MATE FROM THE DARK [END ✔️]

By Mangokornet

84K 7.8K 658

[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMENT] ⚠️UNTUK DI BACA BUKAN DI TULIS ULANG ALIAS PLAGIAT. MIKIR ALUR SUSAH... More

CAST
P R O L O G
CHAPT 1
CHAPT 2
CHAPT 3
CHAPT 4
CHAPT 5
CHAPT 7
CHAPT 8
CHAPT 9
CHAPT 10
CHAPT 11
CHAPT 12
CHAPT 13
CHAPT 14
CHAPT 15
CHAPT 16
CHAPT 17
CHAPT 18
CHAPT 19
CHAPT 20
CHAPT 21
CHAPT 22
CHAPT 23
CHAPT 24
CHAPT 25
CHAPT 26
CHAPT 27
CHAPT 28
CHAPT 29
CHAPT 30
CHAPT 31
CHAPT 32
CHAPT 33
CHAPT 34
CHAPT 35
CHAPT 36
CHAPT 37
CHAPT 38
CHAPT 39
CHAPT 40
CHAPT 41
CHAPT 42
CHAPT 43
E P I L O G U E
EXTRA CHAPT-GODDESS OF THE HUNT
EXTRA CHAPT-EVONSHIELD BROTHERS
EXTRA CHAPT-DEATH PRISON
EXTRA CHAPT-BABY DRAKE
EXTRA CHAPT-HUNGRY BISTRO
THE SILENT KILLERS

CHAPT 6

1.5K 152 16
By Mangokornet

MATE FROM THE DARK

Vote dulu biar gak lupa 🔪🔪🔪🔪🔪


Prysona—Voresfox itu sebenarnya jauh pake banget apalagi tempat tinggal Gale yang dulu kan deket pantai tuh. Perjalanan ke sana bisa lima sampai enam jam. Karena daerahnya yang agak pedalaman gitu. Dulu Lucia ngasih rumah disana emang biar Gale gak ketemu banyak orang. Terus juga kalau ke makamnya Nora biar deket.

Tapi sejak ibu angkatnya—Lyla nikah, Gale pindah ke daerah kota yang berbatasan langsung sama Voresfox. Jadi sekarang kalau mau ke Voresfox cuma butuh waktu empat puluh menit aja. Sedangkan kalau mau ke taman kota lima belas menit.

Intinya Gale juga mau ngucapin makasih ke ayah angkatnya karena udah ngajakin pindah ke kota. Jadi dia gak se—struggle dulu kalau pengen ketemu sama Valerie.

******

Lucia membuka pintu warna putih itu perlahan, senyum tipis menghiasi wajahnya kala melihat putri sulungnya masih bergelung di bawah selimut.

Di Voresham biasanya hari ke lima musim salju tuh udara lagi dingin-dinginnya, emang paling enak molor kek Valerie gini.

Sebenarnya ini bukan tanpa alasan. Vale baru tidur pukul tiga dini hari karena belajar bareng Thala di perpustakaan istana. Valerie tidak pergi ke akademi, sebagai gantinya ia belajar sendiri di istana dia juga memiliki guru pribadi.

Yoshi mengizinkan karena ia tahu rasanya di paksa pergi ke akademi walau sebenarnya enggan. Yoshi tidak ingin anaknya merasakan apa yang telah ia rasakan.

Lucia melangkah masuk kemudian duduk di pinggir ranjang. Tangannya terulur menyingkap selimut yang menutupi wajah Vale.

"Sweety!" Bisik Lucia

Vale bergumam berat dan serak khas orang mager dibangunin.

"Sudah pukul sembilan. Kau tidak ingin bangun?"

"Hmm, mommy. Vale baru tidur enam jam, sebentar lagi. Mata Vale berat sekali," jawabnya dengan mata tertutup.

Lucia menghela napas lirih "Gale menunggumu di ruang tengah. Bukankah kalian berjanji pergi main ice skating?"

