Alendra

By AngitaRismayanti

5.6K 339 16

Devano Alendra Demiand, Putra Sulung dari Jack Demiand. Alendra adalah orang yang terkenal dengan segala sifa... More

01 || Alendra
02 || Ke gesrekan Alendra
03 || Wow, cewek tuh
04 || Leviana
05 || Ke gaduhan makan malam
06 || Kebiasaan baru
07 || Masih marah, Na?
08 || Baru Pulang? Habis darimana?
09 || Rasa Penasaran
10 || Anak Bantara
11 || Zeta?
12 || Pacaran itu enak nggak?
13 || Pagi Yang Sial
14 || Jomlo? Sorry ya
15 || Lawan Kata
16 || Sudah Joshua duga
17 || HALU!!
18 || Aaa So Sweet
19 || Baku Hantam lah kita
20 || Tawuran Lagi ?
21 || Gue Join, Al
22 || Gue, Devano Alendra Demiand
23 || Gue bisa apa, Na?
24 || Ketemu kakak ipar
25 || Pasar Malam
26 || Makin halu aja lo
27 || Kemarahan Alendra
28 || Anyelir
29 || Pertengkaran
30 || Permintaan Maaf
31 || Empress Of Dirgoun
32 || Aksa!
33 || 300 ribu doang
34 || Grogi?
35 || Gombal Sayang
36 || Bercanda, Dev
37 || Gawat
38 || Good
39 || Pengungkapan Rasa
40 || I Love You, Na!
41 || Kenalin, Pacar aku
42 || Kucing Garang?
43 || Go Publik
44 || Ide Gila
45 || Big Baby
46 || Bipolar
47 || Mode Sultan
48 || Rasa Kecewa
49 || Happy Birthday Bos!
50 || Ide Lo boleh juga
51 || Adek Bayi?
52 || Serangan tak terduga
53 || Singa Dirgoun
54 || Penyerangan Balik
56 || First Kiss
57 || Singapura
58 || Balik Indonesia
59 || Mencari Informasi
60 || Terbongkarnya Rahasia Pengkhianatan
61 || Ke Kecewaan
62 || Penenang
63 || Wejangan Jack
64 || Cemburu kah?
65 || Sakit
66 || Mencoba untuk menerima
67 || Rasa takut akan kehilangan
68 || Mimpi Buruk

55 || Pengkhianat

48 3 0
By AngitaRismayanti


Alendra kini sedang mengamuk hebat, ia melempar semua barang yang berada di basecamp hingga hancur tak berbentuk lagi.

“JOVIANJING! SIALAN! BANGSAT!”

“MATI LO! JOVIANJING!”

Thor berhasil membabat habis anak Dirgoun, Dragon, dan juga Axtrax. Banyak sekali korban yang berjatuhan yang mana kini sedang berada di rumah sakit.

Alendra sudah berekspetasi bahwa kemenangan ada di tangan nya. Tapi, karena ada yang membocorkan rencana nya Ekspetasi Alendra hancur. Malah Alendra sendiri yang terjebak di dalam permainan yang Jovian buat.

“Gue tau lo kecewa, Al. Tapi nggak seharusnya lo gini,” ujar Arig berusaha menenangkan Alendra, ia sendiri sedang meringis sakit sembari meremas bagian lengan kanan nya yang terasa nyeri.

“Dirgoun itu terkenal dengan solidaritas yang tinggi, Al. Jadi nggak mungkin kan kalau salah satu anggota lo itu ada yang berkhianat? Dan cewek lo, nggak mungkin juga dia yang kasih tau tentang penyerarangan kita. Dia cuman tau lo bakal nyerang balik, tapi nggak tau kapan dan dimana kita akan melakukan penyerangan itu kan? Jadi nggak mungkin cewek lo berani berkhianat,” ujar Lois tak habis pikir.

Napas Alendra menderu kencang, mata nya menangkap kedua teman nya yang saat ini sedang duduk termenung.

