OUR PRECIOUS AFTERNOON

By jaerachluke

1K 149 27

Di sebuah aula hotel mewah, Joanna tersenyum sebelum bicara "Untuk sahabatku tersayang." ucap Joanna sambil m... More

| Prolog |
| Our first afternoon |
| Our high school afternoon |
| She fell in love |
| She has a dream |
| She fell harder |
| She raise up |
| Our New Era |
| He has a girlfriend |
| Is he happy? |
| Hurt and Pain |
| Moment of Truth |
| There's her between us |
| Our Separation |
| 2019, we're an adult |
| As a mature person |
| 2021, Winter Afternoon |
| Confession in Snow |
| An Adult Decision |
| Lonely Afternoon |
| Days Without You |
| Not to be greed |
| 2017, Summer in Jeju |
| Our Precious Afternoon |
| Epilog |

| The wedding and The Pain |

35 4 1
By jaerachluke

Malam hari di musim gugur, ballroom utama di Hotel Shilla disulap menjadi taman dalam ruangan dimana banyak bunga berwarna putih berbadu dengan tanaman hijau. Bunga berwarna putih hampir memenuhi seluruh ruangan termasuk jalan yang nanti akan dilalui pengantin wanita. Konsep dekorasi untuk pernikahan ini adalah garden party di dalam ruangan namun dengan karakter tanaman dan bunga yang mewah. Karena begitu banyak bunga yang menyebar di seluruh ruangan, wangi dari bunga - bunga itu menyerbak sempurna ke seluruh penjuru ruangan.

Selain konsep dekorasi yang menakjubkan mata, alunan musik yang hadir di ruangan juga terdengar klasik dan mewah. Pianis terkenal Korea memainkan melodi karya Beethoven dengan sangat indah. Selain pianis terkenal, ada juga dua penyanyi terkenal yang terkenal karena suara yang bagus dan langganan soundtrack drama. Mereka duduk di pinggir panggung sambil menanti giliran mereka untuk menunjukkan kemampuan.

Tidak lengkap jika sebuah pernikahan tidak membicarakan soal sajian yang dihadirkan. Konsep sitting dinner yang dipilih dalam pernikahan kali ini mengingat begitu banyak tamu yang diundang. Para tamu akan duduk di samping meja panjang lalu akan diantarkan makanan mulai dari appetizer, main course dan dessert. Tapi di sepanjang sudut ruangan sudah tersedia booth yang menyediakan makanan selingan dan kudapan ringan.

Melirik pada para tamu yang hadir terdapat lebih dari seribu orang datang ke ballroom megah ini. Hal ini diwajarkan karena yang menikah adalah putri dari direktur Jungsan Electronics. Semua kolega bisnis Jungsan serta rekan dari anak dan calon menantu Jungsan hadir untuk memberikan ucapan selamat dan doa.

Pernikahan ini bisa dibilang hampir sempurna dengan dekorasi mewah, alunan musik yang indah, pemilihan sitting dinner sebagai jamuan, tamu yang hadir serta pasangan pengantin yang akan memasuki ruangan kurang dari satu menit lagi.

Dari sekian banyak undangan, salah satunya adalah wanita dengan pakaian hitam yang duduk di antara tamu undangan yang tidak dikenalnya. Dia mengangkat gelas berisi anggur lalu menegaknya perlahan.

Lima menit kemudian, semua orang di ruangan berdiri ketika pintu ballroom terbuka dan seorang wanita memasuki ballroom. Tubuh wanita itu dibalut oleh gaun pernikahan berwarna putih dan taburan berlian di beberapa bagian gaun. Senyum merekah di wajah cantiknya ketika melihat dari kejauhan kalau calon suaminya sudah berdiri di altar. Wanita itu berjalan dengan rangkulan tangan sang ayah yaitu Jung Jayden.

Pandangan wanita berpakaian hitam yang duduk di kursi tamu itu beralih ke altar dimana seorang pria yang sangat dikenalnya sedang menanti calon istri. Pria itu tersenyum cerah seperti meraih kebahagiaan yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Wanita berpakaian hitam itu ikut tersenyum lalu berkata pelan "Akhirnya hari ini terjadi ya, Nicholas."

