SHAGA (SELESAI)

By destharan

5.1M 663K 228K

JUDUl AWAL HAZEL. *** Shaga Putra Mahatama, menyesal karena menyetujui perjodohan nya dengan gadis asing, ena... More

SHAGA || PROLOG
SHAGA || ONE
SHAGA || TWO
SHAGA || THREE
SHAGA || FOUR
SHAGA || FIVE
SHAGA || SIX
SHAGA || SEVEN
SHAGA || EIGHT
SHAGA || NINE
SHAGA || TEN
SHAGA || ELEVEN
SHAGA || TWELVE
SHAGA || THIRTEEN
SHAGA || FOURTEEN
SHAGA || FIFTEEN
SHAGA || SIXTEEN
SHAGA || SEVENTEEN
SHAGA || EIGHTEEN
SHAGA || TWENTY
SHAGA || TWENTY ONE
SHAGA || TWENTY TWO
SHAGA || TWENTY THREE
SHAGA || TWENTY FOUR
SHAGA || TWENTY FIVE
SHAGA || TWENTY SIX
SHAGA || TWENTY SEVEN
SHAGA || TWENTY EIGHT
SHAGA || TWENTY NINE
SHAGA || THIRTY
SHAGA || THIRTY ONE
SHAGA || THIRTY TWO
SHAGA || THIRTY THREE
SHAGA || THIRTY FOUR
SHAGA || THIRTY FIVE
SHAGA || THIRTY SIX
SHAGA || THIRTY SEVEN
SHAGA || THIRTY EIGHT
SHAGA || THIRTY NINE
SHAGA|| FORTY
SHAGA || QnA
SHAGA | QnA
SHAGA || FORTY ONE
SHAGA || FORTY TWO
SHAGA || FORTY THREE
SHAGA || FORTY FOUR
SHAGA || FORTY FIVE
SHAGA || FOURTY SIX
SHAGA || FORTY SEVEN
SHAGA || FORTY EIGHT
SHAGA || FORTY NINE
SHAGA || FIFTY
SHAGA || FIFTY ONE
SHAGA || FIFTY TWO
SHAGA || FIFTY THREE
SHAGA || FIFTY FOUR
SHAGA || FIFTY FIVE
SHAGA || FIFTY FIVE (2)
SHAGA EKSTRA CHAPTER
SHAGA EKSTRA CHAPTER 01
TERBIT + VOTE COVER

SHAGA || NINETEEN

82.4K 12.4K 4.1K
By destharan

Halo!

Makasih buat 1.53K  vote dan 3.49K komen nya 🤩

Terkhusus, aku berterima kasih banget buat yang suka kasih komen di tiap baris, ada beberapa belas orang, aku lupa catet nama akun nya. Tapi aku bener2 makasih banget ya! ❤

Target nya aku naikin ya, harusnya sih bisa karena rata2 vote udah sampai 1.8K 

1.7K votes dan 2K komen buat next  chapter depan, semangat! 🤗

Happy reading...

*** 

Shaga masuk ke area lapang futsal dengan sebelah tangan menuntun Hazel sementara tangan yang lain menjinjing kantung belanja minimarket. Dia edarkan pandangan ke sekitar tribun kiri untuk menemukan teman nya dan ternyata mereka ada di sisi kanan. Shaga berdecak, dia harus memutar terlebih dahulu ke arah gawang untuk sampai sana, kembali ke luar dan masuk lewat kanan juga percuma, mereka sudah berada di tengah-tengah.

Shaga rasakan tangan yang dia genggam perlahan menjadi dingin, dan sedikit lembap, menoleh, Shaga dapati wajah Hazel menjadi pucat. Shaga perhatikan mata gadis itu, sama seperti di sekolah tadi, kosong dan abai terhadap sekitar. "Hazel," serunya namun agaknya tidak terdengar oleh gadis itu.

"Hazel!" lagi, Hazel seolah tidak mendengar apapun. Gadis itu hanya diam, menatap lurus ke depan dan berjalan pelan. Shaga berhenti berjalan, membuat Hazel terkesiap, dia tatap gadis yang kini tampak kebingungan.

"Kenapa berhenti, Ga?"

"Kamu kenapa?"

"Kenapa apa?"

Shaga angkat tangan mereka yang masih saling tertaut. "Tangan kamu dingin, kamu juga ngelamun. Kayak orang linglung. Kamu takut?" tebak Shaga.

"Nggak."