Mata Alendra tertuju kepada Raka. Dari banyak nya orang yang terluka, kenapa hanya wajah Raka yang masih terlihat tidak kenapa-napa? Raka Nampak terlihat baik-baik saja, bahkan lebih baik dari teman-temannya yang lain.

Seketika rasa curiga itu muncul menghinggapi pikiran Alendra. Yang ada di dalam pikiran Alendra saat ini adalah kata pengkhianat itu entah mengapa merujuk ke arah Raka?
No! tidak mungkin! Lagi pula Raka adalah teman dekat Alendra, ia juga yag selama ini membantu Alendra membangun Dirgoun. Bagaimana mungkin Raka tega mengkhianat nya? Dan lagi pula alasan apa yang membuatnya untuk berkhianat?

“Gue mau nanya, apa kalian semua ikut tawuran ke jalan?” tanya Alendra mengundang tatapan bingung dari semua orang.

“Maksud nya gimana bang?” tanya Galen tak paham.

Alendra menatap Raka tajam, “Kali ini penyerangan kita bocor, dan kita malah masuk dalam permainan Jovian. Kita tawuran lawan geng Thor dan juga 6 geng sekaligus maka dari itu kita kalah kan?” Alendra menjeda ucapannya, ia menarik napas dalam. “Dari sekian banyaknya orang yang terluka, kenapa malah cuman lo yang terlihat baik-baik aja, Rak?” lanjutnya.

Raka yang tak mengerti dengan pertanyaan Alendra seketika terdiam sejenak, ia bangkit berdiri karena merasa tersinggung. Mengapa Alendra seolah mencurigainya? Bahkan ia terang-terangan menanyakan langsung kepadanya.

“Kenapa lo nanya begitu ke gue? Apa karena lo curigain gue?” ujar Raka.

“Iya! Karena lo pengkhianat itu, Rak!” tunjuk Alendra, jarinya mengacung ke arah Raka.

“Maksud lo apa, Al?” teriak Raka tak terima. Tiba-tiba saja Alendra menuduhnya. “Buat apa gue berkhianat sama Dirgoun, Al?”

Alendra terdiam sejenak, ia pun melangkah penuh perhitungan. Wajahnya terlihat dingin dan datar.

“Jelas lo mencurigakan selama ini, waktu basecamp kita di serang lo juga mendadak pergi kan? Kemana lo waktu itu? Apa jangan-jangan lo juga yang bocorin lokasi basecamp?
cecar Alendra mencengkram kerah jaket Raka.

“Al! gue nggak tahu apa-apa! Waktu itu gue beneran ada urusan penting, dan gue juga nggak tau tentang penyerangan itu. Lo sahabat gue, mana mungkin gue juga berkhianat ke lo,” ujar Raka, nada bicaranya terdengar begitu frustasi.

“Al, lo jangan asal nuduh Raka. Dia sahabat kita, dan nggak mungkin juga dia berkhianat sama lo atau bahkan Dirgoun.” Lerai Dino, ia menarik lengan tangan Alendra untuk mundur.

“Al, sumpah bukan gue. Gue nggak tau apa-apa, tentang kenapa gue baik-baik aja karena tadi gue bantu beberapa orang yang terluka parah buat di bawa ke rumah sakit. Sorry, gue emang nggak terlibat banyak di penyerangan kali ini. Karena gue harus bantu teman-teman yang lain, Al. mereka sekarat,” ujar Raka, matanya bergerak liar mencoba menyakinkan teman-temannya yang lain bahwa memang bukan dia pengkhianat nya. “Ayolah, Al. percaya sama gue. Bukan gue, gue nggak mungkin untuk berkhianat.” Ucapan Raka kali ini justru dibalas dengan tundukkan kepala yang mana sebagai respon tidak ada yang percaya dengan perkataan Raka.

“Din, lo percaya kan sama gue? Lo tau gue kan? Nggak mungkin gue berani untuk berkhianat.”

Dino terdiam tidak membuka suara. Kepalanya perlahan menggeleng seketika membuat Raka menggusah napas kecewa.

