Under the Same Umbrella

By CNScarlett

2.7K 322 30

Sinopsisnya cuma bilang kisah putra mahkota yang jatuh cinta pada putri count, dan bla-bla-bla. Namun begitu... More

prolog
🐞1🐞
🐞2🐞
🐞3🐞
🐞4🐞
🐞5🐞
πŸˆβ€β¬›6πŸˆβ€β¬›
πŸˆβ€β¬›8πŸˆβ€β¬›
πŸˆβ€β¬›9πŸˆβ€β¬›
πŸˆβ€β¬›10πŸˆβ€β¬›
🐞11🐞
🐞12🐞
🐞13🐞
🐞14🐞
πŸˆβ€β¬›15πŸˆβ€β¬›
πŸˆβ€β¬›16πŸˆβ€β¬›
The Twins

πŸˆβ€β¬›7πŸˆβ€β¬›

112 19 2
By CNScarlett

De Liberte Athanasius.

Kerajaan besar dengan wilayah luas dari ujung timur ke ujung barat tanah subur berisi pegunungan, lembah, sungai, pulau-pulau kecil sampai lautan lepas yang bertahan hidup dari berbagai jenis pertambangan sampai perdagangan. Pemerintahan dipimpin oleh keluarga Athanase Agreste, raja pertama mereka, secara turun temurun sampai saat ini.

Adrien menghabiskan dua hari penuh di perpustakaan istana putra mahkota  tepat setelah pulang dari acara peresmian desa Alfheim di daerah Dupain ducy. Plagg masih tertidur seperti saat mereka keluar dari goa aneh itu bersama Marinette dan Tikki, dalam keadaan yang sama, diletakkan di bantal dekat tempatnya membongkar buku dan perkamen usang. Semuanya ditulis dalam simbol serupa seperti yang ada dalam kitab mantra tentang kotak induk miraculous di lemari ayahnya, namun anehnya Adrien paham dan bisa membacanya dengan baik.

Dalam penelitiannya selama dua hari satu malam itu Adrien Agreste, atau putra mahkota Adrien menemukan hal-hal aneh seperti pernikahan raja Gabriel dengan dua putri kembar keluarga duke Graham de Vanilly yang menghasilkan dua putra. Felix Graham de Vanilly Athanase Agreste, kakak kandung sekaligus adik sepupu secara bersamaan. Itu terjadi karena raja terdahulu berperang dengan duchess dari Graham de Vanilly dan nyaris meratakan wilayah itu.

Gabriel yang waktu itu menjadi putra mahkota melakukan negosiasi dengan akhir peralihan kekuasaan keluarga Graham de Vanilly pada count Rossi. Emilly dan Amillie Graham de Vanilly adalah dua orang yang bertahan dari kejadian itu, karena ayahnya Adrien dan Felix melakukan segala upaya. Tentu saja, raja terdahulu menolak semuanya kecuali pernikahan.

"Hal gila macam apa ini?!" Adrien memijit pelipisnya sambil menutup buku besar [Sejarah de Liberte Athanasius Empire] dan menyimpannya ke atas buku lain.

Tujuannya hanya mencari kenapa dia dan Marinette bertunangan tapi silsilah Adrien dari tempat ini yang dia temukan. Yah, mungkin dia salah cara.

Tokk.. tokk..

"Masuk!"

Srekk...

Adrien mengubah urutan buku sejarah kerajaan dibawah beberapa gulungan map kerajaan de Liberte Athanasius per wilayah. Marquiss Nino Lathief dan dame Luka Couffaine tanpa baju zirah masuk bersama dua tumpuk dokumen. Pria pirang yang aslinya model remaja dari Paris city itu masih belum terbiasa saat orang-orang memberi hormat padanya sebagai putra mahkota.

"Salam pada harapan baru de Liberte Athanasius, yang mulia putra mahkota Adrien.."

"Uh, ya.. ekhem.. tolong langsung ke intinya.."