"Nggak nyaman karena semua orang lihatin kamu?" tebak Shaga lagi, dan kali ini cowok itu yakin tebakan nya benar karena Hazel diam. Shaga menatap ke arah tribun, pada bangku yang terisi penuh oleh banyak cowok dan beberapa perempuan. Mereka semua memang secara terang-terangan menatap pada Hazel. Tapi, terlihat seperti tatapan kagum dan terpesona. Mengapa Hazel justru terlihat tidak nyaman?

"Kamu cantik banget, makanya mereka lihatin." Shaga berujar sambil melanjutkan langkah di ikuti Hazel. "Jadi, kamu nggak usah ngehindari tatapan mereka. Kalau nggak nyaman, pelototin aja. mereka auto kabur, wajah kamu kan judes," canda nya.

"Mereka lihat nya begitu?" tanya Hazel tampak tidak percaya.

"Iya, lihat aja sama kamu sendiri."

Hazel langsung menggeleng, membuat Shaga gemas. "Lihat, coba." Cowok itu perhatikan Hazel yang melirik pelan ke arah tribun, terlihat kaku dan canggung.

"Kenapa kamu nggak mau lihat orang di sekitar kamu, sih?" tanya Shaga.

"Kenapa kamu kepo?"

"Karena aku peduli," sahut Shaga di detik yang sama.

"Aku sedikit takut sebenarnya," ungkap Hazel membuat langkah kaki Shaga berhenti seketika, cowok itu menoleh dari balik bahu, mendapati Hazel tengah tersenyum. Senyum yang entah kenapa membuat hati Shaga lagi-lagi tidak nyaman.

"Aku selalu di pandang buruk sama orang lain yang bahkan nggak kenal aku. Tatapan mereka seolah jijik lihat aku, atau nggak mereka seolah lagi lihat orang terjahat di dunia kalau lihat aku. Dan itu..., bikin aku kadang takut, walaupun benar aku memang jahat, tapi tetap aja rasanya nggak nyaman. Yah intinya, aku jadi keinget masa kecil aku, nggak nyaman banget." urai Hazel lagi masih dengan senyum. "Jadi, abai adalah satu-satu nya cara yang bisa aku lakukan. Dan itu cara teraman buat aku."

Shaga eratkan genggaman tangan nya, dia menatap Hazel dengan sedikit berbeda dari biasanya. "Mana ada yang lihat kamu kaya gitu? Siapa yang bilang kamu jahat?"

Hazel tersenyum lagi. "Ada," kata nya di detik yang sama. "Kamu salah satu nya, Shaga."

"Hazel."

"But it's okay. Kamu benar, kok. Aku memang jahat. Wajar kalau kamu dan yang lain benci aku."

Shaga merasa tertohok lagi. yang di katakan Hazel memang benar adanya, dia adalah satu orang yang selalu berburuk sangka pada gadis itu, mengatai nya jahat, licik, tak berperasaan, padahal dalam dua hari saja, Shaga sudah menemukan banyak kebaikan dari Hazel. Gadis itu sekalipun tidak pernah membela diri jika di katai jahat oleh nya, Hazel malah membenarkan perkataan nya, atau kadang dia hanya akan diam dengan wajah datar, dan dulu, itu sangat menyebalkan bagi Shaga.

Namun yang tidak Shaga tahu adalah, setiap di sebut jahat, maka, Hazel benar-benar merasakan dirinya jahat. Jahat karena telah membuat Shaga celaka. Jahat karena telah membuat Shaga hilang ingatan. Dan jahat karena pernah membuat Shaga buta. Dan itu benar-benar membuat Hazel tersiksa.

"Aku minta maaf," kata Shaga setelah beberapa saat terdiam.

Hazel terkekeh. "Okay seperti biasa, aku maafin."

Shaga melanjutkan langkah masih dengan hati yang belum nyaman, rasanya dia ingin lebih banyak berbicara dengan Hazel dan menguak semua yang dia tidak tahu tentang gadis itu. Terutama, tentang masa lalu nya saat kecil yang katanya membuat gadis itu tidak nyaman. Dia juga ingin bertanya tentang keluarga Hazel, terutama tentang Papa nya. apa kabar pria itu? apakah hidup nya baik setelah menghancurkan dunia putri nya?

Namun agaknya, Shaga harus lebih sabar menunggu untuk waktu yang tepat. berbicara tentang masa lalu di tempat ramai seperti lapang futsal begini sangat tidak mungkin.

"Kamu punya teman nggak?" tanya Shaga lagi coba alihkan pembicaraan.

