Spin

By Syfaaxx

41K 5K 1K

SunaOsa × SakuAtsu Kehidupan cinta Suna Rintarou dan Miya Osamu Beserta Sakusa Kiyomi dan Miya Atsumu More

Spin 1
Spin 2
Spin 3
Spin 4
Spin 5
Spin 6
Spin 7
Spin 8
Spin 9
Spin 10
Spin 11
Spin 12
Spin 12.5
Spin 14
Short conversation
Spin 15

Spin 13

876 117 9
By Syfaaxx

Spin
Syfaaxx
Haikyuu © Haruichi Furudate

Warning! OOC! TYPO!





"Selamat Pagi—" Ucap seseorang sambil mengecup manis pipi kiri Osamu, yang membuat pria itu terkejut.

"Rin! kita di perpustakaan." Kesal Osamu. Suna hanya terkekeh geli.

"Sedang apa sayang?" Tanya Suna. Ia mengambil duduk tepat didepan Osamu.

"Berenang."

"Ow, ketus sekali."

"Diam sebentar. Aku lupa mengerjakan tugas untuk hari ini. Sial—" gerutu Osamu.

"Kanapa bisa lupa? Apa kau terlalu banyak makan lagi sampai ketiduran? Kau juga tidak membalas pesanku kemarin."

Osamu tidak menjawab, pandangannya fokus pada tiga buku yang terbuka di atas meja. Sesekali membalikkan lembar per lembar dan mengetukan penanya di meja.

Keningnya berkerut hingga Suna bisa melihat alis pria itu menyatu. Suna terkekeh, Osamu dalam mode seriusnya sangat imut. Ia tidak tahan untuk menciumnya.

Suna menopang kepala nya dengan tangan kiri. Matanya menatap lurus ke Osamu. Senyuman tidak lepas dari bibirnya.







Sepuluh menit berlalu. Osamu membanting penanya, ia menghembuskan nafas lelah.

"—Kau masih disini?"

"Tega sekali"

Osamu menepuk kepala Suna. Lalu tersenyum "Maaf sudah mengabaikan mu." Ucapnya.

"Kau harus memberi ku ciuman sebagai hukuman karna sudah mengabaikan ku."

Osamu mendorong mundur kepala Suna dengan telunjuknya. "Kau harus tau tempat—" Ucap Osamu. Belum sempat Osamu menarik telunjuknya, Suna meraih tangannya.

Di genggamnya erat dengan kedua tangan, Suna dengan enggan melepaskan tangan Osamu meskipun pria itu menarik-narik tangannya.

"Apa lagi?" Ucap Osamu, ia pasrah saat Suna mengusap lembut tangannya sambil menatap nya.

"—Suna—" Panggil seseorang mengintrupsi. Mereka menoleh bersamaan.

"Oh, Sasaki—" Osamu yang sadar itu teman Suna perlahan ia menarik tangannya. Namun pria itu tetap menggenggam nya.

Sasaki yang melihat adegan tarik menarik itu hanya tersenyum.

"Ada apa—?" Suna lanjut bertanya tanpa menghiraukan tatapan Osamu yang mencekik.

"ahh—besok, kita harus pergi ke Kyoto untuk melakukan penelitian." jawab Sasaki.

"hah? Kyoto? Penelitian apa?"

"Kau ini—salahkan dirimu yang dua hari yang lalu membolos."

Osamu yang mendengar Suna membolos menyipit kan matanya. Suna tidak berani menoleh ke kekasihnya sekarang.

"L-lalu kenapa? ada tugas penelitian apa? kenapa aku baru diberitahu sekarang?"

"aku sudah mencoba menghubungi dari kemarin, tapi ponselmu tidak aktif."

"ah, ya benar aku lupa mengisi baterai nya" kata Suna.

Suna mempunyai beberapa ponsel, untuk Osamu, pekerjaan, teman kampusnya dan masih banyak hal lainnya. Menjaga semuanya tetap menyala sangat susah. Tapi ia tidak perduli dengan itu, yang penting baginya adalah ponsel untuk Osamu.