Nino membenarkan letak kacamata bacanya, "sejak anda pergi ke wilayah duke Dupain, ada beberapa dokumen yang harus diurus secepatnya."

Luka membantu meletakkan setumpuk berkas yang Nino maksud. Setumpuk lagi di tangan pria berkacamata itu.

"Ibukota Athanasius mengajukan proposal acara untuk merayakan festival musim semi. Saya dan pangeran pertama Felix telah meninjau berkas susunan acara dan pendanaannya, beliau bilang akan datang membahas detailnya siang kemarin namun batal karena anda sedang istirahat.." Nino meletakkan dokumen yang dimaksud secara terpisah. ".. duke Andre Bourgeouis sepertinya akan menggelar festival mewah mengingat duchess Audrey Bourgeois baru kembali dari pelayarannya ke negeri Cheng."

"Yang mulia ratu Amillie meminta acara debutante tahun ini diadakan di istana putri mahkota, sekaligus pesta penyambutan lady Marinette Dupain Cheng sebagai tunangan kerajaan.."

Adrien yang mendengar nama Marinette disebut-sebut dame Luka, mengalihkan perhatiannya dari proposal festival musim semi. Berbanding terbalik dengan dame Luka yang gugup merasa mengucapkan sesuatu yang salah. Dia berpikir dan mengingat-ingat. Sejak kejadian di hutan desa Alfheim, dibalik pohon besar itu, dia merasa kedepannya putra mahkota akan selalu cemburu saat dia menyinggung nama lady Marinette.

"Katanya Marinette, maksudku, lady Marinette dan aku bertunangan sejak pertengahan musim gugur? Lalu kenapa keluarga kerajaan baru mengakuinya musim semi?"

"Maafkan aku, yang mulia!"

Nino yang tidak tau apapun menatap aneh dame Luka yang tiba-tiba menjatuhkan diri ke lantai sambil meminta maaf. Dia melihat ke arah sahabatnya yang meletakkan kedua tangannya di depan wajah, melihat seperti menahan kesal pada ketua kesatria istana putra mahkota yang bersikap berlebihan menurutnya.

"Luka, berdirilah.."

Adrien menghela nafas. "Ini tidak seperti kau benar-benar menjalin hubungan dengan lady Marinette, tunanganku itu, dan menyembunyikannya seperti katamu kan? Ya, ya.. aku percaya padamu. Karena itu tenanglah!"

"..."

"Ini tidak seperti aku akan membunuhmu hanya karena kau mantan dari tunanganku mentang-mentang aku ini putra mahkota, ya kan Nino?"

Hei, hei, aku tidak tau apapun jangan bawa-bawa namaku!

Nino melotot gugup kemudian tertawa canggung sambil menggaruk tengkuk tak gatal. Matanya mencari-cari sesuatu untuk merubah topik. Satu kesempatan dia berjanji untuk menginterogasi kejadian di desa Alfheim via Luka Couffaine, tentu saja setelah mereka berdua berhasil keluar dari hadapan putra mahkota tiran ini hidup-hidup.

"Haha... Ya, yang mulia.."

Adrien bangkit dari kursi, berjalan ke arah dua sahabatnya sambil memeriksa isi proposal. "Ah, kau juga bukannya jatuh cinta pada pandangan pertama pada Marinette, kan Nino?"

Glup!

Nino merasa menelan kristal sihir pemantik api yang didapat dari monster di hutan Mangrove. Panas, berat, menyakitkan. Tebakkan putra mahkota tepat sasaran menyudutkannya. Refleks dia mundur selangkah dan bergabung bersujud bersama dame Luka.

"Tolong ampuni aku, yang mulia!"

Dua maid di lorong bergidik mendengar teriakkan pilu marquiss Nino dari dalam ruang perpustakaan istana putra mahkota, berlari menjauh. Besok rumor tirani putra mahkota akan memburuk setelah ini.

