Einstein Student (On Going)

By Virgou_99

160K 29.2K 3.6K

[FOLLOW SEBELUM BACA] Bagaimana rasanya jika kalian sekolah di SMA ternama dunia? Persaingan yang sangat keta... More

Warning⚠️
About EHS
Part1|| Akomodasi💫
Part 2 || Ajudikasi
Part 3|| Eliminasi
Part 4|| Koersi
Part 5|| Konversi
Part 6|| Stalemate
Part 7|| Arbitrase
Part 8|| Displacement
Part 9|| Mediasi
Part 10|| Konsiliasi
Part 11|| Segregasi
Part 12|| Kompromi
Part 13|| Diskriminasi💫
Part 14|| Afeksi💫
Part 15|| Asosiasi💫
Part 16|| Antropologi💫
Part 17|| Retraksi💫
Part 18|| Predisposisi💫
Part 19|| Sedisi💫
Part 20|| Ratifikasi💫
Part 21|| Quasi💫
Part 22|| Koherensi💫
Part 23|| Kontravensi💫
💫💫💫
Part 24|| Represi💫
Part 25|| Mistifikasi💫
Q
Part 26|| Legislasi💫
Part 27|| Legitimasi💫
Info
Part 28|| Askripsi💫
Part 29|| Strukturasi💫
Part 30|| Asumsi💫
Part 31|| Simbolisasi💫
Part 32|| Konfigurasi💫
Part 33|| Improvisasi
Part 34|| Resistensi💫
Part 35|| Regulasi
-
Just read
Part 36|| Klarifikasi💫
Part 37|| Koersif💫
Part 39|| Revokasi💫
NEWS‼️

Part 38||Pretensi💫

2.4K 418 163
By Virgou_99


"Kita mau kemana sih sebenarnya?" tanya Shanz.

"Gue juga gak tahu," jawab Richard.

Shanz menghentikan langkahnya, Richard menoleh ke belakang ketika merasa Shanz tidak mengikutinya lagi. Melihat ekspresi datar gadis itu, ia segera menghampiri Shanz dan menarik tangannya untuk pergi dari sana.

"Kalau gak ada tujuan kayak gini mending gue balik ke Barrack buat tidur," ucap Shanz yang membuat Richard geram.

"Lo mau mati hah? Lucas pasti lagi nyariin kita sekarang, meskipun gak ada tujuan seenggaknya kita berusaha menjauh dan cari aman," Richard yang tidak habis pikir dengan gadis itu mengusap wajahnya dengan kasar.

"Gak!" Shanz menolak dengan tegas.

Lagi-lagi Shanz menolaknya dan tetap bersikukuh untuk pergi sendirian, Richard mengacak rambutnya frustasi, ia memukul-mukul tembok hingga tangannya berdarah. Menyalurkan rasa gelisah nya menghadapi Shanz yang keras kepala.

"Apa yang Lo lakukan?" tanya Shanz. Dalam diam nya ia sedikit khawatir ketika darah bercucuran pada tangan lelaki di sampingnya.

Richard tidak menjawab, ia terus melakukan hal itu berulang-ulang sampai sebuah suara mengalihkan perhatian mereka.

"Shanz."

Shanz dan Richard menoleh bersamaan. Edward mematung di tempatnya melihat mereka berdua, ia tahu betul bahwa siswa yang kini tengah berdiri di samping Shanz adalah salah satu murid C'Class. Namun ia tidak menemukan Lucas bersama mereka, hal ini tentu saja membuat dirinya berasumsi bahwa Lucas menyuruh teman nya untuk membawa Shanz pergi.

Edward menarik tangan Shanz dan berdiri di depan gadis itu, mengantisipasi jika Richard melakukan hal yang tidak-tidak padanya.

"Siapa?" Richard menatap Edward dengan tajam.

"Dia teman gue," jawab Shanz sambil menyingkirkan Edward yang berdiri di depan nya.

"Jadi Lo yang nyulik teman gue?" Edward langsung menarik kerah baju Richard dan hampir memukulinya jika Shanz tidak segera menghentikannya.