"Baiklah, akan mengirimu pesan untuk penjelasan lainnya. Seperti nya kau sibuk hari ini." Ucap Sasaki sambil melirik kearah Osamu dan tersenyum.

Suna menendang pria itu pelan "Jangan menggoda kekasihku." Ucapnya kesal.

Sasaki tertawa dan Osamu memerah pipinya.

"Hahaha, maafkan aku—" ucap Sasaki. "Aku akan pergi dulu jangan lupa besok jangan terlambat, atau namamu tidak akan aku cantumkan."

"ya yaa.. pergi sana—" Usir Suna.

"Sampai bertemu kembali Miya-san." Osamu tersentak kecil lalu mengangguk.

"SASAKIII—" Sebelum Suna kembali menendang nya Sasaki sudah dengan cepat melarikan diri.

"Sssttt—"

Suna lupa mereka ada di perpustakaan.











Suna berdecih, ia meletakkan kepalanya di atas meja dengan beralaskan tangan telapak tangan Osamu.

"Maafkan aku, padahal aku berniat mengajakmu pergi—" Sesalnya.

"Tidak masalah."

"Apa aku tidak ikut saja?"

"Jangan bodoh."

"Tapi kita sudah tidak bertemu beberapa hari karna jadwalku yang padat. Padahal sangat susah meminta izin pada Tou-san untuk bertemu denganmu satu hari saja."

Osamu mengusap rambut Suna. "Tidak apa-apa, kita masih punya banyak waktu."

Suna dengan cepat menegakkan badannya, menatap lurus mata Osamu yang menatap nya juga. Setelah beberapa detik Suna kembali ke posisi semula.

"—Aku merindukan mu."

"Aku juga, tapi kita harus tetap bersabar. oke?"

"hmmm.."

"Rinn—".

"Iyaa, Oke."

"Aku akan kekantin, kau ikut tidak?" ajak Osamu. Setelah tangannya terbebas ia mulai berbenah diri.

"tentu saja ikut"














"tunggu disini aku akan pesan makanan."

"aku ikut—"

"tidak perlu, duduk."

Suna menurut, ia memberikan Osamu berjalan meninggalkan nya.

Sebenarnya hari ini Suna tidak ada kelas, tapi karena sudah lama tidak bertemu kekasihnya ia datang ke kampus.

Well, ia tidak dapat menghindari kesibukannya. Sang ayah memaksanya untuk mempelajari tentang perusahaan milik keluarga selama beberapa bulan ini. Suna tidak dapat menolak karna sejak dulu ia selalu menghindar, tapi sekarang tidak bisa.

Sang ayah berkata jika ia harus menjadi pria yang dapat membahagiakan orang yang dicintainya. Apa jadinya jika ia terus bermalas-malasan seperti dulu. Ia harus berkerja keras meskipun harus mengorbankan tidur malamnya.

Suna menghembuskan nafas lelah, semua demi Osamu.

Tak lama setelah ia melamun Suna merasakan ada seseorang yang tiba-tiba duduk disampingnya.

"Sakusa—"

Sakusa menoleh, Suna melebarkan matanya kaget. "Wow, kau baik?" Tanya pria itu. Sakusa hanya mengangguk.

"apa kau yakin tidak baru saja kena pukul seseorang? matamu terlihat mengerikan." Lanjutnya.

"kau tidak berhak berkata seperti itu, apa kau tidak lihat matamu sendiri seperti apa?" Ketus Sakusa.

Suna bingung, ia mengambil ponselnya dan membuka kamera depannya. wow, inilah yang menyebabkan Osamu terlihat lebih kalem. Suna tertawa.

"yaa, kau benar. aku tidak sadar."














"wow, ada dua panda." celetuk seseorang.

Itu Atsumu dengan Osamu disampingnya membawa nampan berisi dua makanan kantin.

Mereka mengambil duduk di depan Suna dan Sakusa.

"Makanlah." Kata Osamu. Suna berterima kasih.

"Ingin ku pesankan makanan juga?" Tawar Atsumu. Sakusa menggeleng. "Tidak perlu, sebentar lagi Sato-san datang menjemput ku." tolak Sakusa halus.

