Lumiere du Soleil||Heroine Se...

Від Tarinasinulle

18K 1K 395

Kumpulan Cerita Fanfiction One shoot Chilumi(ChildexLumine). DISCLAIMER Beberapa chapter di cerita ini mengan... Більше

Your wish is My order
A Trip in Mondstadt
Revealing the Truth
Everything I Did, Just So I Could Call You Mine
One room of Happines
One Room of Happines (2)
One Room Of Happines (3)
Everybody Talks
Jealousy Jealousy
Ace
One Last Night
I think I've Fall....
My Dearest Lumine
Her Secret
Her Secret (2)
Her Secret (3)
His Majesty
That One Snowy Night
Eight Years
Lana.
Ginkers
Lagu Nikah
Mean Girl

Regret

1.9K 106 38
Від Tarinasinulle

"Aku tidak percaya melakukan Sex denganmu." Gerutu Lumine, merasakan badannya yang terasa sakit, berdenyut-denyut. Di saat gadis dengan rambut Blonde itu tengah mengeluh kesakitan, di belakangnya, ada Pria dengan mata birunya memerhatikan punggung Lumine sembari tertawa kecil. Dia adalah penyebab dari semua ini.

Melakukan Duel mingguan Mereka tetapi, entah kenapa Lumine malah berakhir di asrama Northland Bank. Di atas kasur sang Harbinger, telanjang dengan beberapa tanda di sekujur tubuhnya.

"Aku harus segera pergi."

"Oh.... Ayolah, tidak usah terburu-buru. Matahari bahkan belum bersinar. Kita masih bisa bersantai. Ya kan?" Balas Childe, ia duduk tepat di belakang Lumine.

Lumine melihat kedua kaki Childe yang bergantung di kasur, membungkus kakinya. Ia dapat merasakan deru nafas pria itu, menjalar ke seluruh permukaan kulit Lumine. Mendorong liurnya kembali ke saliva, Lumine lalu dapat merasakan tangan kekar Childe yang dihiasi banyak bekas luka itu melingkar di tubuhnya.

Disusul dengan wajahnya yang bertengger di pundak sang gadis. "Bisakah kita, seperti ini untuk saat ini..... Aku sangat membutuhkannya." Bisik Childe.

Lumine diam, tidak menjawab Childe. Tetapi saat itu, ia dapat mendengar suara detak jantung yang samar, setelah mencoba unyuk mendengarnya lebih jelas. Lumine mengetahui, jika iyu adalah detak jantung Childe. Berdetak cepat saat itu, Lumine tidak menyangka akan mendengarnya, sejelas itu.

"Lumine."

"Hmmm?"

Childe menarik nafas panjang, dan kemudian mengeluarkannya. Rambut Lumine yang berada di dekatnya, dibuatnya tertiup karena nafas yang ia hembuskan. "Aku tidak tahu..... Bagaimana mengatakan ini dengan benar, aku tidak memiliki banyak pengalaman tetapi..... Aku menyukaimu."

"Ini hal yang.... Sangat mustahil bagi kita, tetapi, Aku ingin memiliki hubungan yang lebih spesial dari sekedar Teman. Lumine, Maukah Kau menjadi Pacarku?"

Kalimat-kalimat yang dilontarkan mulut itu membuat Lumine melebarkan kelopak matanya, tangannya meraih kedua tangan Childe dan berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan pria itu.

Childe yang mendapati perlakuan itu langsung melepaskan Lumine, Lumine lalu berdiri di depan Childe tanpa sehelai kain pun di tubuh, tetapi fokus Childe adalah wajah Lumine. "Lu.... Lumine?" Tanya Childe.

"Tidak."

"Aku tidak mau Childe," Childe seketika membeku ketika mendengar jawaban Lumine. Tentu, sangat mustahil bagi mereka untuk bersama, seharusnya ia tidak terkejut.

Lumine adalah seorang suci, yang selalu membantu dan menyenangkan hati orang-orang disekitarnya. Tetapi, Childe hanyalah seorang Pendosa yang haus darah, sangat bertolak belaka, hal itu membuat Childe tersenyum miris.

"Kita hanya melakukan ini sekali dan sudah, setelah ini.... Aku akan melanjutkan perjalananku. Aku harap kau mengerti."

"Kau akan meninggalkan Liyue?"

"Yeah, Aku.... Akan ke Inazuma bersama kru kapal Kapten Beidou." Balas Lumine, ia lalu berjalan memunguti satu persatu baju-bajunya yang berserakan di lantai. "Hmm.... Jadi kau benar-benar akan pergi ya...."

