Dikhitbah Anak Kyai ||Telah T...

By devani302

2.5M 181K 4.9K

Yang mau pesan novel di khitbah anak kyai, bisa hubungin langsung ke ig. Deva.ni4, nanti saya akan kirim link... More

-penjara suci-
-keseharian Anisa-
-pertemuan yang tidak di sengaja-
-sabar-
-pertemuan singkat untuk kerinduan yang menyakitkan-
-perlombaan dan surat-
-gelar-
-pulang-
-ketahuan dan kembali ke pesantren-
-Debaran-
-sekolahan baru-
-moment yang indah-
-tetap tersenyum-
-khawatir-
-sedikit kesalah fahaman-
-melatih diri-
-perjuangan gus Aziz-
-mengajar-
-kembali berpisah-
-khitbah dan kesabaran Anisa-
-berusaha menghindar sejenak-
-nasihat abah dan umi-
-kembali-
-akhirnya-
-kumpul keluarga-
-Akhirnya-
-kewajiban dan hak-
-Edisi honeymoon-
-incident-
-Kehadiran yang tak diketahui-
-Acara pondok-
-Hadiah untuk bumil-
-Ikut suami pengajian-
-Acara tujuh bulanan-
bab 36
bab 37
hay hay
bab 38
bab 39
bab 40
bab 41
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
INFO!!!
🌿🌿🌿
bab 51
bab 52(end)

-Honeymoon gak?-

61.5K 3.9K 58
By devani302

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading

Pagi-pagi Anisa sudah bangun untuk mencari sarapan. Karena mereka akan pulang nanti sore, dan di sini ada dapur namun tak ada bahan untuk memasak, jadi Anisa memutuskan untuk mencari makanan untuk sarapan pagi ini.

Anisa memakai baju gamis creamnya, dan dengan kerudung senada, berjalan keluar gedung.

"Eh, pake baju siapa ini?"

Anisa memberhentikan langkahnya saat telinganya mendengar suara bundanya.
"Punya umi, di pinjemin," jawab Anisa sedikit ketus. Ia masih kesal pada bundanya.

Bunda Rina tertawa, berjalan mendekati putrainya, "Tadi malam, pake apa?"

"Pake baju gus Aziz!. Lagian maksud bunda apa sih, kasih aku baju kayak gitu, udah pendek, nerawang, bolong-bolong lagi." gerutu Anisa.

Plak!

Bunda Rina menepuk bahu Anisa kencang.
"Apa maksudnya apa maksudnya, ada maksudnya tau, yaitu biar suami kamu seneng. Nyenengin suami kan dapet pahala Cha...."

"Malu bun, itu baju gak layak digunakan banget, gak nutup apa-apa, telanjang aja sekalian. Percuma pakai baju juga kalau gak nutupis apa-apa mah," ujar Anisa ngegas.

Bunda Rina tertawa keras. "Eh, btw mau kemana kamu?" tanyanya.

"Mau beli sarapan," jawab Anisa seadanya. Ia tak kaget sama sekali mendengar gaya bicara bundanya yang seperti anak muda. Memang bundanya udah tua, tapi wajahnya terlihat muda. Jadi dia masih pantas memakai bahasa seperti itu. Dan juga, teman-teman bundanya sama seperti itu, kalau berbicara selalu bercampur dengan bahasa inggris, dan juga gaul sekali walaupun sudah tua.

"No, udah bunda beliin bubur, ada di belakang. Gak papa kan sarapannya bubur?"

"Gak papa bun, makasih udah beliin." ucap Anisa tersenyum tulus. Ya, kali ini senyumannya memang tulus. Entah kemana kekesalan yang membara tadi.

"Sama-sama, mau bunda ambilin?" tawar bunda Rina yang langsung mendapatkan gelengan tegas dari Anisa.
"No, biar Icha ambil sendiri."

Keduanya berjalan ke dapur. Tak lupa Anisa bertegur sapa dengan keluarga yang lain, yang sedang melaksanakan sarapan pagi di sana. Setelah beberapa menit mengobrol dengan yang lain, Anisa memutuskan untuk membawa sarapan untuk suaminya yang masih berada di dalam kamar. Saat Anisa keluar kamar, suaminya masih duduk berdzikir di atas sajdah.

Anisa mendudukan tubuhnya pelan-pelan di samping Aziz yang masih setia memejamkan matanya, bibirnya bergerak, dan tangan kananya bergerak menghitung butiran tasbih.
"Gus, sarapan dulu yuk," ajak Anisa dengan suara pelan. Karena takut mengganggu kekhusyu'an suaminya.

