FATE [AOT]

By whosgalaxy

88.6K 15K 977

[COMPLETED] Attack On Titan book 1 X Reader! [Name] tidak mengingat apapun setelah tertidur selama 7 tahun l... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
Mini Theater
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Mini Theater
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
44
45
46
47
48
49
50
END
Book Baru

41

1K 178 6
By whosgalaxy

Arigathankyouverykamsa untuk 16k reader's.
Maaf agak lama updatenya. 

Selamat membaca~
































Eren dengan sedikit tergesa-gesa melangkahkan kakinya menuju ruang kerja [Name]. Malam ini dia ingin mengajak [Name] untuk makan malam bersama, sekaligus berbincang.

Wanita itu tidak berada di rumah selama seminggu. Selama 4 hari [Name] melakukan perjalanan tanpa arahnya, dan sisanya dihabiskan di Skandinavia. Baru malam ini dia kembali.

Eren memasuki ruangan [Name] setelah mengetuk dan wanita itu memberi izin padanya. Dia melihat [Name] yang tampak sangat sibuk dengan banyaknya kertas-kertas, sesekali kerutan terlihat di dahi wanita itu, menandakan dia sangat pusing dengan pekerjaannya.

Eren menjadi ragu untuk mengajaknya. Dia tidak ingin membuat pekerjaan [Name] tak kunjung selesai.

"Eren? Mau membicarakan sesuatu? Kenapa kau berdiam di depan pintu seperti itu?" Tanya [Name] yang menyadari jika Eren tak kunjung bersuara.

"Ah... sebenarnya ada... kau sibuk?" 

"Tidak! Katakan, kau ingin berbicara apa?" Tanya [Name] dengan senyuman lebar, dan tanpa bebannya dia melempar kertas-kertas itu. "Kau yakin?" 

"Tentu saja! Aku akan meminta Marlo menyelesaikannya. Jadi... ayo berbicara."

"Kau tidak keberatan jika kita berbicara di luar? Sekaligus makan malam?"

"Ayo!"

Dan di sinilah mereka berada. Di sebuah bar yang cukup ramai. Mereka meninggalkan Marlo yang tengah mencak-mencak mengerjakan tugas [Name] (lagi) seorang diri. Dan kedua orang itu kompak mengabaikan penderitaannya.

Eren memesankan 2 porsi steak dan juga bir untuk mereka. Semenjak tinggal di Marley, Eren kecanduan meminum alkohol, dan dia peminum berat. Beruntungnya kali ini ada [Name] dan Marlo yang menjaganya.

"Ah... aku ingat saat pertama kali kau mabuk di tempat ini. Dan kau menangis kencang ingin hidup dengan Mikasa, saat itu kau benar-benar kacau..." Ujar [Name] dengan kekehan, yang menimbulkan rona merah pada wajah Eren.

"Bisakah kau tidak mengingat hal itu?"

"Tentu saja tidak~ itu pengalaman yang menyenangkan~"

Eren menegak air putih, berbicara dengan [Name] terkadang membutuhkan kesabaran ekstra. "Ah, aku penasaran... Komandan Erwin sudah berhenti menjadi Komandan Pasukan Pengintai, lalu apa pekerjaannya sekarang? Selama ini aku mengirim pesan melaluinya, namun dia bukan Komandan lagi." Tanyanya.

"Komandan masih sering memberi masukan pada Pasukan Pengintai dan pihak militer, selebihnya dia sering menjaga Metta. Dia benar-benar menikmati waktunya mengasuh anakmu."

"Ah... aku jadi merasa bersalah padanya... mungkin aku harus menunda kematiannya?"

Percakapan terhenti sejenak begitu makanan diantarkan di meja mereka. Sesekali beberapa orang menyapa [Name] dengan sangat ramahnya. Eren memperhatikan raut wajah [Name] dengan serius, dia harus pintar menyembunyikan ekspresinya seperti [Name].

"Kau tahu kalau aku akan dihentikan oleh mereka. Armin dan kakakku akan bekerja sama untuk meminta tolong pada pendahulu Titan untuk menghentikanku, dan Mikasa akan membunuhku. Kemudian setelah itu semuanya aman karena aku mati, namun hanya selama lima puluh tahun, dan akhirnya Paradise akan hancur. Apakah kali ini ada kemungkinan Paradise tidak akan hancur, karena ancaman kau?"

