Lumiere du Soleil||Heroine Se...

By Tarinasinulle

18K 1K 395

Kumpulan Cerita Fanfiction One shoot Chilumi(ChildexLumine). DISCLAIMER Beberapa chapter di cerita ini mengan... More

Regret
Your wish is My order
A Trip in Mondstadt
Revealing the Truth
Everything I Did, Just So I Could Call You Mine
One room of Happines
One Room of Happines (2)
Everybody Talks
Jealousy Jealousy
Ace
One Last Night
I think I've Fall....
My Dearest Lumine
Her Secret
Her Secret (2)
Her Secret (3)
His Majesty
That One Snowy Night
Eight Years
Lana.
Ginkers
Lagu Nikah
Mean Girl

One Room Of Happines (3)

590 42 6
By Tarinasinulle

Childe mendorong kursi roda Lumine ke ruangannya, dengan nafas ngos ngosan. Ini lah dia, hari yang sudah mereka tunggu, akhirnya tiba.

"Okey Lumi.... Kemari."

Ia mengulurkan tangannya sehingga Lumine bisa berpegangan, dan setelah itu ia memindahkan gadis itu ke kasur. "Bagaimana perasaanmu?"

"Sedikit.... Lelah, Ak.... Akh...."

"Lu... Lumi?"

Lumine mengernyitkan alisnya, merasakan rasa sakit di bawah sana. "Aku... Tidak apa, hanya kontraksi." Childe menatap Lumine yang sepertinya tengah berjuang menahan rasa sakit dari kontraksi pembukaan. Seorang dokter masuk ke ruangan mereka dan menghampiri kedua pasangan itu.

"Jadi.... Nona Hope dan.... Tuan Grey, permisi biar saya lihat ya..."

Dokter itu menengok ke arah selangkangan Lumine, ia lalu mengangguk mengerti dengan keadaan yang Lumine alami saat itu. "Oke, Nona Hope baru di pembukaan 2. Setelah sampai di pembukaan 10.... Kita akan pindah ke ruang bersalin."

"Apakah akan lama?" Tanya Childe.

"Setiap wanita hamil memerlukan waktu yang berbeda-beda untuk mencapai pembukaan sepuluh. Jadi.... Kita doakan yang terbaik untuk Nona Hope, dan Tuan Grey, saya harap Anda bisa selalu menemani Nona Hope." Jelas Sang Dokter, Childe balas dengan anggukan.

"Baiklah, saya akan mengurus pasien lainnya. Jika merasa ada yang salah, kalian bisa langsung memanggil Suster."

"Baik.... Dokter, terimakasih."

Wanita paruh baya berjas putih itu lalu keluar dari ruangan itu, meninggalkan kedua pasangan tersebut. Childe tidak henti-hentinya menggenggam tangan Lumine, ia tidak ingin hal-hal buruk terjadi kepada Ibu bayi ataupun Bayinya. Setiap kali Lumine mengalami kontraksi, ia akan selalu menenangkan gadis tersebut dan mengecup keningnya.

Berjam-jam mereka lalui bersama di ruangan itu, setiap dua jam sekali sang dokter kembali untuk memeriksa keadaan Lumine. Hanya saja, tubuh Lumine seakan tidak bisa di ajak kerja sama pada saat itu, sudah dua belas jam berlalu dan dia masih berada di pembukaan 5. Membuatnya mulai terbiasa untuk menahan rasa sakit setiap ada kontraksi.

Dari kejauhan luar ruangan mereka dapat mendengar suara tangisan bayi yang baru lahir.

"Childe, aku rasa.... Aku tidak bisa...."

"Lumi.... Lumi... Bertahanlah, aku yakin kau bisa okey?"

Lumine menggelengkan kepalanya, rasa sakit di pintu rahimnya itu tidak berhenti sama sekali. "Ini sakit Childe..... Aku... Aku tidak bisa."

"Hey, Lumi.... Kau dengar suara bayi itu? Kita akan mendengar suara itu jika kau bisa bertahan..... Kau ingin menyambut buah hati kita kan?"

"Kita sudah menunggu-nunggu momen ini.... Iya bukan?" Tanya Childe, ia mendekap pundak Lumine sembari mengecup pipinya. Lumine lalu mengangguk.

"Tapi ini sakit Childe.... Akh..... Ahn.... Ha... Ha..."

Keringat bercucuran dari dahi Lumine, Childe dengan lembutnya menyeka wajah Lumine ketika ia sedang berjuang dengan pembukaannya. "Kau wanita kuat. Kau sudah melalui berbagai hal."

"Dan jika kau butuh seseorang..... Aku ada disini, okey?"

Lumine menatap Childe, semua perlakuan lembutnya, kata-kata yang keluar dari mulutnya itu, seakan menjadi satu-satunya sumber dirinya untuk kuat menjalani hal ini.

Kedua tangan Lumine menggenggam pipi Childe dan mulutnya mengecup bibir Childe yang sedari tadi tidak henti-hentinya memberikan kata-kata yang menyemangatinya. Childe menutup kedua matanya. Begitu pula dengan tangannya ia menyeka rambut Lumine yang tertempel ke wajahnya karena keringat. Mereka lalu melepaskan ciuman yang penuh makna itu.

