ROSSA (ON GOING)

By callmemiss_yessi87

14.5K 2.1K 371

[ADULT ROMANCE 21+] "Lima tahun yang lalu, untuk pertama kalinya jantungku berdegup kencang saat melihat kamu... More

PROLOG
PART 1 - New Job
PART 2 - Bertemu Dengannya
PART 3 - Percakapan Absurd
PART 4 - Private Talk
PART 5 - Kekasihnya
PART 6 - Cinta Pertama
PART 7 - Harapan
PART 8 - D-Day
PART 9 - Hari Spesial Rossa
PART 10 - Hari Yang Berharga
PART 11 - One-sided Love
PART 12 - Life Goes On
PART 13 - A 'Good'bye
PART 14 - Awal Yang Baru
PART 16 - Drunk
PART 17 - Intimate Night (21+)
PART 18 - Precious Moment
PART 19 - Kakak Ipar
PART 20 - Kangen
PART 21 - Confession
PART 22 - Accepted
PART 23 - A Secret
PART 24 - Pregnant
PART 25 - A Surprise
PART 26 - Since I Found You
PART 27 - Always (21+)

PART 15 - Bali

244 70 9
By callmemiss_yessi87

Taksi yang dipesan oleh Rossa sudah datang, supir taksi itu segera membawa kopernya, meletakkannya di dalam bagasi taksi yang dibantu juga oleh Delano. Setelah itu, taksi segera meluncur menuju The Reichard Hotel. Jarak antara Bandara dengan hotel yang mereka tuju membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Rossa memandang keluar jendela mobil, saat ini dia tidak ingin berbicara apapun, dia hanya ingin menikmati perjalanannya. Hal yang sama dilakukan oleh Delano, dia pun tidak ingin mengganggu Rossa yang terlihat menikmati pemandangan dari dalam taksi.

"Dimana kamu menginap?" tanya Delano saat mereka telah sampai di The Reichard Hotel namun masih belum keluar dari dalam taksi

Rossa menatap datar Delano, dan terlihat tidak berniat menjawab pertanyaannya. Delano tersenyum tipis, dia tidak memaksa Rossa untuk menjawabnya.

"Maaf, saya sudah merepotkan kamu berkali-kali. Dan, terima kasih atas bantuan kamu. Saya sangat berharap dapat membalas kebaikan kamu." tutur Delano seraya menatap tulus Rossa

Delano keluar dari dalam taksi, sang supir taksi membantu Delano mengeluarkan kopernya dari dalam bagasi taksi. Rossa segera menurunkan kaca jendela mobil, ketika dilihatnya Delano membungkukkan tubuhnya sejajar dengan jendela mobil.

"Once again, thank you for your help, Rossa. Bye." ucap Delano sambil tersenyum tulus

"Bye." ucap Rossa lalu menutup kembali kaca jendela mobil, "Aku harap ini menjadi pertemuan terakhir kita." ucapnya dalam hati

"Maaf Nona, bukankah sejak awal pemesanan tujuan anda adalah The Reichard Hotel?" tanya supir taksi

"Benar pak, tapi sekarang saya ingin makan siang dulu, setelah itu baru kembali ke The Reichard Hotel. Maaf ya pak." ucap Rossa

Supir taksi itu tersenyum ramah, "Tidak apa-apa, Nona."

Rossa menyebutkan nama restoran yang akan ditujunya kepada supir taksi, dan taksi itu pun pergi menuju restoran tersebut.

*****

Rossa tiba di kamar hotel yang sudah di pesan lebih dulu oleh Amalia. Dia membuka tirai yang menutupi jendela kamarnya, seketika cahaya mentari yang sangat cerah menyinari kamar tersebut, sekaligus menyajikan pemandangan pantai yang terbentang indah di depannya. Rossa tersenyum kagum, kakinya melangkah keluar balkon, dipejamkannya matanya, lalu menghirup dalam-dalam udara pantai yang sangat dinantinya. Rossa kembali ke dalam kamar, diambilnya ponselnya dari atas meja, kemudian menghubungi Amalia.

"Halo, sudah sampai di hotel, Cha?" tanya Amalia

"Sudah, mba. Aku suka view di kamar ini mba, you know me so well." puji Rossa

"Kayak judul lagu deh." canda Amalia seraya tertawa geli, "By the way, lo sudah cek email yang dikirimkan sama team HRD Hotel?"