"Sudah makan atau belum?" Tanya Atsumu. ia khawatir melihat Sakusa yang terlihat lebih kurus dibanding sebelumnya dan lihatlah lingkaran mata itu. Suna juga terlihat sama.

apa yang para pria ini lakukan hah?

"Belum." jawab Sakusa. Mendengar itu Atsumu membuka ranselnya dan menemukan dua onigiri disana.

"ambil ini, Samu yang membuat nya." Atsumu memberikannya pada Sakusa.

"bukankah ini buatmu."

"tidak masalah, aku akan meminta nya membuat kan aku lagi nanti."

"terimakasih." Ucap Sakusa. Ia juga menoleh kearah Osamu yang mengikuti percakapan mereka dan berterima kasih padanya namun Osamu memalingkan wajahnya.

Tiga orang yang melihat itu hanya tersenyum kecut.

"Fokus makan ini saja." Suna menyuapkan sepotong brokoli pada Osamu dan pria itu menerima nya.

"Ah—Sato-san sudah didepan. aku harus berangkat."

"hati-hatilah, jangan lupa untuk memakannya dimobil."

Sakusa mengangguk dan tersenyum pada Atsumu. Ia segera berjalan cepat karna 20 menit lagi ia harus menemui klien.

Atsumu menatap punggung itu menjauh. "apa kau khawatir padanya?" Tanya Suna.

"Sedikit—" Jawab Atsumu.

Osamu mengerutkan dahinya. "Makan ini—" Pria itu menyodorkan piringnya yang belum sempat ia makan pada Atsumu. "aku akan mengambil yang baru—" Lanjutnya dengan kemudian melangkah kan kakinya pergi mengambil makanan.

Atsumu tertawa keras melihat nya. "Wow, apa dia selalu seperti itu?" Tanya Suna heran. Status kecemburuan nya pada Atsumu sudah mencapai tingkat akut. ia pasti kesal karna Atsumu memberikan Onigirinya pada Sakusa.

"tidak—biasanya tidak seperti itu". jawab Atsumu yang berusaha mengontrol tawanya.

"apa menurut mu ini akan berlangsung lama?"

"ya—selama aku hidup. mungkin."

"jawaban mu terdengar mengerikan."

Atsumu tertawa lagi. "mungkin butuh waktu yang sangat lama—tapi aku yakin Samu akan terbiasa". jawab Atsumu. kemudian ia melirik sinis Suna. "itu juga berlaku untuk ku. kau tau?"

"aku mengerti kakak ipar, aku tidak akan mengecewakan mu."

Atsumu mencibir lalu mulai memakan makanannya.

tak lama kemudian, Osamu datang. dia makan dengan tenang, tidak ada percakapan apapun karna moodnya sangat buruk. sampai Suna memulai percakapan.

"mau pergi berkencan nanti?" Tanya Suna.

"aku tidak ingin pergi kemanapun." jawab Osamu.

"tidak perlu pergi jauh, kerumahku saja ya?"

"baiklah—"

"ngomong-ngomong jam berapa kelasmu mulai?" tanya Atsumu, karna ia heran dengan Osamu yang sangat santai disini.

"sepuluh—sialan, lima menit lagi!" teriak Osamu. ia tergesa mengambil tasnya. "aku pergi dulu—" pamitnya dengan berlari.

"aku akan menunggu di perpustakaan—" Ucap Sedikit berteriak, karna Osamu sudah agak jauh. ia berharap Osamu mendengarnya.

"lihatlah, ia bahkan melupakan ponselnya disini—" Atsumu.

"ceroboh sekali, aku harap tidak ada file penting apapun disini." Suna.

.








.









.

tadi Suna memberikan kabar pada sang ayah jika besok selama dua hari kedepan ia akan melakukan penelitian ke Kyoto setelah Sasaki menjelaskannya lewat pesan.

Selama itu untuk keperluan kegiatan kampus sang ayah tidak melarang tapi sebelumnya ia harus mengerjakan satu file penting dan harus selesai hari ini.

