Lumiere du Soleil||Heroine Se...

Par Tarinasinulle

18K 1K 395

Kumpulan Cerita Fanfiction One shoot Chilumi(ChildexLumine). DISCLAIMER Beberapa chapter di cerita ini mengan... Plus

Regret
Your wish is My order
A Trip in Mondstadt
Revealing the Truth
Everything I Did, Just So I Could Call You Mine
One room of Happines
One Room Of Happines (3)
Everybody Talks
Jealousy Jealousy
Ace
One Last Night
I think I've Fall....
My Dearest Lumine
Her Secret
Her Secret (2)
Her Secret (3)
His Majesty
That One Snowy Night
Eight Years
Lana.
Ginkers
Lagu Nikah
Mean Girl

One Room of Happines (2)

613 43 3
Par Tarinasinulle

Childe membukakan pintu mobil, di dalam terlihat Lumine yang masih duduk di kursi penumpang. "Lumine." Panggil Childe lembut.

"Oh.... Yeah." Lumine kemudian mengeluarkan kakinya dan melangkah keluar dari mobil Childe, ia lalu berjalan masuk ke bangunan yang ada di depannya itu. Hari ini adalah hari mereka melakukan pemeriksaan rutin dan untungnya Childe bisa mencari waktu di jam kerjanya.

Mereka saat ini berada di dalam ruang periksa, Lumine menatap layar proyektornya dengan seksama. Di sampingnya Childe memerhatikan Lumine.

"Halo, Okey.... Pasangan Grey.... Bagaimana kabar kalian?"

"Halo dokter, kami... Tidak menikah, jadi Ajax Grey dan Lumine Hope.... Ya... Kami...."

Sang dokter membentuk bentuk 'o' dengan mulutnya, mengerti keadaan Mereka. "Baiklah. Bagaimana Nona Hope? Apakah ada kendala semingguan ini?"

"Tidak banyak, hanya saja..... Aku merasa sering lelah, itu saja."

"Dan sering mengidam hal-hal aneh." Tambah Childe, Lumine lalu mendongakkan kepalanya menatap Childe, ia lalu terkekeh. "Yeah, hahaha...."

"Hmmm kalau begitu itu bagus, mengidam adalah hal yang wajar terjadi ketika seorang wanita hamil. Baiklah saya akan melakukan usg.... Permisi ya."

Kedua tangan dokternya mengangkat baju Lumine sehingga ia bisa mengoleskan krim khusus sebelum menempelkan alat usgnya ke permukaan perut Lumine.

Keduanya lalu langsung fokus kepada layar proyektornya, disana terlihat bayangan dari bayi yang Lumine kandung. Childe menatap hal itu dengan seksama, begitu pula dengan Lumine, tangan kiri Childe merangkul Lumine dan mengelus-elus pundaknya. Ada perasaan yang dapat menyatukan mereka setiap kali mereka melihat hasil usg Lumine.

"Baiklah, itu dia bayinya..... Saya akan print usgnya."

Sang dokter mengambil kertas yang keluar dari mesin di depannya, ia lalu memberikannya kepada Childe. "Terimakasih."

"Sama-sama, Saya akan meninggalkan kalian untuk mengurus pasien lainnya.... Kalian bisa langsung ke administrasi okay?"

"Terimakasih Dokter."

Setelah itu, Sang Dokter keluar dari ruangan periksa itu. Lumine masih memandangi hasil print yang ada di tangan Childe. "Childe..... Aku tidak bisa menemukannya." Ucap Lumine.

Childe sedikit terkejut, ia lalu menarik nafasnya dan menunjukkan Lumine dengan jarinya tempat bayinya berada di foto usg itu. "Ini dia.... Kau bisa melihatnya?" Tanya Childe dengan lembut.

Perlahan Lumine memerhatikan dengan seksama, dan mengangguk. "Oh itu wajahnya iya, aku dapat melihatnya...... Kenapa wajahnya mirip denganmu...."

"Lumine.... Aku ayahnya."