"Demi pertemananku dengan anda yang mulia, mohon biarkan aku hidup setidaknya sampai hari Jum'at, tidak, sampai Sabtu saja yang mulia!"

Adrien mendesah, "Nino, Luka, apa aku terlihat sejahat itu pada temanku sendiri?"

Nino dan Luka semakin menunduk, diam-diam saling lirik dari samping. Keduanya merasa baru saja berhadapan dengan kecemburuan putra mahkota tiran yang memenggal dan menyiksa tahanan setiap sore adalah hal yang biasa. Oh, jangan lupakan para assassin yang kehilangan nyawa setiap malam, bahkan beberapa di masa lampau sampai tak bersisa sehelai rambut pun.

"Marinette itu tidak hanya cantik, tentu saja dia sangat cantik, dia juga imut, pintar, cerdik, baik hati, menggemaskan. Karena itu aku tidak heran kalau semua orang mencintai lady Marinette." Adrien menjelaskan, "oh ya, aku penasaran kenapa kau meminta pengampunan sampai lima hari ke depan. Apa ada sesuatu yang penting di hari Jum'at, Nino?"

Nino menjawab dari posisi menunduk, "sebenarnya, aku dan lady Alya de Ceisaer, kau tau yang mulia, lady yang waktu itu ikut datang ke istana bersama lady Marinette? Yah, kami berbicara berdua sambil berkeliling taman istana putra mahkota musim gugur waktu itu dan berakhir dengan janjian melihat tempat itu lagi di musim semi."

Dia menekankan beberapa kalimat agar Adrien percaya Nino tidak jatuh cinta pada Marinette sama sekali.

"Oh, aku tidak tau kalian sudah sampai tahap itu. Selamat Nino! Ah, dan aku menemukan ada dana aneh yang menggembung untuk penyediaan buah apel. Apa apel semahal itu dan untuk perayaan festival musim semi kita perlu memakai apel sebanyak ini?..."

Dan terimakasih pada proposal korup bawahan duke Bourgeois, Nino dan Luka berhasil bernafas lega untuk saat ini. Perhatian Adrien kini terpusat pada menyelesaikan dua tumpuk dokumen proposal acara. Mereka berharap kedepannya juga putra mahkota berhenti mengancam nyawa mereka berdua karena cemburu.

***

Alya berkunjung pagi-pagi sekali ke kastil duke Dupain bersama sekitar sepuluh designer terbaik yang dia bawa dari ibu kota. Musim sosialisasi kaum bangsawan sebentar lagi tiba dan mereka harus menyiapkan gaun terbaik untuk dipakai pada pesta debutante yang akan segera diadakan di istana. Ditambah rumor ratu Amillie yang akan membuka langsung acara itu, sekaligus pertunangan resmi putra mahkota de Liberte Athanasius dan lady Dupain Cheng, kesepuluh butik terbaik di ibu kota berlomba mendapatkan pesanan gaun calon putri mahkota dibuat oleh salah satu dari mereka sebagai prioritas utama.

Bahkan pemilik pengrajin perhiasan terbaik di kerajaan, madame Lou de Sarteir, datang langsung ke wilayah Dupain ducy.

"Marinette!"

Lady Marinette Dupain Cheng menyembul dari balik gulungan selimut tebal super halus dengan rambut acak-acakkan dari kepang dua yang malam kemarin masih rapi. Dalam balutan cemise peach lembut penuh renda dan pita, gadis itu menggeram pelan dan menatap sang putri count dengan pandangan termalas. Dia menguap lebar. "Alya?"

"Bangkit dan bersinar, Buginette! Orang-orang menunggumu mempersiapkan zirah untuk debutante!"

Marinette menatap imut ke arahnya, "zirah?"

Alya berdecak sambil berkacak pinggang. Rambut ikal coklat bergelombang yang dihias pita dan lavender dia kibas dengan elegan. Gadis itu memakai gaun hijau-orange dengan hiasan mirip bunga peoni kecil dengan pita dan renda senada dengan aksesoris mutiara- atau apapun itu Marinette terlalu sibuk mengusir kantuk hanya untuk memperhatikan apa yang sahabatnya pakai.

