Dikhitbah Anak Kyai ||Telah T...

By devani302

2.5M 181K 4.9K

Yang mau pesan novel di khitbah anak kyai, bisa hubungin langsung ke ig. Deva.ni4, nanti saya akan kirim link... More

-penjara suci-
-keseharian Anisa-
-pertemuan yang tidak di sengaja-
-sabar-
-pertemuan singkat untuk kerinduan yang menyakitkan-
-perlombaan dan surat-
-gelar-
-pulang-
-ketahuan dan kembali ke pesantren-
-Debaran-
-sekolahan baru-
-moment yang indah-
-tetap tersenyum-
-khawatir-
-sedikit kesalah fahaman-
-melatih diri-
-perjuangan gus Aziz-
-mengajar-
-kembali berpisah-
-khitbah dan kesabaran Anisa-
-berusaha menghindar sejenak-
-nasihat abah dan umi-
-kembali-
-akhirnya-
-kumpul keluarga-
-Honeymoon gak?-
-kewajiban dan hak-
-Edisi honeymoon-
-incident-
-Kehadiran yang tak diketahui-
-Acara pondok-
-Hadiah untuk bumil-
-Ikut suami pengajian-
-Acara tujuh bulanan-
bab 36
bab 37
hay hay
bab 38
bab 39
bab 40
bab 41
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
INFO!!!
🌿🌿🌿
bab 51
bab 52(end)

-Akhirnya-

58.2K 4.5K 97
By devani302

Jangan lupa vote dan komen


Happy reading

Anisa sedang termenung di dalam kamarnya, memikirkan hari esok. Ia tak berhenti berdo'a semoga acaranya besok di lancarkan sampai selesai. Harusnya ia sudah tidur, karena besok ia harus bangun pagi-pagi untuk di rias. Tetapi Anisa sama sekali tidak mempunyai rasa ngantuk walaupun jam sudah menunjukan pukul 11 malam.

Dari jam setengah sepuluh tadi, Anisa mengambil wudhu untuk tidur, karena kebiasaannya sebelum tidur seperti itu. Namun, karena mata Anisa sama sekali tidak mengantuk, jadi Anisa mengambil Al-Qur'an berharap setelah membacanya Anisa akan merasa mengantuk, tapi ternyata sama saja.

Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Anisa. Merasa ponselnya berbunyi, Anisa menaruh Al-Qur'an pada meja samping kasur, lalu berdiri dan meraih benda persegi panjang itu.

Gus Aziz👳‍♂


Dek
Udah tidur belum?
Saya harap, kamu udah tidur. Soalnya ini udah malam, dan besok kamu harus bangun pagi.

Anisa langsung membuka aplikasi hujau, dan membalas pesan dari Aziz, dengan posisi masih berdiri.

Anisa

Belum, gak bisa tidur gus....

Setelah membalas pesan dari Aziz, Anisa menaruh kembali ponselnya di nakas, lalu bergerak merapikan tempat tidurnya sebelum ia tiduran.

Setelah rapi, Anisa duduk bersandar di headboard, mengambil kembali ponselnya. Dan ternyata Aziz sudah membalasnya.

Gus Aziz👳‍♂

Kenapa gak bisa tidur?
Ada pikiran?
Mikirin apa sih?
Sekarang mending tidur, udah malem. Gak lucu kalau besok kamu ketiduran di pelaminan, gara-gara sekarang gak tidur.

Anisa tertawa kecil membaca pesan terakhir dari Aziz. Ia juga ya, pikirnya.

Anisa

Iya gus, ini udah mau tidur. Gus juga kenapa belum tidur?, kan udah malam. Gak lucu kalau gus tiba-tiba lupa atau salah ngucap gara-gara ngantuk.


Anisa terkekeh membaca balasannya sendiri. Sejauh ini, tidak ada lagi rasa canggung antara keduanya. Sekarang mereka sudah bisa bercanda-canda berdua, walaupun cuma lewat ponsel. Karena selama satu minggu ini, mereka tidak bertemu.

