SHAGA (SELESAI)

By destharan

5M 662K 228K

JUDUl AWAL HAZEL. *** Shaga Putra Mahatama, menyesal karena menyetujui perjodohan nya dengan gadis asing, ena... More

SHAGA || PROLOG
SHAGA || ONE
SHAGA || TWO
SHAGA || THREE
SHAGA || FOUR
SHAGA || FIVE
SHAGA || SIX
SHAGA || SEVEN
SHAGA || EIGHT
SHAGA || NINE
SHAGA || TEN
SHAGA || ELEVEN
SHAGA || TWELVE
SHAGA || THIRTEEN
SHAGA || FOURTEEN
SHAGA || FIFTEEN
SHAGA || SIXTEEN
SHAGA || SEVENTEEN
SHAGA || EIGHTEEN
SHAGA || NINETEEN
SHAGA || TWENTY
SHAGA || TWENTY ONE
SHAGA || TWENTY TWO
SHAGA || TWENTY THREE
SHAGA || TWENTY FOUR
SHAGA || TWENTY FIVE
SHAGA || TWENTY SIX
SHAGA || TWENTY SEVEN
SHAGA || TWENTY EIGHT
SHAGA || TWENTY NINE
SHAGA || THIRTY
SHAGA || THIRTY ONE
SHAGA || THIRTY TWO
SHAGA || THIRTY FOUR
SHAGA || THIRTY FIVE
SHAGA || THIRTY SIX
SHAGA || THIRTY SEVEN
SHAGA || THIRTY EIGHT
SHAGA || THIRTY NINE
SHAGA|| FORTY
SHAGA || QnA
SHAGA | QnA
SHAGA || FORTY ONE
SHAGA || FORTY TWO
SHAGA || FORTY THREE
SHAGA || FORTY FOUR
SHAGA || FORTY FIVE
SHAGA || FOURTY SIX
SHAGA || FORTY SEVEN
SHAGA || FORTY EIGHT
SHAGA || FORTY NINE
SHAGA || FIFTY
SHAGA || FIFTY ONE
SHAGA || FIFTY TWO
SHAGA || FIFTY THREE
SHAGA || FIFTY FOUR
SHAGA || FIFTY FIVE
SHAGA || FIFTY FIVE (2)
SHAGA EKSTRA CHAPTER
SHAGA EKSTRA CHAPTER 01
TERBIT + VOTE COVER

SHAGA || THIRTY THREE

78.8K 10.9K 4.7K
By destharan

Halo!

Makasih bestie buat 6.29K komen nya 🥰

Tandai typo ya pren 😚

Aku nggak tahu kapan lagi bakal UP karena bab ini nggak akan aku target vote atau komen ya 🥰

Happy Reading...

***

"Hehehehe...."

Alef menoleh begitu telinganya mendengar suara cengengesan dari bangku sebelah, merinding bulu kuduk cowok itu ketika mendapati Shaga tengah menyengir sampai giginya terlihat kering dengan pipi merona merah. Sementara tangannya meraba-raba bibir entah kenapa.

Alef tahu, Shaga itu manusia aneh. Tapi dia tidak pernah menyangka Shaga akan seaneh ini sejak pagi. Bagaimana tidak? Shaga seperti manusia tolol yang sejak pagi tidak berhentinya mesem-mesem, yang membuat Alef heran, cowok itu masih bisa senyum-senyum padahal di pipinya ada luka seperti bekas di cakar.

"Ga, lo kenapa lagi anying?" tegur Alef. Jujur saja, dia rasanya ingin pindah bangku karena terlalu sering mendapati perilaku aneh Shaga sejak seminggu ini. "Lo ada masalah hidup apa, Ga? Cerita sama gue, jangan jadi gila."

"Ga."

"Ga."

"Shaga."

"Weh Hazel tuh Hazel!" Berhasil, Alef berhasil menipu Shaga karena cowok yang sejak tadi cengengesan itu langsung terburu-buru berdiri. "Jadi lo beneran gila karena Hazel, hah?!" ejeknya.

Shaga mendelik. "Lo bisa diem gak sih manusia jelek?! Ganggu orang aja!"