"Ya, tapi tetap saja..... Hiks...." Lumine perlahan mengeluarkan air mata, ia menangis tanpa sebab. Sudah menjadi hal yang biasa bagi keduanya, Lumine akan menangis hanya karena hal-hal kecil. Mungkin itu efek dari hamil. "Childe..... Kenapa aku menangis."

"Okey, okey.... Kau butuh istirahat. Ayo kita pulang." Childe lalu mengelus-elus pundak Lumine dan mengecup puncak kepala Lumine.

"Baiklah.... Ayo Hiks.... Kita pulang."

"Hey, jika kau baik-baik saja.... Kumohon angkat telponku." Childe kemudian mematikan panggilan tersebut, ia menatap nama Lumine di layar ponselnya. Masih ada gambar hati di akhir namanya, Childe lalu membuang nafas panjang.

Sudah seminggu Lumine tidak pulang ke apartemen, dan mereka sudah putus genap seminggu pula, hanya saja, Lumine yang berniat pindah itu belum sama sekali mengambil barangnya dan saat ini Childe tidak tahu Lumine ada dimana.

Bruuuuk....

Childe menatap ke arah pintu apartemennya yang menjadi sumber suara tersebut, perlahan ia membuka pintunya dan menemukan gadis yang sudah ia cari-cari semingguan itu. "Lumine.... Lumine.... Hey? Kau kemana saja?"

Ia berjongkok sembari menggerak-gerakkan tubuh Lumine.

"Kau.... Mabuk."  Gumam Childe ketika ia mencium bau alkohol yang keluar dari mulut Lumine.

Lumine menatap Pria itu, ia lalu tersenyum. Sebelum akhirnya ia mencium bibir Childe tanpa aba-aba, Childe tentunya langsung terkejut dan mencoba untuk mendorong Lumine. Namun, gadis itu malah menguatkan pelukannya.

"Lummm... Lumhin... Uhmm...."

Lama lama, Childe semakin larut dan mengikuti permainan lidah Lumine. Ia menutup kedua matanya, tangannya mendekap Lumine. Otaknya menyuruh untuk berhenti tetapi, tubuhnya, seakan tidak menurut dan menerima ciuman Lumine yang mulai menjadi panas itu.

Keduanya melepas ciuman mereka dan saling mengambil nafas, "Aku merindukanmu...." Lirih Lumine.

Kedua kalinya, Gadis itu menyergap bibir Childe. Tetapi, Childe langsung mendorong Lumine.

"Lumine.... Kita sedang ada diluar, okay? Ayo kita masuk dulu."

Lumine lalu mengangguk. Ia memeluk tubuh Childe dengan erat. "Gendong." Bisiknya. Childe hanya bisa menghela nafasnya dan menuruti permintaan gadis yang kini memeluknya erat.

Mereka berdua kemudian masuk ke dalam apartemen dan Childe menutup pintunya. Sampai di ruang tengah Lumine turun dari Childe, ia lalu kembali mencium bibir Childe dan kali ini, tangannya ikut beraksi untuk membuka celana pria itu. "Lumh.... Hwen...tikan."

Tangan kekar Childe menggenggam kedua pundak Lumine, ia mendorong Lumine dari dirinya. "Lumine, kau mabuk. Hentikan."

Lumine hanya terdiam sembari menatap Childe, tatapan itu, seakan mengikis pertahanan Childe. Ia tidak bisa menolaknya. Tatapannya, membuat pria malang itu harus meneguk liurnya bertahan agar ia tidak tergoda.

"Ugh.... Persetan." 

Detik itu juga, Childe langsung mencium Lumine sembari menggendong gadis itu. Mereka berdua larut dalam ciuman panas Mereka, setelah sekian lama tidak melakukannya bersama, kini keduanya kembali menuangkan birahinya di ciuman mereka itu.

Childe membawa Lumine ke tempat tidurnya dan membaringkan gadis itu, tangan Lumine langsung meraih pengait celana Childe, dengan cekatan ia berhasil membukanya. Dan menampakkan milik Childe yang sudah Kaku dan permukaannya yang dikelilingi urat itu terasa panas.