"Belum, mba. Sebentar gue cek dulu, mba." kata Rossa seraya membuka laptop-nya

"Kelamaan deh lo, Cha. Gue info aja deh sekarang, besok lo ada undangan interview dengan team HRD Hotel jam 10 pagi."

Rossa menganga tak percaya, secepat itu proses melamar pekerjaan. "Cepat sekali, mba?"

"Itulah the power of orang dalam, Cha." jawab Amalia seraya terkekeh, "Don't be late for tomorrow, Rossa Magnolia."

"Alright, mba. Thank you so much for your help, Miss Amalia Serunai."

"Your welcome. Untuk hari ini, lo istirahat saja di hotel, jangan kemana-mana dulu, persiapkan diri lo untuk interview besok. And sorry, gue ngga bisa menemui lo hari ini, ada report yang harus gue selesaikan, jadi besok kita bertemu di kantor ya, Cha."

"Noted, Miss Amalia. See you tomorrow."

"Bye."

Selesai berbicara dengan Amalia, Rossa segera menghubungi kedua orang tuanya. Dia memberitahukan kepada orang tuanya, bahwa dirinya sudah sampai di Bali, dan juga jadwalnya besok untuk wawancara pekerjaan. Orang tua Rossa tetap berpesan, agar dia dapat menjaga dirinya dengan baik. Setelahnya, Rossa membersihkan dirinya, dan beristirahat.

*****

Rossa menghembuskan napas leganya, proses wawancaranya berjalan sangat lancar, dan tanpa di duganya, dirinya diterima bekerja di hotel tersebut dengan posisi sebagai staff Finance, dimana Amalia membawahinya langsung. Rossa hanya memiliki sedikit pengalaman di bagian Finance, itu karena dirinya sempat bekerja sampingan saat kuliah dulu di café milik seorang temannya, dan saat itu dia memegang bagian keuangan, jadi setidaknya Rossa tau mengenai alur pekerjaannya yang baru ini.

"Rossa." panggil Amalia dengan suara ceria ketika dirinya melihat Rossa yang sedang menunggunya di lobby kantor

Rossa tersenyum lebar, dirinya segera memeluk erat Amalia, "Mba, I miss you so much." ungkapnya

"Me too, bocah." ucap Amalia lalu mengurai pelukannya, "Kurusan, Cha. Lo lagi patah hati ya?" tebaknya asal, namun tebakan Amalia benar. Rossa hanya tersenyum tipis tanpa menjawabnya, membuat Amalia membulatkan matanya. "Benar tebakan gue, Cha?"

"Kita bahas itu nanti ya mba, gue lapar nih." ucap Rossa seraya mengelus perutnya

"Oke, mau makan dimana, Cha?"

"Terserah mba, gue makan apa saja oke. Lagipula yang sangat mengenal kawasan Seminyak ini kan elo, mba." seloroh Rossa

"Alright, let's go."

Amalia memanuver mobilnya menuju salah satu restoran favoritnya selama dia tinggal di Seminyak, Bali. Hanya butuh sekitar tiga puluh menit dari kantor Amalia menuju restoran tersebut. Sesampainya di restoran, Amalia dan Rossa segera memesan makan siang untuk mereka.

"Sudah siap masuk kantor baru kan Cha, mulai hari Senin minggu depan?" tanya Amalia seraya memperhatikan Rossa

Rossa tersenyum, "Siap, mba. Mohon bantuannya ya mba."

"Tenang saja Cha, gue percaya dalam waktu satu bulan lo bakal mengusai pekerjaan finance."

Rossa meringis, "Beban banget nih buat gue, mba."

Amalia tertawa, "Just kidding. Tapi, lo harus tetap percaya sama kemampuan lo, Cha."

Rossa menganggukkan kepalanya, lalu netranya menjelajahi desain restoran yang bernuansa batik di hampir setiap sudutnya, menampilkan interior mewah nan elegan, hingga menurutnya cocok juga disebut sebagai galeri seni batik. Batik, seketika Rossa tersenyum getir, mengingatkannya pada seseorang yang mematahkan hatinya. Senyum getir Rossa tak luput dari perhatian Amalia, dia ingin sekali bertanya pada Rossa, tapi dia bukan tipikal orang yang memaksa orang lain menceritakan kisahnya.

"Bagus kan restorannya, Cha?" tanya Amalia yang masih tetap mengamati wajah Rossa

"Bagus, mba. Batik Restaurant, Indonesia sekali ya namanya, mba."