"Punya satu, dulu. Tapi dia nggak ingat aku."

"Nggak ingat?" hera Shaga. "Kok bisa?"

"Panjang cerita nya. kamu bakal syok kalau aku kasih tau, atau mungkin pingsan," kekeh Hazel.

Shaga terdiam lagi dengan pikiran yang ramai. Mulai menerka-nerka, bahwa Hazel yang dingin, kaku, canggung dan kadang merasa takut saat banyak orang yang memerhatikan nya. salah satu alasan nya adalah gadis itu tidak terbiasa berinteraksi dengan banyak orang. Sehingga saat banyak orang memperhatikan nya, Hazel akan mendadak gugup dan canggung, terlebih trauma masa kecil nya mungkin sering kambuh.

"Masa teman nya cuma satu? Teman TK, SD, SMP? Teman SMA sebelum pindah? Nggak ada?" tanya Shaga lagi.

"Aku homescholling, jadi nggak punya teman."

Shaga mengangguk. "Aku nggak tahu."

"Dan kamu nggak pernah mau cari tahu," timpal Hazel.

Shaga berdeham saja menanggapi nya. Baiklah, satu tebakan nya benar. Hazel tidak biasa berinteraksi dengan banyak orang. Gadis itu tidak punya teman, maka Shaga dengan senang hati akan memberikan nya teman.

"Woyy bos, lama amet jalan dari sono ke sini. Sengaja banget pengen lama-lamaan pegangan tangan," Alef menyapa kehadiran Shaga dan Hazel dengan heboh. "Eh ada neng byudi."

"Byudi apaan," decak Shaga.

"Beuaty. Perempuan cantik." Alef cengengesan.

"Jangan genit lo jelek!" peringat Shaga. Cowok itu perhatikan teman yang lain, suasana yang tadi nya ramai mendadak hening karena kehadiran nya. ah tidak, mungkin karena kehadiran Hazel.

Shaga menoleh pada gadis nya, terkekeh geli karena ternyata Hazel sudah memasang wajah datar dan tatapan sinis andalan. Pantas saja mereka ketakutan. "Ini temen-temen ku, temen satu kelas," kata Shaga memulai. "Dan bro, ini Hazel, tunangan gue," lanjutnya membuat teman sekelas itu bersiul menggoda.

Shaga mendelik. "Shabira, Karina, karena cuma kalian berdua cewek di sini jadi gue mint—"

"Hai, Hazel. Gue Shabira. Panggil aja Bira!" belum selesai Shaga bicara, teman sekelas nya bernama Shabira itu menyela sambil berdiri, gadis itu mengulurkan tangan ke hadapan Hazel.

Shaga sikut lengan Hazel sebagi kode agar menerima uluran tangan itu. Hazel berdeham, lalu menerima uluran tangan itu. "Hazel."

"Waw, tangan lo halus banget kayak pantat bayi!" seru Bira heboh.

"Mana, mana, gue pengen pegang," Karina ikut berdiri, dia merebut tangan Hazel, lalu berdecak kagum. "Hazel, ini kulit atau kain sutra, halus bener."

Hazel diam saja, bingung harus merespons apa karena ini pertama kalinya dia berkenalan. "Eh iya, gue Karina. Temen sekelas Shaga. Gue udah tahu lo sebelumnya karena lo terkenal bingit."

Shaga berdecak. "Jangan heboh gitu lah, lo berdua agresif banget, sih, syok itu cewek gue! ini lagi, lepas tangan cewek gue!" Shaga tepis tangan Karina yang masih menggenggam tangan Hazel. "Gini, gue minta tolong sama kalian buat tem—"

"Kita berdua mau jadi temen lo, kok. Tapi lo nya mau nggak temenan sama yang burik kayak kita?" sela Shabira lagi membuat Shaga rasanya ingin menendang mulut gadis itu. Nyela mulu woy!

Hazel hendak menjawab, namun mendadak terkejut ketika Karina dan Shabira tiba-tiba berdiri sambil menyimpan satu tangan di dada. "Tapi walau kita burik, kita nggak munafik. Kita nggak punya banyak duit, tapi soal solideritas nggak akan pelit. Kita akan setia berteman, sampai maut memisahkan. Pertemanan kita tidak akan mati walau nanti kita semua udah masuk peti!" Seru Shabira membuat Hazel dan Shaga melogo.