"Yang mulia putri mahkota yang terhormat, seperti yang telah diajarkan di kelas etika dan tatakrama lady ketika kita semua berusia lima, perlu kuingatkan lagi baju zirah dan senjata seorang lady dalam menghadiri segala acara sosialisasi adalah gaun indah dan perhiasan trendy. Ayo bangun my lady, semua perwakilan dari sepuluh yang terbaik sudah menunggu di ruang lukisan!" Alya membongkar kepompong selimut dari tubuh lady Marinette, "well, sebenarnya ada lebih banyak tapi aku sudah berbaik hati memilihkan sepuluh yang kurekomendasikan.."

"Ok, beri aku waktu bersiap.."

Maid Nadja menyiapkan air mandi dingin karena sang lady lama bangun,  Marinette tidak protes. Malah Alya yang tak berhenti mengomel di luar sampai tunangan putra mahkota itu keluar pakai gaun dalam rumah lengkap.

"Ayo pergi.."

"Tunggu dulu, kau mau keluar bertemu mereka dengan rambut acak-acakkan begitu? Luangkan waktumu semenit, lady Marinette.."

Alya memaksa Marinette duduk di depan meja rias. Memanaskan besi pengkriting rambut dengan beberapa batu sihir dan mulai menyisir rambut setengah basah itu. Marinette punya rambut biru gelap lurus sepunggung, tapi gaya keriting ikal sedang trend saat ini. Sahabatnya itu akan mengoceh banyak kalau dia tidak pasrah dengan rambutnya yang dicurl dan ditata seenak maunya.

Sahabatnya yang memilih dan memasangkan aksesoris mutiara, pita hijau lemon, dan hiasan bunga-bunga putih di kuncir dua rendah rambut Marinette. Gaya rambut yang sama seperti yang dia pakai terakhir kali berpisah dengan Adrien yang pulang ke istana.

"Alya, kita tidak akan pergi ke luar kan? Kau tidak perlu memasangkan make up padaku.."

"Aku tau kau cantik alami, lady, tapi kesan pertama sebagai putri mahkota harus sempurna!"

Alya hendak membuka tempat make up Marinette untuk mengambil lipstik merah tapi lady itu mencegahnya membuka kotak. "Aah, kau pergilah duluan. Pastikan para tamu kebagian camilan, atau sesuatu, biar aku menyusul!"

Marinette nyengir canggung, yang dimata Alya, seperti menyembunyikan sesuatu. "Kau yakin bisa memakainya tanpa bantuanku?"

"Haha.. " gadis itu mencoba memikirkan alasan konyol, "dengar, sebenarnya tunanganku memberikan sebuah.. sesuatu yang aku harus merahasiakannya. Kau tau kan kalau Adrien tau.."

"Ok, ok! Lady Marinette, aku tidak akan penasaran! Permisi.."

Brukk..

"Fyuhh..."

Marinette membuka kotak make up tersebut tepat setelah Alya berlari keluar kamar. Tikki tidur meringkuk dengan damai di dalam sana, dialasi bantal kecil dan beberapa camilan manis yang dia panggang tadi malam. Kwami itu masih tertidur bahkan setelah dia melakukan enchanting pada keduanya tiga hari yang lalu. Dia penasaran apa Plagg sudah bangun atau tidak.

"Semoga kau baik-baik saja Tikki..."

Marinette menyentuh kwami merah  bintik hitam itu dengan lembut sebelum kembali menutup kotak itu dan pergi ke ruang lukisan.