Lumine menoleh ke arah Childe, yang saat ini membaringkan badannya di kasur.

"Kalau begitu, Aku akan menunggumu. Di Snezhnaya." Childe tersenyum.

"Sampai jumpa, Di Snezhnaya.... Partner."

.
.

"Kenapa kau terlihat, sangat murung?" Tanya Pria bersurai gelap, yang sekarang tengah menikmati tehnya.

"Ah.... Tidak ada." Balas Lumine.

Tetapi, kedua mata Zhongli tidak terlepas dari gadis itu seakan menelusuri seluk beluk hati gadis itu. Ia memerhatikan sudut yang sedari tadi Lumine perhatikan. Northland Bank, Zhongli seperti mulai mengetahui apa yang terjadi dengan Lumine. "Apakah ini, tentang Childe?" Tanya Zhongli, meletakkan cangkir tehnya.

Lumine langsung menoleh ke arah Zhongli. "Tu.... Tuan Zhongli, bagaimana anda bisa tau?"

Zhongli tertawa. "Kau sedari tadi memerhatikan Northland Bank, Aku tahu dia akan selalu menyapamu jika kau berada di sekitar Northland Bank." Jelas Zhongli dengan sangat tenang. Mendengar penjelasan Zhongli, Lumine menghela nafas panjang.

"Iya ini tentang.... Childe."

"Maukah Kau menceritakannya?" Tanya Zhongli dengan sangat tenang. Lumine menatap Zhongli sebentar sebelum akhirnya ia mulai bercerita.

"Semalam Aku melakukan hal bodoh bersama Childe..... Aku tidak tahu bagaimana tetapi, itu terjadi begitu saja dan..... Dinihari, setelah Kami selesai melakukannya dia, dia menyatakan perasaannya kepada ku."

"Maksudku, dia gila? Dia... Dia sudah pernah mencoba untuk membunuhku sekali, se... Selain itu dia adalah orang yang berusaha untuk menghancurkan Liyue dan... Dan membuat Nona Ningguang mengorbankan Jade Chambernya. Setelah semua yang dia lakukan kepadaku, kini.... Kini dia menyatakan perasaannya untukku, heh..." Lumine mengendus remeh.

Zhongli yang sedari tadi menyimak Lumine, yang menjelaskan ceritanya dengan satu nafas itu. Mengangguk-angguk mengerti. Ia lalu kembali menyeruput tehnya dan kembali meletakkan Cangkirnya.

"Kalian berdua sangat mirip."

"Mi.... Mirip?!"

Zhongli mengangguk. "Childe juga bercerita kepadaku, tentangmu."

"A.... Apa yang ia katakan?!" Tanya Lumine lagi, kini ia terlihat lebih panik.

"Tenanglah, dia hanya mengatakan beberapa hal yang ia suka dari dirimu. Haha.... Dia terlihat seperti Remaja yang baru mengenal cinta." Zhongli tertawa kecil, Lumine dapat melihat sesuatu yang hilang di tatapan Zhongli, tatapan mata yang merindukan seseorang. "Apa saja yang ia suka dari...ku?"

Zhongli kembali menatap Lumine.

"Banyak. Dia menyukai suara melengkingmu ketika kau marah atau panik."

Lumine mengerutkan dahinya.

"Dia menyukai langkah kecilmu ketika mencoba untuk menyusul dirinya."

"Aku menyukai rambutnya ketika tertiup angin...... Dan tatapan matanya ketika melihat makan Lezat."

"Aku menyukai caranya mengayunkan pedangnya, sangat kuat namun juga anggun."

"Wanginya.... Aroma yang ia miliki, adalah aroma yang asing namun membuatku merasa seperti dirumah."

Childe terdiam, ia sepertinya kebingungan untuk menyebutkan apa lagi. Terlebih gadis yang ia bicarakan ini sepertinya hanya ada satu di dunia, tidak di semesta ini, ia merasa sangat beruntung dapat bertemu dengan Lumine.

"Aku menyukainya.... Ah ini sedikit memalukan."

Zhongli yang menjadi teman berbincang Childe saat itu terkekeh. "Kenapa kau tidak memberitahunya saja?"

"Beritahu jika kau menyukainya dan...."

"Dan?"

Zhongli berdehem "Dan dengarkan apa yang ia inginkan."

"Aku yakin, Kau akan merasa lebih lega ketika sudah mengatakan hal itu. Setidaknya, bebanmu akan hilang." Jelas Zhongli.