"Hmmh... mungkin iya, dan mungkin tidak. Kali ini kau harus membunuh musuhmu Eren, jangan sisakan mereka." Ujarnya sambil mengunyah daging sapi yang lembut. "Aku memang sebenci itu pada orang-orang ini. Mereka memakan anakku yang bahkan belum lahir tepat di hadapanku. Mereka juga membunuh dua orang yang kusayangi..."

"Mereka selalu saja mengatakan jika mereka membenci Bangsa Eldia karena masa lalu pendahulu mereka. Padahal pendahulu mereka juga melakukan hal yang sama kejamnya dengan Fritz. Bangsa ini tidak hanya mencuci otak dunia mengenai kaum Eldia, mereka juga menyebarkan cerita yang tidak benar tentang Testarossa."

"Apanya yang melindungi mereka? Bahkan rela membunuh anak dan memotong tubuh agar mereka mendapatkan kekuatan ini. Mereka membuat sejarah palsu, dan aku membenci hal itu..."

Mereka kembali terdiam. Eren memberikan waktu baginya dan [Name] untuk menghabiskan makan malam, sebelum kembali berbincang mengenai masa depan lagi.

Sejujurnya, Eren berencana membuat [Name] mabuk, jadi dia dapat tahu isi hati wanita itu. Namun, melihatnya yang dapat meminum segelas bir penuh dalam sekali teguk, membuat Eren speechless. Rencananya gagal sudah.

"Bukankah seruling itu sudah hancur? Kenapa utuh kembali?" Tanya Eren, begitu melihat [Name] mengeluarkan serulingnya.

Mereka telah selesai makan malam, dan kini keduanya memutuskan untuk jalan-jalan terlebih dahulu. Mereka ingin menyiksa Marlo sedikit lebih lama.

"Aku lupa cerita, ya? Yggdrasil menyimpan tulang-tulang Ymir, dan aku membuat seruling baru dari tulang yang tersisa. Menurutmu bagaimana aku bisa mengendalikan subjek Ymir tanpa kemampuan Ymir?"

"Eh? Tidak bisa? Kemampuan Yggdrasil dan Harpyja tidak bisa mengendalikan subjek Ymir?" Tanya Eren dan [Name] menggelengkan kepalanya. 

"Yggdrasil merupakan pelindung dan penetral, jika ingin mengendalikan, seseorang harus memakan buah dari pohon itu. Sementara Harpyja penyerang, seharusnya sejak lama dia memakan cacing itu. Dasar burung congkak itu..."

[Name] tersenyum pada Eren, dia mengusap surai rambut Eren yang kini sudah sangat panjang. "Kau tidak tampan lagi, dengan rambut sepanjang ini dan juga kumis serta jenggot tipis itu." Ujarnya seraya menyentuh sesaat dagu Eren.

"Aku tidak punya waktu mengurus itu..." Ujarnya menatap [Name], tangannya meraih tangan [Name]. Mereka bergandengan seperti anak kecil. "Komandan Erwin berada di pihakku, bersama dengan Mike. Sementara Petra-san dan yang lainnya tidak tahu akan rencanaku. Kematian mereka berdua... tidak bisa kau cegah lagi?"

"Rencana awalku adalah membunuh mereka tepat di hadapan Levi dan Hange, dengan begitu mereka akan sangat membenciku. Jika mereka mengetahui Komandan dan Mike-san merupakan yeagerist, kemungkinan mereka akan membunuh Komandan dan Mike-san. Sama seperti yang mereka lakukan pada Floch."

"Jadi karena itu kau memilih membunuh mereka dengan tanganmu?"

"Benar. Lebih baik mereka membenciku, daripada mereka membenci diri mereka sendiri."

[Name] dan Eren berhenti pada suatu pertunjukkan musik. Wanita itu menyerahkan serulingnya pada salah satu pemain. Kelompok pemusik itu akan berkeliling Marley, hingga masuk kawasan Liberio, dan [Name] ingin seluruh orang Marley maupun Liberio berada di dalam pengaruhnya.

