Exist Season2

Galing kay VULNERABOY

6.1K 21 57

6K Makasih banyak buat yang udah baca walaupun sampe sini doang nih←. Revisi Penulisan lebih nyaman di mata. ... Higit pa

EPS 1: Care attention
Episode 2: The truth is out
Episode 3 : Ride
Episode 4: Memburuk
Episode 5: Drama!
Episode 6: The Night to forget
Episode 7: Space
Episode 8: Ada apa sih?!
Episode 9 : Rekor baru
Episode 10: Terikat
Episode 11: Terlepas
Episode 12: play date

Episode 13: Do what you have to do

1 0 0
Galing kay VULNERABOY

Kemarin aku pakai serba putih karena kemarin hari senin. Jika kalian lupa NHS punya peraturan unik hanya pakai Seragam di hari Senin dan Kamis, selebihnya bebas.

Rasanya aku sudah beritahu hal ini atau beritahu seseorang di masa lalu, kelas 10 dulu.

Selasa ini Aku akan memakai baju dari Elang. Kalau... pakai baju souvenir dari kebun binatang, bagaimana ya rasanya sulit dijelaskan. Lagipula rasanya aneh.

"Ralin cepatlah sedikit, sudah Papah bilang jangan teleponan dengan Hardy sampai larut—jadi terlambat begini kan..." Teriak Papah.

Aku makin terlambat karena bingung harus pakai baju dari Elang atau Shirt Souvenir kebun binatang dari Hardy.

Aku putuskan untuk pakai yang ini dan tetap bawa juga baju dari Hardy kalau-kalau dia marah aku bisa ganti.

Gerbangnya bahkan ditutup setelah aku masuk. Aku benar-benar orang terakhir yang masuk sekolah. Dari arah parkiran Elang berlari kecil mendekat dengan senyum lebar, Dan acak-acak rambutnya saat anak lain biarkan rambut mereka rapih di pagi hari.

"Kau benaran memakainya hari ini? Terlihat cocok padamu." Elang memerhatikan baju yang aku kenakan.

"Terima kasih." lagipula ini darinya kan.

"Bagaimana semalam, kau sudah jelaskan ke Hardy?"

"Elang… aku rasa jangan bicara padaku sekarang"

"Lho kenapa? Lagipula kita hanya kebetulan bertemu basa-basi sedikit tidak boleh?" Elang melihat sekitar.

"Hardy marah padamu, tidak kan?"

"Aku takut terlambat ke kelas, Pagi ini benaran ada ulangan Bahasa aku kan sudah katakan semalam... Bahkan belajar di tempat umum juga diejek tak punya meja belajar olehmu."

"Maaf. Boleh aku memfotomu? Dengan baju itu, hanya sebentar kok," Elang keluarkan ponselnya.

Aku mendekat ke Elang.

"Kau bilang tadi buru-buru, Seriusan masih sempat foto nih?"

"Aku kira kau ingin berswafoto. Lakukan saja aku semakin telat nih."

"Aku hanya ingin mengambil gambarmu tadi." Elang tertawa kecil merangkulku sama seperti Hardy. Kali ini aku bisa senyum dengan Elang entah kenapa tidak risih saat dirangkul.

Tak merasa Elang ini sok akrab seperti Hardy atau harus mengusirnya pergi.

"Sekali lagi terima kasih bajunya." Aku lambaikan tanganku dan pergi ke kelas XI Bahasa B.

Saat masuk kelas... Kenapa juga mereka melihat kearahku. Apa karena baju ini atau karena aku terlambat. Lagipula belum bel belajar aku tak pernah ditatap yang seperti itu, buatku melamun saat melepas tas pikirkan apa kesalahanku.

Bel-nya tepat berbunyi saat aku lepas tas sekolahku.

"Semuanya sudah siap? Boleh menyontek kok kalau tidak ketahuan. Kumpulkan kalau sudah selesai kalian juga boleh keluar kelas lebih awal tapi jangan berisik di koridor... Ayo dibagikan nih."

Soal ulangannya dibagikan secara estafet dari meja paling depan. Meja ku nomor 3 dari depan. Aku kenal semua mereka biasanya ramah seperti kemarin, yang ucapkan selamat atas perjodohanku dengan Hardy.

Pagi ini mereka menatapku dengan tatapan seperti aku punya salah. Masih berpikiran positif  juga harus bagikan ke temanku di meja belakang.