"Jadi.... Anda yang memberi saran Childe untuk memberitahukan perasaannya?" Tanya Lumine, ketika ia selesai mendengar cerita Zhongli, yang menjadi tempat curhat pria rambut orange itu. Zhongli lalu mengangguk. "Owh.... Tuan Zhongli, sepertinya.... Aku sudah sangat kejam padanya."

Lumine merasa sedikit bersalah, telah menolak Childe mentah-mentah seperti itu.

"A... Aku... Aku harus menemuinya. Te... Terimakasih untuk hari ini."

Lumine berlari meninggalkan kedai teh itu, ia dengan cepat menaiki satu persatu anak tangganya,  dengan nafas yang terengah-engah, Lumine sampai di depan pintu Northland Bank. Ia lalu membuka pintunya dan masuk ke dalam bangunan yang memiliki interior sangat mewah itu.

Ia lalu berlari kecil mendekati Ekaterina yang sedang berjaga.

"A... Apakah kau melihat Chil... Maksudku Tartaglia?" Tanya Lumine dengan nafasnya yang masih ngos-ngosan.

"Tuan Tartaglia, sudah pergi meninggalkan Liyue subuh ini. Ia mendapatkan panggilan kembali dari Yang Mulia Tsaritsa."

"Di.... Dia pergi ke Snezhnaya!?" Tanya Lumine. Gadis dibalik meja resepsionis bank itu mengangguk. "Benar." Jawabnya singkat.

Lumine lalu berjalan menjauh dari are itu, ia kemudian duduk di salah satu kursinya. Beristirahat sebentar. "Ugh, si bodoh itu..... Dia tidak memberitahuku tentang ini?"

"Sebaiknya ia masih hidup ketika Aku sampai ke Snezhnaya." Omel Lumine.

.
.

Enam tahun berlalu, sang pengembara akhirnya menapakkan kakinya di daratan yang dipenuhi salju dan selalu memiliki temperatur dingin itu. Ia menatap sekelilingnya, semuanya bernuansa putih. Semuanya tertutup dengan salju, Lumine meniup tangannya yang sudah berlapis sarung tangan tebal itu, walaupun begitu ia masih saja merasakan rasa dingin.

Lumine langsung saja memanggil seorang kusir yang mengantarnya ke pusat Kota Snezhnaya, pusat kotanya sangat unik, Lumine dapat melihat banyak aktivitas warga dilakukan di atas sungai yang membeku di tengah-tengah Kota. Sehingga berjalan-jalan menggunakan Sepatu seluncur adalah hal biasa, bagi penduduk Snezhnaya.

Ia yang selesai di antar itu berdiri di tengah-tengah jembatan yang melintang di atas sungai beku itu.

"Sekarang..... Dimana rumah si bodoh itu." Tanya Lumine pada dirinya sendiri, masih memandangi pemandangan pasar yang berada di bawah.

"Kuharap ia masih mengenaliku." Gumam Lumine, sembari tertawa kecil. Mengingat, rambutnya sekarang sudah bertambah panjang. "Tapi.... Sebelum aku mencari dia, aku ingin mencoba berseluncur."

Lumine lalu berlari-lari kecil di pinggiran sungai, "Nona! Apakah anda ingin membeli sepatu seluncur? Saya menjualnya!" Seru seorang pedagang yang berada di bawah jembatan itu. "Eh? Benarkah? Be.... Berapa harganya?" Tanya Lumine dengan polosnya.

"5.500 Mora harga awalanya adalah 8.000 Mora, ini adalah Silver Skate. Sepatu seluncur yang sangat berkualitas! Belilah selagi masih diskon." Jelas Pedagang itu "Ugh..... Lumayan mahal juga."

Lumine lalu mengeluarkan sekantong mora dan kemudian memberikannya kepada Pedagang itu.

"Baiklah, ini."

Sepasang sepatu luncur kini terpasang di kedua kaki Lumine, ia perlahan mulai berjalan sembari meraba-raba tembok jembatan. Perlahan tetapi pasti, Lumine mulai bisa mengendalikan keseimbangannya dan mulai mengambil langkah yang lebih besar. "Okay.... Ini mudah.... Ini sangat mudah!" Seru Lumine.

Ia mulai melaju diantara orang-orang yang berlalu lalang, sangking senangnya ia tidak terlalu fokus dengan jalan di depannya dan berakhir menabrak seseorang, bahkan hingga mendorong mereka sampai jatuh.

"Ouch.... Ah.... Saya minta ma.... CHILDE!?"

Pria yang sudah Lumine cari-cari selama ini, kini terduduk di hadapannya. Childe menatap Lumine, ia terkejut hingga tidak dapat berkata apa-apa.