Sialan, Suna mengutuknya setelah telfon tertutup. Setelah mengecek email yang masuk ia sedikit lega karna tidak sebanyak yang ia kira. Hanya perlu waktu beberapa jam saja untuk mengerjakan nya.

Suna beruntung karna ia membawa laptop bersamanya. kalau tidak ia harus repot-repot ke kantor dan kembali ke kampus. well, ia sudah bilang pada Atsumu jika ia yang mengantar Osamu pulang.

Selama itu, ia fokus dan pandangan nya larut dalam angka angka yang ada di laptop. bahkan ia tak menyadari jika empat jam berlalu dan Osamu sudah berada di sampingnya.

tanpa suara Osamu duduk. ia terpesona dengan kekasihnya yang sangat tampan dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

sialan, kenapa ia tidak pernah melihat nya seperti ini. Suna yang biasanya tampan sekarang dengan kacamata hitamnya ketampanannya menjadi maximal. Osamu jatuh cinta lagi.

tak mau menganggu, Osamu membiarkan Suna menyelesaikan urusannya. itu pasti sangat penting.

sebenarnya, ia sangat khawatir pada Suna. lingkaran hitam di matanya itu menunjukan betapa besar kerja keras pria itu.

ia akan membantu membuat beberapa makanan sehat untuknya nanti. hanya itu yang bisa ia lakukan.

Suna melepaskan kacamata kemudian memijit pangkal hidungnya. ia merasa pusing. sedikit lagi selesai, dan ia hanya perlu mengkoreksi lagi. tapi oh—

"Osamu—kau mengagetkan ku." ia terkejut menemukan Osamu menatapnya dengan tenang.

"apa sudah selesai?" tanya Osamu.

"sedikit lagi—maaf tidak menyadari mu" Osamu menggeleng menunjukkan bahwa itu tidak masalah.

"ingin pulang sekarang?" tanya Suna.

"tidak ingin menyelesaikan nya dulu?"

"aku akan melanjutkan nya nanti."

"baiklah."

.






.







.




Suna's house

"hei hei kenapa?" Suna protes karna Osamu mendorong tubuhnya untuk berbaring di ranjangnya lalu menyelimuti.

"stop, jangan berontak! tidurlah." Osamu menghentikan Suna yang akan berdiri lagi."

"aku tidak ingin tidur."

"ya kau memang tidak ingin, tapi kau harus!"

"kenapa?"

"kau tidak kasihan dengan matamu hah? kau tidak melihat lingkaran mata panda?"

"tidak masalah, aku masih bisa terjaga, mana bisa aku tidur saat kau ada disini."

"jangan membantah dan tidur."

"tidak."

Osamu menghembus kan nafasnya berat. ia hanya ingin menjaga kesehatan kekasihnya.

"Oke baiklah—" Osamu duduk di pinggir ranjang, "Kemarilah—" Osamu menepuk paha nya, mengisyaratkan Suna untuk tidur disana.

"aku tidak ingin tidur." Ucap Suna sambil menoleh kan kepalanya kebelakang.

"iya tidak tidur, kemarilah. aku hanya ingin bermain dengan rambutmu—"

perlahan senyuman Suna naik, pria itu langsung menjatuhkan kepalanya dipaha Osamu.

"aku tidak mengantuk tau." ucap Suna. Osamu langsung membelai kepala Suna lembut. "aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan mu karena besok aku sudah harus berangkat—" rajuknya.

"iya aku tau—"

"sudah beberapa hari aku tidak bertemu denganmu, dan besok aku harus pergi juga."

"iya—"

"apa jangan-jangan kau tidak merindukan ku?"

"mana ada, aku merindukan mu juga.—tapi aku khawatir dengan mu, aku sedih melihatmu seperti ini."

"aku tidak papa, aku kuat."

"tidurlah, aku akan membangunkanmu saat makan malam sudah siap."

"tidak mau,  aku   tidak    mengann—







misi selesai.








.







.





"Saki-san, aku akan membantumu".

"tidak perlu Miya-sama." Tolak wanita itu halus.

"tidak masalah, oh ya apa Rin tidak makan dengan baik akhir-akhir ini?"

