⊹𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙩𝙤 𝙁𝙞𝙜𝙝𝙩𝙞𝙣...

kkyrayyn tarafından

10.5K 1.4K 70

╰┈➤ ❝「 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙣 𝙎𝙡𝙖𝙮𝙚𝙧 𝘼𝙐 」❞ Semuanya telah berakhir, sekarang kami telah berhasil menaklukkan 'san... Daha Fazla

❝Prolog❞
Bab 1 : GF House
Bab 2 : Awal dari yang kedua
Bab 3 : Kecurigaan
Bab 4 : Kecurigaan #2
Bab 5 : Carol dan Krone
Bab 6 : Latihan m̶e̶l̶a̶r̶i̶k̶a̶n̶ ̶d̶i̶r̶i̶
Bab 7 : Kecurigaan #3
Bab 8 : Kebenaran yang terungkap
Bab 9 : "Bersekutu"
❝Perkenalan❞
Bab 10 : Jebakan yang kentara
Bab 11 : Hancurkan!
Bab 12 : Peninjauan
Bab 13 : Takkan membiarkanmu mati
Bab 14 : Ingatan masa lalu
Bab 15 : Sayōnara Norman
Bab 16 : Kekosongan
Bab 18 : Eksekusi Rencana
Bab 19 : Kabur [S1 END]
Bab 20 : Hutan Sumpah
Bab 21 : Hal tak terduga
Bab 22 : Area B06-32
Bab 23 : Serangan mendadak
Bab 24 : Gadis dan Lelaki bertudung
Bab 25 : Lawan atau Kawan?
Bab 26 : Pemburu Iblis
【 Bab 27 】: Dua Dunia

Bab 17 : Pembalasan Ray

196 35 2
kkyrayyn tarafından

14/01/46
Pukul 23:38

Kyojurou POV..

Ya.. sebentar lagi ya..

Besok malam, Ray akan dikirim..
Malam ini juga.. rencana kami akan dilaksanakan.

Namaku adalah Kyojurou Rengoku, identitas 92194 dari Panti Asuhan Grace Field House.

Awalnya aku tidak tahu apa tujuanku disini. Kukira aku akan mendapat kebahagiaan lagi setelah melewati berbagai rintangan dan penderitaan.

Tapi aku tidaklah sendiri, aku bersama Shinobu Kocho, Mitsuri Kanroji, Obanai Iguro, Muichirou Tokito, Gyomei Himejima, dan Genya Shinazugawa. Teman-temanku yang telah gugur karena berjuang mengalahkan Kibutsuji Muzan.

Kukira semua telah kembali seperti semula. Dimana saat makhluk yang disebut iblis, belum ada dimana pun.

Kami telah salah mengira, ternyata masih ada iblis yang berkeliaran. Tidak, dugaanku Kibutsuji sebelumnya sudah menyiapkan iblis yang akan menjadi iblis seterusnya yang ia sembunyikan untuk berjaga-jaga jika ia gagal membunuh kami semua, anggota Kisatsutai.
Hingga dunia kembali menjadi berbahaya seperti ini. Meski aku tak ikut pertempuran tersebut.

Bukankah Nak Tanjirou telah berhasil mengalahkannya? Tapi dia malah berubah menjadi raja iblis kedua karena ulah Kibutsuji.
Aku sangat kesal saat itu, mengetahui anak yang sebelumnya akan kujadikan Tsuguko–ku dan adik kesayanganku setelah Senjurou, menjadi seorang iblis. Ayolah, apa sih, yang kau inginkan?!

Belum lagi, ternyata Tim Kamaboko itu, juga Tomioka, Uzui dan Shinazugawa telah tiada karena dibunuh dan dimangsa iblis-iblis itu..
Sebelum kami menyadarinya.

Sebentar, apa mereka sudah menyadarinya? Bahwa mereka terlahir kembali dalam wujud anak-anak, dan soal iblis yang masih ada keberadaannya(?)...

Aku belum pernah melihat iblis yang sekarang, maka aku sangat ingin mengetahui. Meskipun aku tahu kelemahan mereka, kemampuan regenerasi, kekuatan serangan, kecepatan gerak, dan lain-lain. Karena bisa saja telah banyak berubah.

Menurut cerita Emma, mereka bertubuh tinggi, ada yang besar juga gemuk, mereka juga memakai seperti topeng(?) yang menutupi wajah mereka. Tangan dan kaki mereka seperti monster, mempunyai cakar yang panjang.

Aku ingin tahu siapakah yang mengendalikan mereka?
Apakah masih ada istilah “Jurus darah iblis”, “Iblis bulan bawah”, ataupun “Iblis bulan atas”?

