh ini.

Shaga menunduk, tak terasa air matanya keluar hanya karena membayangkan penderitaan Hazel. Cepat-cepat Shaga menghapusnya, dia tidak boleh lemah, dia harus kuat karena kini dialah yang kini bertekad menjaga Hazel.

Shaga mengangkat kepalanya, dia melangkah bertepatan dengan tubuh Hazel yang ambruk. Shaga kaget, cepat saja berlari mendekat. "Haz—"

"Go away!" teriak Hazel.

"Sayang..."

"Pergi gue bilang!"

Shaga terpaku, menatap nanar pada Hazel yang terduduk di bawah di kelilingi kue buatannya yang hancur. Shaga perhatikan wajah gadis itu, sangat pucat seperti menahan sakit. Shaga ambil langkah lagi, dan Hazel menjerit lagi memintanya untuk pergi.

Tapi bagaimana bisa Shaga pergi di saat melihat gadisnya tanpak rapuh dan hancur begini?

Hazel memukul-mukul kakinya dengan jeritan frustrasi, membuat langkah kaki Shaga berhenti. Dan rasanya jantung Shaga seakan lepas dari katup ketika melihat darah mulai menetes dari hidung gadis itu.

"Sayang..."

"Pergi Ga!" Hazel meraung, melempar alas kue tepat mengenai pelipis Shaga. "PERGI!"

Tangan Shaga dingin, jantungnya berdebar keras, kakinya lemas. Rasanya ingin ikut jatuh dan terduduk di lantai, tapi keinginan Shaga untuk mendekap Hazel begitu kuat. Maka Shaga seret kaki nya, tak peduli jika Hazel menjerit dan berulang kali melempar kue buatanya mengenai mata.

Shaga berhasil mendekat, dengan usaha keras berhasil juga memeluk Hazel walau berulang kali gadis itu meronta. Shaga eratkan pelukannya, sakit hatinya merasakan betapa gemetar nya badan gadis itu. Perih hati Shaga mendengar tangisan Hazel yang seolah putus asa. Dan pilu rasanya melihat bagaimana rapuhnya gadis itu.

"Aku nggak apa-apa, Ga. Aku nggak apa-apa. Aku pasti bisa jalan.... Aku nggak apa-apa..." isak Hazel. "Aku nggak apa-apa kan, Ga?" tanya nya melemah.

Shaga bungkam, lidahnya kelu, dia ingin mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Pasti baik-baik saja, tapi setiap kali mulutnya terbuka hanya isak tangis yang keluar dari sana sampai dada Shaga terasa sesak dan nyeri. Shaga hanya mampu memeluk erat Hazel, dan menyakinkan hatinya sendiri. Bahwa Hazel nya akan baik-baik saja. 

***

To be continued...

Selasa, 15 Febuari, 2022.

Yang bertanya-tanya Hazel sakit apa, di bab depan ketahuan. Di harap bersabar kawan-kawan...

See you on next chapter 🦋

Continue Reading

You'll Also Like

10.1M 452K 43
[Attention : Cerita ini dibuat saat saya belum paham soal bahasa kepenulisan, maka dari itu banyak kata-kata atau bahkan tidak sesuai EYD, untuk meng...
14.3K 2.1K 58
[Follow sebelum membaca] [Belum revisi] °°°°° Tempat mereka, para teman teman nya berkeluh kesah tentang kehidupan yang dijalani. Menjadi 'tempat sam...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.1M 66.1K 33
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
6.1M 308K 58
SUPAYA NGGAK BINGUNG, BACA SESUAI URUTAN! 1. CRAZY POSSESSIVE (TERBIT) - SELF PUBLISH, PESAN DI GUA AJA - 2. EX (TERBIT) - ADA DI GRAMEDIA - 3. HIS G...