Sejumput Dendam Rana

נכתב על ידי ArinFerdia

5M 597K 128K

Tentang Rana yang harus menerima kenyataan pahit. Saat suaminya harus menikah lagi dengan anak dari pendonor... עוד

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53 (Sisi Lain Daniel)
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Bukan Update (Info Plagiat)
Part 58
Part 59
Part 60

Part 26

107K 13K 2.7K
נכתב על ידי ArinFerdia

AKU NGUCAPIN TERIMAKASIH UNTUK KALIAN YANG MASIH SETIA MENUNGGU CERITA INI, DAN AKU MINTA MAAF UNTUK YANG KURANG BERKENAN DENGAN ALUR CERITA INI. MAAF KALAU TIDAK SEPERTI APA YANG KALIAN HARAPKAN :)

NOTED : PART INI SEDIKIT MENGANDUNG UNSUR 18+, MOHON SKIP JIKA KAMU MERASA MASIH DI BAWAH UMUR!

~Sejumput Dendam Rana~

Tolong jangan terlalu keras mengetuk
Pintu hatiku yang mulai lapuk, aku takut jika remuk
Lalu kamu tidak tertarik lagi untuk masuk
Padahal aku sudah menyediakan ruang
Untuk kamu memarkirkan rasa
Lalu menyemaikan nama kita menjadi untaian kata bermakna, perjanjian tentang jatuh cinta
~Rana

~Sejumput Dendam Rana~

Rana menghela nafas panjang, sesuai dugaannya jika lelaki mungil yang menyandang status sebagai anak tertampan satu bumi pasti akan rewel pada saat begini. Berada di ruangan tertutup dengan dikelilingi banyak orang pasti akan membuat Onad merasa risih.

"Mbak, bentar saya mau ke anak saya dulu," pamit Rana membuat perempuan yang bersiap mengoleskan lipstik itu mengangguk.

Demi Tuhan Rana menyesali keputusannya sendiri untuk menggunakan baju India menyebalkan begini sudah berat, bergerak susah, suara krimpying-krimpying berisik sekali. Tau begini lebih baik Rana menggunakan riasan dan pakaian simple seperti saat akad nikahnya tadi.

Tapi tak apa demi emas murni yang diberikan oleh Ayang Danielnya penyesalan Rana tidak berat-berat sekali mungkin hanya lima persen saja, sisanya rasa kesalnya Rana alihkan pada hitungan pundi-pundi rupiah yang akan Rana terima saat menjual perhiasan yang melekat pada tubuhnya nanti. 

Matre? Wajar, perempuan harus tahu hukum untung rugi. Dunia terus berputar, waktu terus berlalu, mengandalkan perasaan hanya akan membuatmu tenang tapi tidak membuat perutmu kenyang! Menggunakan perasaan memang perlu, tapi jangan sampai perasaan membuat logikamu mati. Jadi seimbangkan keduanya agar jalanmu tidak miring, berat sebelah!

"Sayangnya Mama." panggil Rana membuat lelaki kecil yang sesegukan itu menutupi sebagian wajahnya dengan tangannya yang mungil.

Rana terkekeh lalu berlutut, mengusap puncuk kepala lelaki kecil dalam stroler berlogo F itu membiarkan sejenak Onad melampiaskan perasaannya dengan tangis.

"Onadnya Mama, gantengnya jangan ditutupin dong Mama mau lihat," 

Bukannya berhenti tangis Onad makin pecah, membuat suasana ruang khusus make up itu makin riuh. Rana menghela nafas kemudian mengedarkan pandangan, memberi kode agar semua yang berada di ruangan ini kembali pada aktifitasnya masing-masing dan tak memfokuskan pandangan pada Onad. 

"Onad gak mau liat Mama ya? Mama jelek ya?" lirih Rana membuat Onad menggelengkan kepala. Tidak, bagi Onad Rana adalah perempuan tercantik. Rana adalah malaikat bagi Onad.

Onad menjauhkan tangan dari wajah, mendongak menatap Rana masih dengan tangisan lirihnya.

"Ih air matanya Onad jatuh, ada suaranya Tes.. Tes... Tes.. gitu." tunjuk Rana pada pipi gembul Onad.

"Nanti kalau air matanya ngalir terus, air matanya Onad abis loh. Onad mau air matanya abis?" Onad menggeleng, masih dengan sesegukan meski air mata sudah tidak mengalir lagi.