Tidak seperti ciuman-ciuman yang dulu, kali ini ciuman itu terasa sangat lembut, Lumine tidak dapat mengatakan perasaannya kepada Childe tetapi Ciuman itu berhasil memberitahukan Childe jika Lumine masih mencintainya, hingga detik ini.

"Te....rimakasih Childe." Ucap Lumine, sembari masih memegang pipi Childe. Ia memerhatikan manik biru mata Childe yang memandanginya dengan seksama.

Childe lalu mengecup dahi Lumine, ia lalu menggenggam tangan Lumine erat.

Tepat saat itu juga suara pintu di ketuk dapat terdengar, "Permisi, Saya kemari untuk memeriksa pembukannya lagi."

"Oh, tentu.... Yeah... Masuklah."

Dokter yang sudah sedari tadi mondar-mandir itu kembali memeriksa keadaan Lumine, "Hmm.... Okey.... Nona Hope sudah berada di pembukaan 9 kita bisa bersiap ke ruang bersalin sekarang."

"Be... Benarkah?" Tanya Lumine, suaranya terdengar sang lelah.

Sang dokter menganggukkan kepalanya, "Iya.... Kami akan memanggil beberapa Suster dan Tuan Grey anda bisa ikut bersama kami."

"Baiklah Dokter, terimakasih."

-

Setelah berjuang selama Lima belas jam lebih, akhirnya Lumine benar-benar bisa melahirkan buah hati mereka ke dunia. Jika kalian mengira, kedua pasangan ini sudah melewati masa krisisnya, maka kalian salah. Proses melahirkan baru saja akan dimulai.

Lumine dibaringkan di kasur bersalin, Dokter yang sudah mengeceknya berkali-kali itu kini bersedia untuk menyambut bayi mereka.

Di sisi Lumine ada Childe yang tidak melepaskan tangan Lumine sedetik pun.

"Nona Hope, teruslah mendorongnya."

Lumine mengambil nafas panjang, ia lalu menutup kedua matanya sembari mengikuti arahan dari sang dokter. Keringat bercucuran, di wajahnya. Tangannya menggenggam erat tangan Childe, seiring rasa sakit yang mulai menghampiri rahimnya.

"Ha... Ha... Ha.... Hggggggnnnh...."

"Ayo Nona Hope, dorong terus....."

Ia merasakan sesuatu mulai keluar dari tubuhnya, satu persatu jari-jari kecil kakinya mulai terlihat. Sang dokter yang melihat hal itu melebarkan kedua matanya. "Oh.... Oke, aku butuh bantuan disini."

Childe yang menyadari ada sesuatu yang terjadi langsung menatap dokternya. "Ke... Kenapa? Ada apa?"

"Posisi bayinya.... Sungsang."

"Eh?" Tanya Lumine, fokusnya teralihkan ketika mendengar jawaban sang dokter. "Sayang.... Sayang.... Ayo, fokus.... Mendorong.... Ayo. Ikut nafas ku.... Ha.... Ha..." Childe membantu Lumine untuk kembali fokus dan kembali mengejan sekuat tenaganya.

"Nona Hope terus dorong, bayinya akan aman.... Percayalah."

Detik demi detik berlalu, tetapi di bawah rasa sakit yang Lumine alami l, setiap detik terasa sangat lama. Ia hanya ingin semuanya selesai, dan menimang anak mereka. Tapi kenapa bisa sesakit ini.

"Okey..... Kepalanya sudah keluar...."

Dapat terdengar, suara tangisan bayi yang keluar. Childe langsung menatap ke arah dokter yang saat ini sudah menggendong bayi mungil di tangannya itu. Ia menatapnya dengan tidak percaya, disitu ada anak mereka. Bukti cinta mereka. "Lumine.... Sayang..... Kau berhasil."

"Aku.... Berhasil?"

Childe mengangguk, sang bayi lalu di bersihkan sebelum akhirnya Ayah dan Ibu bayi itu dapat menggendongnya. Lumine menatap bayi mungil di gendongannya itu, tidak percaya sama sekali. "Halo....." Sapa Lumine.

"Dia sangat mirip dengan Ayahnya." Canda sang dokter, Lumine tersenyum mendengarnya walaupun saat ini tubuhnya sangat letih.

"Jadi.... Apakah kalian sudah memiliki nama?"

Keduanya saling menatap dan kemudian Lumine menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu kami akan menggunakan 'Bayi Laki-laki Hope' untuk sementara."

"Grey-Hope," Balas Lumine, sang dokter kemudian menganggukkan kepalanya.

Childe menatap Lumine, "Terimakasih Lumine."

-

Lumine tertidur di kasur rumah sakit, akhirnya ia bisa beristirahat. Setelah hampir seharian lebih terjaga, sementara di sisi lain Childe masih tidak bisa tidur, walaupun ia sama lelahnya seperti Lumine.

Ia hanya diam duduk di samping kasur sembari menatapi Lumine yang tengah tertidur lelap itu.