Gus Aziz👳‍♂

Hahaha... Kamu bisa aja dek.
Saya juga baru mau tidur, ini saya udah di atas kasur. Tadi saya cuma mau memastikan kalau kamu udah tidur.
Yaudah sekarang kamu tidur, saya juga mau tidur. Jangan lupa ambil air wudhu sebelum tidur.
Assalamualaikum....

Anisa

Iya gus, siap.
Waalaikumsalam warahmatullah....

Anisa kembali beranjak dari kasur, untuk kembali mengambil air wudhu. Setelah berwudhu, Anisa berbaring di atas kasurnya, dan tertidur. Tak lupa membaca do'anya.

Dalam buku terjemah Matan Lubabul Hadits, Jamaluddin bin Kamaluddin As Suyuthi, di bab ke enam, di sana dijelaskan banyak sekali hadits tentang keutamaan berwudhu. Di antaranya adalah,

Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya, "Barang siapa tidur dalam keadaan berwudhu, lalu ia meninggal di malam itu, maka ia mati syahid di sisi Allah"

Dan Nabi pernah bersabda yang artinya: "Orang yang tidur dalam keadaan bersuci mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa dan mengerjakan sholat malam"
(Hadits riwayat Al-Hakim, At-Tirmidzi dari Umar bin Huraits dan isnadnya dlo'if).

Dan.... "Al wudhuu-u syathrul iimaani" wudhu itu separuh iman. (Hadita riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Hassan bin Athiyyah).

Itu adalah amalan yang ringan, tetapi ganjarannya besar. Maka dari itu, selagi ia sanggup mengamalkannya, selagi ia sanggup melakukannya, Anisa tidak pernah meninggalkannya.

🌿🌿🌿

Menikah bukan hanya untuk mendapatkan anak, harta, tahta, dan bukan juga hak dan kewajiban sebagai suami dan istri, tapi tujuannya bahkan sampai akhirat yang akan di pertanggung jawabkan sampai kesana....

Menikah bukan hanya kebahagiaan yang di dapat, tapi juga satu paket ujian kehidupan yang akan selalu datang menerpa. Dan itu pasti.

Menikah itu bukan hanya tentang sebatas komitmen, tapi pikulan beban tanggung jawab dan amanah yang nesti di tunaikan. Tak cuma mental, tapi ilmu pun harus di persiapkan. Bukan tentang menua bersama, tetapi tentang ke syurga bersama.

Hari ini adalah hari kamis, yang tak lain adalah hari pernikahan gus Aziz dan Anisa dan si selenggarakan di sebuah gedung. Pernikahan antara anak kyai dan anak dokter sekaligus pemilik rumah sakit itu, terbilang mewah dan meriah. Dan banyak sekali tamu hadir di sana.

Sekitar 5 menit yang lalu, Anisa sudah selesai di hias oleh MUA yang di pilihkan oleh bundanya.

"Deg-degan hm?"

Anisa yang sedang menatap kosong ke cermin di depannya, langsung menoleh pada gadis bergamis putih di sampingnya. Entah dari kapan Erna ada di kamarnya.
"Eh, teteh udah lama di sini?."

"Enggak kok, kenapa ngelamun?" tanya Erna mengusap bahu Anisa yang terbalut gaun putih simpel namun terlihat mewah di tubuh Anisa.

Anisa menunduk, "Deg-degan teh."

Erna tersenyum, "Sebentar lagi ijab qobul akan di mulai, gus Aziz udah datang, dan sudah duduk di hadapan om Hasan."

Anisa mengambil nafas dalam dalam, lalu menghembuskannya pelan pelan. Anisa melakukannya sampai jantungnya merasa lebih tenang.

Anisa mengambil tissu di depannya, ketika matanya tidak lagi mampu di bendung saat ayahnya sudah mulai berbicara memakai mic, sehingga Anisa dapat mendengar seluruh percakapan antara ayahnya dan calon suaminya saat ini. Erna dengan setia mengusap bahu Anisa.