"Lo berdua pada ngapain jenglot!" Shaga menegur sambil menoyor kepala kepala gadis itu. "Terserahlah, moto pertemanan kalian kayak gimana. Yang penting temenin cewek gue sekarang! Gue mau ganti baju."

Shaga berikan tas nya pada Hazel beserta dengan kantung camilan. Dia rogoh saku serangam nya, mengeluarkan handphone dan kunci motor dari sana, lalu memberikan nya juga pada Hazel. "Kamu tunggu, duduk di sini. Ada Bira sama Karin, mereka emang agresif tapi nggak gigit."

Hazel tersenyum geli, dan itu membuat beberapa orang di sana terpukau. Setelah kepergian Shaga, Hazel pun di tarik oleh Shabira dan Karin untuk duduk di bangku tribun. Gadis itu di tempatkan di tengah, antara kedua nya.

Baru saja Hazel duduk nyaman, gadis itu di buat sedikit tersentak ketika handphone Shaga berdering. Hazel intip siapa sang penelepon. Dan id call nya menunjukan Rumah Natasya. Gadis itu tersenyum miring lalu tanpa pikir panjang menjawab panggilan itu.

"Shaga aku butuh kamu," suara Natasya menyapa di sertai isak tangis.

Hazel mendecih. "Selain ngemis uang, ternyata lo juga belum berhenti ya, ngemis perhatian tunangan orang?"

"Lo! Kenapa lo angkat telepon gue?!"

"Lah, lo kenapa telepon cowok gue?"

"Gue lagi butuh Shaga! Please, gue nggak mau ribut! Kasih handphone nya ke Shaga! Jangan gak sopan kaya begitu, angkat telepon orang sembarangan."

Hazel memutar bola mata bertepatan dengan keluarnya Shaga dari ruang ganti. Cowok yang sudah memakai jersey bola itu berlari kecil ke arahnya, lalu menatapnya heran karena Hazel sedang memakai handphone nya.

"Siapa?" tanya Shaga tanpa suara.

"Sahabat rasa selingkuhan, nih. Lagi butuh kamu katanya." Hazel berikan handphone itu pada Shaga namun segera saja Shaga tolak. "Lho, ini Natasya, Ga."

Shaga mendelik, dia dorong tangan Hazel yang masih kukuh memberikan benda pipih itu padanya. "Matiin aja," ujarnya. "Aku pemanasan dulu." Tanpa mau menunggu jawaban Hazel, Shaga turun lagi ke dari bangku tribun, cowok itu lalu bergabung ke sisi lapang untuk melakukan pemanasan.

Hazel lekatkan lagi hadphone Shaga ke telinga nya. "Lo dengar, Natasya? Shaga nggak mau bicara sama lo."

"Bullshit! Lo pasti ancam Shag—"

"Natasya, bisa nggak tahu diri dikit?" sela Hazel jenuh. "Gue yang malu, liat kelakuan lo."

***

To be continued...

Published: January 09, 2022.

Pren, ada yang inget Shabira nggak? Yang aku buat AU, judulnya Hey, Crush! 

Itu lho yang di kerjain Karina buat confess ke Elzio 😆

Jadi, Shabira aku buat satu kelas sama Shaga, ya.  Dan Bira, Karin, Chelsea dan Nadia yang nanti bakal jadi temen Hazel selain Shaga.

Semoga kalian nggak pusing ya banyak peran. Walaupun banyak, aku bakal tetep fokus Shaga Hazel kok, mereka hanya sebagai selingan saja.

Oke deh, udah gitu aja. Papay preen!

See you on chapter 20 ❤

Continue Reading

You'll Also Like

17.3M 723K 39
[COMPLETED] Seorang gadis yang 'terpaksa' tinggal satu flat dengan lelaki menyebalkan di asrama. Segala sesuatu mereka lakukan bersama, hingga tumbuh...
8.2M 451K 51
[COMPLETED] "Seandainya aja gue gak kenal dia, hidup gue nggak akan merana." Dia Abel Ghisa, seorang siswi dengan penuh penderitaan di sekolah barun...
13.4K 2.1K 58
[Follow sebelum membaca] [Belum revisi] °°°°° Tempat mereka, para teman teman nya berkeluh kesah tentang kehidupan yang dijalani. Menjadi 'tempat sam...
56.5K 3.7K 12
[TIDAK TERIMA KRITIKAN DALAM BENTUK APAPUN! HARGAIN GUA] Cerita terinspirasi dari tren tt "Om, gue pesen mie ayam satu kagak pake sayur" "Ga jualan"...