"Ed, udah! Justru Richard yang nolongin gue," ucap Shanz. Akan tetapi disini Edward masih tetap pada pendiriannya, ia tidak langsung percaya begitu saja dengan ucapan Shanz. Edward tahu betul betapa liciknya anak-anak C'Class, ia harus berhati-hati.

"Gak mungkin. Dia pasti yang bawa Lo pergi, gue bakal laporin ini sama Mr Ziland dan nyuruh petugas keamanan buat nangkap dia!" ucap Edward. Lelaki itu berbalik hendak memanggil para satpam, akan tetapi Richard langsung membekap mulutnya dan menyeret Edward pergi dari sana di ikuti Shanz.

Laki-laki itu memberontak, berusaha untuk melepaskan dari cengkraman Richard. Namun pada akhirnya ia pun hanya bisa pasrah mengingat tenaga nya kalah kuat oleh Richard.

***

Andrew sudah berlari cukup jauh mengejar Edward, namun ia kehilangan jejak nya. Kedua matanya menengadah melihat bangunan EHS yang masih cukup tinggi nan luas, ia tidak yakin akan dengan cepat menemukan Edward sendirian di tempat yang begitu megah ini. Kedua kaki nya pun terasa sangat lelah untuk kembali melangkah, pada akhirnya ia pun pergi ke kantin untuk membeli sebotol minuman dan membasahi kerongkongan nya yang kering.

"Ndrew."

Seseorang menepuk pundak Andrew hingga membuat nya sedikit tersedak kala meneguk minumannya. Dengan cepat ia menepis tangan itu dan mengomeli orang tersebut.

"Ngagetin gue aja Lo," ucap Andrew.

"Sorry Ndrew," jawabnya sambil menarik salah satu kursi dan duduk di samping Andrew.

"Lo tadi kemana?" tanya Xan.

"Gue abis nyari Edward. Tapi gak ketemu," jawab Andrew.

Xan melipat kedua tangannya di atas meja, "Edward kemana?" tanya nya penuh penasaran.

"Gue juga gak tau. Tiba-tiba dia lari gitu aja pas Evelin teriak," Andrew kembali meneguk minumannya hingga tandas.

"Masa dia takut sama mayat yang tadi sih," ucap Xan.

"Gak!" Andrew langsung menyela ucapannya, "menurut gue Edward lari bukan karena takut sama mayat itu. Tapi kayak lagi ngejar sesuatu."

Xan mengangkat satu alisnya. "Menurut Lo apa?" Ia balik bertanya pada Andrew yang juga memasang wajah kebingungan. Andrew hanya menggeleng sebagai tanda bahwa ia juga tidak tahu.

"Btw, mayat yang tadi mayat siapa?" tanya Andrew.

"Caitlyn," jawab Xan.

Andrew berpikir sejenak, kemudian ia teringat sesuatu. "Caitlyn? Bukan nya dia siswi yang pernah terlibat perdebatan kasus dengan Shanz waktu itu?" tanya nya yang langsung mendapat anggukan kepala Xan.

"Bentar-bentar!" Andrew mencoba berpikir lebih jernih. Ia merasa ada sesuatu yang janggal disini.

"Evelin kemana?" tanya Andrew.

"Dia pingsan setelah liat mayat itu. Sekarang di UKS," jawab Xan.

"Liat mayat aja masa pingsan?" tanya Andrew tidak percaya. Setahunya Evelin bukan gadis lemah, tidak mungkin sekali rasanya jika ia pingsan hanya gara-gara melihat mayat tergeletak di lantai.

"Jelas lah, siapa yang gak bakal Shock liat mayat dengan muka di cabik-cabik kayak gitu. Lo juga pasti ngeri Ndrew, sumpah." Xan bergidik ngeri membayangkan mayat yang di lihatnya beberapa jam yang lalu.

"Serius? Tadi gue keburu ngejar Edward dan gak sempet liat tuh mayat," ucap Andrew.

"Gue rasa Caitlyn di bunuh. Tapi siapa kira-kira yang membunuhnya?"

Andrew dan Xan terdiam, keduanya saling menatap dengan pikiran yang masih menerka-nerka tentang siapa pelakunya.

"Pertama, Shanz dan Quinne hilang di waktu yang sama. Terus tiba-tiba Caitlyn di temukan meninggal, gue merasa ada seseorang yang bermain di balik ini semua."