Rana terkekeh, lalu mengusap puncuk kepala Onad "Good job, Sayang! Senyum dulu dong,"  

Melihat kedua sudut bibir mungil itu berkedut menampilkan senyuman begitu manis, Rana ikut melebarkan senyumnya. Ah, Onadnya memang anak paling manis.

"Say thanks to Allah, Sayang," 

Onad mengangguk lalu menengadahkan tangan. "Terima kasih ya Allah, Onad udah diberi karunia air mata untuk hari ini. Maaf air matanya Onad keluarin buat nangis biar dada Onad nggak sesek lagi. Dan terima kasih sekali lagi untuk senyuman Onad yang udah kembali, ya Allah."

"Do you remember our promise, little boy?"

Onad menggeleng lalu menampilkan deretan giginya. "Kita tidak boleh banyak mengeluh, mesti banyak bersyu..."

Onad menggerakkan bibirnya seakan berbicara kata kur, mesti tidak suara yang keluar dari bibir mungilnya. Tapi tak apa, Rana tetap bangga dengan Onadnya. Onad sempurna di mata Rana, meski Onad berteman dengan kesunyian, Onad sempurna di mata Rana meski cara Onad berpijak berbeda dengan anak seusianya. Onad dan keistimewaannya adalah karunia terindah dari Tuhan untuk Rana.

Rana menggigit bibir bawah, menatap ke arah atas menghela nafas panjang. Berusaha sebisa mungkin agar tangisnya tidak pecah. Ah, Rana merutuk dirinya mengapa disaat begini malah acara drama segala!

"Gak, Mama nggak nangis! Mama nggak mau nangis." ujar Rana dengan suara serak, membuat Onad mengusap puncuk kepala Rana seakan menguatkan.

"Rana mantan janda bahenol tidak akan menangis! Menangis hanya untuk perempuan lemah! Rana perempuan kuat, tidak akan menangis! Semangat demi make up lima puluh juta agar tidak luntur! Semangat lima puluh juta tidak sia-sia! Semangat Rana semangat!" 

Setelah memastikan api semangatnya berkobar, Rana kembali memfokuskan diri pada Onad yang menatapnya dengan pandangan sedikit berbeda. Apakah Onad ikut terbakar dengan yel-yel penyemangat Rana? Ataukah Onad sedang terpesona dengan Rana yang tampil berbeda? Terserahlah, lebih baik Rana melanjutkan make upnya dan segera memulai resepsi.

"Lebih cepat resepsi mulai artinya lebih cepat juga selesainya, kalau resepsi cepet selesai artinya lebih cepat pula malam pertamanya. Semangat Rana!" lirih Rana dalam hati.

"Ya udah Onad sini dulu, tunggu Mama mau nambah lipstik." pamit Rana membuat tangan mungil itu segera menepuk pelan lengan Rana seakan Onad tidak rela jika Ibunya beranjak.

"Kenapa? Takut? Enggak usah takut, nanti Onad main nggak ada yang gangguin lagi. Mama cuma bentar, abis ini sama Onad lagi." bujuk Rana membuat Onad menggeleng dan menampilkan jempol terbalik yang menandakan kalau bukan itu maksud Onad.

"Terus Onad mau apa?"

Onad menampilkan deretan giginya lalu menunjuk ke arah hidung Rana yang terdapat nart, lalu lelaki kecil itu menggerakan bibir sekaan berkata mooo membuat Rana memelototkan matanya.

"Heh, bisa-bisanya kamu nyamain Mamamu yang cantik jelita paripurna ini dengan sapi! Ini anting hidung manusia Onad, bukan anting hidungnya sapi!"

Rana langsung bangkit lalu berjalan bersungut-sungut menuju ke tempat duduknya kembali, meninggalkan Onad yang terkekeh lirih. 

Tidak, Rana tidak marah, Rana hanya pura-pura merajuk. Rana tahu Onad tidak benar-benar ingin mengatainya, Onad hanya sedang mencoba mengelmbalikan mood Rana seperti sedia kala. Karena Onad tahu, dengan berkata manis hanya akan membuat tangis Rana pecah. Lihatlah betapa pekanya Onad, Rana jadi tak habis pikir bagaimana bisa ada manusia yang benci pada Onadnya. 

~Sejumput Dendam Rana~

Rana melirik ke arah telapak tangannya yang berkeringat, padahal ruangan ini dilengkapi pendingin ruangan. Demi Tuhan rasanya berada di pelaminan membuat Rana menjadi gugup, memang tak ada pandangan aneh atau menghakimi yang tertuju untuk Rana. Namun tetap saja rasanya Rana begitu gugup.