“Al, gue bu_”

“Bang Al, bang, bang. Nih ada paket buat lo katanya.” Galen datang membawa satu kertas berwarna coklat yang kemudian diserahkan kepada Alendra.

Alendra membuka kertas tersebut dengan Gerakan tak sabaran. Di dalam kertas tersebut terdapat beberapa lembar foto.

Napas Alendra memburu kencang, remasan pada foto tersebut semakin kuat. Di dalam foto tersebut, ada Raka yang sedang bertemu dengan Jovian. Dari foto itu juga sudah di pastikan bahwa memang lah Raka si pengkhianat.

“RAKANJING! SIALAN! BANGSAT! DASAR LO PENGKHIANAT RAKA!”

Alendra yang semakin emosi langsung menerjang Raka, ia memukuli Raka membabi buta membuat semua orang terpekik tak percaya.

Dino dan Arig berusaha menahan serangan Alendra dengan cara memegangi nya dan membawa Alendra sedikit menjauh dari Raka. Sedangkan Lois dan juga Budi membantu Raka yang terkapar terkena pukulan keras Alendra.

“Lo bilang lo itu sahabat gue? Sahabat mana yang berani untuk berkhianat, Rak?! Lo kemarin ketemu sama si Jovianjing, Raka! Bangsat lo!” Alendra melempar foto itu hingga mengenai kening Raka.

Mata Raka terbelalakk tak percaya, bagaimana foto ini bisa ada? Ia memang menemui Jovian, tapi ia juga memiliki alasan kenapa bisa menemui Jovian.

“Al, gue bisa jelasin tentang foto ini. Gue bisa jelasin kenapa gue kemarin bisa ketemu sama Jovaian, dengerin penjelasan gue dulu plis.” Mohon Raka.

“It’s not appropriate for a traitor to be given a chance to explain.” “Mulai sekarang, lo bukan lagi anggota inti Dirgoun, lo gue keluarin dari Dirgoun!” ujar Alendra menggeram tertahan.

Raka menggelengkan kepalanya kuat, “I have the right to defend myself, I also have the right to give an explanation so that everyone deos not understand.”

“Everything is clear, TRAITOR!” teriak Alendra.

“Gue bukan pengkhianat Al!” tekan Raka membela diri.

“Mana ada pengkhianat yang mau ngaku, Rak!” senyum sinis Alendra. Ia pun mengalihkan pandanganya pada Joko dan juga Azkan. “Lo berdua lepas paksa jaket yang Raka pake!” titah Alendra pada Joko dan Azkan.

“Tapi_”

“Gue nggak neirma penolakan! Kalau kalian nggak mau, kalian juga boleh keluar! Sekarang, lepas jaket Raka!”

Dengan pandangan penuh iba dan juga penuh keterpaksaan. Joko dan Azkan melepas paksa jaket yang melekat di tubuh Raka.

Raka berusaha keras mempertahankan jaket yang selama ini menjadi kebanggaan hidupnya. “Jangan, gue mohon jangan. Gue bukan pengkhianat,” ujar Raka lirih. Mengapa Alendra tidak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan semuanya.

Iya Raka akui ia memang bertemu dengan Jovian, tapi bukan untuk membocorkan lokasi basecamp.
“Rusak jaket itu!”

“Al, bukan gue pengkhianat itu.” Lirih Raka putus asa.

“Gue bilang rusak jaket itu! Atau nggak bakar!”
Joko menahan napas, ia mengambil korek dari saku celananya kemudian membakar jaket milik Raka.

Raka menatap jaket Dirgoun miliknya kini sudah termakan oleh api. Setetes cairan bening mengalir dari kedua sudut mata Raka. Tanpa berniat menghapus nya, Raka membiarkan air matanya turun semakin deras tanpa bisa di cegah.

“Gue peringatin lo untuk nggak pernah lagi menginjakkan kaki di basecamp ini. Lo udah nggak ada hak di Dirgoun!”