Aku berikan kertasnya. Dia anak cheers namanya Ivory setahuku mantan Hardy yang tersingkat, dia juga teman Celine.

Aku dengar dia bergumam terimakasih dan mendesis 'Jablay' kelanjutannya.

'Terima kasih... Jablay?'

Mungkin aku salah dengar jadi mencoba biasa saja. Kau tahu... kerjakan soal Bahasa dengan banyak bacaan di dalamnya dan banyak jawaban yang mirip itu perlu konsentrasi tinggi.

Aku pura-pura pinjam sesuatu ke belakang. Sekalian tanya apa Ivory benaran mendesis Jablay setelah ucapkan terima kasih kearahku tadi.

Pikiran itu menggangguku, aku ingin memastikan biar aku ujian dengan tenang.

"Apa kau punya penghapus?" aku katakan itu keras supaya guru tidak curiga.

Kalau aku berbisik-bisik... bisa-bisa kertas ulanganku disobek dan diusir dari kelas. Karena dikira menyontek bagaimana?

"Kau tadi mendesis aku jablay ya?" bisikku.

Dia mengangguk. Bahkan senyum tak punya dosa berikan penghapusnya. Pura-pura menghapus sesuatu. Lalu kembalikan lagi penghapusnya.

"Syukur deh kalau Kau sadar jablay," aku yakin dia lagi-lagi samar katakan 'jablay'.

"Maksudmu apa ya?"

"Sadar kembalikan penghapusnya biasanya hilang."

Aku yakin maksud Ivory bukan itu.

Pikiranku kacau satu demi satu mereka selesai dan sudah mengumpulkan jadi kelas makin sepi.

Keluar kelas paling akhir tak masalah, tapi rasa tak nyaman itu yang buatku ingin cepat-cepat keluar dari sini.

Aku makin panik baru nomor 16 dari 40 soal. Panggil aku gila... mengarang jawaban dari nomor 17 sampai 40 untuk pertama kalinya.

Aku tak biasanya kacau dalam ulangan begini. Salahku sih.

Remedial pun tak peduli. Aku harus keluar dari situasi tidak nyaman ini.

Aku keluar hampir bersamaan dengan  Ivory yang katakan 'kata itu' tadi.

"Ivory." Celine menggamit kedua tangannya. Aku pura-pura ikat tali sepatuku untuk menguping pembicaraan mereka.

Awalnya mereka bicarakan tentang soal ulangannya sulit atau tidak. Tak sia-sia aku menguping... Sampai Celine katakan bagaima reaksinya 'saat kau ejek Ralin jablay'

Aku dengar jelas itu, itu untukku kan.

Bangkit menoleh kearah mereka. Dan mereka tertawa menghina.

Pergi ke ruang loker penuh kesal. Rasanya ingin jejal mulut Ivory dengan penghapus. Harusnya kulakukan itu tadi kalau aku orang jahat.

Apa coba maksud mereka katakan aku jablay itu singkatan jarang dibelai atau bisa jadi Cewek gatal yang suka berganti pasangan. Itu cukup menyakitkan apalagi hanya Celine yang tahu playdate itu.

Aku menahan sakitnya hinaan kata itu.

Lihat Hardy di lorong. Kami berpapasan lagi-lagi Hardy menghiraukanku di sekolah. Kadang itu yang aku tidak suka dari Hardy dia kurang peka.

Tidak bisa apa lihat aku ini menahan tangis, buka lokerku—biarkan pintunya terbuka dan menangis di situ.

"Omg Ralin. Hari ini aku belum melihatmu— semalam kau pergi dengan Elang ya. Semua orang tahu lho."

Aku memeluk Astrid dan menangis dipelukannya, sepertinya tatapan mereka itu tatapan yang tahu kebusukanku.

"Astrid aku bodoh." Aku menangis dipelukannya.

"Omg. Apa maksudmu sih?"

"Seharusnya aku tak terima ajakan play date Elang."

"Ayo cari Hardy dan kau harus minta maaf. Kena karma instan kan. Ya ampun." Astrid mengusap-usap belakang kepalaku.

"Ih iya-iya aku akan minta maaf tapi jam makan siang saja."

"Jangan menangis dong. Inikan perbuatanmu sendiri resikonya juga jangan lupa."

"Maksudmu?"