"Kenapa?"

"Jantung Rana rasanya deg-degan, Pa." aku Rana jujur membuat Daniel mengangguk-anggukan kepala.

"Coba sini saya periksa, Ran." izin Daniel sembari menjulurkan tangan membuat Rana segera menutupi kedua gunung kembar istimewanya dengan tangan.

"Heh! Sembarangan, jangan pegang-pegang dong! Bayar dulu di kasir."

"Mas kawinnya kurang emang?" 

Rana langsung mendelik, menatap garang ke arah lelaki yang kini menaik turunkan alis itu. 

"Cukup, Pa! Malahan lebih dari cukup! Harusnya Papa gak ngasih Rana sebanyak itu." omel Rana garang membuat Daniel mengerutkan kening.

"Kok kamu marah sih, Ran?"

"Ya gimana gak marah, Papa ngasihnya terlalu banyak duit lima ratus juta, rumah, vila, ruko, beberapa set perhiasan juga padahal seserahan dari Papa udah banyak."

"Pom bensinnya belum kesebut, Ran," celetuk Daniel membuat Rana mengangguk.

"Nah iya, pake mas kawin ngasih pom bensin segala! Beda dari yang lain sih beda tapi nggak gini juga, Pa! Yang normal aja, kalau gini sama aja buang-buang duit tau nggak! Sebanyak itu nanti kedepannya malah bikin pusing mikirin perawatannya, pajek tahunannya juga!"

"Ya gimana ya, Ran. Mampunya saya ngasihnya segitu."

"Astagfirullah, terserah-terserah!" Rana memijit pelipis pelan membuat Daniel terkekeh.

"Kamu nggak mau nerima mahar saya?"

"MAULAH! SIAPA YANG BILANG NGGAK MAU!" teriak Rana dengan satu tarikan nafas membuat para tamu undangan berfokus ke arah singgsasana raja dan ratu sehari itu.

"Papa sih," gerutu Rana pelan sembari menampilkan deretan gigi dan mengangguk-anggukan kepala pelan seakan meminta maaf kepada para tamu undangan.

"Kok saya sih, Ran?"

"Ya pokoknya Papa yang salah, kalau Papa nggak mau ngaku malam pertama kita pisah kamar!"

"Yakin ngajakin pisah kamar?"

"Ralat! Pisah kamarnya hari kedua eh enggak hari kesepuluh deh." tawar Rana yang dihadiahi kekehan kecil Daniel, Rananya memang begitu lucu dan menggemaskan.

Obrolan keduanya terhenti kala lelaki berjas hitam itu mendekat, mengulurkan kotak berwarna hitam yang diterima oleh Daniel.

"Itu apa?"

"Kacamata." jawab Daniel seraya mengenakan bingkai dua bulatan kaca itu di atas hidung mancungnya.

"Papa kok pakai kacamata?" celetuk Rana membuat Daniel menoleh, lalu memfokuskan diri menatap wajah ayu Rana yang begitu mempesona dengan dandanan Indianya.

"Mata saya agak berkunang, Ran."

"Papa sih, maksain kerja gila-gilaan tiga hari ini. Pake acara lembur di kantor segala. Padahalkan bisa ambil cuti nikah, toh itu perusahaan Papa sendiri. Ambil cuti barang sehari, dua hari gak akan membuat Papa rugi," omel Rana membuat Daniel terkekeh, lalu mengusap pelan pipi Rana.

"Dalam pekerjaan itu profesionalitas perlu, Ran. Jangan karena saya pemiliknya lalu saya bisa bertindak seenaknya. Lagian buat apa saya ngambil cuti sebelum menikah? Lebih baik saya ambil cuti setelah menikahkan?" ujar Daniel seraya menaik turunkan alis.

"Genit!" 

Keduanya saling pandang sebelum terkekeh bersama.

"Lagunya bagus, suara penyanyinya juga suaranya bagus." komentar Rana membuat Daniel menggangguk menyetujui.

"Ngomong-ngomong kenapa Papa gak ngundang artis Korea aja? Kenapa harus artis lokal?"

"Sebenernya saya mau ngundang artis Korea tapi saya takut, Ran."

"Takut? Takut gak dapet izin atau takut kalau biaya resepsi pernikahan kita membengkak?" tanya Rana membuat Daniel menggeleng.

"Takut resepsi pernikahan kita bukannya bahagia malah berakhir duka."