"Aziz, lelaki yang insya Allah akan menjadi menantuku, saya ingin menyampaikan beberapa hal untuk kamu. Anisa adalah putri satu-satunya di keluarga kami, dia selalu di perlakukan layaknya seorang putri kerajaan oleh kami. Dan kami tidak pernah sekali pun, memarahinya atau bahkan membentaknya. Kami mendidiknya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang," ucap ayah Hasan.

"Kamu jangan sekali-sekali membentaknya, jangan berani memarahinya. karena saya, istri saya, dan seluruh anggota keluarga saya, yang telah membesarkannya tidak berani melakukan itu. Jika kau sudah tak sanggup mendidik anak saya lagi, sudah tak sanggup mengurus anak saya, sudah tidak mencintai anak saya, jangan duakan anak saya. tolong berikan anak saya kembali dengan cara yang lembut." ucap ayah Hasan tersenyum untuk menutupi rasa sedihnya, karena putrinya akan segera di bawa oleh suaminya.

"Aziz, dalam kehidupan rumah tangga akan selalu ada rasa kecewa, dan bahagia. Dan disitu lah letak ujiannya. Bagaimana kamu bersyukur atas kebahagiaan yang Allah berikan, dan bagaimana kamu bersabar dan berusaha mempertahankan rumah tangga kalian."

"Dan yang terakhir, pasangamu adalah rezekimu, pilihanmu, dan takdirmu. Maka, jangan memandang kepada selain milikmu. Jangan membanding-bandingkan milikmu dengan yang bukan milikmu. Fokuslah dengan kebaikan dan kelebihan pasangan. Meski ia terkadang tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Tapi ia seringkali sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Paham nak?"

"Paham yah," jawab Aziz tegas.

"kita mulai ijab qobulnya" pinta ayah Hasan menaruh satu tangannya di atas meja. Aziz segera menjabat tangan ayah Hasan.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan engkau, Abdul Aziz Alfarizki bin Raihan Alfarizki dengan anak saya, Anisa Ramadhani Shyhan dengan mas kawin sebuah rumah berlanti dua, uang sebesar 100 juta rupiah, dan seperangkat alat sholat di bayar tunai?...."

"Saya terima nikah dan kawinnya Anisa Ramadhani Shyhan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai...." ucap Aziz dengan sekali tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"SAAH!!!"

"Alhamdulillah...."

Tangisan Anisa pecah ketika kata 'Sah' menggema di seluruh ruangan. Tangan lentiknya menghapus butiran air mata yang berjatuhan.

Terdengar suara ayah Hasan sedang membacakan do'a. Erna dan Anisa mengaminkannya dalam hati. Begitu ayah Hasan sudah selesai, keduanya mengusapkan tangannya pada wajah.

"Happy wedding cantik," ucap Erna ikut mengusap pipi Anisa yang basah.

Anisa berdiri, memeluk Erna dengan erat. Erna pun membalasnya tak kalah erat. Keduanya sama-sama meneteskan air mata.

Tak lama bunda Rina membuka pintu kamar dengan pelan. Wanita itu tersenyum melihat anaknya yang sedang menangis di bahu Erna.

"Yuk turun, ada bunda tuh," ajak Erna mengusap punggung Anisa yang masih bergetar.

Anisa melepaskan pelukannya, dan menoleh ke arah pintu. Di sana ada bundanya, sedang menatap ke arahnya dengan mata terlihat memerah. Anisa berjalan cepat menghampiri bundanya, ketika bundanya membuka kedua tangannya. Seolah menyambut anaknya ke dalam pelukannya.

Bunda Rina tak kunjung menghentikan air matanya. Susah sekali untuk menghentikannya. Ia bahagia, dan juga terharu saat anaknya kini sudah menyandang status istri. Di mana setelah menyandang status itu, anaknya akan di hadapi berbagai cobaan di kemudian hari. Ia sudah berpengalaman menjadi seorang istri, dan itu sangatlah berat, dan tidak mudah. Apalagi kelak jika sudah mejadi ibu.