Untuk mengetahui itu aku mencoba mencari informasi seputar iblis. Anak-anak menyebutnya Monster pemakan manusia. Aku pernah membacanya di buku perpustakaan. Hanya cerita Urban Legend, sih.

Aku dan keenam teman-temanku mendapat peringkat nilai tertinggi, atau bisa dibilang sebagai daging kualitas kelas atas.

Beruntung sekali aku bertemu Emma, Norman dan Ray. Salah satu ketiga anak yang mendapat nilai tertinggi juga seperti kami. Katanya, mereka sudah mendapat nilai 300 saat berumur 6 tahun.. uwah! Anak-anak disini pintar-pintar semua!

Hahaha, sudah agak lama kami berada di dunia ini. Tahun 2045, yang sekarang sudah berganti tahun 2046. Sepertinya sudah 4 bulan aku dan teman-temanku tinggal disini. Tidak, sudah 11 tahun aku tinggal disini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Emma, kau bisa berjalan?"

"Iya. Tenang saja!"

Aku menuntun dan membantu Emma berjalan menuruni tangga. Sebelumnya aku juga mendengar suara senandung bernada rendah yang sangat indah. Dan Emma sepertinya terpancing mencari sumber suara itu.

Bukankah itu suara Ray? Begitulah dalam pikiranku.

"Baik, lakukan aktingnya dengan alami, ya."

"Aku mengerti!"

Ckleekk

Blamm!!

"Ray," Panggil Emma.
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini?"

Ray seketika menoleh melihat kami.
"... Karena ini malam terakhirku, jadi aku ingin berpamitan dengan panti asuhan ini."

"Ray, besok ulang tahunmu, 'kan?"

"Benar, hari ini adalah malam terakhirku. Besok kita akan berpisah." Ray menjawab. Respon Emma dan Kyojurou hanya diam.

"..."

"..."

"..."

"Hei, Emma. Kyojurou. Apa kau benar-benar sudah menyerah?" Tanya Ray sambil menutup bukunya.
"Kalian sebenarnya belum menyerah, 'kan..?"

"..."

"..."

"..selama ini aku terus memikirkannya. Apa yang harus kulakukan demi Norman?
Jawabannya adalah...
tidak melakukan apa pun."
Sahut Emma menjelaskan.

"Mama pernah menyuruhku.. untuk menyerah dan membebaskan diriku dari rasa sakit. Tapi... Siapa juga yang mau menyerah! Takkan kubiarkan kematian Norman sia-sia! Kau sendiri?" -Emma.

"Hmf, pada akhirnya pemikiran kita sama." Sahut Ray.

"Aku juga." Ucapku.
Wah, tidak kusangka. Mereka kan sahabat. Mana mungkin mereka menyerah begitu saja karena Norman sudah tidak ada.

Bahkan saat ulangtahun Genya pun beberapa hari yang lalu pun, hanya Emma dan Ray yang tidak bersemangat maupun tersenyum. Tapi kali ini mereka mulai kembali seperti dulu!

"Ayo kita melarikan diri, Ray. Kami datang kesini untuk membahas itu." Ajak Emma.

"Aku juga ingin bicara dengan kalian. Soalnya, selama dua bulan ini kita tak bisa ngobrol lama karena khawatir dengan pengawasan Mama." Kata Ray.

"Ya, kau benar." Aku dan Emma mengangguk. "Karena akupun tidak ingin Mama mengetahui niatku yang sebenarnya."

"Niatmu yang sebenarnya?" Beo Ray.

"Iya. Mama benar-benar waspada. Meski kita tidak melakukan tindakan apa pun, Mama tak pernah berhenti mengawasi kita."

"Tapi, kita justru bisa memanfaatkan situasi itu!" Sambung ku. "Kalau Mama jadi fokus kepada kalian berdua, anak-anak lain selain kalian jadi tidak begitu diawasi."

"Jadi kau bukan sasaran Mama?" Tanya Ray dengan wajah aneh. Aku sedikit jengkel karenanya.
"Eh, jadi maksudmu, kau, Shinobu, Gilda, dan yang lain?"

"Iya."

"Makanya aku menyerahkan semuanya pada mereka. Latihan pelarian dan persiapan berbagai hal." -Emma.

"Sejauh apa perkembangannya?" -Ray.

"Semuanya sudah siap. Peralatan, bahan makanan, dan pakaian hangat. Kita bisa melarikan diri kapanpun."

"Kerja mereka hebat juga, ya. Sisanya tinggal menentukan strategi pelarian."

"Itu pun juga sudah kutentukan. Aku punya ide. Sebelum Ray dikirim, besok siang ayo kita melarikan diri!"

"Tunggu. Jangan siang hari. Itu sembrono, kan? Situasi saat ini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Agar mudah untuk bersembunyi, kurasa lebih baik di malam hari saja.
Yah, dengarkan aku dulu. Kalian berdua duduklah."

