[Fanfiction] Futago no Ōji-sa...

By StarCattleyaS

6K 655 143

Summary: *◆ ⃟ ⃟ ░▓ ⃟ ♧*Futago no Ōji-sama*♧ ⃟ ▓░ ⃟ ⃟ ◆* Apa yang terpikirkan saat mendengar kata 'kampung... More

Prolog
1|Concert Chaotique
2|Meet
3| Real?
4|Riku yang Aneh
5| Tekad?
6| Helenium
7| Cherry blossom
Promosi Grup Chat WhatsApp
8| White bird
9| Red Illusion
Promosi (?)
10| Tekad
11| The Secret

12| Keluar dari TRIGGER

159 21 1
By StarCattleyaS

Tenn menaruh lembaran kertas di meja kerja ayah angkatnya, Kujou Takamasa. "Kujou-san, ini laporan bulan ini," ujarnya.

Takamasa yang sedang bersenandung kecil membalik kursinya menghadap anak angkatnya dan tersenyum sekilas. "Kerja bagus. Akan kubaca nanti. Ah, ya, dimana Aya? Gurunya berkata Aya tidak masuk sekolah hari ini. Kau tau sesuatu, Tenn?"

Tenn mengernyitkan dahi dan menggeleng.

"Souka. Tolong cari dia. Sebentar lagi makan malam," ujar pria tua itu.

Tenn mengangguk paham. "Wakarimashita, biar aku yang memasak lalu akan kucari dia."

Tenn membungkuk dan berlalu dari ruangan Takamasa. Ia menuruni tangga dan pergi ke dapur, membuat makan malam untuk keluarganya.

Seketika Tenn terdiam. Keluarga? Keluargaku hanya Riku. Kenapa aku menganggap mereka keluarga? Apa... Karena mereka yang merawatku? Batin Tenn. Ia hanya bergumam sekilas dan kembali melanjutkan acara masaknya.

Setelah selesai. Tenn langsung keluar dari rumah dan mencari keberadaan adik angkatnya.

Ia pergi ke taman yang biasa Aya kunjungi. Dan benar saja, gadis berambut soft blue itu tengah duduk di bangku taman dengan memangku laptop. Tenn menghampiri, ia menepuk pundak Aya hingga gadis itu berjengit kaget.

"Te-Tenn-san?" beonya melihat Tenn yang hanya menampilkan ekspresi datar.

"Aya, sudah malam. Kenapa kau ada disini?"

"I-itu..." Aya menunjuk layar laptopnya. Tenn mendekatkan wajahnya membaca kalimat demi kalimat yang ada disana.

"Pulang dulu. Makan malam."

Aya mengangguk patuh. Ia segera mematikan laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas lalu mengikuti Tenn yang sudah berjalan duluan.

Tenn dan Aya mendongak begitu merasakannya sesuatu jatuh di kepala mereka.

"Salju," gumam Aya.

"Salju, ya... Semakin dingin saja," gumam Tenn. Tenn memegang tangan Aya dan menariknya dengan lembut kembali ke rumah mereka.

"Tenn-san hari ini akan menginap di rumah?"

Tenn mengangguk.

"Souka. Senangnya."

Tenn berhenti dan melihat Aya. "Kenapa senang?" tanyanya bingung.

"Senang saja. Apa nanti saat natal Tenn-san akan menginap juga?"

Tenn bisa melihat sedikit binar penuh harap di mata biru Aya. Ia mengangguk ragu. "Jika tidak ada jadwal hari itu, aku akan menginap," ucapnya.

"Sungguh?! Janji ya!"

Tenn tertawa kecil dan mengelus puncak kepala Aya. "Iya, aku janji. Ayo kita pulang. Tadi aku membuatkan sup hangat untuk makan malam," tukasnya.

Aya mengangguk dan keduanya berjalan pulang. Sesekali mata Tenn menatap ke arah Aya yang melonat salju turun. Mereka hanya berjalan santai meski suhu udara semakin turun.

"Kau merindukan Yotsuba Tamaki?" tanya Tenn tiba-tiba.