Bunda Rina melepaskan pelukannya, menangkup wajah cantik putrinya.
"Putri bunda udah jadi istri sekarang, selamat ya sayang." Anisa tersenyum tipis, dan menganggukan kepalanya.

"Sekarang kita keluar ya?." Anisa kembali mengangguk menjawab perkataan bundanya.


Bunda Rina dan Erna menggandeng Anisa keluar. Berjalan dengan anggun mendekati Aziz yang kini sudah berdiri menyambut kedatangan sang istri.

Aziz tersenyum haru melihat Anisa yang begitu cantik hari ini. Gaun putih yang melekat di tubuhnya, wajahnya di rias tipis, dan ada mahkota bertengger di atas kepalanya yang menjadi Anisa semakin cantik.

Kini mereka sudah berhadapan. Keduanya saling melempar senyuman terindah mereka.

"Silahkan cium tangan suaminya nak," titah ayah Hasan.

Aziz mengulurkan tangannya agar Anisa menciumnya. Dengan tangan bergetar, dan sedikit ragu, Anisa meraih tangan Aziz. Namun baru satu detik, Anisa melepaskannya kembali. Membuat orang yang menyaksikannya gemas.

"Gak papa, udah halal, gak dosa, malahan pahala," ucap bunda Rina yang masih berdiri di samping anaknya.

Beberapa detik terdiam, akhirnya Anisa kembali menjabat tangan Aziz dengan lama. Bahkan air mata Anisa kembali menetes.

Tangan gus Aziz terangkat memegang ubun-ubun Anisa, dan membacakan do'a dengan mata menutup.
"Allahumma inni as'aluka min khoirihan wa khoirimaa jabaltaha 'alaihi. Wa 'audzhubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaihi"

Kemudian, gus Aziz mencium kening Anisa dengan lama. Sampai air mata yang sedari tadi ia tahan, akhirnya menetes.

"Assalamualaikum cantik," bisik Aziz

Pipi Anisa terasa memanas, "Wa-waalaikumsalam." Anisa tidak kuat menatap Aziz yang kegantengannya berkali-kali lipat hari ini. Dengan jubah putih, sorban berwana hitam putih bertengger di bahu kanannya, serta kopiah putih di kepalanya.



🌿🌿🌿

Semua acara selesai jam satu dini hari, karena jam sepuluh malam tadi, di lanjut acara resepsi.

"Dek, kok bawa handuk?, mau kemana?" tanya Aziz bingung melihat istrinya mengambil handuk dari lemari yang ada di sana.

"Mau mandi," jawab Anisa polos.

Aziz melotot kaget, "Ya Allah, masa jam segini mandi, yang ada nanti masuk angin. Gak boleh!."

"Tapi kan gerah gus," ungkap Anisa. Ia yakin, rambutnya sangat basah sekarang, dan pasti akan sangat bau.

"Ya kan ada kipas, ada AC juga tuh, gak perlu mandi," ujar Aziz. Anisa mengangguk menurut.

"Ganti baju aja, mandinya besok. Nanti masuk angin yang ada kalau kamu mandi jam segini," ucap Aziz begitu lembut, sembari mengusap bahu Anisa.

"Gus mau pake baju ini terus sampai besok?" tanya Anisa memegang dada Aziz.

"Ya enggak, tadi sebelum resepsi kan umi anterin baju saya, di lemari kayaknya." jawab Aziz.

Anisa membuka kembali lemari, "Ini ya gus?" tanya Anisa mengambil paperbag berukuran sedang yang berada di undakan paling bawah.

"Iya kayaknya," jawab Aziz.

Anisa membukanya, dan mengeluarkan isinya yaitu kaos putih polos, dan kaos hitam polos, satu sarung hitam, dan satu baju koko berwana putih.

"Mau pakai yang mana?" tanya Anisa mendongak, menatap suaminya.