"ya, benar. Bocchama jarang keluar dari kamarnya. saya memanggil nya untuk makan tapi dia bilang tidak perlu—"Jelas Saki-san.

"dasar anak itu—" gumam Osamu kesal, tangannya bergerak lebih cepat memotong bawang putih disana.



.







.







.




"berapa lama kau akan di kyoto?" tanya Osamu

"dua hari, kau akan mengantarkan aku kan besok?"

Osamu menggeleng "tidak bisa, aku harus tiba di lab besok pagi-pagi sekali—" jawabnya. "tidak usah cemberut, sini ambil pakaian dan barang-barang mu yang perlu kau gunakan selama disana, aku akan menata nya."

Suna berdiri dan memilah bajunya, ia mengambil satu kaos hitam, satu celana pendek dan satu set training.

"kau yakin hanya ini saja?"

"aku tidak tau—"

"kurasa cukup, aku juga tidak begitu mengerti—" Kata Osamu kemudian tertawa. Sebenarnya ia tidak pernah mengepak pakaiannya sendiri selama berpergian, Atsumu dan sang Ibu yang selalu melakukannya.

"aku juga tidak—" Suna ikut tertawa.

Bersyukurlah mereka karna Saki-san kebetulan lewat dan membantu mereka. jika tidak, Suna akan kerepotan selama di Kyoto.

Osamu dan Suna hanya tersenyum canggung mendengar omelan wanita tua itu, mereka berjanji akan lebih perhatian soal ini.

"Bocchama, Nona dan Tuan besar sudah pulang, ia menunggu di ruang makan—"

"terimakasih Saki-san, kita akan turun sebentar lagi." Suna.

"Terimakasih Saki-san maaf merepotkan mu" Osamu.

Saki-san berkata tidak masalah, ini juga merupakan tugasnya, begitu. lalu wanita tua itu pamit undur diri.

"Rin—"

"hm?"

"apa aku benar-benar harus ikut makan?'

"tentu saja—kenapa? masih takut pada tou-san?"

Osamu hanya mengangguk lemah lalu menunduk.

Suna duduk berdiri tepat didepan Osamu yang duduk di pinggir ranjang lalu mengusap kepalanya dan berkata "tidak apa, tou-san orang yang baik. ia mungkin hanya ingin keren di hadapanmu itu sebabnya dia seperti itu."

"benarkah?" Osamu mengangkat kepalanya. Suna tersenyum. "benar, tidak perlu khawatir. jika kau jarang kesini ia sangat rajin menanyakan kabarmu." Ucap Suna.

"sungguh?"

"sungguh—"

Osamu tersenyum lebar, "kalau begitu ayo, aku tidak ingin membuat mereka menunggu lebih lama—"

Suna terkejap. dengan posisi mereka seperti ini, ia dapat melihat jelas ke lucuan Osamu yang sedang mendongak keatas menatap nya.

dengan tidak sadar ia menangkap pipi chubby Osamu yang membuat pria itu terkejut. "kekasihku lucu sekali—" ucapnya dengan mata lurus kedepan, menandakan ia sangat serius.

namun dimata orang lain ini sangat menjengkelkan. Suna Hikari menunggu di depan pintu dengan tangan kiri di pinggang dan tangan kanan berada di kepalanya.

wanita itu sudah mengetuk pintu beberapa kali namun dua sejoli itu rupanya sedang dalam dunianya sendiri.

"tuhan, mau berapa lama lagi aku harus menunggu—" keluh wanita itu dengan keras. dan yang akhir nya mendapatkan perhatian.

Osamu menoleh dengan pipinya yang sangat merah dan anak semata wayangnya menoleh dengan posisi kedua tangan masih berada di pipi Osamu, pandangan nya polos tapi ia terlihat tidak menyesal membuat orang tuanya menunggu.

.












.










.





Keesokan harinya

Osamu keluar dari lab pukul 12 tepat, sangat melelahkan jika ia boleh mengeluh. setelah ini ia akan pulang dan bersantai di kamar.