Xan memikirkan perkataan Andrew barusan. Semua rentetan kejadian hari ini memang tidak bisa di bilang kebetulan, namun ia juga belum punya banyak bukti untuk mengatakan bahwa ini semua adalah kesengajaan dari seseorang.

"Mungkin iya, tapi kita belum bisa menyimpulkan ini semua sebelum ada hal yang memperkuat dugaan Lo tadi, mending kita ke UKS aja jenguk Evelin. Barangkali udah sadar," ucap Xan. Andrew pun segera bangkit dari duduknya dan pergi ke UKS beriringan dengan Xan.

>>

Evelin tengah berbaring di UKS dengan wajah pucat dan keringat dingin bercucuran pada kedua pelipis nya. Detak jantung nya masih tidak karuan ketika bayangan mayat Caitlyn kembali menghantui pikiran nya, benar-benar mengerikan.

Wajah mayat tersebut hampir saja tidak di kenali jika bukan karena nametag nya, sudut bibir yang sobek serta bola mata yang hampir saja keluar membuatnya tampak seperti boneka di film-film horor yang pernah ia tonton. Namun kali ini bukanlah sebuah rekayasa melainkan wujud nyata yang tertangkap oleh penglihatan kedua matanya. Wajar saja jika sesekali ia trauma akibat kejadian tadi.

"Eve," panggil Andrew serta Xan yang berdiri di sebelahnya dengan raut wajah khawatir.

Eveline terlonjak kaget mendapati kedua temannya yang sudah berdiri di samping nya. Ia langsung memegang erat tangan keduanya dengan perasaan ketakutan.

"Lo berdua jangan tinggalin gue sendirian, gue takut Ndrew, Xan."

"Iya-iya. Lo gimana? Udah mendingan?" tanya Andrew. Evelin mengangguk sambil berusaha bangun dari tidurnya di bantu Xan.

"Edward kemana?" tanya Evelin yang baru tersadar jika Edward tidak ada bersama mereka.

Andrew menggelengkan kepalanya tidak tahu. Eveline langsung gusar sendiri, "Lo udah coba telepon dia?" tanya Evelin.

"Biar gue aja," ucap Xan langsung mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Edward.

"Gak aktif," ucap Xan.

"Terus hubungi Xan," Evelin semakin gusar. Xan pun kembali menghubungi Edward untuk ke sekian kalinya, akan tetapi nomor Edward tetap tidak aktif.

"Terakhir kali gue liat Edward lari ke arah lorong di lantai tiga, saat Lo teriak karena liat mayat," ucap Andrew.

"Ayok kita pergi cari Edward. Gue takut dia kenapa-kenapa," Evelin langsung menarik paksa lengan baju mereka.

"Gue udah cari kemana-mana tapi gue kehilangan jejaknya," ucap Adrew.

"Kita harus segera menemukan Edward," ucap Evelin.

"Mau cari kemana lagi?" tanya Xan.

"C'Class!" jawab Evelin.

Ketiganya saling melempar tatapan dengan perasaan sedikit enggan. Mereka takut bertemu dengan penghuni wilayah itu, apalagi saat ini tidak ada Edward—cowok paling pemberani di antara mereka. Terlebih lagi Shanz yang sudah menjadi teman dari salah satu anak C'Class, setidaknya mereka akan mempunyai sedikit kekuatan jika bersama salah satunya. Tapi kali ini Edward maupun Shanz tidak ada bersama mereka.

"Mau kemana?

Evelin, Andrew dan Xan masing-masing mundur dua langkah bersamaan dengan jantung yang hampir saja meloncat akibat di kejutkan oleh kehadiran seseorang yang tengah mereka pikirkan.

"L-Lucas?!" Xan berkata lirih dengan mulut bergetar. Andrew dan Evelin pun pucat pasi dengan deru nafas yang terasa sangat sesak.

Sumpah demi apapun ini lebih menyeramkan daripada mayat yang gue liat~ Evelin.

Lucas tersenyum devil melihat satu persatu dari mereka.

Continue Reading

You'll Also Like

204K 9.4K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
435K 15.7K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
418K 43.8K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
1.1M 83.9K 40
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...