Seketika mata Vale terbuka lebar. Ia menatap langit-langit kamarnya sejenak sebelum menggeser netranya pada sang ibu. Wajah cantiknya yang tidak pernah lekang termakan waktu.

"Gale? Gale sudah disini?" Valerie bangkit sambil mengerjapkan kedua matanya. Mengusir setan-setan kantuk yang menggelayuti kelopak matanya.

"Sudah dari tadi. Sekarang kau cepat pergi mandi, kasihan dia menunggumu lama," ujar Lucia

"Ah baiklah aku akan mandi kilat," cepat-cepat Valerie turun dari ranjang. Menyambar handuk di gantungan kemudian pergi keluar kamar untuk mandi.

Lucia memandanginya dengan senyuman dan gelengan kepala.

"Astaga," gumamnya

Ibu tiga anak itu lantas membereskan ranjang Valerie. Melipat selimut serta merapikan bantal dan guling.

******

Usai meminta izin pada Yoshi dan Lucia, Gale membawa Valerie pergi dari istana untuk bermain skating.

Mereka pergi ke taman kota Prysona dengan menaiki kuda. Tadinya Valerie ingin naik kuda sendiri, tapi Gale tidak mengizinkan dengan alasan jalannya licin terkena salju. Akhirnya sekarang mereka menaiki kuda yang sama.

Kuda berbulu hitam legam itu adalah hadiah ulang tahun ke dua puluh Gale dari ayah angkatnya. Padahal saat itu Gale sudah ingin membeli kuda sendiri. Ia bahkan telah berada di penjual kuda, hampir saja membayar tapi secara tiba-tiba ibunya datang menyuruhnya kembali ke kastil.

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam akhirnya mereka tiba di taman kota. Danau buatan yang sekarang membeku itu menjadi objek wisata dadakan.

Banyak orang beraktifitas di taman kota. Ada yang bermain skating, ada pula yang membuat boneka dari salju, ada juga yang hanya duduk menyaksikan kegiatan orang lain.

Gale turun terlebih dahulu kemudian mengulurkan tangannya membantu Valerie turun dari kuda.

"Wah aku deg-degan. Bagaimana rasanya meluncur di atas es, Gale?" Tanya Valerie

"Menyenangkan," Gale tersenyum, laki-laki itu lantas mengajak Valerie ke salah satu gazebo yang ada di dekat danau. Ia sudah menyiapkan sepatu skatingnya disana.

Mata Valerie berbinar bahagia melihat pemandangan di hadapannya. Entah sudah berapa kali ia berkata wah ketika menyaksikan orang berseluncur di atas lapisan air yang membeku itu.

"Apa esnya cukup tebal hingga bisa diinjak banyak orang?" Vale menatap Gale yang tengah memasang sepatu skatingnya.

"Bukan cukup. Tapi sangat tebal. Sekarang kau duduk aku akan membantumu memasang sepatu," ujar Gale

Valerie menurut, gadis itu duduk di pinggir gazebo sedangkan Gale berlutut di hadapannya memasangkan sepatu di kakinya.

Entah kenapa tiba-tiba jantung Valerie berdebar-debar.

"Gale Raregroove!"

Valerie dan Gale menoleh serempak. Sosok anak laki-laki berambut honey blond berjalan menghampiri mereka sambil menenteng sepatu skating. Wajahnya tertutup syal membuat Gale mengernyitkan dahi.

"Ah astaga. Kau ternyata, Del." Ujar Gale begitu Deli tiba di hadapannya.

Namanya Deli Fierro Wilson si bobrok ceplas ceplos kopian orangtuanya. Putra sulung pasangan Demetri Fierro Wilson dan Leah Jasper Iverson. Mereka berdua ini temen sekolahnya Yoshi dulu.

"Wah Gale Raregroove bagaimana bisa kau mengajak putri kerajaan Voresham bermain keluar?" Seru Deli begitu menyadari keberadaan Valerie.

"Ssssttt!" Vale menempelkan jari telunjuknya ke bibir, memberi isyarat pada Deli untuk tidak mengungkap identitasnya.