Si kembar Atsumu tidak diketahui keberadaannya, ia sudah tidak ada dirumah pada saat Osamu bangun tidur. dan untuk kekasihnya, ia pasti sedang sibuk, Osamu tidak akan menganggunya.

Jika biasanya ia akan naik kereta, kali ini ia akan mencoba pulang dengan naik bus. hanya ingin saja.

sambil menunggu Osamu di halte, ia membuka satu Onigiri yang ia buat dari rumah. sebenarnya untuk sarapan tadi. tapi ia kesiangan.

BUKK!!

"huaaa—"

seorang anak kecil menangis kencang, ternyata ia tersandung oleh salah satu kakinya yang menapak tanah. ia pasti berlari dan tidak melihat sekitar.

Osamu tersentak kecil lalu berlutut dihadapan anak itu.
"maafkan kakak, apa kau terluka?" tanya Osamu dengan wajah khawatir sambil mengangkat anak itu dari posisi tengkurapnya hingga berdiri.

"apa kau bisa berdiri?—kalau begitu duduk dulu disini ya, kakak akan membelikanmu minuman disana—"

Osamu memutuskan untuk pergi ke vending machine setelah melihat anak itu tetap menangis.

"ini untukmu—" ucap Osamu sambil menyodorkan botol air putih padanya. Anak itu sesegukan namun tangan kecilnya tetap menerima botol itu dan meneguknya.

Osamu tersenyum, "oh lihat pantas saja, lututmu berdarah. apa sangat sakit?" anak itu hanya mengangguk dengan mata berair.

"tunggu, akan kubelikan obat. tunggu disini oke?" setelah anak yang memakai tas yang lebih besar dari ukurannya itu mengangguk Osamu meluncur ke supermarket terdekat. ia sedikit berlari.

ia meninggalkan tas dan onigiri berharganya disana bersama pria kecil itu.

tak lama kemudian Osamu kembali dengan wajanya yang lelah setelah berlari, ia barusaja menyadari bahwa ia bodoh dengan membiarkan anak kecil sendirian di tengah ramainya kota.

"maaf menunggu lama—" kata Osamu dengan senyuman lebarnya.

ini hanya perasaan saja atau pria kecil ini senang dengan kembalinya Osamu.

"tahan sebentar, ini mungkin sedikit sakit. tapi anak laki laki harus kuat. oke?"

anak itu menggeleng takut. Osamu menepuk pelan kepala anak kaya itu. well, Osamu tidak yakin tapi ia berfirasat saja. jika kau melihat pakaiannya kau akan berpikir hal yang sama.

"tidak apa, kau kuat. umm atau begini saja. tutup matamu dan biarkan aku mengobati lututmu. nanti kau bisa melihat nya saat sudah selesai."

pria kecil nan tampan itu mengangguk lucu. Osamu tersenyum gemas.

Osamu mulai menepukan kapas menghilangkan darah disekitar lutut setelah anak itu menutup matanya, ia tersentak sedikit karna mungkin terasa perih.

anak berbaju putih dengan suspender hitam itu tak berteriak ataupun menangis lagi ia berhasil menahannya sampai Osamu selesai memberikan plaster dilututnya.

"sudah selesai, kau bisa membuk matamu."

dia membuka tangan kecilnya perlahan lalu takjub dengan kerajinan Osamu. plaster bergambar Kamen Yaiba sangat menarik perhatian nya.

"tidak sakit kan?" tanya Osamu. anak itu menoleh kearah Osamu lalu tersenyum mengangguk.

"Kamen Yaiba!" Seru nya.

"benar, kau suka?"

anak itu mengangguk antusias, ia menaikkan kakinya yang mengantung di atas kursi besi halte agar lepas memandangi plaster di lututnya.

Osamu bersyukur dengan otaknya yang bisa cepat menangkap ada gantungan kunci pahlawan kartun itu di tas milik anak itu. ia juga bersyukur ia ingat siapa dia. Osamu tertawa dalam hati.

"Siapa namamu?" tanya Osamu.

"Rio"

dengar, dari namanya saja sudah terdengar kaya.