"Lo tuh bisa nggak sehari aja nggak usah prik! Gue ngeri lihat lo cengar-cengir raba bibir, blushing nggak jelas! Lo sebenarnya kenapa bangsat!"

Shaga diam saja tidak menjawab. Iya gitu dia berperilaku seperti itu? Ah, rasanya tidak.

"Perasaan lo aja kali!" bantah Shaga.

Mungkin, kalau senyum-senyum, Shaga bisa akui, tapi kalau sampai blushing, rasanya Alef terlalu berlebihan. Lagipula di mana letak keanehannya? Orang senyum-senyum di bilang aneh, dasar si jelek! Lagian, Shaga bukan orang gila yang akan cengengesan nggak jelas. Dia tuh lagi membayangkan kejadian kemarin, di mana dia dan Hazel....

Blusshhh.

Pipi Shaga terasa hangat kala bayangan itu hadir lagi, seolah tidak cukup dengan bayangan saja, Shaga bahkan seolah bisa merasakan harum Hazel serta rasa manis dari bibir gadisnya itu. Lembut, dingin, keny—

"Fuck!" Shaga mengumpat, merasa kesal sendiri karena membayangkan ciuman kemarin. Bukan nya tidak suka, tapi Shaga jadi ingin lagi. Tidak apa-apa jika harus mendapat cakaran lagi dari Hazel, Shaga iklas. Serius.

"Ini Pak Haidar ke mana, sih?! Kok nggak datang-datang?" Shaga baru sadar bahwa jam menunjukan pukul setengah sembilan sedangkan guru yang seharusnya mengajar belum kelihatan batang hidungnya.

"Tuh 'kan, tuh 'kan, lo nggak fokus Ga! Daritadi Pak Haidar ijin pulang, bini nya berkembang biak," jawab Alef, cowok itu ternyata sedang sibuk menyalin tugas, mungkin tugas dari Pak Haidar.

"Kosong, dong, sampai jam sembilan? Kantin yok!" Shaga bangkit berdiri, dia menarik kerah kemeja Alef dengan enteng tak peduli temannya tercekik.

"Bas! Kantin!" teriak Shaga mengagetkan seisi kelas. "Kalau ada guru nanyain gue, bilang gue nggak enak badan, lagi istirahat di UKS ya, Kar!"

Karina mengacungkan jempol, sedangkan Shaga, Alef dan Bastian keluar dari kelas.

"Lo mau kemana Ga!" Alef menegur kala Shaga belok ke kiri sedangkan arah kantin harusnya belok ke kanan.

"Kantin, lah. Gue udah bilang 'kan?"

"Ya lewat sini dongo! Lo ngapain belok kiri!"

"Lewat sini aja, lebih deket," usul Shaga.

Alef dan Bastian saling tatap, tidak mengerti lagi jalan pikiran Shaga. Siapapun tahu, bahwa jika mengambil jalan ke kiri, mereka harus memutar untuk menuju kantin padahal kalau lewat kanan, mereka tinggal jalan lurus sebentar lalu sampai.

"Lo mau ke kantin apa nengok cewek lo?!" cibir Bastian.

Shaga mendengkus sambil mengacak rambut tebalnya. "Dua-duanya, lah," sahut cowok itu jujur.

"Lo makin deket ya sama Hazel?"

"Lo nggak buta, 'kan? Ngapain nanya!"

Alef tersenyum masam. Buset, si Shaga, udah mah prik, lama-lama bibirnya juga pedes ketularan Hazel.

"Tuh Hazel!" Bastian menunjuk ke arah lapangan, di mana ada banyak murid yang sedang berolahraga.

"Kok, berasa banyakan banget, ya?" gumam Alef.

"Itu dua kelas di satuin," sahut Bastian.

Pak Kristian, guru olahraga nya memang kerap menyatukan dua kelas untuk pelajaran olahraga nya karena guru itu masih mempunyai jadwal kuliah, jadi mau tak mau, kadang jam mata pelajaran olahraga akan di geser lebih awal atau jadi yang terakhir.