Aziz langsung membuka matanya, dan mengusapkan kedua telapak tangannya pada wajahnya. Lalu, Aziz meraih tengkuk Anisa, dan memberikan kecupan hangat di kening Anisa.

Cup

"Kamu udah sarapan?" tanya Aziz menatap lembut istrinya.

Anisa tersenyum manis pada suaminya, "Belum, nungguin gus selesai dulu, sekarang udah selesai?"

"Udah sayang, mau sarapan sekarang cantik?" tanya Aziz mengusap kepala Anisa.

"Iya, kalau gus udah selesai tapi" jawab Anisa.

Aziz mengangguk, "Udah kok, yuk sarapan dulu."

Aziz dan Anisa duduk di sofa yang tersedia di dalam kamar, dengan posisi saling berhadapan. Satu bungkus berdua, karena Anisa tidak begitu suka dengan bubur.

Anisa mulai menyuapi suaminya dengan telatenan, sampai di suapan terakhir.
"Mau ke rumah baru kapan sayang?" tanya Aziz

"Kok tanya aku, terserah gus aja. Aku mah hayuk-hayuk aja," jawab Anisa.

"Nginep di rumah ayah bunda dulu gimana?" saran Aziz.

Anisa mengangguk setuju atas saran Aziz.
"Boleh, kita nginep di sana satu minggu, terus nanti di lanjut nginep di rumah abah umi satu minggu, terus baru deh kita pindah ke rumah baru."

"Emang, gak mau honeymoon?"

Anisa terdiam mendengar pertanyaan Aziz. Dan mengangkat wajahnya menatap Aziz.
"Menurut gus, honeymoon apa enggak?"

"Kok tanya balik, kamu sendiri pengen gak honeymoon?" ujar Aziz tertawa.

"Ya terserah gus Aziz" ucap Anisa mengangkat kedua bahunya.

Karena gemas, Aziz menangkup wajah istrinya, lalu mencium wajah istrinya bertubu-tubi. Membuat Anisa tertawa kegelian.

🌿🌿🌿

Jam 3 siang, Anisa dan Aziz sampai di rumah ayah Hasan dan bunda Rina. Sedangkan abah Raihan, umi Talia, keluarga abah Raihan dari cirebon dan juga Riska sudah pulang ke rumah abah dan umi. Sebelum mereka pulang, mereka sempat membicarakan tentang rencana mereka, yang ingin menginap di rumah ayah Hasan dan bunda Rina terlebih dahulu.

Saat ini, pengantin baru itu sedang tidur malas-malasan di atas kasur, seraya bercerita.

"Aku mau nanya sesuatu deh gus, sebenarnya ini pertanyaan udah mau aku tanyakan dari beberapa tahun yang lalu"

"Mau tanya apa?" tanya Aziz sambil mengusap-usap kepala istrinya yang berada di atas dadanya.

"Keluarga umi kemana?" tanya Anisa pelan.

"Keluarga umi sebenarnya orang cirebon juga, sama seperti abah."

Anisa sedikit mendongakkan kepalanya, "Terus, di pesantren itu kampung siapa?"

"Ini itu kampung nenek, istrinya kakek Furqan. Kakek orang asli cirebon, dan nenek asli sini. Singkat cerita tentang abah dan umi, umi itu berasal dari keluarga kurang. Terus, karena ibu dan bapaknya umi udah gak sanggup ngurus umi, mereka buang umi. Suatu hari, kakek lihat umi sedang mengamen di lampu merah, dengan wajahnya yang sangat pucat. Umi bilang, udah 3 hari dia gak makan. Tidur pun umi di depan toko-toko yang tutup." Anisa terlihat sangat pokus mendengarkan cerita suaminya.

"Kakek memutuskan untuk bawa umi ke pesantren Al-ikhlas, yang sekarang sudah beralih pada abah Yusuf. Di sana umi menjadi santri. Kakek menggratiskan semuanya untuk umi Talia. Umi gak di suruh bayar bulanan, bayar uang makan, bayar ujian sekolah, pokoknya semua keperluan dan kebutuhan umi di tanggung oleh kakek dan nenek. Mereka sudah menganggap umi sebagai anak mereka. Karena umi memiliki otak yang cerdas, sehingga dia sering membanggakan pesantren. Beberapa tahun kemudian, abah memutuskan untuk menikahi umi. Terus, di umur pernikahan mereka yang menginjak satu bulan, mereka memutuskan untuk mencari orang tua umi, tapi saat mereka ke sana, tetangganya bilang kalau orang tua umi sudah meninggal lama, dengan kasus di bunuh orang karena mereka gak bisa membayar hutangnya. Seperti itulah kisah singkat umi, sayang...."