˚ ༘ ໊ 💌✨ ⋆·˚ ༘ *


"Dengar. Masalahnya ada dua. Pertama, pengawasan Mama. Mama selalu mengawasi kita, dan para bayi juga berada di dekatnya. Saat siang dia memang membawanya, tapi saat malam, bayi-bayi itu di taruh di kamarnya. Kalau ingin melarikan diri semuanya, kita harus mengalihkan perhatian Mama. Dan memisahkannya dari para bayi.
M

asalah kedua, adanya tebing di balik tembok. Kita tak bisa menyeberanginya. Kalau mau lari, harus lewat jembatan ini. Tapi jembatannya cuma ada satu. Tempat itu dari dulu mungkin dijaga. Dan saat tau kita melarikan diri, para penjaga pasti akan bergegas kesana. Ditambah lagi, jembatan itu dekat dengan markas pusat. Tempat dimana para monster itu berada.
Jadi, apa yang akan kamu lakukan, Emma?"

"..."

"..."

"... Kurasa inilah cara terbaiknya." Ray tiba-tiba bangkit dan membuka satu kotak kardus.

"?"

"Minyak tanah?" Kataku dan Emma serempak.

"Kita bakar panti asuhannya saat malam hari." Ucap Ray sambil mengambil salah satu botol minyak tanah.

"Kau akan menyulut api?!" Pekik Emma.

"Benar. Di saat perhatian Mama teralihkan oleh api, kita bisa mengulur waktu dan melakukan evakuasi. Kita bawa keluar semua anak-anak dari sini!
Kalau kita mengunci ruang rahasia Mama, dia takkan bisa melapor pada markas pusat. Dan markas pusat akan menganggap sebagai kebakaran biasa, bukan pelarian. Dengan begitu, para penjaga takkan pergi ke jembatan. Dan saat itulah kita akan kabur dari sana." Jelas Ray panjang lebar.

"Sebagai bonus, aku juga menyembunyikan 10 bom molotov di beberapa tempat di hutan."

"B-bom molotov katamu!?" Pekik Emma lagi.

"Kau membuatnya?!" Tanya ku.

"Jangan remehkan persiapanku selama enam tahun." Ujar Ray dengan nada sedikit sombong.

'Iyain deh,' batinku dalam hati.

"Lalu, saat berlari menuju jembatan, lemparkan bom tersebut ke Plant lain. Kalau berhasil, kebakaran di Plant lain akan membuat perhatian para penjaga terpecah. Tidak apa-apa, karena malam, takkan ada anak-anak di hutan. Takkan ada yang mati.."

"..."

"Nah, daripada besok... Ayo kita melarikan diri sekarang saja! Apa kalian bisa melakukannya, Emma, Kyojurou?"

Kulihat Emma tampak ragu.

"Tenang saja. Ruangan ini paling jauh dari ruangan anak-anak lain. Sebelum api merembet ke sana, mereka sudah melarikan diri. Mereka mendapat latihan penyampaian informasi melalui permainan kejar-kejaran, 'kan? Atau jangan-jangan, kakimu.."

"Sudah baik-baik saja!" Emma bangkit dari kursinya dan menapak kaki kanannya cukup keras untuk dipastikan Ray. Dan yang anehnya Ray tak menyadari Emma dan Kyojurou sudah memakai sepatu.

"Kalau begitu, sudah diputuskan." Ray mulai membuka tutup botol berisi minyak itu dan menuangkannya satu persatu ke lantai.

"Ray.." Emma memanggil pelan.

"Tapi, Emma.. sebenarnya aku masih menentangmu yang ingin menyelamatkan semua anak. Terutama setelah mengetahui ada tebing di balik tembok. Kalau pun bisa, hanya kita bertiga, Gilda, Don, Shinobu, Obanai, Genya, Mitsuri, Gyomei, dan Muichirou saja. Harusnya kamu tinggalkan para bayi. Demi kebaikan mereka, dia dan juga dirimu."

"..."

"Kau benar juga, sih, Ray, kita bakalan kerepotan saat melewati jembatan dengan mereka apalagi jika sudah sampai di dunia luar.." Ucapku lirih.

"Iya 'kan? Yah, tapi, kularang pun kamu pasti takkan mendengarkan. Itu masih lebih baik daripada melihatmu tetap disini. Karena itulah aku takkan menentang keputusanmu lagi. Putuskanlah sendiri. Sedang apa kau berdua? Cepat beritahu Gilda dan yang lainnya."

"..kau bilang, kita harus melemparkan bom molotov itu?" Tanya Emma.

"Ya. Kau atau mungkin Kyojurou, Don, Genya.." jawab Ray.