Shaga berhenti melangkah, dia menatap lurus pada lapangan di mana Hazel berdiri sendirian sementara murid yang lain tampak asik mengobrol saling berkelompok.

Dari apa yang Shaga amati, sepertinya mereja baru saja selesai melakukan pratik dan kini sedang melakukan cooling, atau pendinginan setelah melakukan aktifitas olahraga.

"Kasihan amat Hazel nggak ada yang nemenin," komentar Alef. Shaga tahu, cowok itu tidak berniat mengejek, namun tetap saja apa yang Alef katakan membuat kekesalan di hati Shaga tersulut.

"Cewek gue nggak butuh temen yang munafik dan julit!" Shaga berdecak sambil meneruskan langkah. "Bas, tolong beliin air mineral dua."

Bastian mengangguk, di temani Alef dia pergi ke kantin sementara Shaga terus berjalan sampai akhirnya dia sampai di koridor tepat di samping lapangan yang di pakai olahraga.

Terdengar suara bisik-bisik dan pekikan tertahan saat Shaga bersender badan pada pilar sementara tatapan nya jatuh pada sosok Hazel yang menatapnya sebal.

Delapan menit, Shaga menunggu sampai pak Kristian pamit undur diri dan saat itu juga Shaga mengambil langkah keluar dari koridor menuju lapang, cowok itu tersenyum tipis pada Hazel yang masih diam di tempat, berdiri angkuh dengan tangan terlipat di dada.

"Manyun terus, senyum, kek, ada cowoknya datang," ujar Shaga, begitu sampai di depan Hazel, cowok itu langsung menekuk satu lutut dan bersimpuh.

Suara terkesiap dari banyak murid dapat Shaga dengar begitu juga dengan gerakan kaget dari Hazel yang hendak memundurkan langkah namun langsung Shaga tahan pergelangan kakinya. "Diem yang," peringatnya.

Hazel menunduk ke bawah, baru sadar bahwa tali sepatunya lepas dan kini sedang Shaga betulkan. Cowok itu mengikatnya agak longgar tapi cukup kuat. "Kok bisa lepas gini, sih? Untung kamu belum jalan, bisa jatuh kamu injak tali sepatu sendiri."

Shaga selesai, dia kemudian berdiri dan menatap sekeliling yang ternyata masih banyak murid yang memerhatikan nya. "Apa?" tanya Shaga ketus, berhasil membubarkan murid perempuan yang tampak sekali kepo dengan kedekatan antara Shaga dan Hazel.

"Neng byudi, ini minumny— buset! Kalem bos, ngasih minum doang," dengkus Alef saat Shaga merebut air mineral yang hendak Alef berikan sendiri pada Hazel.

"Minum." Shaga berikan botol yang sudah terbuka tutupnya. Tidak langsung di terima oleh Hazel, gadis itu sedang berusaha mengikat surainya karena gerah.

Alef dan Bastian sontak menatap tanpa henti, segala gerak-gerik Hazel tampak terlihat anggun sekali di mata mereka. Bagaimana bibir tipisnya menggigit ikat rambut, bagaimana tangan gadis itu berusaha menyatukan helai demi helai rambutnya, serta bagaimana harum rambut Hazel tercium saat gadis itu mengibaskan surainya, sangat sangat indah di mata mereka.

"Apa ini definisi Bidadari turun dari surga?" Alef bertanya dengan mata yang mungkin ada ribuan bintang atau bahkan emoticon love kalau dijabarkan secara lebay.

"Iye! Bidadari turun dari surga tapi dia turun beserta pangeran nya! Jadi...." Shaga tunjuk kening Alef dengan telunjuk nya lalu mendorongnya dengan kesal. "Jaga mata lo karena dia punya gue!"

***

"Ga minta, dong!"

"Nggak. Nggak ada. Ngapain ngemis makanan sama gue? Miskin lo?!" sembur Shaga pada Shabira yang berniat mencolong bekalnya dari Hazel.

"Elah, bagi sepotong doang dagingnya. Kayak yang enak gue ngiler."

"Ya emang enak! Justru itu, gue nggak mau bagi-bagi sama lo!" dengkus Shaga. Dia kembali makan dengan terburu-buru karena takut ada yang mengemis bekalnya lagi.