"Kasian banget umi, aku sampe nangis dengernya," ucap Anisa mengusap matanya yang basah. Ia benar-benar tak menyangka, kisah masa lalu umi Talia semenyedihkan itu.

"Maka dari itu, aku sangat beruntung terlahir dari seorang ibu sekuat umi. Walaupun masa kecil umi Talia penuh dengan kekerasan, tapi umi Talia menjadi pribadi yang sangat lembut. Dia sama sekali tidak pernah membentak aku dan Riska. Umi bilang, karena umi tau rasa sakit di bentak itu seperti apa, rasa dituntut harus seperti ini, seperti itu tuh seperti apa. Jadi, umi tidak pernah bilang 'nanti abang harus jadi ini', 'nanti riska harus hafal 30 juz' dan tuntutan yang lainnya. Umi membebaskan anaknya ingin seperti apa. Yang penting, prilakunya tetap sopan, tidak meninggalkan sholat, dan membaca Al-qur'an. Itu pesan umi untuk anak anaknya." ucap Aziz menahan tangis. Ia masih tidak sanggup jika mendengar masa lalu uminya.

Anisa mengusap pipi suaminya dengan lembut, "Jangan nangis, maafin aku ya udah tanya-tanya itu...."

"Gak papa sayang," ucap Aziz memeluk erat tubuh mungil istrinya sambil menutup matanya.

"Suaminya udah berani manggil sayang, masa istrinya belum sih?" celetuk Aziz.

"Emang gus mau di panggil apa?, abang?, mas?, habibi?, atau sayang?" tanya Anisa memainkan bibir Aziz.

"Terserah istriku saja" jawab Aziz sambil mencuri kecupan di kening istrinya.

"Mas aja kalau gitu, yang lokal lokal aja yah" ujar Anisa di akhiri kekehan.

"Iya, yang penting jangan manggil aku abang."

"Loh, emang kenapa dengan panggilan abang?" tanya Anisa menatap bingung suaminya.

"Karena panggilan abang akan aku kasih untuk anak pertama kita," bisik Aziz membuat kedua pipi Anisa memanas.

"Lah, kalau perempuan gimana?, masa mau dipanggil abang" ujar Anisa mencoba menutupi rasa saltingnya.

"Enggak. Anak pertama kita pasti laki-laki" ucap Aziz dengan yakin.

"Mas pengen anak pertamanya laki-laki ya?" tanya Anisa.

"Iya, biar bisa jagain adik-adiknya. Perempuan juga bisa sih, tapi mas pengennya anak pertama kita tuh laki-laki, dan mas yakin anak pertama kita nanti laki-laki." Aziz kekeh dan sangat yakin anak pertamanya nanti laki-laki.

"Eh, beneran gak mau honeymoon yang?" tanya Aziz memastikan, karena tadi istrinya bilang gak perlu honeymoon.

"Yaudah hayuk atuh honeymoon, tapi jangan jauh-jauh."

"Bali aja, mau gak?"

Anisa mengangguk menyetujui, "Boleh mas, di sana juga banyak pantai, aku udah lama gak ke pantai."

"Oke kita ke sama, mas mau cari tiket pesawatnya dulu, mau di villa apa hotel?" tanya Aziz lagi.

"Villa aja gimana?" saran Anisa.

"Boleh boleh. Sekarang mandi dulu, udah sore, kita belum mandi" ucap Aziz menggendong istrinya ke kamar mandi.

🌿🌿🌿

Anisa mengeliat saat merasa ada benda kenyal nan lembut menempel berkali-kali di pipinya. Saat ia membuka mata, langsung di suguhi dengan wajah cerah milik suaminya. Dengan rambut bagian depan terlihat basah, dan senyuman manis terukir di bibirnya. Siapa yang tidak senang, saat membuka mata langsung di suguhi dengan wajah tampan seorang laki-laki?, apalagi laki-laki itu suami yang kita cintai.

"Mau sholat tahajud bersama sayang?"

Nyawa Anisa belum sepenuhnya terkumpul. Ia menguap sambil mengucek matanya. Sang suami langsung menutup mulut istrinya yang terbuka.