"Rio-kun—namaku Osamu"

"O-Osamu."

tanpa embel-embel? jerit Osamu. Beginikah orang kaya? oh atau—

"Rio-kun, apa ayah dan ibumu orang jepang?"

Rio menggeleng "Papa Amerika, Mama Jepang."

BINGO

"kalau begitu kau bisa berbahasa inggris?"

Rio mengangguk "ya"

Kenapa dunia tidak adil, dengan anak kecil yang belum mengenal dunia saja sudah bisa berbahasa inggris, sedangkan dia harus mati-matian untuk mempelajarinya hingga di umur sekarang. Sialan.

"Osamu—"  Rio menarik ujung baju Osamu.

"ada apa?" tanya Osamu, Rio tak menjawab, ia melirik kearah Onigiri yang sisa setengah karena ia makan tadi.

"kau mau?" Rio mengangguk.

"tunggu sebentar, aku punya yang lainnya disini—" Osamu merogoh tas hitamnya.

"ini, makanlah. bisa membukanya?" Rio menggeleng lagi.

Osamu paham, Orang tampan dan kaya tidak banyak bicara. seperti seorang yang ia kenal. tapi kekasihnya tidak begitu, jadi hanya sebagian saja menurut nya.

"enak sekali" Rio menatap Onigiri yang ada ditangannya dengan senyuman lebar setelah gigitan pertama lalu mengangkat kepalanya beralih menatap Osamu.

"benarkah? itu aku yang membuat nya sendiri—"

"kau hebat Osamu—" Puji Rio,  Osamu tersenyum bangga.

"apa namanya ini?" Tanya Rio.

"kau belum pernah memakannya?" Rio menggeleng. Osamu berdecih, dasar orang kaya sombong.

"Onigiri. kau bisa membelinya di setiap minimarket jika kau mau"

"Tidak, aku ingin buatan Osamu saja. apa Osamu punya minimarket?"

Osamu menepuk dahinya. "Tentu tidak Rio-kun"

"begitu ya—" jawabnya cuek sambil memakan Onigiri di tangannya lagi.

Kenapa semua orang kaya yang ia kenal menyebalkan!

"ah aku ingat, Keiji Onii-san pernah bilang padaku jika orang yang disukai nya pintar memasak dan suka Onigiri—"

Onii-san hehh? tunggu seperti nya ia pernah mendengar nama itu.

"Rio-kun siapa nama belakangmu?" Tanya Osamu.

"RIOO~" teriak seseorang dari arah kanan. Rio dan Osamu menoleh. "Keiji Onii-san—" panggil anak itu sambil melambaikan tangan nya.


















itu kan





pria itu tiba tiba duduk duduk jongkok dengan nafas tersenggal. sepertinya ia tidak menyadari ada orang lain disitu.

"kau darimana saja mama mu menangis mencari mu"

"maaf Keiji Onii-san, tadi ada kupu-kupu dan—

"oh tidak, kau terluka? Siapa yang mengobatimu? sial, Nee-san akan membunuhku—" Pria itu sibuk dengan gumamannya tanpa membiarkan Rio menjawab.

ini lucu, hingga tidak sadar Osamu terkekeh.

Pria itu yang mendengar ada suara tawa orang mengangkat kepalanya dengan cepat. dan—

"MI-MIYA SAN!!"

"halo Akaashi-san!"

"kau, ahh maaf. aku tidak memperhatikan ada orang lain disini." Akaashi membungkuk meminta maaf. Osamu mengibaskan tangannya pertanda tidak masalah.

"duduklah, kau pasti sangat lelah mencari Rio."

Akaashi mengangguk dan duduk disebelah Rio yang diposisi tengah.

"apa Miya-san yang mengobati luka Rio?"

"ya, ini tanggung jawabku membuat nya jatuh. tidak sengaja ia tersandung kakiku ketika berlari"

"terimakasih Miya-san. Dia anak yang pintar dan sangat ingin tau segalanya namun tidak jarang menjadi sangat ceroboh. Nee-san kadang kesulitan mencarinya ketika dia tiba-tiba hilang" Akaashi Keiji mengusap kepala Rio lembut.

Osamu tertawa.

"dia keponakanmu?"