"Ya aku tak bisa bantu selesaikan kalau masalahnya seperti ini. Aku hanya bisa bantu semangat agar masalahmu cepat selesai."

"Bagaimana caranya... Hardy hiraukan aku lagi Strid. Begitu saja terus."

"Ralin.... Hardy hiraukanmu untuk kali ini pantas atau tidak?"

Pantas sih. Dia marah mungkin tak peduli lagi denganku. Karena aku ini jahat.

"Sekarang kau malu... semua orang tahu kau jalan dengan Elang? Kemarin kemana?"

"Ini pasti gara-gara Celine, Bahkan Ivory menghinaku Jablay." lepas pelukanku dan usap air mata, kesal itu muncul tiba-tiba dan salahkan orang lain.

"Omg jangan salahkan orang lain. Tapi Soal hinaan itu kau mau lapor BK atau bagaimana?"

"Ih biar aku beri mereka kesempatan. Kalau sekali lagi merundungku secara verbal... Aku akan lapor BK. Lihat saja!"

Aku akan melabrak Celine. Dia kira aku ini penakut? Celine. Kau berhadapan dengan orang yang salah.

Kelas demi kelas aku belum bertemu dengan Celine lagi. Yang terakhir... benar-benar tadi pagi.

Jika aku melihatnya aku akan labrak dia. Karena hanya dia dan Han yang tahu play date itu.

Saat satu kelas sebelum jam makan siang. Aku perlu kebelakang.

Saat selesai, pergi mencuci tanganku. Bahkan aku tak perlu mencari Celine. Dia masuk untuk bercermin juga dandan di kamar mandi yang aku gunakan.

Ini kesempatanku untuk melabraknya.

"Celine..." mendadak sedikit ciut dan menyapanya.

"Oh hey Jablay." Hinaan dia buatku berani lebih keras.

"Kau katakan kata itu sekali lagi... Aku akan lapor BK lihat saja!"

"Apa yang kau mau... Barusan menyapaku. Penggemar cheers NHS tercantik ya?"

"Kenapa Ivory temanmu tahu?"
"Maksudku... kenapa semua orang bisa tahu. Kau yang sebarkan play date-ku bersama Elang kan? Kita kan sudah sepakat. Jangan ada yang sebarkan Play date itu."

"Ralin... Ralin... Kau dan Elang bukan lagi anak kecil. Kau dibodohi kalau play date itu hanya play date... Orang-orang tak akan percaya kalau kalian hanya main. Bahkan dari semalam hingga saat ini aku masih tak percaya kau jalan dengan Elang."

"Ih jawab saja kau yang sebarkan atau bukan?"

"Kau punya IG kan? Lihat saja IG Elang si 'hanya teman'-mu itu. Cih Play date apanya mana ada yang percaya itu hanya play date."

Aku tak pernah terpikirkan kalau Elang yang akan sebarkan play date itu lewat SG. Aku juga tak terpikirkan Elang buat SG saat aku sedang makan kentang goreng sambil menunduk karena aku sedang baca buku. Jadi mana aku tahu kalau dia merekamku.

"Masih mau marah padaku?" Kata Celine memakai lipstick cair warna pink natural.

"Dengar ya..." Celine ratakan lipstick itu dengan rangkap kedua bibirnya lalu tutup-buka mulutnya berulang meratakan.

"Aku sarankan kau batalkan saja perjodohan itu. Aku kasihan pada Hardy. Harusnya dia bersamaku atau setidaknya bersama Ivory pun aku turut senang— daripada bersamamu."

Aku dari tadi ikat ulang rambutku sambil dengarkan Celine mengoceh sok tahu.

"Kau tidak tahu apa yang aku rasakan. Kedua aku masih baik tak sebarkan Kau jalan dengan Han atau soal dua kotak 10 nugget ayam favoritmu."

"Sebarkan.... Tak perlu repot-repot... Tadi pagi kami berangkat berdua banyak yang melihat kok. Soal dua kotak 10 nugget ayam favoritku sebarkan saja. Semua orang punya makanan favoritnya"

"Sepertinya lebih seru kalau aku balas sebarkan... Kalau kau itu baru putus saat terima ajakan Elang untuk jalan."

"Darimana kau tahu?"

"Han. Han yang berusaha buat kalian balikan kan kemarin?"

"Han ceritakan itu?"

"Han ceritakan apalagi."