"Kau sudah berjuang, terimakasih untuk itu.... Dan...."

"Terimakasih sudah menerimaku." Bisik Childe, memandangi wajah Lumine. Ia kembali memberikan kecupan di dahi Lumine, entah sudah yang ke berapa kali dalam satu hari itu. Area itu menjadi tempat favoritnya untuk mengecup Lumine.

Setelah itu, ia mengalihkan pandangannya ke arah Bayi yang tertidur di kasur khusus yang berada tepat di samping kasur Lumine.

"Halo.... Aku Ayahmu, Ajax Grey... Dan wanita yang tertidur di sana adalah Ibumu, Lumine Hope." Ucap Childe, walaupun ia tahu bayi tersebut tidak akan bisa memahaminya.

"Aku tahu kau mungkin, belum bisa mengerti.... Tapi, Aku ingin.... Kau tahu, jika.... Ibumu adalah wanita terhebat yang pernah ku temui. Dia seorang wanita mandiri, dia sangat pandai dalam banyak hal, dan Aku sangat beruntung bisa bertemu dengannya."

"Jadi, Aku ingin meminta tolong.... Jaga Ibumu jika aku sudah tidak bisa melakukannya...."

Childe mengulurkan tangannya menyentuh Bayinya itu untuk yang pertama kalinya, jari telunjuknya, di genggaman oleh tangan kecil yang terasa sangat hangat dan empuk itu. Childe hanya terdiam ketika ia merasakan tangan kecil itu menyentuh dirinya.

Sentuhan itu, membuat tubuh Childe bergetar. Bulu kuduknya berdiri sebentar dan ia tidak dapat berkata apa-apa. Ia menatapi bayi laki-laki yang masih belum memiliki nama itu, sebuah senyuman terlukis di wajahnya.

"Childe....."

Suara Lumine yang memanggil namanya itu, membuatnya harus membalikkan badannya dan kembali ke sisi sang ibu. "Ya....? Ada apa? Kau butuh sesuatu?"

"Tidak, aku tadi hanya.... mencarimu. Jadi... Apakah kau sudah memiliki nama?"

"Nama untuk bayi kita." Sambung Lumine.

Childe kembali menengok ke bayi laki-laki yang tertidur pulas itu. Dan kemudian mengangguk. "Ouh..... Siapa?" Tanya Lumine lagi.

"Entahlah, tapi ini baru saja terpikir olehku. Ketika.... Ia menyentuh tanganku untuk yang pertama kalinya.... Aku merasa jika.... Dia akan mengantarkan kebahagian di hidup kita.... Jadi, bagaimana dengan.... Joy?"

"Joy?"

Childe mengangguk, wajahnya perlahan memerah. "Ah... Tidak jadi, sepertinya itu bukan nama yang bagus." Balas Childe, ia menundukkan wajahnya.

Lumine terkekeh sembari menggelengkan kepalanya. "Tidak kok, Joy... Namanya bagus.... Aku suka."

"Benarkah?" Lumine mengangguk.

"Kalau begitu, Selamat datang.... Joy... Haa.... Rasanya.... Baru kemarin kita berfikir kita sudah melakukan kesalahan besar. Tetapi hey.... Disini kita, menjadi orang tua paling bahagia akan kehadirannya." Celetuk Childe, Lumine hanya tersenyum kecil mendengarnya. "Dan.... Lumine, tentang kita. Bagaimana kita?"

"Kita....." Lumine tersenyum, "yah... Kita bisa mengusahakannya lagi, dari awal...." Sambung Lumine.

Childe tersenyum lega, "Begitu ya.... Hah.... Ugfhhh..."

Childe menemukan bibir Lumine yang menyentuh bibirnya, setelah itu Lumine menjauhkan bibirnya dan menatap Childe. "Aku mencintaimu, Ajax."

"Aku juga, Aku mecintaimu Lumine....."

Hae semua.....

Author tercinta kalian disini, oke jadi saya bakal menjelaskan kenapa "Young Master." Di hapus.

1. Draft Kehapus
Entah kenapa, tapi waktu itu hape saya lagi rusak dan ngefreze pas lagi nulis chpater selanjutnya young master dan karena saya kesal. Hp saya itu saya matiin total tapi setelah nyala, dan mau ngelanjutin ceritanga, drafynya yang udah 100p an lebih saya nulis itu hilang. Yah.... Gimana saya ga sakit hati cobak.

2. Ide cerita
Pas itu saya benar-benar kehabisan ide cerita dan udah ga tau ini mau diarahin kemana, jadi saya hentiin penulisannya sampai nunggak berbulan"

3. Writerblock
Yah semua penulis pernah ngalamin hal ini dan ga usah tanya kenapa.

Mungkin itu aja sih, saya harap kalian sedikit puas sama endingnya yang ini. Jujur saya sebenarnya mau ngasih ending dimana Lumine mati gegara ngelahirin Joy. Tapi, krn saya kasian jadi g jadi.

Yodah bye.

Continue Reading

You'll Also Like

57.3K 7.4K 47
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
322K 24.5K 110
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
63.4K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
296K 30.4K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...