Kini, dia sedang berada di kantin di jam istirahat pertama tanpa Hazel. Katanya, gadis itu ada ulangan di mana gurunya ingin waktu dua jam full tanpa terjeda istirahat. Jadilah jam istirahat Hazel akan mundur satu jam kebelakang.

"Eh si Nat nggak sekolah, ya?" celetuk Karin.

"Iya kayaknya. Udah tiga harian dia nggak masuk," sahut Shabira. "Natasya kemana Ga?"

Shaga mengedikan pundak. Dia sungguh tidak tahu kemana Natasya. Karena sejak kejadian empat hari lalu di hari Minggu itu, Shaga sudah benar-benar berhenti peduli pada gadis tersebut.

Rasa kecewa karena di bohongi sungguh besar Shaga rasakan. Bayangkan saja, selama sepuluh tahun dia menghargai dan menghormati orang yang salah. Parahnya dia juga membenci Hazel hanya karena salah paham yang Natasya buat.

"Dia sakit apa, ya?" gumam Alef.

"Gue nggak tahu." Shaga menjawab kesal lalu meminum jus yang juga dibuat Hazel.

"Emang Nat nggak ada kasih kabar sama lo?" Bastian yang sekarang bertanya.

Ada sebenarnya. Shaga beberapa kali menerima pesan dari nomor asing yang mengatakan bahwa itu adalah Natasya.

Gadis itu mengajaknya bertemu karena ingin meminta maaf secara benar dan menjelaskan semuanya agar masalah selesai dan mereka kembali berteman.

Tapi tentu saja Shaga belum mau bertemu sekarang, bisa habis Natasya karena dia amuk. Jadi Shaga abaikan saja pesan-pesan itu termasuk telepon nya juga.

"Kalau kalian peduli, ya cari tahu lah. Ngapain kepo ke gue," decak Shaga.

Semua yang ada di meja itu hanya diam saja, enggan bertanya lagi karena sadar bahwa kini Shaga benar-benar tidak peduli lagi pada Natasya.

Beberapa menit mereka lewati dalam obrolan santai sambil mengemil, sampai akhirnya kedatangan Chelsea membuat keributan besar dengan berita yang dia bawa.

Dengan suara gemetar sambil memperlihatkan layar ponselnya, gadis itu mengatakan. "Guys! Natasya mati, bunuh diri!"

Shaga terhenyak, dia diam sementara semua teman yang lain sudah sangat ribut mencari tahu kebenaran berita itu.

Dia lalu merogoh saku celananya. Dengan jari gemetar, Shaga buka pesan. Ada satu chat masuk kemarin, tengah malam pukul dua dini hari dari nomor asing yang selama ini menghubunginya.

08529455****

Shaga, aku pergi. Tolong maafin aku, dan sampaikan maaf aku sama Hazel.

Jangan benci aku, Ga.

***

To be continued...

Published: January 21, 2022.

Siapa yang kemarin komen mau Natasya mati? Aku kabulkan tuh.

Semoga nggak ada lagi dari kalian yang minta tokoh mati ya. Karena mungkin bakal aku kabulkan even itu Shaga atau Hazel 🤣🤣

Spam nama HAZEL di sini 🦋

Spam nama SHAGA di sini 🐯

Spam nama Natasya di sini 🥰

See you on next chapter bestie 🦋

Continue Reading

You'll Also Like

21.3M 1.1M 59
#1 in teenfiction 10.6.2017 [TELAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA] "Mulai sekarang lo jadi pacar gue!" ucap Darka dengan tatapan datarnya. ...
5.9M 692K 58
Spin off Arunika's World dan SHAGA BISA DI BACA TERPISAH FOLLOW SEBELUM MEMBACA *** "Lo mau nggak pacaran sama gue?" Snowy. "Gue nggak mau pacaran...
56.3K 3.6K 12
[TIDAK TERIMA KRITIKAN DALAM BENTUK APAPUN! HARGAIN GUA] Cerita terinspirasi dari tren tt "Om, gue pesen mie ayam satu kagak pake sayur" "Ga jualan"...
441K 15.9K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...