Vale tidak suka jika banyak orang mengetahui identitasnya sebagai putri kerajaan Voresham. Hal itu hanya akan membuatnya terkekang dan tidak bisa bebas bepergian.

"Aku saja tidak pernah berhasil mengajaknya bermain. Kau, bagaimana bisa?" Deli terheran-heran

Deli kenal sama Valerie karena Demetri sering mengajaknya ke istana untuk bertemu Yoshi. Kalau masalah pendekatan Deli ini juga gak main-main. Ngajak Vale pergi naik kereta, ngasih barang-barang girly, dan masih banyak lagi usaha seorang Deli Fierro Wilson. Sayangnya sekali Vale bilang gak mau ya gak.

Gale menyeringai "ya aku tidak tahu,"

Mata Deli menyipit curiga "kau pasti menggunakan sesuatu?"

"Jangan sembarangan." Balas Gale

Kalau kalian tanya gimana Gale dan Deli bisa kenal. Mereka ini tetanggaan sejak Gale pindah ke kota dua tahun kebelakang ini. Mereka juga memiliki hobi yang sama, suka main skating. Walhasil jadi bestie deh sekarang. Oh iya perbedaan umur mereka cuma tiga tahun, jadi sekarang Deli usianya sembilan belas tahun.

"Kau tidak mengajak Jerome?"

"Jerome?" Deli berdecak "anak itu semakin nakal,"

"Oh ya?" Gale terkekeh membayangkan Deli dan Jerome bertengkar. Bahkan suaranya pernah terdengar sampai rumah Gale saking kencangnya.

"Ah sudahlah!" Deli mengibaskan tangannya "aku pergi skating dulu," pamit anak itu

"Aku tidak menyangka kau berteman dengan anak itu," gumam Valerie

"Yah kita kenal karena kastil kita saling berdekatan," jawab Gale.

Laki-laki itu mengulurkan tangannya, menuntun Vale untuk ke danau. Gale sabar banget nuntun Vale meski gadis itu jalan lambat karena selain gak terbiasa pake sepatu skating, mantelnya juga berat.

"Gale Gale!" Valerie berseru panik begitu menjejakkan kakinya di atas lapisan es. Cengkraman tangannya di lengan Gale kian kuat.

Gale tertawa pelan "aku tidak akan melepaskanmu. Ayo berjalanlah,"

"Apa tidak apa-apa? Aku takut tiba-tiba esnya retak lalu aku jatuh ke air. Bagaimana?"

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi," Gale mengangguk menatap Valerie lurus-lurus.

Memberanikan diri, Vale mulai berjalan pelan sambil terus memegang lengan Gale.

"Eh sebentar," Gale berhenti berjalan, sebelah tangannya masih memegangi tangan Valerie. Sebelah tangannya lagi melepas syal miliknya untuk ia pasangkan di leher Vale.

"Pegang bahuku." Titah Gale, Valerie menurut.

Gale mendekat, melilitkan syal itu di leher Valerie. "kau tahu hari ke lima musim salju itu yang paling dingin. Kenapa kau tidak mengenakan syal?" Ujar laki-laki itu membuat darah Valerie berdesir hebat.

Gale juga melepas sarung tangannya untuk ia berikan pada Valerie.

Vale mencengkeram mantel Gale saat sebelah tangannya di pasangkan sarung tangan.

"Terlalu besar," ucap Vale memperhatikan tangannya yang berbalut sarung tangan Gale.

"Dari pada tanganmu beku. Lalu Raja Yo atau Ratu Lucia tidak memberiku izin lagi membawamu pergi bermain,"

"Tapi kau bagaimana?" Valerie mengangkat pandangannya dan langsung bertatap dengan obsidian gelap milik laki-laki yang lebih tinggi darinya itu.

Gale tersenyum tipis "aku tidak masalah. Kau adalah prioritas. Ayah dan ibumu mempercayakan kau padaku jadi aku harus memperlakukan mu dengan baik,"

Sokk ribut kalian. Mau cowok kek kang mas Drake apa Abang Gale nih

Valerie tidak bisa menyembunyikan senyumnya, gadis itu menunduk. Pipinya yang semerah tomat membuat Gale mengulum bibir ikut malu.