"iya"

"Amerika dan Jepang ya—"

"ahh benar, Nee-san menikah dengan orang Amerika dua tahun lalu. dan memutuskan untuk tinggal disini." Jelas Akaashi. Osamu mengangguk paham.

"Oh yaa aku ingat—" suara lantang Rio membuat kedua pria itu menunduk kearahnya.

"ingat apa?" Akaashi.

"Miyaaa, seperti nya aku pernah dengar nama ini" ucap Rio polos.

Wajah Akaashi terlihat panik ia mencoba membuka mulut untuk berbicara namun yang keluar hanya warna kemerahan dipipinya.

"kau pasti mendengar nama Miya Atsumu." namun dengan santai Osamu menjawabnya.

"Miya Atsumu?" tanya Rio.

"benar, apa kau bersekolah di SD x?"

"ya, bagaimana bisa tau?"

"Atsumu mengajar voli disana, kau pasti pernah mendengar namanya dari temanmu—"

"hm sepertinya begitu. apa kau kenal dengan Miya Atsumu? namamu terdengar sama."

"dia saudara kembarku."

"Saudara kembar??" Rio bertanya dengan ekspresif, matanya berbinar.

"benar, jika kau ingin melihatnya. kau bisa mengikuti voli di sekolahmu."

"Aku ingin melihatnya—" jawabnya antusias. "Apa wajahmu sama persis dengannya? Apa kau mengenakan pakaian yang sama dengannya? Apa kau selalu bermain dengannya? Apa—"

"Rio Stop, kau bertanya terlalu banyak. kau membuat Miya-san bingung." marah Akaashi, ia sudah bisa mengendalikan dirinya saat ini.

Rio membungkuk meminta maaf, Osamu hanya tertawa. Rio ternyata anak yang baik.

"Miya-san aku punya tiket ini, sebentar biar aku mengambilnya. Ini—" Akaashi

"tiket pameran?"

"ya, Nee-san membuat pameran lukisan miliknya minggu besok, silakan datang jika kau suka, kau bisa mengajak Miya Atsumu-san"

"wow, terimakasih Akaashi-san. pasti aku dan Tsumu akan datang"

"Syukurlah—" katanya. "Rio, Kita pulang sekarang. Mama mu sangat cemas jika terlalu lama—"

"iyaa—"

"Terimakasih banyak Miya-san."

"tidak masalah."

"Terimakasih Osamu—"

"Hei,  tidak sopan sekali memanggilnya Osamu, panggil Osamu nii-san. dia temanku juga."

Osamu tertawa.

"baiklah, Sampai jumpa kembali Osamu nii-san"

Osamu membalas lambaian tangan Rio.

Bus datang dengan tepat waktu setelah kepergian mereka, ia harus menunda nya tadi karna harus menunggu Rio.

Osamu duduk di bagian paling belakang, ia menatap tiket itu. ia bingung pria itu harus mengajak kekasihnya, Rin atau tidak.

ia tidak tau apa yang terjadi ketika Akaashi-san dan kekasihnya bertemu. well, Rin selalu saja berkata jika Akaashi-san menyukainya.








sangat tidak berdasar.










menyebalkan sekali.












HATCHIMMM

"jika kau sakit, aku akan menendangmu, Suna." Sasaki berbicara kesal.

"sialan, aku tidak sakit. ini pasti karna Osamu memikirkanku."

"kau benar benar sakit."









BONUS

"Keiji Onii-san—"

"hm?"

"apa Osamu nii-san orang yang kau suka?"

"—ya"

"tapi dia terlihat tidak tau."

"sebentar lagi akan tau"













01.01.22

SELAMAT TAHUN BARU SEMUANYA!!
Semoga tahun ini keinginan kalian tercapai Amin

btw, rindu aku tidak? wkwk

Continue Reading

You'll Also Like

216K 17.7K 89
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
461K 34.9K 40
Hidup Linka yang menurutnya flat semenjak keluar dari panti asuhan mendadak berubah saat seorang cowok datang dan mengaku sebagai anaknya. ** Linka t...
188K 18.6K 70
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...