Lumine perlahan melepaskan ciumannya dan kini mulutnya mengisap Penis pria itu, layaknya seorang wanita jalang. Sementara Childe, hanya bisa mendongakkan kepalanya, sembari mendesah, suara desahan pria itu terdengar seisi kamarnya. Menikmati setiap detik Lumine memainkan lidahnya di Penisnya itu.

Tangannya lalu menggenggam kepala Lumine, dan menuntun sang gadis untuk melakukan gerakan maju mundur. Lumine hanya menurut, ia membiarkan milik Childe yang terbilang panjang itu menyentuh tenggorokannya.

"Ah.... Ah.... Lumine...."

"Childe, menurutmu baju mana yang bagus?" Tanya Lumine, kini mereka tengah berbelanja baju baru untuk Bayi mereka. Lamunan Childe dibuyarkan karena Lumine yang memanggil namanya itu, "Eh.... A... Apa?"

"Ck... Ini loh bajunya, yang mana menurutmu bagus?"

"Yang, itu." Tunjuk Childe, pilihannya jatuh kepada baju berwarna biru muda dengan aksen putih. "Hmmm.... Baiklah, kalau begitu kita sudah selesai."

"Benarkah?"

Lumine menganggukkan kepalanya, Childe menghela nafas lega, sudah lima jam mereka berkeliling toko bayi itu. Diperjalanan tadi, Lumine bersikeras meminta Childe untuk singgah ke toko baju bayi dan disinilah mereka. Layaknya sepasang pasangan muda yang sedang menunggu kelahiran anak mereka, asalkan di kenyataan mereka bukanlah pasangan. Hanya teman, yamg pernah memiliki sejarah.

"Okey, kita langsung ke kasir dan habis itu pulang."

"Ga mau makan malam diluar? Sekalian." Tanya Lumine, ia memberikan tas keranjang berisi pakaian bayi itu kepada Childe.

Childe menerimanya dan lalu membawanya ke area kasir, dibuntuti Lumine yang sedikit kesusahan untuk berjalan. "Ga usah, biar aku yang masak makan malam."

"Hmmmm baiklah."

Childe meletakkan belanjaan mereka di meja kasir, "Selamat datang di Babies and Mom's apakah Kalian punya kartu member?"

"Ouh tidak punya." Balas Childe, penjaga kasir itu lalu mengangguk sembari tersenyum kepada Childe. "Selamat atas kehamilannya ya, Saya yakin kalian akan jadi keluarga yang bahagia."

"Terimakasih." Balas Childe sembari memberikan kartu kreditnya kepada kasir, Lumine melirik ke arah Childe dengan hati-hati. Ingin mencari tahu seperti apa raut wajahnya saat itu.

"Okey atas nama?" Tanya Penjaga kasir itu. "Ajax Grey."

"Baiklah, Tuan dan Nyonya Grey..... Terimakasih sudah berbelanja di toko kami. Silahkan datang kembali."

Setelah semua selesai mereka keluar dari toko itu, dan terimakasih atas penjaga kasir itu, karena sekarang Lumine berada di mood yang buruk. "Kenapa!? Kenapa orang-orang selalu menganggap kita adalah pasangan yang sudah menikah?" Keluh Lumine.

Entah sudah berapa orang yang memanggil mereka dengan sebutan 'Keluarga Grey'

"Yah, Kita memang terlihat seperti pasangan suami istri." Balas Childe, ia lalu menoleh ke lengannya yang di peluk Lumine, begitu pula dengan Lumine yang ikut menoleh lengan Childe.

Dengan cekatan ia lalu melepaskan lengan Childe, "Ugh.... Sungguh mengesalkan." Gerutu Lumine, Childe hanya tertawa melihatnya.

"Tapi, kenapa sih kamu bersikeras ga mau balikan sama aku? Bahkan setelah kamu mengandung anak kita."

Langkah Lumine terhenti, Childe yang berjalan disampingnya tadi kini menjadi mendahuluinya.

"Lumine?" Panggil Childe sembari membalikkan badannya.

Lumine menatap hasil tes alat kehamilan itu, dua gari berwarna biru, melintang di sana. Ia menundukkan kepalanya sembari masih menatap hasil tes itu.