Astaga Gale, bicara apa kau ini.

"Selesai. Ayo!" Gale menuntun Valerie agar berjalan.

"Aku takut,"

"Apa yang kau takutkan? Bahkan kau sudah mencengkeram lenganku sampai seperti ini," Gale menunjukkan lengan mantelnya yang kusut karena sejak tadi di cengkeram oleh Vale.

Vale nyengir lucu "ah. Maaf,"

Gale membimbing Valerie dengan sabar. Awalnya mereka saling berdekatan, tapi setelah itu Gale sengaja menjaga jarak. Sedikit demi sedikit ia mulai menjauh, lalu tanpa Valerie sadari ia telah berjalan sendirian di atas lapisan es itu tanpa berpegangan pada apapun.

Senyum Gale mengembang sempurna.

"Valerie!"

Valerie menoleh, awalnya ia tersenyum dan membalas lambaian tangan Gale. Tapi kemudian ia sadar bahwa ia sendirian di tengah danau yang luas tersebut.

"Gale!" Cicit gadis itu, wajahnya tiba-tiba tegang.

Gale lantas melangkah mendekati Valerie. Belum sempat tangannya menggapai lengan Vale, Deli berseluncur melewati Vale dengan jarak sangat dekat.

Whusssss

"Pegangan tangan terus, seperti mau menyebrang saja." Deli berbalik badan sambil tertawa

Sedangkan adrenalin Gale seperti terpacu. Sedetik saja ia terlambat meraih tubuh Vale maka gadis itu akan jatuh.

"Kau tidak apa-apa?"

Vale mengerjapkan matanya, ia mengangguk kaku dalam dekapan Gale.

"A—aku baik-baik saja."

Gale tersenyum lalu membantu Vale kembali berdiri.

"Kau tunggu di gazebo saja, ya?"

"Baiklah. Aku akan menunggu di pinggir danau saja siapa tahu nanti aku ingin bermain lagi," lagi-lagi senyuman Valerie membawa hanyut laki-laki bernama Gale itu.

Setelah mengantar Valerie duduk di pinggir danau, Gale kembali ke tengah untuk bermain skating dengan Deli.

Laki-laki itu unjuk kebolehannya menari di atas lapisan es. Valerie di buat tercengang olehnya. Gadis itu berdecak kagum melihat Gale berlari, memutar tubuhnya di atas es.

Bayangin sunghoon waktu main skating. Ya udah kek gitu, mleyot :')

"Bagaimana bisa dia seperti itu," gumam Vale terus memperhatikan Gale dari kejauhan.

Sedangkan Deli juga memiliki kemampuan bermain skating yang mumpuni.

"Gale!" Deli menjajari langkah Gale

Laki-laki berambut hitam itu menoleh "kenapa?"

"Apa kau memiliki perasaan pada Vale? Tatapan matamu sangat terlihat,"

"Benarkah?" Gale terkejut karena Deli menyadari hal itu

Deli berdecak "ya sangat terlihat."

"Menurutmu apa Vale tahu?"

Deli mengangkat kedua bahunya "entahlah. Bisa saja tahu bisa juga tidak,"

Gale menghentikan langkahnya, ia menoleh pada Vale yang juga sedang memperhatikannya. Laki-laki itu lantas mengukir senyum tipis di atas bibirnya yang kaku karena dingin.

"Apa yang harus aku lakukan?"

Deli mengernyit "katakan saja. Memang apa yang kau tunggu? Hasil itu urusan belakang yang penting perasaanmu tersampaikan,"

"Mau sampai kapan kau memendamnya? Memikirkannya sendiri setiap malam sampai tidak bisa tidur," Deli mengoceh

"Tahu dari mana kau kalau aku tidak bisa tidur?"