Aya menoleh dengan raut yang sulit dijelaskan. "Jika dibilang tidak rindu berarti aku bohong, 'kan? Tenn onii-chan sendiri juga merindukan Riku-san dan Sakura-chan, bukan?" balas Aya.

Tenn hanya diam.

Aya tersenyum. "Tidak apa-apa jika tidak mau bilang. Aku sekarang juga adikmu, 'kan? Sakura-chan bilang padaku, dia merindukan Tenn-san. Tenn-san terlalu lama tidak pulang."

"Benarkah?"

"Hai', Tenn-san, lain kali pulanglah. Keluargamu disana juga merindukanmu."

"Keluarga... ya..."

"Tenn-san?" Aya menatap bingung.

Tenn menggeleng dan menatap ke depan. Aya yang melihat itu tersenyum tipis. "Daijoubu desu! Aku akan terus mendukungmu, Tenn onii-chan," yakinnya pada Tenn.

Tenn mengangguk dan tersenyum samar.

Mereka kembali ke kediaman Kujou. Setelah sampai di sana, terlihat Takamasa yang tengah duduk di ruang makan sembari membaca laporan yang tadi Tenn berikan. Kedua orang itu memberi salam dan masuk lalu segera menghampiri Takamasa.

"Ah, okaeri," tukasnya.

Tenn dan Aya mencuci tangan mereka dan kembali duduk.

"Gomen tou-san, aku malah bolos sekolah tanpa memberitahu," sesal Aya dengan kepala tertunduk.

"Jangan diulangi lagi," tegas Takamasa.

Aya mengangguk dan tersenyum yakin. Tenn bernapas lega melihat mereka. Ia menyiapkan nasi untuk ketiganya.

"Kalau begitu waktunya makan," ujar Tenn.

Mereka makan dengan tenang. Sesekali Aya membuka percakapan ditengah keheningan yang ada. Takamasa menangapi seadanya, sesekali tatapannya meneliti ke arah Tenn yang hanya diam bagaikan patung.

"Tenn," panggil sang sepuh.

Tenn menoleh. Ia meminum tehnya dan lantas menjawab, "Ya, Kujou-san?"

"Bagaimana rencanamu selanjutnya?"

"Aku... punya plan sendiri. Sementara ini aku akan memperluas koneksi luar negeri dan menyelidiki soal kebenaran tentang perdagangan yang mereka lakukan."

Takamasa mengangguk paham. Ia menopang dagu menatap Tenn tertarik. "Jika kau mau aku bisa memberikan bantuan. Tapi dengan syarat tertentu," tawar si pria sepuh.

Tenn mengernyitkan dahi.

"Keluarlah dari TRIGGER akan kuberikan semua pasukan terlatih untuk mendampingimu. Jadilah solo idol dan buat sebuah kemeriahan. Jika kau bisa menghapus namanya dari masa ini. Aku akan menjamin keberhasilanmu, Tenn," tukas Takamasa. Ia meminum tehnya dan menatap Tenn, menunggu apa yang akan anak angkatnya itu katakan.

"Keluar... dari TRIGGER..." gumam Tenn.

•••

Tenn keluar dari kamarnya. Ia melihat Gaku yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Mata magentanya mengedar mencari keberadaan pria berbadan kekar yang satunya.

"Ryuu dimana, Gaku?" tanyanya.

"Entahlah," balas pria berambut silver itu dengan singkat. Tanpa melepas tatapannya dari ponsel pintarnya.

Tenn menghela napas. Ia mendekati Gaku, mengambil satu bantal sofa dan melemparkannya tepat di wajah Gaku hingga ponsel ditangan Gaku jatuh dan menimbulkan bunyi keras.

"Ittai! Oii bocah!" pekik si pemilik netra silver.

Gaku menatap nanar ponselnya yang layarnya retak. Sebegitu kuatnya lemparan Tenn yang tadi mengenai ponselnya lalu wajahnya. "Ponsel baruku!!!!" teriaknya. Gaku terduduk, mengambil ponselnya.

"Baru kemarin aku beli... Sekarang sudah tamat lagi," gumam Gaku lirih.

Tenn menatap jengah. Ia berbalik dan mencari keberadaan Ryuu.