Lumine lalu memeluk Childe dengan sangat erat.

"Childe.... Aku merindukanmu."

"Lumine?" Panggil Childe, Lumine mengangguk. "Iya, ini aku Lumine."

"LUMINE! A.... A.... Lumine!" Seru Childe, baru menyadari gadis yang sedari tadi memeluknya. Lumine lalu melepaskan pelukannya, keduanya menjadi tontonan orang-orang yang berlalu lalang. Banyak yang menyoraki mereka, memberikan siulan dan sebagainya.

Keduanya tertawa lalu kemudian mulai berdiri, Lumine yang masih kesusahan untuk menyeimbangkan dirinya setelah berdiri itu menggenggam tangan Childe dengan sangat erat.

"Kau baru saja sampai?" Tanya Childe, dibalas anggukan oleh Lumine.

"Kalau begitu, Ayo ke rumahku..... Rumahku tidak jauh dari sini."

-

Sebuah rumah yang terbuat dari kayu, berdiri di depan keduanya. Childe berjalan ke area terasnya dan mulai membuka pintu rumahnya, sementara Lumine masih mengagumi desain rumah itu. "Masuklah." Panggil Childe.

Lumine yang tersadar, menurut dan memasuki rumah Childe.

Hangat, itu kesan yang Lumine dapatkan ketika pertama kali memasuki rumah Childe. Ia lalu melepaskan sepatunya, disusul dengan Childe yang duduk di lantai sembari melepaskan sebuah pengait di kakinya. Lumine lalu melihat betis Childe yang ikut terlepas, kemudian, Childe mengambil sebuah betis palsu yang ada di dekatnya lalu memasangnya.

"Apa yang terjadi, Childe?" Tanya Lumine.

Childe menoleh ke arah Lumine dan kemudian sebuah senyuman tergambarkan di wajah Childe. "Aku mengalami kecelakaan, lima tahun lalu dan yah.... Mereka harus mengamputasi betisku."

"Oh.... A... Aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk.....-"

Childe tersenyum, "Tidak apa."

"Papa!"

Lumine kembali dibuat terdiam ketika mendengar seruan itu, seorang gadis kecil dengan rambut orangenya berlari mendekati mereka berdua. Gadis itu lalu menatapi Lumine dengan bingung. "Papa si... Siapa Nona ini?" Tanyanya.

Childe terdiam sebentar, ia lalu merangkul putrinya itu. "Dia, adalah Sang Pengembara. Kau tahu, Pengembara yang sudah berkeliling Teyvat bertualang ke seluruh pelosok dan sekarang ia tiba di Snezhnaya. Dia adalah Partner Papa dulu."

"Luna.... Kemarilah, jangan berlari seperti it....-"

Kini seorang wanita seumuran Lumine berjalan menuju koridor, menyusul Putrinya. "Sang Pengembara?" Tanya Wanita itu, tertegun ketika melihat Lumine yang berada di pintu masuk rumahnya.

"Dia.... Sudah berkeluarga." Bathin Lumine, ia menyukai kehangatan keluarga kecil itu tetapi. Sesuatu di hatinya terasa sangat hancur detik itu juga. "Itu bagus untuknya bukan, hah.... Tidak Lumine kau harus kuat, jangan menangis di depan Mereka."

"Lagipula, untuk apa Aku menangis.... Aku yang menolaknya."

Childe lalu berdiri, sembari menggendong Gadis kecil itu. "Ya, benar dia adalah Sang Pengembara. Lumine, Kenalkan Viviane.... Istriku dan Luna Putriku."

Viviane mengulurkan tangannya kepada Lumine, Lumine membalasnya dan memberikan sebuah senyuman termanisnya, menyembunyikan luka yang perlahan mulai terasa dengan jelas di dalam hatinya. "Senang bertemu dengan Anda, Cerita Sang Pengembara sudah tersebar di seluruh Teyvat dan.... Dan aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini." Ucap Viviane dengan sangat Antusias.

"Senang bertemu denganmu Juga." Balas Lumine.

"Halo Nona Sang Pengembara, Aku Luna." Kini giliran Putri kecil Childe yang berada di gendongannya yang mengulurkan tangan. Lumine tertawa kecil ketika mendengar Luna memanggil namanya itu. "Halo Luna!" Balas Lumine.

"Si... Silahkan masuk, Aku akan memasakkan makanan khas Snezhnaya! Untuk menyambut kedatangan Sang Pengembara."