Deli berdecak "ibumu mengatakan padaku bahwa kau harus pergi ke taman kota untuk membaca buku agar bisa mengantuk. Dasar,"

Deli lantas mendorong bahu Gale "sudah jangan banyak berpikir. Sana katakan. Jangan menunggu di miliki orang lain nanti kau menyesal. Kesempatan tidak datang dua kali,"

Gale mengangguk mendengar masukan dari Deli. Mulut anak itu sepertinya gampang sekali menyuruhnya untuk menyatakan cinta, tidak tahu saja kalau Gale udah panas dingin keringetan ngumpulin keberanian. Udara dingin musim salju aja gak mempan, malah bikin Gale makin deg-degan.

"Aduh mikir lagi. Nunggu ditikung temen?" Deli menyeringai jahil.

Gale berdecih pelan "tapi kan dia tidak pernah meresponmu."

Tangan Deli terangkat menggaruk kepalanya yang tidak gatal "ya juga. Tapi—ah sudahlah aku mau bermain saja," anak itu kemudian melesat pergi meninggalkan Gale yang sibuk menebalkan nyali untuk menyatakan perasaannya.

"Gale!" Valerie melambai membuat Gale mengalihkan netranya.

Gale berjalan mendekat. "Kenapa? Kau ingin pulang?"

Vale menggeleng "aku ingin bermain lagi." Gadis itu mengulurkan tangannya pada Gale

"Berani?" Gale menjaba tangan Vale membantu gadis itu berdiri

"Hmm setelah melihatmu bermain aku memiliki keinginan untuk bisa juga,"

******

Mereka bermain skating dari yang awalnya danau sangat ramai hingga tinggal beberapa orang bahkan Deli sudah kembali ke kastil.

Sekarang Vale bisa berjalan sendiri tanpa berpegangan pada apapun. Sejak tadi senyum tidak hilang dari bibirnya, ia sangat bahagia karena akhirnya bisa berjalan tanpa bantuan Gale.

Meski begitu Gale tetap berada didekat Vale, tidak lantas membiarkan gadis itu sendirian.

Hal itu tidak didapat Vale dengan mudah, jatuh bangun hingga beberapa kali sampai membuat Gale khawatir.

"Awas!" Gale berseru ketika Valerie mencoba sedikit berlari tapi gagal akhirnya ia jatuh.

"Astaga. Kenapa ngotot sekali, Valerie." Gale membantu Vale berdiri. "Sabar semua ada waktunya jangan terburu-buru," laki-laki itu menasehati

"Maaf," lirih Vale sambil meremat lengan Gale kuat-kuat. Jantungnya berdebar-debar, bukan karena baru saja terjatuh. Tapi karena Gale yang berdiri amat dekat dengannya.

Gale menghela napas, ia mengulurkan tangannya, menarik lembut dagu Valerie agar gadis itu menatapnya.

Mereka bertatapan mata. Saling menyelami obsidian segelap angkasa dengan seluruh keberanian yang mereka punya.

Semilir angin dingin memberantakkan rambut hitam Gale. Tapi demi apapun hal itu membuat Gale menjadi lebih tampan di mata Valerie.

"Vale!"

"Ya?" Sahut Valerie masih terus menatap mata Gale

Suasana menjadi sangat serius, hening walau sesungguhnya taman kota kembali ramai termasuk danau yang juga di penuhi orang bermain skating.

Gale menelan salivanya cepat "aku menyukaimu," ujarnya dengan nada serius

"Then?" Vale menaikkan sebelah alisnya

Sesaat Gale terdiam, ia bingung harus mengatakannya sekarang atau tidak. Tapi bertatapan dengan Valerie dengan jarak sedekat ini membuat rasa ingin memiliki gadis itu semakin kuat.

"Marry me!"

******

Haaiiiii gengssskuuu

Gimana chapter ini???

Jangan lupa vote dan komen ya,

See you next chapt













Deli Fierro Wilson

Continue Reading

You'll Also Like

242K 20.7K 20
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
815K 72.4K 32
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
2.2M 111K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
311K 18.3K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...