Setelah acara pemberkatan, Olivia Jung dan Nicholas Kim resmi menjadi pasangan suami istri. Tepuk tangan memenuhi seluruh ruangan lalu acara dilanjutkan dengan pengantin akan menerima ucapan dan doa dari beberapa tamu yang sudah ditunjuk.

Olivia merangkul lengan Nicholas sambil menatapnya mesra "Finally, I'm yours."

Nicholas juga menatapnya mesra sambil berkata "You are mine."

Secara bergantian, tamu yang ditunjuk memberikan ucapan dan doa untuk kebahagian pasangan baru ini.

Tiba saatnya, seorang wanita berpakaian hitam itu hadir di panggung. Nicholas tersenyum lebar melihat sahabatnya hadir dan berkenan memberikan ucapan. Sebelum bicara, Joanna menampilkan senyuman khas miliknya untuk pasangan yang berbahagia.

Joanna berdeham lalu mulai bicara "For my beloved friend, Nicholas." ucap Joanna sambil menatap Nicholas "Akhirnya kamu dewasa juga." Joanna terkikik diikuti Nicholas "Akhirnya aku bisa melepaskanmu ke tangan orang lain setelah enam belas tahun harus menjagamu. Tugasku sudah selesai." Dia tersenyum lagi.

"Nicholas, i hope nothing but your happiness through this marriage." ucap Joanna tulus.

Nicholas mengangguk sambil menggengam erat tangan wanita yang menjadi istrinya. Olivia menatap Joanna dengan pandangan seraya mengucapkan terima kasih.

Joanna menghela napas lalu menatap kepada Nicholas "I will never forget our precious afternoon, Nicholas."

Wajah Nicholas berubah kecewa karena kalimat terakhir dari Joanna "Tidak. Kamu harus melupakannya. Kamu tidak boleh mengingatnya."

Joanna mengerutkan kening "Kenapa?Kenapa aku harus melupakannya?"

Tangan Nicholas mengangkat pegangan tangannya dengan Olivia "Aku sudah mempunyai istri dan kami akan menikmati sore hari kami bersama. Aku tidak ingin mengingat lagi sore hari kita karena itu kamu harus melupakannya." seru Nicholas.

"Tidak!" balas Joanna berseru "Aku tidak akan melupakannya!" setelah menyelesaikan ucapannya, tangisan Joanna pecah membuat semua orang terkejut termasuk Nicholas.

Ketika Nicholas hendak menghampirinya, Olivia memegang erat tangannya "Jangan. Tinggalkan dia." Lalu pandangan mata pasangan itu berubah sinis pada Joanna yang terus menangis sambil memandang Nicholas bahkan tangisannya berubah menjadi tangisan darah. Titik air mata itu menjadi darah merah yang menetes ke lantai yang penuh bunga. Rasa sakit itu berubah menjadi benci seperti warna putih pada kelopak bunga yang berubah menjadi merah.

"ARGH." teriak Joanna yang terbangun dari tidurnya. Dia langsung menyentuh wajahnya untuk memastikan tidak ada darah.

Dia menghela napas panjang "Astaga, ternyata hanya mimpi." Joanna melirik jam di dinding kamar yang menunjukkan pukul 2 pagi "Aku terbangun lagi di jam segini kali ini karena mimpi." Joanna duduk lalu memeluk lututnya erat "Bagaimana kalau mimpi itu menjadi kenyataan? Apakah aku juga akan menangis seperti orang gila?" Joanna memikirkan kemungkinan yang akan terjadi ketika dia akan menghadiri pernikahan Nicholas dua bulan lagi tepatnya di musim gugur.

"Terima kasih untuk kesempatannya, Chae kyosu-nim" Joanna menundukkan kepala pada Prof. Chae setelah melakukan wawancara untuk artikelnya. Salah satu kolom pada surat kabar Daehan akan menampilkan artikel tentang wanita dan profesi. Joanna yang diberikan kesempatan untuk menerbitkan artikel pertama, memilih seorang narasumber yaitu Prof. Sandara Chae, professor wanita pertama di departemen neurology rumah sakit Simhwa.

Setelah meminta bantuan Nicholas untuk meyakinkan Prof. Chae agar mau menjadi narasumber, akhirnya sore di akhir musim panas ini, Joanna mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai Prof. Chae. Ketika bertemu pertama kali, Joanna langsung menyukai karakter Prof. Chae yang memang mirip dengannya.