"Terkadang setelah jam pulang kantor, gue sama rekan kerja suka dinner di sini, Cha. Suasananya nyaman, bikin betah jadinya."

"Batik." gumam Rossa

Amalia mengernyitkan dahinya mendengar gumaman Rossa, "Kenapa dengan batik, Cha?"

Hidangan yang mereka pesan pun datang. Vietnamese Crab & Noodle, Thai Hot and Sour Shrimp, Chicken Wings, dan juga Ice Peach Tea. "Silahkan dinikmati." ucap sang pelayan setelah meletakkan hidangan pesanan Rossa dan Amalia

"Lo belum jawab pertanyaan gue, Cha." kata Amalia seraya mengaduk minumannya

"Nanti setelah pulang kerja, mba ada acara?"

"Ngga ada. Gue rencana mau menghabiskan waktu weekend ini sama lo, Cha. Jadi, gue sekalian menginap di kamar lo."

Rossa tersenyum senang, "Oke, mba. Banyak hal yang ingin gue ceritakan."

Keduanya berbincang ringan seraya makan siang, tidak ada cerita pribadi keduanya. Pembicaraan lebih kepada Rossa yang banyak bertanya mengenai pekerjaan barunya ini. Sementara Amalia, memberikan jawaban sekaligus memberikan semangat kepada Rossa, bahwa dia pasti bisa beradaptasi dengan cepat untuk pekerjaan yang baru.

*****

Kaki Rossa melangkah ringan berjalan di atas pasir pantai. Healing, itu yang Rossa rasakan saat ini. Rossa terlihat manis dengan outfit maxi dress bermotif floral yang dikenakannya saat ini, juga rambut hitamnya yang dibiarkan tergerai indah. Rossa tersenyum saat melihat beberapa anak kecil bermain pasir dengan senyum riang di wajah mereka, kemudian dia kembali berjalan, namun baru dua langkah, dia berhenti. Netranya melihat seorang pria yang baru tadi pagi berkenalan dengannya di pesawat, Delano sedang bersama tiga orang pria dengan tangannya yang memegang lembaran kertas, dan wajah mereka nampak serius.

"Dia terlihat berbeda dengan wajah seriusnya." gumam Rossa yang masih memperhatikan Delano

Tak sengaja, Delano menolehkan kepalanya, pandangannya bertemu dengan Rossa. Rossa menarik napasnya, dia sedikit gugup karena tatapan Delano yang tajam, sangat berbeda dengan tatapannya tadi pagi. Namun, Delano kembali fokus dengan lembaran kertas yang di pegangnya dan juga pembicaraan serius dengan tiga orang pria lainnya. Rossa menghembuskan napasnya, dia kembali berjalan menyusuri pantai, dan Delano melirik sekilas saat Rossa berjalan melewatinya, dia terlihat seolah tak mengenal Rossa.

Puas berjalan-jalan santai menyusuri pantai, Rossa duduk beralaskan hamparan pasir. Langit sore berwarna oranye di Seminyak terlihat sangat indah, tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul enam sore, saatnya menikmati pemandangan sunset, dan inilah yang paling dinantikan oleh Rossa. Delano menatap Rossa yang tersenyum manis saat melihat matahari terbenam, jarak dirinya saat ini hanya beberapa meter dari tempat Rossa, senyum gadis itu menular kepadanya, membuatnya ikut tersenyum.

"Anda mengenal wanita itu, Pak Dave?" tanya seorang pria yang sedaritadi memperhatikan Delano dan Rossa bergantian

"Iya, dia wanita spesial untuk saya, Anto." jawab Delano

"Saya sudah bekerja sebagai sekretaris anda selama enam tahun, dan baru pertama kali ini saya melihat tatapan intens anda kepada seorang wanita." tutur Anto, sang sekretaris

Delano tersenyum, "I'm falling in love at the first sight with her." ungkap Delano

Anto tersenyum takjub, "Wow. Apa anda sudah berkenalan dengannya, Pak Dave?"

"Sudah, hanya saja dia terlihat menutup dirinya, dan saya tidak ingin memaksanya untuk mengenal saya lebih jauh. Mungkin, saya dan dia tidak berjodoh."

"Dalam berbisnis anda sangat bersemangat dan optimis, hingga tujuan anda selalu tercapai. Tapi, kenapa untuk masalah cinta, anda nampak pesimis, Pak Dave?" sindir Anto dengan senyum mengejek

"Ck," Delano berdecak, "saya bukannya pesimis Anto, tapi lebih kepada berserah."