***

Adrien mendapat hari yang panjang. Setelah merapikan beberapa dokumen dan berdiskusi bersama pangeran pertama, dia mendapat kunjungan designer kerajaan untuk fitting pakaian formal. Designer itu adalah pria berkumis tipis nyentrik yang mengingatkannya pada kameramen yang selalu mengatakan "senyum, senyum seperti mama beri spagetty.." di Paris. Putra dari Gabriel Agreste itu tidak punya dendam tertentu pada kameramennya, hanya terkadang, seringnya pemotretan berlangsung lama karena mister Spagetty terlalu bersemangat mengambil gambar.

"Terimakasih yang mulia, apa anda ingin dibuatkan suatu pakaian khusus atau apa ada gaya khusus yang ingin anda kenakan untuk acara debutante tahun ini?"

Bersamaan dengan itu, Adrien teringat sesuatu, "baron, apakah lady Marinette mengenakan gaun buatan istana?"

"Jika yang mulia memerintahkan begitu, kami akan membuatkan sesuatu yang spesial untuk lady Marinette.." pria itu memilin kumisnya dengan pena tinta balok.

"Kalau bisa, aku ingin memakai sesuatu yang sewarna dengan yang dipakai tunanganku." Adrien mencari gambar design pakaian pria yang sedikit frill dan tanpa renda atau pita. "Aku mau design yang ini, ini, dan yang ini. Cabut pita dan renda di bagian ini dan tambahkan saku rahasia di bagian dalam!"

"Baik, yang mulia.."

Pria itu undur diri bersama setroli peralatannya, berganti dengan seorang lady masuk dan maid istana putra mahkota yang membawa troli makanan. Suara sepatu hak tinggi berhiaskan permata dan renda menggema menyentuh lantai marmer biru istana. Adrien berasumsi yang datang adalah kepala maid istana, Nathalie, sebelum sang lady buka suara.

"Countess Lila Rossi memberi hormat pada harapan baru de Liberte Athanasius, yang mulia putra mahkota Adrien Graham de Vanilly Athanase Agreste..."

Kelopak mata Adrien yang disembunyikan diantara kedua tangannya yang berpangku sontak terbuka. Disana ada wajah tak asing dengan label pembohong hebat seantero kota Paris membungkuk sambil sedikit mengangkat rok dengan elegan. Dia memakai hiasan pita merah dengan banyak bunga kain yang dibuat semirip mungkin dengan kuncup mawar. Rambut panjang belakang dikuncir rendah dengan dua kuncir samping kiri-kanan sebahu, seperti habis dipotong sebagian, dengan banyak mutiara putih disana sini. Sepertinya mutiara dan mawar kain trend baru musim ini.

"Hi, Lila.."

Adrien memaksakan senyum kaku di wajah tampannya. "Ada perlu apa kau kemari?"

"Ouch, yang mulia putra mahkota, anda memang pandai bercanda.." caranya tertawa benar-benar mirip dengan yang Adrien ingat. ".. aku sudah disini apa tidak mau menawarkan camilan atau teh? Tentu saja, sejak yang mulia sudah bertunangan dengan lady Dupain Cheng, tapi aku yang paling tau yang mulia Adrien melupakan makan karena sibuk. Letakkan di situ.."

Kata terakhir yang Lila ucapkan bukan untuk Adrien tapi maid istana di belakang.

Maid berkuncir dua itu langsung menata makanan di meja lonjong diantara tiga sofa panjang dekat lukisan besar kucing hitam di padang gandum. Ada sup kental panas, roti gandum seukuran sesuap, salad, beberapa jenis keju, dan manisan yang bentuk dan jenisnya Adrien baru lihat. Semuanya masing-masing dua porsi.

"Duduklah lady, dan nikmati tehnya.."

Lady Lila menurut. Menghempaskan pantatnya di salah satu kursi sofa yang bersebelahan dengan dimana Adrien duduk. Maid itu masih disana. Menyiapkan dua cangkir hijau cantik dan sendok teh bersih.

"Ah, Adrien.. aku membawa teh aroma buah baru dari wilayahku, kau tau yang mulia ratu Amillie sangat menyukai teh ini dan kurasa kau juga harus mencobanya..."