Seruling itu sudah sedikit dikasih "mantra" oleh Yggdrasil. Mereka yang mendengar nada-nada dari seruling itu, memiliki "bibit" di dalam tubuh mereka. Dan ketika eksekusi tiba, dari tubuh mereka akan keluar tanaman yang dapat membunuh mereka.

Dengan begitu, [Name] tidak perlu susah payah menatap mereka satu persatu.

"Besok kau akan menyamar di perang itu. Aku tahu kau tidak akan mati selama kepalamu masih menyatu, namun berhati-hatilah. Aku akan selalu ada jika kau membutuhkanku."

"Terima kasih banyak [Name]. Seandainya saja aku bertemu denganmu sebelum bertemu dengan Mikasa."

"Jangan mengatakan itu, Eren. Alasan Yggdrasil mengulang kehidupanku adalah Mikasa. Jangan pernah mengatakan hal itu! Aku tidak ingin mengulang kehidupanku lagi!"

Alasan dia terus mengulang kehidupannya. Alasan dia selalu melihat kematian yang sama di depannya, adalah karena Yggdrasil yang sangat menyayangi Mikasa.

Permintaan Mikasa di samping makam Eren, di bawah pohon ek, pohon Yggdrasil. Permintaan agar dia dapat hidup dengan bahagia dengan Eren di lain waktu, permintaan yang dikabulkan oleh Yggdrasil.

Waktunya sudah terulang, tinggal [Name] yang menyelesaikan harapannya.





[Name] memperhatikan perang yang telah berlangsung selama kurang lebih 4 tahun itu. Wanita itu memperhatikan di langit, bersama dengan Harpyja. Dia menaiki Harpyja yang ukurannya tampak seperti elang biasa.

Matanya menatap Falco yang mencoba meraih langit, atau bahkan mengusir Harpyja dari tempat itu. Tempat berbahaya yang dapat merenggut nyawa manusia kapan pun.

"Kebencian yang tidak ada ujungnya. Anak-anak yang tak berdosa harus terjun dalam perang yang keji ini, sungguh orang-orang Marley itu tidak punya nurani."

"Kau tahu itu, [Name]. Mereka menyalahkan Ymir karena kematian pendahulu mereka, dan sekarang mereka menggunakan subjek Ymir untuk memperluas wilayah. Dunia ini sudah tidak sehat."

Matanya menatap Falco yang tengah digendong Colt. Sang kakak yang membawa adiknya di tengah-tengah mayat manusia dan juga hujan peluru. Sedikit kasihan dengan masa depan yang akan menimpa keduanya.

"Ayo pergi. Kita harus berada di Liberio sebelum mereka kembali."

[Name] tahu jika Marley akan menang, dan persatuan Timur Tengah akan menandatangani perjanjian damai dengan Marley.

Meski mendapat kemenangan, atasan Marley tidak suka dengan hasil yang mereka peroleh. Sebab dunia telah menyebarkan berita mengenai senjata yang bahkan dapat menembus zirah milik Titan Berzirah, negara-negara memberi pujian pada Pasukan Gabungan Timur Tengah akan keberhasilan itu.

[Name] jadi berpikir, jika Marley mendapat kemampuan Titan Perintis, apa yang akan mereka lakukan? Apakah mereka akan menjadikan seluruh manusia bangsa Elida menjadi Titan, terutama mereka yang berada di Pulau Paradise.

Kemudian, apakah mereka akan menggunakan kemampuan itu untuk mengendalikan ribuan Titan di dalam dinding, serta Titan-Titan liar untuk menguasai dunia?

"Eren... kami mengandalkanmu..."





Kedatangan pasukan Marley dari medan perang disambut dengan hangat oleh keluarga mereka masing-masing. [Name] telah berada di rumah sakit milik kakek Eren, dan dia akan menunggu Eren di sana.

Falco melihat ke arah para pasukan Eldia yang tampak sakit. Baik tubuh mereka, maupun mental mereka. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah pria yang telah kehilangan salah satu matanya, dan juga kaki kirinya.

Falco terkejut begitu mendengar teriakan yang meniru suara bom, dan juga melihat para orang Eldia itu yang ketakutan. Bahkan mereka sampai terjatuh dan menutup telinga mereka, karena rasa takut yang mereka rasakan.

"Kau tidak apa-apa? Tenanglah... di sini sudah aman..." Ujarnya menenangkan pria yang tadi dikejutkan oleh petugas Marley.