"Hanya itu kok. Aku tak menyangka iblis memiliki wajah imut sepertimu. Kalau dipikir-pikir aku tak sejahat dirimu... Maaf ya soal katakan kau Jablay."

Celine seperti sengaja katakan 'kata itu' lagi. Aku kembali ke bilik toilet. Aku ingin telepon Papah. Rasanya aku ingin pulang sama seperti dibentak Miguel hari itu.

Ucapan Celine lebih menampar dari bentakan Miguel sampai aku minta Papah cepat datang. Aku akan di sini rasanya malu untuk ke kelas berikutnya. Karena di lorong mereka juga menatapku dengan tatapan yang seperti itu.

Buatku bolos satu kelas. Selama itu juga aku di dalam kamar mandi. Bahkan dengarkan suara asing siswi yang ke kamar mandi ini. Bicarakan aku jalan dengan Elang. Memangnya tak ada bahan obrolan lain apa. Kenapa juga bicarakan aku. Apa berita play date Ralin dengan Elang adalah headline anak-anak NHS pagi ini.

"Tuh ini benar-benar Ralin yang tunangan dengan Hardy itu kan. Kok dia bisa jalan dengan Elang ya."

Ini super buruk. Mau keluar dari sini juga aku yang malu kalau membela diri, karena buktinya sudah jelas. SG Elang pasti banyak yang melihat.

"Aku tahu diri kalau jadi si Ralin itu. Mentang-mentang dia cantik mungkin bebas kali ya."

"Ye tetap saja tahu diri dong. Perjodohan kan bukan hal main-main. Ratu tega ya si Ralin itu..."

"Aku tak menyangka cewek seimut dia ternyata berbahaya. Sulit dipercaya."

•••

Aku tak kuat lagi jadi bulatkan keputusanku untuk telepon Papah sekali lagi, karena dari tadi dia belum mengangkatnya. Katakan aku sakit perut atau apa pun terserah yang penting aku bisa pulang lebih awal. Sekolah setengah hari pun tak peduli.

Papah tidak bisa. Bahkan dia bilang akan lembur malam ini. Dia suruh aku pergi ke UKS. Aku putuskan untuk ke Kantin... di sana aku akan bertemu Astrid atau Selma. Aku tak sendirian. Aku butuh teman-temanku sekarang.

Kali ini hanya aku, Astrid dan Selma yang duduk di meja biasa kami duduk. Hardy dan Aaron mereka bersama atlit yang lain.

Aku bersandar ke Astrid yang tengah memakan Bakso.

"Sudah minta maaf ke Hardy belum?"

Aku menggeleng buat bahu Astrid terguncang.

"Kau tadi menangis ya?" kata Selma melihat wajahku cukup lama.

Aku mengangguk masih bersandar ke bahu Astrid buat bahunya terguncang lagi.

"Omg. Berhenti bersandar padaku dong. Aku sedang makan nih... Mungkin lain kali." Astrid sedikit membentakku.

Aku menunduk risau ke meja Kantin, seharusnya aku di kamar mandi saja sampai pulang sekolah.

"Omg. Mulai deh, begitu saja kau menangis."

"Ih mana ada. Siapa yang menangis?"

"Mungkin Kau lapar. biar aku pesankan sesuatu sekalian aku ingin beli minum." Selma super inisiatif.

Aku mengangguk, sebelum akhirnya balik menunduk ke meja kantin lagi.

"Kau kenapa sih? Menyedihkan sekali... Itukan salahmu, rasakan. Bagaimana jadi orang jahat?" Astrid katakan itu ceria juga senggol-senggol bahuku agar berhenti menunduk.

"Astrid! Bantu aku kek... Bukan memperburuk." Aku berhenti menunduk.

"Kau yang sok dewasa. Ambil keputusanmu sendiri tapi tak bisa terima konsekuensinya."

"Ih katakan saja aku harus apa. Aku akan dengarkan saranmu kok!"

Astrid inisiatif menelpon Aaron dan suruh Hardy kemari. Kami sempat berdebat saat Hardy semakin mendekat. Aku tak mau bertemu Hardy.

Astrid bilang ceritakan padanya, aku tidak mau Hardy itu menyebalkan. Sudah terlambat, dua-tiga langkah lagi sebelum Hardy duduk di sampingku.

"Apa?"

"Aku minta maaf."

"Kalau Aku maafkan... Janji tak akan mengulangnya lagi?"