Lila mengisyaratkan maid mendekat dan memberikan sebuah kotak yang dia sembunyikan di salah satu saku rok penuh renda itu. Ukurannya lumayan untuk kotak sampel, Adrien penasaran seberapa besar kantung rok Lila.

"Ibuku sering bepergian ke berbagai wilayah bersama duchess Bourgeouis dan menemukan cara menginfus aroma pada daun teh kering, aku hanya membantu mengembangkan ragamnya, kau tau..." Lila terus mengoceh.

Adrien mengangkat cangkir bermotif lotus itu dan menghirup aroma manis  strawberry dan lemon yang menguar dari teh keemasan.

"Hm..."

"..."

"Rasa tehnya berubah sedikit manis mungkin karena aroma sedap buah-buahan yang tercampur di dalamnya, lumayan.."

Jauh di Paris, sedikit yang tau kalau kerabat dari ibunya, Graham de Vanilly yang itu ada berkaitan dengan salah satu bangsawan Inggris. Tatakrama makan dengan dua belas set alat dan cara minum teh sudah dia pelajari sejak Adrien Agreste bisa mengingat. Sekalipun dia sama sekali tidak mendapat ingatan putra mahkota yang asli, siapapun tidak akan curiga.

"Fyuh, aku bersyukur Adrienku masih  Adrien yang sama meski kau sudah bertunangan dengan Marinette Dupain Cheng dan melupakan janjimu padaku.."

Bruh!..

Glup,

"janji?"

Adrien nyaris tersedak.

"Kau berjanji memberiku sesuatu saat aku berulang tahun dan kau melupakannya, Adrien.."

Lila mengeluarkan saputangan bordir bunga-bunga dan bersikap seolah mengelap air mata, yang memang tidak pernah keluar dari awal. Rubah betina itu mengeluarkan suara mirip tangisan. "Padahal aku sengaja kemari jauh-jauh menemuimu dan memberikan teh berharga yang kubuat dengan penuh perjuangan.."

Adrien tidak mengerti apa yang gadis itu bicarakan. Mungkin putra mahkota yang asli menjanjikan sesuatu pada Lila yang dia tidak tau itu apa, pokoknya kita usir dia dari ruangan ini dulu. Sisanya bisa tanya salah satu ajudannya atau Nino. Makanan di meja membuat cacing di perutnya menari sekarang.

"Aku akan segera mengirimnya ke tempatmu, Lila. Kukira lebih baik kau kembali lebih siang agar sampai di mansionmu sebelum malam."

"Adrien..." Lila hendak protes, namun senyuman paksaan putra mahkota diiringi deathglare terkenal se de Liberte Athanasius itu membuatnya mengalah, "baiklah yang mulia, saya undur diri..."

Brukk.. kreet...

Adrien baru saja akan mencelupkan roti gandum ke dalam sup saat dame Luka masuk tepat beberapa menit setelah lady Lila Rossi keluar. Sebuah salam formalitas terdengar namun Adrien terlalu sibuk mengunyah makanan pertamanya hari itu.

"Jangan hiraukan aku, ini sarapan pertama hari ini. Kau mau?"

Luka menggeleng, "tidak yang mulia, silahkan nikmati makanan anda. Saya akan kembali setelah anda selesai..."

Glupp.. ".. duduklah Luka, ikut makan bersamaku sambil ceritakan keperluanmu juga. Jadwalku terlalu padat untuk sekedar mengurus sebagian tugas kerajaan."

Luka berhenti berargumen dan duduk disana sesuai perintah. Pria itu mengambil porsi lain yang tadinya untuk Lila. Mereka makan dalam diam sementara putra mahkota mulai memeriksa berkas yang tadinya dua tumpuk, sekarang sisa satu jengkal. "Keperluanmu?"