"Ban lenganmu, ada di sisi yang salah." Falco mendekati pria dengan satu mata itu, dia memperbaiki letak ban lengan pria tersebut. "Tidak apa. Semuanya akan baik-baik saja. Kau sudah tidak perlu bertempur lagi..."

"Hey, nak! Pulanglah ke keluargamu! Kami harus segera memindahkan orang-orang ini!"

"Baiklah! Istirahatlah, Tuan!"

Pria itu merupakan Eren, Eren yang menyamar sebagai pasukan Eldia yang terluka karena peperangan selama 4 tahun itu.

Dia bangkit, kemudian mengikuti arahan dari petugas Marley. Sesekali menahan rasa kesalnya, karena petugas itu yang terus-terusan mengejutkan mereka.

Begitu tiba di rumah sakit, Eren melihat [Name] yang tampak tersenyum padanya. Tidak, wanita itu memberikan senyuman terbaiknya untuk menyambut para pasien yang menjadi gila itu. Dia benar-benar hebat dalam memainkan perannya.

"Ah! Dokter [Name]! Sekarang dokter bekerja di tempat ini?"

"Ya... aku membantu Tuan Jeager untuk merawat para pasien yang terluka di medan perang."

"Sangat disayangkan sekali... dokter cantik sepertimu merawat orang-orang gila ini..."

[Name] masih mempertahankan senyumnya. Dia melirik lengan petugas Marley itu, lengannya tampak terkilir, dan dia ingin sekali mematahkan tangan itu.

"Terima kasih telah membawa mereka selamat tiba di sini. Selanjutnya, kami yang akan mengurus mereka."

"Selamat bekerja, dokter!"

Beberapa perawat datang, dan menuntun orang-orang Eldia yang terluka itu untuk diperiksa. Karena sedang melakukan penyamaran, [Name] harus memeriksa kondisi pasien-pasien lain, sebelum bertemu dengan Eren.

[Name] bisa saja memanfaatkan orang-orang itu untuk memberontak pada pemerintah Marley, namun mereka adalah korban. Dan [Name] tidak ingin memanfaatkan situasi itu, mereka telah menderita selama 4 tahun, dan jangan ditambah lagi.

Begitu mereka telah diberi obat bius, supaya mereka dapat tidur dengan nyenyak, [Name] segera mengunjungi kamar milik Eren.

"Aku membawa makan malam, dan obatmu." Ujarnya, sambil mengunci pintu kamar itu. "Obatnya tidak perlu dimakan, dan makanan ini tidak tabar. Karena kau tidak sakit."

[Name] meletakkan nampan yang dia bawa di meja dekat mereka. Dia menarik sebuah kursi ke arah ranjang Eren. "Aku kagum dengan penyamaranmu di tengah peperangan. Bagaimana bisa Pieck tidak mengenalimu?" Ujarnya sambil melirik jam di tangannya.

"Aku membutuhkan kertas dengan alat tulis. Pena atau pensil, apapun boleh. Aku harus memberi pesan pada Mikasa dan yang lainnya."

"Ada lagi?"

"Tidak... sisanya biarkan Falco yang mengerjakan."

"Falco ya?" [Name] bangkit dari duduknya, kemudian berjalan mendekati pintu. "Aku akan meminta salah satu perawat membawanya."

"[Name]!"

[Name] menghentikan langkahnya, "Tentang Sasha dan Hange-san... aku menyayangi mereka..." [Name] tersenyum pada Eren, sembari memberi jempolnya. "Aku juga menyayangi mereka. Selamat beristirahat!"

[Name] tentunya paham apa maksud perkataan Eren, mengenai kematian kedua perempuan yang dia lihat di masa depan. Dan [Name] juga akan berusaha menghentikannya.

Menghentikan Gabi membunuh Sasha, dan menghentikan Hange melakukan bunuh diri.






"Hey, kemarilah."

Falco yang kebetulan mendatangi rumah sakit dipanggil oleh Eren. "Aku berutang padamu untuk yang tempo hari." Ujarnya sambil memberi kode untuk Falco duduk di sebelahnya.

"Uh... sepertinya pemulihanmu berjalan lancar. Kau bisa bicara dengan lancar sekarang..."