"Oh, Papa takut Rana kecantol sama artis Korea? Tenang aja, Pa. Rana lebih suka yang Om-omable banyak duit, kaya raya kayak Papa kok."

"Tapi tetep aja Ran saya takut, saya gak mau kehilangan kamu!"

"So sweetnya, ngomong-ngomong emangnya Papa mau ngundang siapa sih?"

"Kim Jong Un. Ngeri banget kalau dia ngasih hadiah pernikahan kita rudal. Bisa meledak mati gak jadi malam pertama!" seru Daniel menggebu-gebu membuat Rana tertawa lirih yang terlihat sangat dipaksakan.

"Garing, tapi harus tetap tertawa daripada meledek berkahir dompet menderita! Semangat Rana!"

~Sejumput Dendam Rana~

Perempuan bergaun tidur tipis itu memasuki kamar, tersenyum tipis kala mendapati anak lelakinya begitu lelap dalam dekapan Ayah barunya. Mendapati pandangan teduh yang diberikan oleh lelaki berkepala empat itu rasanya hati Rana ngilu, mengapa harus orang lain yang memberikan pandangan kasih sayang setulus itu pada Onad? Mengapa malah lelaki yang berbagi DNA dengan Onad tidak pernah berlaku manis begitu?

Rana menggelengkan kepala berusaha menghalau pikiran buruk yang bekecamuk dalam benaknya, Rana tidak ingin merusak malam pertamanya dengan mengingat Damar si lelaki lemah syahwat! Lebih baik Rana berfokus pada malam pertamanya saja! Semangat menunjukkan bakat terpendammu Rana!

Rana menghela nafas panjang sebelum melanjutkan langkah mendekat ke arah ranjang.

"Onad udah tidur, Pa?" 

Suara merdu nan mendayu membuat lelaki berpiyama biru tua itu mengalihkan pandangan dari Onad, kemudian berfokus pada perempuan bergaun tipis berwarna hitam di hadapannya. 

"You're so georgeous, Ran!puji Daniel setelah memindai Rana dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Melihat Rana yang hanya berdiri mematung dengan wajah tersipu, tanpa dikomando Daniel bangkit mendekat lalu membawa Rana dalam gendongannya.

"Pa!"

"Sttt... Jangan banyak berisik, Sayang! Onad kita baru tertidur." peringat Daniel membuat Rana mengangguk dan menyembunyikan wajahnya yang tersipu pada dada bidang Daniel.

Daniel membawa mendudukan Rana di ujung ranjang, kemudian berlutut memegangi kedua tangan Rana lalu menatap wajah ayu Rana yang dari bawah. Ah, Rana dilihat dari bagian manapun memang begitu cantik, ralat! Rana sangat- sangat cantik.

"Saya gak tahu lagi bagaimana menggambarkan perasaan saya sekarang, yang pasti saya hanya ingin mengatakan kalau saya mencintai kamu. Saya sangat mencintai kamu, Ran!" lirih Daniel sebelum mendaratkan kecupan pada punggung tangan Rana, membuat Rana menggigit bibir bawahnya. 

Daniel membingkai wajah Rana dengan tangan besarnya, lalu mengusap bibir Rana dengan ibu jari. "Jangan gigit bibir bawahmu, Sayang!" geramnya.

"Pa," lirih Rana saat Daniel mulai bangkit, berdiri dan membimbing tubuh Rana terlentang lalu mengungkung tubuh Rana di bawahnya.

"Ada Onad!" cicit Rana pelan.

"Give me one kiss, please!" 

"Tap..."

Chup

Rana bungkam, setelah sebuah bibir kemerahan itu mendarat pada bibir ranumnya. Tidak ada pergerakan, hanya sekedar menempel. Namun berhasil membuat gelayer aneh hinggap pada diri Rana. Dan saat bibir itu terlepas, rasanya Rana begitu kehilangan.

Rana dapat melihat Daniel yang mengacak rambutnya sendiri sebelum bangkit dan mendudukan diri di ujung ranjang.

"Em.. Ran?"

"Iya, Pa?"

"Kamu capek?"

Rana terkekeh, sebelum mendudukan diri dan menatap ke arah lelaki berkepala empat dengan wajah memerah itu. 

"Kamu capek ya?" ulang Daniel membuat Rana menggeleng.

"Enggak kok, Pa." 

"Beneran? Kalau kamu capek..."

"Enggak, Sayang. Enggak capek." bisik Rana dengan nada sensual.