"Oii, gaki!! Kau harus tanggung jawab!!"

Tenn mengabaikan. Ia berjalan ke arah dapur dan menemukan Ryuu yang tengah memotong-motong sayuran lalu memasukkannya ke dalam panci. Tenn menghela napas, pantas saja tidak dengar. Ryuu menggunakan earphone ternyata.

Tenn menghampiri, ia membuka lemari pendingin dan mengambil jus apel kemasan yang ada disana. Tatapan terfokus pada apa yang tengah Ryuu kerjakan.

"Sup ikan?"

Ryuu yang hendak mencuci tangan menoleh dan kaget melihat Tenn yang duduk dengan anteng. "Te-Tenn?" beonya.

Tenn hanya mengernyitkan dahi. Toh jika ia bicara Ryuu tidak akan dengar karena earphone.

Mengetahui itu, Ryuu melepas benda yang menyumpal telinganya. "Kau sejak kapan ada disitu?" tanyanya.

"Barusan. Lanjutkan saja."

Ryuu mengerjabkan mata dan kembali fokus pada masakannya. Tenn memperhatikan Ryuu dalam diam.

Keluarlah dari TRIGGER.

Tenn mengigit bibir bawahnya. Kata-kata dari Takamasa terus terngiang-ngiang dikepala. Sial, kata-kata itu membuatku sakit kepala saja. Tapi keluar dari TRIGGER?  Apakah harus? Bantuannya pasti akan sangat membantunya, batin Tenn.

Keadaan Luciu sekarang, jelas membutuhkan orang yang benar untuk menanganinya.

TRIGGER... Mereka yang mendukungku sampai sekarang...

Apa tanggapan Gaku dan Ryuu nanti? Apa mereka akan membenciku? Apa mereka akan menatapku rendah setelah aku keluar?

Kepalaku sakit rasanya. Kaa-sama, apa yang harus kulakukan?

Saku...

Otaknya yang terus berputar membuatnya tanpa sadar sudah melamun cukup lama. Ryuu bahkan sudah menghadap ke arahnya dnegan tatapan bingung.

"Tenn? Kau memikirkan sesuatu?"

Hening.

Ryuu semakin mengernyitkan dahi. Ia menepuk pundak Tenn dengan pelan membuat sang empu pemilik surai merah muda itu berjengit kaget.

"Daijoubu? Kau melamun sejak tadi," ungkap Ryuu dengan raut khawatir.

"Ah, benarkah? Maaf."

"Ada apa, Tenn? Ingin bercerita?"

Tenn menggeleng, ia bangun dari duduknya dan berjalan menjauh. Ryuu lekas memegang bahunya. "Tenn kita ini teman, katakan saja. Aku dan Gaku pasti akan membantumu semampu kami," yakinnya.

Tenn bungkam.

Gaku datang mendekat. Ia menatap mereka bingung. "Kalian kenapa?" tanyanya.

"Ah, Gaku. Tenn tadi melamun, saat kutawarkan untuk bercerita dia tidak mau," ujar Ryuu.

"Tenn?" Atensi Gaku berpindah ke arah Tenn yang juga tengah menatapnya dengan tatapan datar.

Gaku mendengus. Ia membawa makanan yang Ryuu buat dan menatanya di meja makan. Ryuu menatap Gaku dengan tatapan bingung.

"Biarkan saja, Ryuu. Nanti jika dia ingin cerita, pasti dia cerita," ujar Gaku.

Ryuu menatap khawatir pada Tenn dan mengangguk. Mereka lantas memulai makan mereka dengan suasananya hening.

Suasana yang biasanya di isi oleh adu argumen antara Gaku dan Tenn menghilang. Ryuu jadi tidak nyaman dengan suasana hening yang ada.

Demi apapun, lebih baik mereka berdebat seperti biasanya, batin Ryuu.

"Gaku, Ryuu, ada yang ingin kukatakan."

Kedua pria itu langsung menatap Tenn.

"Aku akan keluar dari TRIGGER."

"..."

"HA?!"

To be continued

Continue Reading

You'll Also Like

1M 83.7K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
190K 9.3K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
222K 33.3K 61
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
77.6K 15.7K 171
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...