"Kau benar. Aku di sini untuk perawatan PTSD, tapi aku berbohong." Ucap Eren yang membuat Falco kebingungan. "Apa?"

"Aku mengaku kepada mereka, kalau aku mengalami amnesia dan tidak tahu jalan pulang. Tapi sebenarnya, aku hanya tidak ingin kembali ke rumah. Kalau sudah begini keadaannya, aku takkan sanggup bertemu keluargaku. Apa kau akan melaporkannya pada rumah sakit?"

"Tidak... aku tidak akan melakukannya."

"Kau terluka..." Dengan segera Eren mengubah topik pembicaraan mereka. "Apa itu karena pelatihan menjadi pejuang Marley?" Tanyanya.

"Ya. Tapi aku tidak bisa menjadi pejuang."

"Mengapa?"

"Ada kandidat lain yang jauh lebih hebat dariku. Jadi peluangku sangat kecil untuk jadi pejuang." Jelas Falco dengan raut wajah sedih.

"Begitu ya... baguslah."

Untuk sesaat Falco terdiam, berusaha memahami ucapan Eren. Setelah memaham maksud ucapannya, dia kebingungan. Mengapa memiliki peluang menjadi pejuang Marley yang sangat kecil, justru hal bagus?

"Kau anak yang baik. Kuharap umurmu panjang."

"Tapi... ada satu kandidat yang kuharap tidak menjadi pejuang."

"Kenapa... kau berharap begitu? Apa kandidat yang kau maksud itu adalah seorang perempuan?"



Falco menceritakan tentang Gabi pada Eren. Bagaimana terkenalnya Gabi di Liberio, dan konstribusi besarnya pada peperangan terakhir, yang membuatnya semakin terkenal.

Berbanding jauh dengannya yang tidak bisa apa-apa. Dia merasa pesimis, dia merasa sudah kalah dari Gabi. Dan dia ingin menyerah.

"Selama di rumah sakit aku selalu berpikir, kenapa aku bisa berakhir seperti ini? Tubuh dan pikiranku kelelahan, kebebasanku telah direnggut, aku merasa seolah-olah kehilangan jati diriku. Kalau orang-orang tahu mereka akan berakhir seperti ini, aku jamin takkan ada yang mau ikut perang."

"Tapi, setiap orang memiliki sesuatu yang dapat mendorong mereka untuk maju dalam neraka peperangan itu. Bagi sebagian besar orang, sesuatu itu bukanlah kemauan mereka sendiri."

"Mereka dipaksa maju karena orang-orang disekitarnya atau keadaan. Tapi, bagi mereka yang mendorong diri mereka sendiri untuk berani maju, neraka yang mereka lihat itu berbeda. Mereka melihat sesuatu di balik neraka itu. Bisa jadi itu merupakan harapan, atau bisa juga neraka yang jauh lebih kejam."

"Kau takkan pernah tahu kalau kau bukan termasuk orang yang berani maju dengan cara seperti itu... kau takkan pernah tahu."

Seolah mendapatkan pencerahan, Falco termotivasi oleh kata-kata Eren. Dia tidak akan pernah berhenti berjuang, agar Gabi tidak mendapatkan kemampuan Titan Berzirah, dan dia bisa hidup lebih lama.

Falco hendak pergi, dan Eren menitipkan surat pada Falco. Surat yang katanya untuk keluarga jauhnya. Surat yang berisi kabar jika dia baik-baik saja. Dan tentu saja Falco dengan senang hati mengirim surat itu.

Tanpa dia tahu, surat itu yang akan menghantarkan orang-orang di Liberio pada ketakutan dan kehancuran.

Saturday, October 30th 2021

Continue Reading

You'll Also Like

919K 76.1K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
398K 32.3K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
28.1K 4.2K 14
❗️ ON REVISE ❗️ 𝗞𝗲𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗯𝗮𝗹𝗶𝗸 𝗺𝗮𝗻𝗶𝗸 𝗼𝗯𝘀𝗶𝗱𝗶𝗮𝗻. The cover is originally from StreakSide on canva. -xoxo, N💋
176K 32.9K 73
"Hah? Penyihir? "Iya, Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry adalah sebuah sekolah sihir." "(Nameeeee)!!!!! Ayo kita nyusup ke dapur" "(Name) kau...