Dalam sebuah Hadits Bukhari, yang artinya: "Menguap adalah dari setan. Oleh karena itu, jika salah seorang dari kalian menguap, tutuplah serapat mungkin. Karena jika salah seorang dari kalian menguap, lalu ada suara 'Huah' ketika menguap, setan akan menertawakannya."

Maka dari itu, biasakan jika menguap, tutup mulut. Dan jangan sampai ada bunyu 'Huah' ketika menguap.

"Gus udah mandi ya?, kok rambutnya basah?" tanya Anisa memegang rambut bagian depan.

"Udah, kamu mau mandi dulu, apa mau langsung sholat aja?." Aziz bertanya sembari mengusap kening istrinya dengan penuh kelembutan.

Anisa bergerak untuk mengubah posisinya menjadi duduk. "Mau mandi dulu aja, gus gak papa harus nunggu aku mandi dulu?."

"Gak papa sayang. Yaudah gih," titah Aziz mengusap bahu istrinya.

Anisa berangsur ke pinggir kasur, dan beranjak berjalan ke kamar mandi.

Saat Aziz akan menggelar sajdah, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Membuat ia menoleh. Keningnya mengerut bingung, melihat istrinya sudah keluar. "Udah mandinya?"

Anisa terkekeh pelan, "Belum gus, lupa bawa handuk," jawabnya menunjuk handuk putihnya yang menggantung di belakang pintu kamar.

Aziz tersenyum menatap istrinya yang sedang berjalan kembali memasuki kamar mandi. Setelah pintu itu tertutup rapat, Aziz  kembali melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda tadi.

Sambil menunggu istrinya selesai mandi, Aziz duduk di atas sajdah, dan memutar tasbih di tangannya.

Memang martabat keutamaan itu ada. Sebaik-baiknya dzikir adalah ketika kita dalam keadaan suci, lalu menghadap kiblat. Tetapi kan tidak selamanya kita berada dalam keadaan suci. Tidak selamanya kita menghadap kiblat. Berdzikir boleh di kerjakan tanpa wudhu. Atau sedang tidak suci lainnya, seperti perempuan yang sedang haid. saat jalan sekali pun, di perbolehkan berdzikir.

Jadi kerjakan yang ringan ringan saja. Jika bisa menghadap kiblat, silahkan hadap kiblat. Yang bisa bersuci dulu, silahkan bersuci dulu. Karena Aziz sedang tidak mempunyai wudhu, tidak bisa berwudhu karena istrinya sedang mandi, jadi Aziz mengerjakan apa yang ia bisa sekarang. Yaitu menghadap kiblat.

Anisa menepuk keningnya kencang, "Aish ... Lupa bawa baju!"

"Gimana dong ...." Anisa menggaruk pipinya yang tak gatal sembari berjalan mondar mandir di dalam kamar mandi.

Anisa membuka pintunya sedikit. ia melihat suaminya sedang khusyuk berdzikir. Setelah menyiapkan mental yang kuat, akhirnya Anisa memutus untuk keluar. Perasaan Anisa tidak karuan saat melewati suaminya. Ia takut suaminya tiba-tiba menoleh.

Anisa membuka lemari pakaiannya sepelan mungkin, dengan mata sesekali melirik suaminya. Saat sudah berhasil mengambil baju gamisnya, Anisa berlari kembali masuk ke kamar mandi.

Tak lama, Anisa keluar. Aziz membuka matanya saat merasakan ada yang menepuk bahunya.

"Sebentar, mas mau wudhu dulu. Kamu udah wudhu?," tanya Aziz setelah mengetahui pelakunya adalah istrinya sendiri.

"Belum."

Aziz menaruh tasbihnya di atas sajdah, lalu beranjak, "Yuk wudhu dulu"

Keduanya masuk kamar mandi, kemudian mengambil air Wudhu secara bergantian. Setelah itu, mereka melaksanakan sholat tahajud bersama.

Kemudian, setelah selesai, mereka tadarus bersama sambil menunggu adzan subuh berkumandang.

🌿🌿🌿

Guys... Minta bantuannya dong, promosiin cerita aku di sosmed kalian.

Semoga kalian mau bantu ya....

Sampai sini dulu. Jangan lupa vote dan komen

Terima kasih yang udah baca, vote dan komen.

See you.

Assalamualaikum👋






Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
572K 63.2K 25
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santriwatinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah...
7.1M 297K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
1.8M 132K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...