"Kaos hitam aja."

Anisa mengambil kaos hitamnya, lalu kembali memasukkan paperbag ke lemari.
"Nih, ganti di kamar mandi."

"Kamu duluan aja, katanya kamu udah gerah banget, kamu duluan," tutur Aziz seraya menerima kaos yang di berikan Anisa.

Anisa mengangguk. Kemudian berjalan ke kamar mandi, tak lupa membawa paperbag berwarna ungu yang di berikan bundanya tadi.

Anisa melotot kaget melihat isi paperbag pemberian bundanya tadi. "Ihh... Kerjaan si bunda gini banget."

Bagaimana Anisa tidak kesal, sekarang dirinya sudah berhasil melepaskan gaun dan kerudungnya, dan akan mengganti baju pemberian bundanya tadi. Tapi saat mengeluarkan isi paperbagnya, isinya memang baju, tapi baju itu sangat tidak layak untuk Anisa gunakan.

"GUS AZIZ!!!"

Aziz terperanjat kaget saat istrinya tiba-tiba berteriak kencang di dalam kamar mandi. Aziz segera melangkah mendekati pintu kamar mandi, "Iya, kenapa dek?, ada apa?"

Anisa sedikit membuka pintunya, dan tangannya keluar melempar baju yang tak layak ia pakai pada suaminya. "Kesel ih, masa di kasih bajunya kayak gitu!!!" teriak Anisa yang sudah kembali menutup pintu kamar mandi.

Aziz tak bisa menahan tawanya. "Hahaha..."

Anisa mendengus kesal karena suaminya malah tertawa keras di atas penderitaanya. "Gus ih!! Bantuin atuh, masa aku pake baju gituan. Nerawang banget, mana pendek lagi."

"Ya terus gimana dek?, saya sendiri juga gak tau harus gimana. Orang orang pasti udah tidur, toko toko di luar juga udah pada tutup," ujar Aziz.

Di dalam kamar mandi Anisa menghentak-hentakkan kakinya kesal. "Bunda kok gitu ya, ih kesel!"

"Kamu pake apa bawahannya?" suara Aziz terdengar kembali.

"Cuma pake leging doang. Baju yang kemarin aku bawa juga gak ada semua, kayaknya ini kerjaan bunda," jawab Anisa.

"Yaudah pakai kaos saya dulu, bawahannya pakai sarung saya, gak papa kan?"

"Iya, tapi mau yang hitam kaosnya, gak mau yang putih. Takut nerawang nanti."

Aziz kembali di buat tertawa oleh Anisa.
"Yaudah buka sedikit pintunya," titah Aziz.

Anisa membukanya, mengulurkan tangannya, dan langsung kembali menarik tangannya saat merasa telapak tangannya memegang kain. "GUS AZIZ!!!!" Teriak Anisa begitu kencang karena ternyata suaminya kembali memberikan baju yang di berikan bundanya tadi.

Aziz tertawa puas di luar. "AKU ADUIN KE UMI NIH!, HIKS CEPETAN BAJUNYA MANA?!"

Aziz langsung menghentikan tawanya ketika mendengar suara isak dari dalam.
"Dek?, eh jangan nangis, iya iya ini kaosnya nih, buka dulu pintunya, jangan nangis." Aziz sangat panik sekarang.

Anisa kembali membuka pintunya, dengan segera Aziz memberikan kaos hitamnya, takut istrinya malah nangis keras. Bisa-bisa nanti ia di marahin habis-habisan oleh mertuanya. Belum juga genap satu hari, udah bikin anaknya nangis aja.

Anisa menangis karena ia sangat malu sekaligus kesal pada bundanya. Kenapa bundanya bisa bisanya melakukan hal memalukan seperti itu?.

🌿🌿🌿

Insya Allah nanti malem up lagi, hehee

Oke sampai sini dulu.

Assalamualaikum👋




Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.9M 91.5K 40
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
7.1M 297K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
5.7M 296K 61
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
1.6M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...