"Lalu, ada satu hal lagi yang kukhawatirkan. Meski panti asuhan ini kita bakar, bagaimana kalau Mama mengabaikannya? Mama bisa saja tak memadamkan apinya dan malah terus mengawasi kita?" Tanya Emma.

"Kalian menyadarinya, ya?" Tanya Ray balik. "Kemungkinan itu memang ada. Karena itulah, membakar panti asuhan ini saja takkan cukup. Jika kita tak bisa mengalihkan perhatian Mama, kita takkan bisa kabur darinya. Tapi, tak perlu khawatir."

"?"

"Aku hanya perlu melakukan ini."

"Apa yang akan kau lakukan, Ray?" Tanya ku. Perasaanku sama sekali tidak enak.

Srasshhh

"?!"

"R-Ray!?"

"Ray! Apa yang kau lakukan!!?"

Ray tiba-tiba menumpahkan minyak tanah yang ia buka ke tubuhnya sendiri. Sontak aku dan Emma terkejut dengan tindakannya.

"Fuh.. Menakjubkan, bukan? Anak dengan nilai tertinggi yang akan segera dikirim malah terbakar di depan matanya. Sudah pasti dia takkan mengabaikanku!"

Tlangg!!

"Aku sudah menunggu hari ini datang. Aku sudah memutuskannya sejak lama. Sudah kuputuskan sejak bertahun-tahun lalu. Ini pembalasan yang kekanak-kanakan.
Asal kalian tau ya, aku sebenarnya tak pernah suka belajar ataupun membaca. Tapi kutahan dan terus berjuang menjadi kualitas tinggi yang mereka inginkan.

Selama 12 tahun, aku yang merupakan buah terbaik yang sudah mereka tunggu, terbakar di depan matanya. Tepat sebelum hari panen yang mereka tunggu-tunggu!
Jangan kalian pikir bisa memakanku! Jangan pikir aku rela untuk dimakan! Makanan? Produk? Enak saja! AKU ADALAH MANUSIA! BIAR MEREKA TAU RASA!!"

"Ray.." Emma dan aku memekik pelan.

"Selain itu, inilah yang terbaik. Inilah cara terbaik! Soalnya aku selalu melihat anggota keluargaku dibunuh, dan memanfaatkan mereka. Padahal mereka semua anak-anak yang baik. Anak-anak yang berhati baik."

"T-tunggu!"

"Jangan bergerak!"

Emma hampir tersungkur untung saja aku langsung menahan Emma agar tetap berdiri.

"Ingatlah, Emma! Kamu cuma punya satu kesempatan! Pastikan berhasil! Jangan biarkan kematianku dan Norman sia-sia! Aku mohon, lho!"

Ray tak bisa dihentikan. Dia memang keras kepala..
Tapi aku sebagai teman dan keluarganya harus menyadarkan dan menghentikannya!

"Oh iya, ini untukmu!" Ray tiba-tiba melempar sebuah buku dan langsung ditangkap Emma.

"I-ini.."

"Yang dipotret waktu itu?"

Foto dimana aku, Emma dan Norman yang berdiri berdampingan.
Norman.. Norman.. ukh..

Aku rindu. Aku rindu dengan Norman..

Dengg!! Dengg!!
Dengg!! Denggg!!

Sraakk!

"!?"

"Dengan ini, aku berumur 12 tahun! Meski kehidupanku sangat terkutuk, tapi waktu yang kuhabiskan bersama kalian sangat menyenangkan!" Ucap Ray tiba-tiba dan memegang korek api yang sudah menyala.

Ah, sudah jam 00:00, dan tanggalnya sudah berubah. 14 Januari menjadi 15 Januari.

"Tidak, hentikan!" Pekik Emma.

"Arigatō. Bye-bye, Emma."
Kata Ray lalu menjatuhkan korek api yang sudah siap menyentuh minyak dan membakarnya.

Aku masih syok dan mematung ditempat. Emma langsung bergegas berlari mencoba menghentikan Ray.

Di tempat lain, semestinya Mama masih berada di kamarnya dengan para bayi. Aku yakin dia pasti merasa awalnya tidak terjadi apa-apa, tapi..

"RAYY!!!!"

Aku dan Emma berteriak histeris begitu Ray melepaskan korek api yang dipegangnya. Apinya sudah mulai menyebar.

Aku bisa mendengar suara langkah kaki seseorang yang berlari mendekat menuju ruang makan.

Bisa kutebak, itu adalah Mama Isabella.

Braakkk!!

"?!"

"Ray.. Ray!!"

"RAY!!!"

.
.
.
.
.
.

TBC

03/12/2021

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

97.9K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
35.3K 4.5K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
319K 26.3K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
469K 46.9K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...