Prof. Chae mengulas senyuman lalu berkata "Nanti tolong agar fotoku yang dimuat bisa kelihatan lebih cantik ya. Kurasa pori - poriku agar membesar beberapa hari ini."

Joanna terkikik lalu berkata "Anda sudah cantik dalam keadaan apapun."

"Ah, kamu bisa saja." Prof. Chae menatap Joanna lalu bertanya "Mau mengobrol di taman sambil minum kopi?"

"Boleh." jawab Joanna lalu mereka keluar ruangan Prof. Chae yang dijadikan sebagai tempat untuk melakukan wawancara.

Dalam perjalanan menuju taman, mereka mengobrol. Prof. Chae berujar "Aku yang meminta Nicholas untuk bertanya padamu soal bagaimana perasaanmu ketika tahu dia akan menikah."

"Ah begitu. Kenapa Anda meminta Nicholas untuk bertanya padaku soal hal itu?"

"Karena aku penasaran." Prof. Chae tersenyum lalu lanjut bicara "Aku penasaran apakah perasaan wanita lain juga sama denganku ketika tahu kalau sahabat pria akan menikah."

Joanna tersenyum tipis lalu bicara "Aku menangis dalam pelukan Nicholas. Bagaimana dengan Anda?"

"Aku juga menangis tapi di depan sahabatku yang lain yaitu Jeremy. Aku mengaku pada Jeremy kalau mantan pacarku yang menikah. Padahal yang akan menikah adalah sahabat kami, Ivan." Prof. Chae tertawa mengenang saat itu.

Joanna ikut tertawa lalu bertanya "Apa kesedihan kita ini adalah tanda kalau kita sebenarnya mempunyai perasaan yang berbeda ke sahabat kita?"

Prof. Chae mengangguk pelan "Aku bisa memberikan jawaban iya karena aku memang menyukai Ivan saat kuliah dulu. Bagaimana denganmu?"

Pertanyaan sederhana itu tidak mampu dijawab oleh Joanna yang cerdas. Bagi Joanna perasaan adalah hal yang rumit untuk ditemukan jawabannya.

"Chae kyosu-nim!" seorang dokter muda berlari ke arah mereka dengan wajah panik.

Prof. Chae langsung bertanya "Ada apa?" dokter muda itu menunjuk lorong sebelah kanan dari tempat mereka berdiri sambil berkata dengan napas tersengal - sengal "Nich..ola..s..seonbae.."

Mendengar nama Nicholas membuat Joanna ganti bertanya "Apa yang terjadi pada Nicholas?"

Dokter muda itu mulai bernapas teratur lalu menjawab "Seorang pasien di ruang perawatan mengamuk dan memukul Nicholas seonbae." tanpa aba - aba, Joanna langsung berlari ke arah yang tadi ditunjuk oleh dokter muda tadi. Prof. Chae dan dokter muda itu ikut berlari.

Di depan ruang perawatan sudah ramai orang yang berkumpul untuk melihat kejadian. Tanpa permisi, Joanna menerobos kumpulan orang lalu ketika sampai di depan pintu, dia melihat pasien pria dengan tubuh besar itu tengah menindih Nicholas dengan tubuhnya. Tidak ada orang yang berani mendekat karena pasien itu membawa pisau bedah di tangan.

"Urgghhh." Nicholas berusaha untuk menyingkirkan tubuh pasien itu tapi tidak sanggup karena ukuran tubuh pasien yang besar.

Joanna masuk ke ruangan lalu memukul wajah pasien itu "BUG." suara pukulan tangan Joanna membuat semua orang terkejut termasuk Nicholas

"Joanna!" seru Nicholas.

Pasien itu sempat terhuyung namun dia mampu berdiri lagi dan pandangan matanya menatap tajam Joanna. Lalu dengan gerakan cepat dia mengayunkan pisau ke arah Joanna. Tangan Joanna cukup cepat untuk menahan tangan pasien itu agar pisau tidak mengenai tubuhnya. Joanna berseru pada Nicholas "Lekas panggil petugas keamanan."

Nicholas mengangguk. Dia meminta semua orang keluar dari ruang perawatan dan melihat kalau Prof. Chae sedang menghubungi pihak keamanan.