"Oh, mengenai perbatasan Calline ducy yang berseberangan dengan wilayah count Rossie, terjadi fenomena tidak wajar dengan menghilangnya beberapa bangunan dan barang-barang besar lain. Kabarnya beberapa benda besar bermunculan secara random di wilayah itu. Duke Sam Calline meminta bantuan raja dan yang mulia raja Gabriel menyerahkan tugas ini pada anda, yang mulia..."

Luka memberikan sebuah gulungan lain yang langsung diperiksa Adrien. Dari kriteria fenomenanya entah kenapa pria blonde itu merasa tidak aneh. "Ada komentar dari pangeran pertama?"

"Yang mulia Felix meneliti gunungan batu sihir yang didapat dari expedisi bulan lalu bersama para penyihir di tower." Luka menyendok sup dengan elegan.

Hanya terdengar bunyi nyaring alat makan disana. Sampai Adrien berkata  "roti ini kurang renyah dan gandumnya terlalu kasar, bagguette buatan Marinette lebih lezat dari ini."

Dahi dame Luka Couffaine berkerut lagi. Kosakata asing baru keluar dari mulut putra mahkota. "Bagguette?"

"Sejenis roti. Panjangnya segini dan diameternya sekitar seginian, teksturnya lembut dan renyah ketika diremas. Bagguette paling lezat dimakan dengan sup kental daging atau dicelup saus becamel, kau tau?"

Selanjutnya Adrien menjelaskan apa itu sup becamel, saus tomat, mustard, dan mayonais.

Tokk.. tokk...

"Masuk!"

Nathalie datang membawa serta sebuah kotak setinggi setengah meteran. "Tiara yang anda pesan untuk lady Marinette, yang mulia. Ditempa langsung oleh ketua pengrajin istana sesuai perintah anda.."

Begitu mendengar nama Marinette disebut, pria pirang bermata emerald itu langsung menghampiri sang ketua maid istana. Adrien berfikir sepertinya putra mahkota yang asli membuatkan sesuatu untuk tunangannya. "Trims Nathalie, kau boleh kembali bertugas seperti biasa.."

Nathalie undur diri.

Luka yang baru melihat putra mahkota tersenyum ceria membawa kotak itu masuk dan menyimpannya di meja tak tahan untuk tidak bertanya. "Apa itu tiara untuk pesta penyambutan putri mahkota di acara debutante nanti, yang mulia?"

"Sepertinya begitu. Coba kita lihat dan katakan pendapatmu!"

Adrien membuka kotak itu dan sebuah tiara dari perak dengan aquamarine tear-cut diamond di tengah-tengah, dikelilingi rambat berbentuk daun dan bunga serta kupu-kupu. Sangat rumit dan terlihat mewah.

"Lady akan sangat cocok mengenakannya, yang mulia.." Luka kemudian berdeham, "maksudku, beliau akan sangat menyukainya karena yang mulia putra mahkota sendiri yang mendesign tiaranya."

Adrien agak kaget mendengar sesuatu yang bukan dirinya dari Luka. Mungkin putra mahkota yang asli, tapi design? Itu kan sesuatu yang Marinette banget.

"Benarkah?"

"Tentu, yang mulia. Gaun bunga-bunga yang lady Marinette pakai waktu beliau ke istana musim gugur lalu adalah salah satu dari hadiah pertunangan yang anda sendiri buat contohnya di depan para penjahit istana. Baron designer istana sampai bergadang mempelajari cara membuat bunga dari kain dan gaun itu. Saya dengar dari Juleka, bunga kain dan pita adalah trend tiga musim.." tiba-tiba saja pria itu berapi-api.

Adrien Agreste mengelus miraculous di jari tengahnya. Dalam mode kamuflase, sebuah cincin platinum dengan design yang sama persis seperti yang dia tau. Pria blonde itu menutup kembali kotak berisi tiara baru dan menyimpannya di meja kosong dekat rak.

"Aku kurang mengerti ucapanmu tapi semoga saja Marinette suka.."

Continue Reading

You'll Also Like

182K 15.4K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
245K 36.8K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
315K 23.9K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
66.9K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...