"Iya aku janji tak akan pergi bersama Elang lagi."

Hardy melihat kearah bajuku.

"Kau pakai hari ini? Sangat cocok padamu. Kok Gambarnya robot? Perasaan aku belikan yang gambarnya macan tutul."

"Sebenarnya ini dari Elang. Bukan baju darimu." Aku katakan itu hati-hati.

"Kalau begitu... tak jadi memujimu."

"Idih memuji kok setengah-setengah."

"Ayo marah lagi. Aku juga bisa— tak perlu balikan pun tak peduli." Hardy bercanda.

"Jadi Kita balikan?" Aku serius.

"Bukannya kau pacar Elang ya... Semalam kan pergi bersamanya. Double date dengan Han juga Celine."

"Mana ada. Itu hanya play date. Percayalah."

Selma kembali dengan 2 minuman dan Bakso yang diantar di belakangnya.

"Lho kok Selma yang pesankan makanan untukmu... jangan mau Sel. Biar saja Ralin sendiri. Jangan manja jadi orang." Lagi-lagi Hardy jahil merebut makananku. Kali ini pangsit dari dalam Baksonya yang Dia ambil.

"Kalau tanganmu kotor bagaimana?" Aku pukul bahu dia.

"Bersih. Ya ampun... Sini aku suapi."

"Tak ada yang lakukan suap-suapan di kantin!"

"Ada..."." Mana ada."

"Ayo dong satu kali suap saja."

"Memalukan. Sudah deh sana pergi aku bukan cewek yang seperti itu."

Aku bukan cewek yang seperti itu.

"Lalu yang seperti apa?"
"Minta putus tak jelas bahkan pakai kata 'dulu'. Malamnya pergi dengan Cowok lain. Kau Cewek yang seperti itu ya?" Hardy sindir keras.

Selma dan Astrid tertawa remeh ditahan-tahan.

"Ye kalian tidak tahu... Aku sampai dihina jablay dan kena mental tahu."

"Tak usah main 'seolah kau adalah korbanya' sekarang kau sampai dihina begitu.... Aku tanya, karena perbuatanmu sendiri atau orang lain ikut campur?"

"Perbuatanku sendiri... Tapi mereka juga ikut campur kan sudah menghinaku jablay tanpa tahu sebenarnya apa yang terjadi."

"Ralin... Reaksi kan terjadi karena adanya aksi." kata Selma angkat bahu berharap aku mengerti.

Senyum kosong lalu menyesap minumannya. Selma hanya katakan apa yang dia tahu tapi itu cukup menohok dan aku mengerti. Mereka bereaksi karena aksiku.

"Tuh dengar Selma. Jangan beraksi kalau tidak mau lihat reaksi orang." entah kenapa kalau Hardy yang mengatakan terdengar sok pintar.

"Aku harus apa biar semuanya kembali normal. Agar tak dapat tatapan seolah 'Aku punya salah ke mereka' yang seperti itu lagi."

"Kau belikan mereka Rumah pun tak akan bisa merubah keadaan. Cukup normal dibenci orang-orang. Kau siapa? Mau semua menyukaimu... Mana bisa." Astrid benar juga.

"Makanya... jangan di zona nyamanmu terus... Giliran masalah sepele kau bertingkah seolah dunia akan hancur." Astrid peduli.

"Hal sepele... Mana Ada. Dia putuskan aku Strid... Lalu jalan dengan Elang, Berpelukan di hadapanku. Bertingkah jadi korban hari ini... Temanmu ini ajaib. Imut sih.... Ternyata Ratu tega."

"Hardy bisa tidak jangan buatku bingung. Itu pujian atau apa?!"

"Terserah Kau saja." Hardy kembali ke meja dengan teman-temannya.

Semua yang Elang jawab atas 3 pertanyaan terakhirku soal Hardy itu tidak meleset. Aku kira Elang akan berbohong.

•••••

"Lagipula masih jam segini. Kalau dua-tiga pertanyaan lagi Kau masih mau menjawabnya?"

"Tentu, tak masalah."

Aku cocol kentang goreng ke saus dan mengunyahnya santai. Lagipula kenapa juga harus terburu-buru kapan lagi aku mengobrol dengan Elang.

"Menurutmu... Apa yang akan Hardy lakukan kalau dia lihat kita berduaan tanpa tahu apapun?"