Joanna melihat lirikan mata pasien itu mengarah pada Nicholas. "Dia mengincar Nicholas." ucap Joanna dalam hatinya. Tangan Joanna terasa semakin lemah menahan tangan besar itu sehingga dia hendak mengayunkan tendangan ke pria itu. Ketika kakinya sudah terangkat, ternyata pasien itu menyadarinya sehingga tangan besarnya ganti digunakan unuk menarik kaki Joanna lalu mendorong tubuh Joanna ke tembok "BRUG." tubuh Joanna menabrak tembok dengan kencang membuat dia mengeluh kesakitan.

"JOANNA!" seru Nicholas, dia berlari untuk menghampiri Joanna.

Pasien itu melihat kesempatan untuk menusukkan pisau ke tubuh Nicholas. Ketika Nicholas berlari menuju Joanna, pasien itu berlari dengan pisau ke arah Nicholas.

Joanna melihat hal itu, dia berdiri lalu berlari lebih cepat untuk mendahului pasien itu. Langkah Joanna terhenti di depan Nicholas bertepatan dengan pisau menancap di perut Joanna "Arghhh." darah segar mengalir dari tubuh Joanna.

Wajah Nicholas berubah pucat "JOANNA!"

Tatapan tajam Joanna melayang pada pasien lalu dengan sisa tenaganya, dia mencekik leher pasien itu dengan kencang. Pasien itu tidak dapat bernapas atau menggerakkan tubuh karena cekikan di leher yang begitu kuat. Joanna terus mencekik sampai kehilangan tenaga dan terjatuh. Begitu juga dengan pasien yang terjatuh karena kehilangan napas.

"Joanna." Nicholas panik, dia menahan luka di perut Joanna agar darah tidak terus keluar. Saat ini, Nicholas tidak dapat berpikir jernih sebagai seorang dokter. Dia terlalu panik melihat sahabatnya terluka lagi karena dirinya.

"Terakhir.." tangan Joanna menyentuh wajah Nicholas "Kali terakhir, aku melindungimu." ucap Joanna lemah lalu Nicholas memegang tangan Joanna erat "Tidak. Bukan yang terakhir."

Sakit sekali. Joanna merasakan sakit luar biasa di tubuhnya yang membuat dia ingin memejamkan mata. Perlahan mata Joanna tertutup dengan pandangan terakhirnya adalah Nicholas. "JOANNA" Nicholas berseru kencang lalu memeluk tubuh sahabatnya itu.

Awal musim gugur , rumah mewah dengan pemandangan kota Seoul dari ketinggian itu sedang kedatangan tiga tamu istimewa. Sebagai pemilik rumah, Jung Jayden seharusnya menyambut ketiga tamu dengan hangat namun dia menatap tajam ketiga tamu yang saat ini sudah duduk ruang tamu keluarga Jung.

"Sepertinya Anda sudah tahu maksud kedatangan kami ke sini." ucap Kim Willson, direktur Kim's Food sekaligus ayah Nicholas.

Ayah Olivia itu mengangguk sementara istri dan putri yang duduk berdampingan dengannya, memasang wajah kecewa sekaligus marah.

"Kami mau membatalkan rencana pernikahan putra kami dengan putri Anda." ucap ayah Nicholas lalu menatap istri dan putranya.

Nicholas menganggukkan kepala sambil menatap Olivia "Maafkan aku, Olivia. Tapi aku tidak bisa melanjutkan hubungan denganmu."

"Apa alasannya?" seru Olivia kesal lalu dia lanjut bicara "Aku sudah melakukan semuanya untukmu. Kenapa kamu jahat sekali, Nicholas?" Olivia mulai menangis.

"Iya, aku memang jahat tapi kamu lebih jahat." ucapan Olivia mengundang atensi marah dari keluarga Olivia, Nicholas lanjut bicara "Tuan Jung menyetujui pernikahan kita karena beliau ingin mengakuisisi perusahaan appa. Karena itu kamu diminta untuk resign dari Simhwa dan memimpin proyek penggabungan grup Jungsan."

Ayah Nicholas lanjut bicara "Di dalam proyek itu ada nama Kim's Food sebagai salah satu perusahaan yang akan digabungkan dalam grup Jungsan. Jika hal itu terjadi tentu saja Kim's Food akan kalah karena modal perusahaan kami jauh lebih kecil dari Jungsan."