"Ouh tidak perlu repot, aku akan pergi.... Masih banyak urusan yang harus kulakukan. Aku sangat menghargai itu tetapi, aku harus sangat pergi sekarang juga. Maaf ya Viviane. Mungkin.... Lainkali, okey?" Jelas Lumine, sambil berkali-kali menundukkan badannya. Ia lalu berjalan mundur dan kemudian melambaikan tangannya, "Hey, kau baru tiba di Snezhnaya Aku yakin kau lelah. Beristirahatlah disini untuk semalam."

Lumine terdiam. Ia lalu menggelengkan kepalanya, "Terimakasih atas tawarannya, tetapi.... Aku akan pergi. Sampai jumpa lagi."

Kali ini gadis itu benar-benar pergi meninggalkan rumah tersebut.

"Papa kenapa dengan Nona Sang Pengembara?" Tanya Luna, ia mendongakkan kepalanya memerhatikan wajah Childe yang masih belum berhenti menatapi pintu tersebut.

"Papa....."

"Ehm? Ah.... Petualangan Sang Pengembara masih belum selesai."

Luna mengangguk-angguk mengerti. "Kita hanya harus menunggu Sang pengembara menyelesaikan petualangannya dan setelah itu.... Kita harus menyambutnya dengan sangat meriah." Seru Luna, ia sepertinya sangat senang bertemu dengan Lumine, Viviane mendekati Childe yang menggendong Luna.

"Yup.... Tapi sebelum itu, Luna harus menyelesaikan makan malam dan memakan semua brokolinya."

Mendengar Viviane yang mengatakan Brokoli, Luna langsung terbayang sayuran hijau yang terasa aneh di lidahnya itu. "Papa.... Selamatkan Luna dari Brokoli."

Viviane yang melihat hal itu tertawa, ia lalu menggendong Luna dan membawanya kembali ke dalam. Meninggalkan Childe sendirian, berdiri masih memikirkan Lumine, ia dapat melihatnya, tatapan Lumine ketika bertemu dengan istrinya. Membuatnya bertanya-tanya, bagaimana jika Lumine memiliki perasaan kepadanya, yang ia simpan selama enam tahun, tetapi, mengingat kejadian malam itu. Dimana ia ditolak mentah-mentah oleh Lumine, kembali membuatnya ragu.

"Tidak mungkin dia memiliki perasaan padaku, dia menolakku dan.... Lagi pula ini sudah 6 tahun." Gumam Childe pada dirinya sendiri. Ia lalu menatap Pintu rumahnya yang masih tertutup rapat.

"Lumine."

"BODOH! KENAPA KAU BODOH SEKALI!? Menyukainya selama 6 tahun, apa yang kau pikirkan Lumine!?"

Lumine yang saat itu berada di tengah hutan mengikuti jalan setapak untuk kembali ke pusat kota itu tidak henti-hentinya mencamkan kata Bodoh pada dirinya sendiri. "Bodoh.... Bodoh.... Bodoh, dia pernah hampir membunuhmu.... Kenapa kau menyukainya, lupakan dia...."

Kali ini tidak hanya mengatakan dirinya bodoh untuk kesekian kalinya, Lumine menampar pipinya untuk menyadarkan dirinya.

"Dia sudah memiliki keluarga."

"Istriku dan Luna Putriku." Kata-kata itu, tidak henti berputar di kepalanya. Lumine berhenti ia lalu berjongkok sembari mengelap air matanya yang mulai berjatuhan.

Ia dapat merasakan sesuatu yang menusuk-nusuk hatinya, "dia bahagia... Huft... Dan... Putrinya sangat cantik. Huaaaa...."

Sekarang Lumine tidak bisa menghentikan air matanya dan mulai menangis dengan kencang. Ia seakan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, salju mulai turun dan perlahan hampir mengubur kakinya yang berlapiskan sepatu boots.

"Nona, Kau akan terkubur Salju jika kau tetap disini."

Lumine mendengar suara seseorang, suara yang tidak asing bagi dirinya. Ia lalu mendongakkan kepalanya dengan wajahnya yang kacau balau, disana, di depannya tidak jauh dari dirinya. Ia melihat Pria dengan surai Orange, dengan sebuah Topeng yang sangat familiar baginya terpasang di sebelah kanan kepala pria itu, Lumine mencoba untuk memfokuskan pandangannya, menangis di tengah salju bukanlah hal yang tepat.

Pria itu tersenyum.

"Lama tidak berjumpa, Nona Baik hati."

Продовжити читання

Вам також сподобається

201K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
59.6K 9.1K 66
Rahasia dibalik semuanya
296K 30.4K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
322K 24.5K 110
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...