Daniel langsung berdiri dan mengulurkan tangan pada Rana. "Yuk?" ajaknya sembari memberikan kode lewat mata ke arah kamar mandi.

"Kamar mandi?" beo Rana membuat Daniel mengangguk dan menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Kamar mandi gapapa, yang penting malam pertama! Semangat melayani suami!" batin Rana.

"Bentar, Ran!" cegah Daniel membuat Rana mengurungkan niatnya untuk berjalan menuju ke arah kamar mandi. "Rambutnya dikuncir dulu,"

Rana hanya diam membiarkan Daniel menguncir rambutnya menjadi satu, bahkan Rana tak tahu sejak kapan Daniel menyimpan kuncir rambut pada saku celananya.

"Papa pinter banget bisa ngucir rambut,"

"Kapan-kapan saya tunjukin skill saya yang lain, Ran."

"Skill lain?"

"Skill menguncir tanpa menggunakan kuncir rambut tapi pake satu tangan."

Rana mengerutkan kening, menatap tak paham ke arah Daniel "Hah? Maksudnya?"

"Susah kalau harus dijelasin, Ran! Besok aja saya praktekkan, saya kasih les privat buat kamu." 

Rana hanya mengangguk, tak ingin bertanya lebih. Mungkin benar apa kata suaminya jika praktek akan cepat membuat paham daripada hanya terori.

"Ayo!" seru Daniel dengan tidak sabaran membuat Rana diam-diam mengulum senyum. Sepertinya lelaki berkepala empat itu sudah sangat tidak sabaran mendapatkan nikmat dunia!

"Kamu beneran gak capekkan?" tanya Daniel memastikan yang hanya dijawab deheman Rana.

"Masuk!" suruh Daniel setelah membuka pintu kamar mandi, tanpa banyak kata lelaki berkepala empat itu langsung membimbing Rana menuju bathtub.

"Papa mau ngajak main di sini?" tunjuk Rana pada bathtub yang berisi air yang dihiasi bunga-bunga membuat Daniel menggeleng lalu mengangguk.

"Saya tanya sekali lagi kamu capek nggak? Kalau kamu capek besok aja, saya nggak mau ada unsur pemaksaan di sini."

"Nggak, Pa! Rana gak capek, Rana siap lahir batin melayani Papa!" sahut Rana meyakinkan.

"Bagus, kalau gitu kamu udah siap membersihkan bathtupkan? Saya risih lihat bunga-bunganya, Ran."

"Hah?"

"Kok hah sih Ran. Sana kamu berisihin bathupnya, kan tadi katanya kamu nggak capek."

"Lah kita bukan mau malam pertama?"

Daniel menggeleng, lalu mengusap puncuk kepala Rana. "Tunda besok ya? Saya capek, dua hari saya nggak tidur! Tenaga saya rasanya habis, Ran. Belum lagi tadi nahan gugup ijab qabul, lanjut nyambut tamu buat resepsi. Capek, Ran. Lagian saya mau menikmati malam pertama tidur dengan Onad."

Chuuupp

Daniel mencuri satu kecupan pada pipi Rana. "Selamat bekerja, istriku." bisiknya sebelum beranjak meninggalkan Rana yang bersungut-sungut.

"DANIEL ALUCAS MAHESWARA! AKU PERKOSA KAMU YA!"

~Sejumput Dendam Rana~


Bagaimana untuk part ini?

Next gak nih?

Salam sayang, 
Author

~Sejumput Dendam Rana~

Bonus :

Ini Rana pas pake baju untuk resepsi ya

Kalau yang mau lihat gambaran resepsi Rana, kalian bisa kunjungin akun tiktokku @ArinFerdia

המשך קריאה

You'll Also Like

951K 40.2K 30
3 tahun telah berlalu, Vivi menjalani hidupnya, layaknya seperti orang normal, tetapi sebenarnya 3 tahun itu semua bukan hal mudah bagi Vivi yang har...
473K 27.7K 60
(tahap revisi) Terlibat dalam sebuah pernikahan dengan Daffin William, dokter dingin yang memiliki hawa mencekam sekaligus membuat Ella merasa aman...
70.3K 5.8K 22
Saat selesai memberi makan seekor kucing dipinggir jalan,Gavin tertabrak motor sehingga para warga membawanya kerumah sakit. saat terbangun,dia dibua...
291K 29.5K 28
Secuil kisah ajaib bin menarik dari keluarga mapia Papi Rion Kenzo dan Mami Caine Chana beserta tuyul-tuyulnya. YES THIS STORY CONTAIN BXB!