Olivia terkejut kalau Nicholas dan keluarganya mengetahui semua rencana tersebut. Nicholas sendiri mengetahui dari Edward dan rekannya yaitu direktur kontruksi Hansang. Pria bernama Han Peter itu menggali informasi mengenai proyek grup Jungsan dengan imbalan Kim's Food akan diberikan pabrik baru dengan menggunakan jasa kontruksi Jungsan dalam pembangunannya. Namun di balik penggunaan jasa kontruksi ada persyaratan lain yaitu  Kim's Food akan menyerahkan beberapa bagian saham untuk Grup Jungsan. Mungkin awalnya hanya beberapa bagian saham namun perlahan Jungsan pasti akan menguasai semuanya.

Ayah Olivia tertawa sinis lalu berkata "Seharusnya kalian sadar kalau rencana ini akan menguntungkan kalian juga. Ekspansi Kim's Food sangat lambat, bagaimana mau mendapatkan keuntungan yang maksimal? Seharusnya Anda berpikir matang kalau kesepakatan pernikahan ini akan membawa keuntungan semua pihak." Ayah Olivia menatap Ayah Nicholas dengan tatapan mengejek.

"Perusahaan ini dibangun oleh jerih payah suamiku dari hanya kedai rumahan sampai akhirnya menjadi perusahaan besar. Kami sama sekali tidak melibatkan keluarga atau investor lain dalam membangun perusahaan ini. Jadi kami tidak akan menyerahkan perusahaan ini pada siapapun." ganti Ibu Nicholas yang bicara.

Ayah Nicholas memegang tangan istrinya "Prinsip kami adalah menjalankan perusahaan dengan bermartabat dan membahagiakan karyawan kami." suasana berubah hening.

Nicholas memulai konversasi lagi "Tolong kirimkan kerugian yang disebabkan oleh kegagalan ini, aku akan mengganti semuanya." ucapan Nicholas mengarah pada Olivia.

Wanita cantik itu menghapus airmata di wajahnya sambil berkata "Apa kamu yakin dengan tindakanmu?"

Nicholas menganggukkan kepala "Aku terus berulang kali bertanya apakah aku benar - benar siap untuk menikah denganmu. Lalu aku menemukan jawabannya ketika kita di butik untuk mencoba pakaian."

Nicholas mengajak ayah dan ibunya beranjak "Kita pulang ya." mereka sudah hendak beranjak ketika Nicholas melanjutkan ucapannya pada Olivia "Jawabannya, aku tidak siap menikah denganmu karena aku tidak mau keluargaku menderita. Appa sangat menyayangi Kim's Food sama seperti appa sangat menyayangiku."

Olivia mengulum bibir lalu bertanya lagi "Jadi kamu memilih keluargamu dibandingkan aku?"

Sekali lagi, Nicholas menganggukkan kepala "Iya, karena mereka segalanya buatku."

"Lalu apakah kamu pernah mencintaiku?" Olivia bertanya lagi.

Nicholas menatapnya lekat "Aku menyukaimu tapi tidak pernah sampai memberikan hatiku untuk mencintaimu."

Jawaban Nicholas membuat Olivia menangis sambil berteriak kencang sementara Nicholas meninggalkan rumah keluarga Olivia bersama keluarganya.

"Terima kasih sudah memilih kami." ucap Ibu Nicholas ketika mereka berjalan menuju mobil.

Nicholas tersenyum pada orangtuanya "Tentu saja aku memilih orangtuaku. Kalian sudah berkorban banyak sehingga aku bisa lahir, tumbuh dan bertahan sampai sekarang." Nicholas memeluk orangtuanya erat. Dia tidak mau kehilangan keluarganya yang berharga ini termasuk kehilangan seseorang yang saat ini masih berjuang untuk sadar.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 17.5K 3
*Wattys 2018 Winner / Hidden Gems* CREATE YOUR OWN MR. RIGHT Weeks before Valentine's, seventeen-year-old Kate Lapuz goes through her first ever br...
227M 6.9M 92
When billionaire bad boy Eros meets shy, nerdy Jade, he doesn't recognize her from his past. Will they be able to look past their secrets and fall in...
55.3M 1.8M 66
Henley agrees to pretend to date millionaire Bennett Calloway for a fee, falling in love as she wonders - how is he involved in her brother's false c...
3.4M 244K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...