“Al, lo salah besar. Dia temen lo kan? Seharusnya lo biarin dia ngasih penjelasan dulu,” ujar Arig. “Gue yakin Raka nggak mungkin pengkhianat itu, gue juga yakin kalau Raka di jebak. Bukan Raka pelaku sebenarnya.”

“Bukan dia? Terus siapa?” tanya Azkan tak santai, “Kalau bukan bang Raka pengkhianat nya terus siapa? Semua bukti aja udah mengarah ke dia kan.”

“Bukan gue, Azkan!” sentak Raka menatap tajam Azkan. “Maksud lo apa ngomong gitu? Berusaha agar diri sendiri yang tertuduh heh?! Jangan lo kira gue nggak tau lo kemarin juga nemuin Arthur kan?!”

Azkan tergagap, “I… iya gue emang nemuin Arthur. Tapi, gue hanya sebatas nengok dia. Meski pun dia bukan anak Dirgoun lagi, dia tetap teman gue kan.”

“Lo pikir gue bodoh, Azkan? Gue tau Arthur dan juga lo, lo sama dia udah kerja sama. Arthur yang merintah lo buat balas dendam karena dia nggak terima di keluarin dari Dirgoun dengan tidak terhormat kan?” cecar Raka menyudutkan Azkan.

“Apa sih bang? Lo nuduh gue tanpa bukti. Arthur nggak ada sama sekali dendam sama bang Alendra. Dia juga bilang, dia sadar dengan kesalahan nya dan nggak masalah di keluarin dari Dirgoun. Jadi, buat apa gue atau Arthur yang berkhianat?”

Raka tersenyum miring. “Tenang, gue bakalan cari tau pelaku aslinya. Al, gue harap lo nggak akan nyesel sama keputusan lo ini. Dan gue cuman mau negasin, kalau gue bukan pengkhianat itu!”

“Nggak usah banyak bacot Raka! Nggak usah terus-terusan membela diri! Lo pengkhianat dan akan tetap jadi seorang pengkhianat!”

Raka terdiam, lihat lah. Selama Aksa tidak ada di tengah-tengah mereka, maka masalah akan terus tercipta.

Arig yang berusaha menyakinkan pun tetap tidak membuat Alendra berubah pikiran. Arig ingin membela Raka, karena ia yakin bahwa Raka di jebak. Namun, ia tidak punya hak untuk ikut campur di dalam permasalahan satu geng yang berbeda perintah dengannya.

***
Kali ini, di dalam rumah tua yang dijadikan sebagai basecamp Thor, tampak tengah terjadi perkelahian antar senior anggota inti.

Dua orang yang biasanya selalu Bersama kini sedang melayangkan pukulan satu sama lain.
Beruntung, hanya ada dua orang di ruangan itu. Jovian dan juga anggota yang lain sedang berkumpul di basecamp kedua mereka. Merayakan kemenangan atas tawuran melawan Dirgoun dan antek-antek nya.

“Lo adalah lelaki pecundang, Anjing!” ucap lelaki berjaket merah maroon.

“Pecundang? Lantas apa kabar dengan lo?” kini lelaki ber hoddie hitam bersuara.

“Lo pengkhianat!” ucap lelaki berjaket merah maroon itu sambil melayangkan pukulannya tepat pada pelipis si hoddie hitam.

“Baru sadar lo? Kemana aja dulu? Kenapa lo baru tahu nya sekarang?” tanya lelaki hoddie hitam dengan senyum meremehkan.

“Kenapa lo malah berpihak sama si Jovian? Lo ini sebenarnya teman Elmero atau Jovian sih? Lo harusnya dukung Leviana untuk ambil alih jabatan nya. Kenapa lo malah berpihak sama si Jovian?”

“Gue nggak sudi kalau ketua Thor itu cewek, kita yang cowok tuh kayak nggak punya harga diri tau! Ya setidaknya lebih baik Jovian yang menjadi ketua dari pada harus si Leviana,” ujar lelaki hoddie hitam.

“Lo nggak inget? Leviana yang lebih pantas! Dia yang di tunjuk langsung sama Elmero, tapi karena bujuk rayu lo Leviana sampai rela melepaskan jabatan nya demi si Jovianjing!”