Anto mendengus geli, "Berserah atau menyerah, Pak Dave?" sindirnya lagi

Delano memutar bola matanya jengah, "Saya bukan kamu yang pandai merayu wanita untuk kamu jadikan kekasih, Anto." sewotnya

Anto tergelak, "Maaf Pak Dave, saya sudah tobat jadi playboy, tiga bulan lagi status saya akan berubah menjadi seorang suami." ucapnya bangga

"Selamat untukmu." ucap Delano setengah hati, kemudian mendesah, "Saya berharap dapat mendahului kamu untuk menjadi seorang suami, Anto." selorohnya

"Kalau begitu, bagaimana jika Pak Dave langsung melamar wanita itu tanpa perlu pendekatan?" saran absurd dari sang sekretaris

Delano bersedekap, nampak berpikir sejenak. "Bagus juga saran kamu."

"Tapi, anda juga harus bersiap untuk segera ditolak, Pak Dave." ucap Anto seraya menunjukkan senyum polos hingga mendapatkan tatapan mematikan dari Delano

*****

Setelah puas menikmati pemandangan sunset, Rossa kembali ke kamarnya. Di kamar itu sudah ada Amalia yang menunggunya sembari menonton televisi.

"Sudah puas menikmati sunset-nya, Cha?" tanya Amalia

Rossa tersenyum simpul, "Sangat puas, mba."

"Baiklah, sekarang lo mandi, karena sebentar lagi makan malam akan diantar ke kamar kita."

Rossa segera masuk ke dalam kamar mandi, dan membersihkan dirinya. Tiga puluh menit kemudian Rossa selesai, dia segera bergabung dengan Amalia yang sudah siap menyantap makan malam mereka. Amalia tidak serta merta menuntut Rossa untuk segera bercerita, perlahan-lahan dia mulai membuka topik pembicaraan, hingga akhirnya Rossa mulai terbuka dan menceritakan kisahnya.

Amalia seorang pendengar yang baik, ketika Rossa bercerita tak sekalipun dia menyela pembicaraan Rossa, itulah yang membuat nyaman Rossa untuk menumpahkan semua perasaan dan pikirannya kepada Amalia. Saat menceritakan rasa cinta yang dirasanya kepada Octavian, mata Rossa berkaca-kaca, tidak sampai menangis, mungkin perlahan dia sudah mulai bisa melepaskan Octavian. Kemudian cerita Rossa beralih ke pertemuannya dengan Delano, tapi Rossa tidak pernah menyebutkan nama Delano kepada Amalia. Senyum tipis terukir di wajah Rossa ketika menceritakannya, dan ekspresi tersebut tidak lepas dari pengamatan Amalia.

"Gue tidak akan membahas lagi tentang Octavian, since you've done the right thing, it's better to let go of your feelings." tegas Amalia, "I'm just curious about the guy that you met on the plane. Who is he?" tanya Amalia dengan mimik wajah penasaran

Rossa tersenyum tipis, "Hanya seorang pria tampan yang tidak sengaja bertemu di toserba pada malam hari sebelum gue berangkat, mba. Dan esok harinya, gue kembali bertemu di pesawat yang sama, dan dia duduk di samping gue."

"May I know his name, Cha?"

"Just forget him mba, itu hanya pertemuan yang tidak di sengaja."

"Siapa tau saja pria itu adalah jodoh lo, Cha." goda Amalia

"Jodoh darimana sih mba, hati gue belum siap untuk cinta yang baru." ucap Rossa dengan wajah serius

Amalia tersenyum tenang, "Cha, cinta itu dapat datang kapan saja, hanya tinggal lo yang memutuskan menerima cinta yang baru atau menolaknya."

DEG! Seketika Rossa mengingat ucapan Marina dulu, sewaktu dia mengungkapkan perasaannya kepada Corry, Marina, dan Norrie di ruang kerja mereka. Cinta itu dapat datang kepada siapa pun, kapan pun, dan dimana pun. Ya benar apa yang dikatakan oleh Amalia, hanya Rossa saja yang dapat memutuskan, akankah menerima cinta yang baru, atau tetap terperangkap dengan cinta lama yang tidak dapat dia miliki.

To be continued

*****

Siapkah hatiku menerima cinta yang baru? – Rossa

Continue Reading

You'll Also Like

945K 87.8K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
813K 52.3K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
1.1M 47.8K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
3.7M 54.4K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...