"Lumine? Sudah selesai?"

"Yeah..."

Pintu toilet terbuka, terlihat Pria yang sedari tadi menunggu Lumine masuk ke dalam Toilet. Ia lalu mengecek alat yang ada di tangan Lumine, setelah tahu jawabannya Childe menyingkirkan alat itu dan memeluk Lumine. Ia mengelus-elus pundak Lumine dengan perlahan. "Lumi.... Tidak apa, kita jalani ini bersama okey?"

"Aku bodoh Childe. Seharusnya..... Aku tidak datang kepadamu malam itu.... Dalam keadaan mabuk...."

"Aku hanya.... Merindukanmu itu saja, kenapa jadi begini...." Lumine perlahan menangis ketika hal yang ia kira akan menjadi hal sepele pada malam itu kini berubah menjadi satu masalah terbesar di hidupnya. Di dalam rahimnya, kini mengandung anak dari Pria yang baru saja ia tinggalkan tiga minggu lalu. "Tidak.... Tidak.... Lumine jangan menyalahkan dirimu seperti ini, okey?"

"Malam itu.... Kamu pakai kondom kan?"

Childe diam, "Tidak."

"Ti...dak?"

"Ya, kau langsung menghampiriku. Dan.... Ehem... Yeah.... Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya."

"Jadi kau sengaja?"

Childe lalu melepaskan pelukannya, "Tidak, aku tidak sengaja.... Lumi kita sudah pernah melakukannya tanpa menggunakan pengaman dan Aku kira semuanya akan baik-baik saja."

"Jadi sekarang kita harus gimana?" Tanya Lumine.

"Jika.... Kau mau, Ayo kita menikah."

"Yah.... Waktu itu kau melamar ku, bukan mengajakku untuk Balikan. Itu adalah dua hal yang sangat berbeda Childe." Balas, Lumine ketika ia akhirnya mengingat apa yang terjadi pada mereka pada hari itu.

"Tapi, kalau memang kita balikan.... Kan pasti akan ada rencana untuk nikah. Terlebih lagi kita juga sudah punya anak."

Childe membuka pintu bagasi mobil mereka, dan meletakkan semua barang belanjaan mereka ke dalam bagasi tersebut. "Memangnya Kau sudah siap untuk menikah?" Tanya Lumine.

Pria itu diam dan kemudian ia menutup pintu bagasinya. "Ya tentu, jika denganmu.... Kita sudah tinggal bersama selama 4 tahun."

"Jadi, kau masih menyayangiku?" Tanya Lumine lagi.

"Iya." Jawab Childe dengan singkat, tanpa menatap Lumine sama sekali. "Hey, tatap aku ketika menjawabnya."

Kedua mata Childe langsung menatap mata Lumine, "Iya, aku masih menyayangimu sebagai pasangan okey..... Aku tidak pernah menginginkan kita putus."

Gadis dalam balutan gaun berwarna Kuning muda yang terlihat serasi dengan rambutnya itu menatap Childe dengan seksama. Jarang-jarang mereka berbicara mengenai hal ini, padahal mereka menghabiskan banyak waktu bersama di apartemen itu.

"Oh.... Begitu ya." Lumine lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dalam hitungan detik, keadaan menjadi canggung.

"Jika, memang.... Masih ada kesempatan..... Mungkin kita bisa mencobanya lagi." Sambung Lumine, memecah keheningan diantara mereka. Ia lalu masuk ke dalam mobil tanpa melihat raut wajah Childe sama sekali.

Mungkin Lumine terlalu bodoh telah menolak memilih Putus dari Pria seperti Childe, semua orang melakukan kesalahan dan semuanya punya waktu untuk pulih dan kembali menerima satu sama lain. Dan mungkin, ini saatnya bagi mereka.

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

295K 30.3K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
75.1K 6.8K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
57.4K 494 5
well, y'know? gue fetish sama pipis dan gue lesbian, eh gue sekarang sepertinya bi, kontol dan memek ternyata NYUMS NYUMS Apa ya rasanya Mommy? juju...
105K 10.1K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...