Lelaki hoddie hitam itu tertawa mengejek, “Yaitu mah emang si ceweknya aja yang bego, kok mau-mau nya aja nurut? Wait, kira-kira gimana reaksi si Leviana kalau tau abang-abang nya saling serang gini?”

“Gue harap lo berhenti main-main! Sudahi drama yang lo bikin itu! Lo benar-benar lelaki pecundang!” teriak lelaki berjaket merah maroon sambil terus melayangkan pukulannya.

“Gue belum dapat keperawanan dia, jadi gue nggak akan berhenti begitu aja.” Ucap si hoddie hitam.

“Sialan! Anjing lo! Mati aja lo anjing!” ucap si jaket merah maroon sambil memukul lelaki yang ada dihadapannya bertubi-tubi.

Namun, si hoddie hitam tidak membalas pukulan yang dilayangkan oleh si jaket merah maroon sama sekali. Sampai suara Leviana menghentikan si jaket merah maroon.

“Bang Eren! Berhenti! Apa hak lo nyerang teman lo sendiri?” tanya Leviana dengan nada dingin.

“Temen? Yang kayak gini disebut temen? Nggak pantas! Dia itu pengkhianat, Leviana. Dia yang bakal ngehancurin lo, Alendra, dan juga Dirgoun!” ucap si jaket merah maroon sambil menunjuk si hoddie hitam.

“Bang Chandra? Pengkhianat? Bukan dia, bang! Tapi lo sendiri yang pengkhianat itu! Dengan mata kepala gue sendiri gue liat lo mukul dia berkali-kali. Itu menjelaskan kalau lo yang jadi pengkhianat nya bang!” ucap Leviana dengan mata berkaca-kaca.

“Bukan, Na! bukan gue! Lo tau sedekat apa gue sama abang lo? Gimana bisa gue berkhianat sama dia, lo, atau bahkan Thor!”

“Justru orang dekat yang berisiko tinggi menjadi pengkhianat bang!” teriak Leviana, matanya semakin tidak bisa membendung cairan bening itu.

“Na, apa lo sadar apa yang sudah dilakukan Chandra? Chandra sama Jovian yang sudah menjadi pengkhianat itu! Mereka berdua nggak mau kalau sampe lo yang menjadi ketua, Na,” ujar si jaket merah maroon. Ia adalah Eren Darlino, teman dekat Elmero dan juga abang kedua bagi Leviana sendiri.

“Bang, udah gue bilang berapa kali. Gue nggak butuh jabatan itu! Kenapa lo tetap kekeh sih? Atau jangan-jangan lo berkhianat karena ingin menjadi ketua nya bang?” tanya Leviana.

“Nggak gitu, Na! gue nggak ada niatan kesana!” sanggah Eren.

“Cukup bang, cukup! Gue harap lo nggak usah ikut campur lagi dengan Thor, karena gue pun begitu. Biarin bang Chandra yang urus itu. Gue percaya sama dia, gue nggak akan biarin seorang pengkhianat seperti lo ikut campur lagi.” Ucap Leviana final dengan keputusan nya.

“Makasih, Na. Lo benar-benar membuktikan bahwa terkadang seseorang selalu menghakimi tanpa tau kebenarannya. Inget Na, kapan pun lo butuh abang lo ini. Jangan pernah sungkan untuk hubungi gue, lo juga tau kan tempat gue dimana? Dan satu hal yang gue tegaskan, gue nggak pernah ada niatan untuk berkhianat. Jadi, bukan gue pengkhianat itu.” Ucap Eren sambil menepuk bahu Leviana kemudian meninggalkan basecamp tersebut.

Lelaki berhoddie hitam, yang tak lain adalah Chandra Agustian hanya tersenyum tipis. Namun, ia tertawa puas di dalam hatinya menyaksikan rencana nya kini berhasil.

“Lo mencari lawan yang salah, Eren.” Batin Chandra.


Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 130K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
577K 44.6K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
324K 19.4K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...