"Dia akan cukup tahu lalu pergi. Aku rasa dia orang yang seperti itu... Saat mantannya jalan dengan orang lain saja bagaimana..."

Kalau diingat-ingat... Hardy itu selalu berhubungan baik dengan semua mantannya. Jauh kilas balik Hardy bertemu dengan Diana di Ore5 malam tragedi itu.

Mengingat tragedi itu buatku makin pede Pergi dengan Elang yang hanya teman. Tak masalah dong aku ketemuan dengan Elang yang mantan gebetan.

Aku cocol kentang goreng dan memakannya dulu sebelum lanjutkan pertanyaannya lagi.

"Kalau Hardy marah.... Dia akan memafkanku atau tidak?"

Elang mengangguk.

"Hardy hatinya cukup besar kok— setahuku Sekolah Dasar dulu dia begitu sih..., Smp mana aku tahu... Siapa tahu orang bisa berubah seiring waktu."

"Apa dia suka salahkan orang lain, Maksudku bagaimana kalau dia salahkan aku atau kau... Bagaimana kalau kalian berkelahi nanti."

"Salahkan orang lain— dia pernah. tapi tidak suka tuh salahkan orang lain... Jika salahkan Kau... Katakan saja padaku— Berkelahi, Siapa takut."

"Elang, jangan berkelahi maksudku jangan. Aku Melarang kalian. bukannya mengadu domba apalagi soal takut atau tidak."

"Ralin. Terkadang ada masalah yang tak melulu pakai otak."



"Kurasa kita harus pulang."

***

"Ralin?" seseorang menyapaku.

"Apa Strid?"

"Bukan suaraku. Siapa juga yang memanggilmu, di sampingmu tuh. Usir dia cepat."

"Elang... Ada apa?"

"Kalian sudah balikan... Boleh aku duduk?"

"Tentu." Elang duduk di hadapanku alias sebelah Selma.

Hardy dari meja kumpulan atlit mengawasi dari jauh. Ketakutanku hanya satu dia balik lagi dan bertemu dengan Elang.

"Ralin halo... Aku ingin bicara padamu— Apa sih yang kau lihat?" Elang balik badan.

Elang lihat apa yang aku lihat, yaitu Hardy yang sedang berjalan kemari. Hardy duduk di sampingku lagi.

Kali ini Hardy merangkulku.

"Mungkin lain kali." kata Elang ingin pergi.

"Jangan lain kali... lain kali. Ayo kali ini saja dong— jangan sampai Aku kecolongan lagi kalian berduaan tanpa sepengetahuanku di luar. Aku dengar dari Han kalian hanya play date... Untukmu Lang— kau berhasil menghasut Ralin yang polos beralasan Play date. Good game bro."

"Aku tak mengerti apa yang Kau bicarakan Har. Itu benaran play date kami hanya teman. Aku bukan penikung. Lagipula aku kenal Ralin lebih dulu— bukankah kau yang main cantik. Penikung kok katakan penikung"

Hardy tak peduli saat itu juga ambil kerah baju Elang. Elang menepisnya lalu mereka saling dorong area samping meja yang lebih luas. Sebelum mereka saling pukul.

Kami bertiga hanya bisa sebut nama mereka dan memohon mereka berhenti. Terlanjur jadi tontonan bahkan beberapa dari mereka merekam. Hardy dan Elang sampai saling pukul-memukul di lantai.

"Hardy stop! Elang kumohon berhenti!" suaraku kalah dengan sorakan dan teriakan kerumunan.

Han dan Edo muncul menerobos kerumunan. Han datang untuk menghalangi Hardy. Riuh kerumunan memuncak.

Sebelum akhirnya Edo menahan Elang untuk cukup dengan cara mendorong-mendorongnya di dada.

Aaron juga datang untuk mengusir kerumunan karena ini bukan tontonan. Dan mereka berhenti merekam beberapa masih untuk alasan yang tidak diketahui.

Aku dengar ada adik kelas yang melapor ke Guru dan semua yang tadi terlibat dikumpulkan di Ruang BK.

Aku, Astrid, Selma, Tentu yang berkelahi, Yang bantu melerai—bahkan yang merekam perkelahian. Ponselnya disita untuk menghindari rekaman itu tersebar agar tidak buat malu nama NHS.

Aku ingat betul Hardy dan Elang diskors dan baru masuk lagi senin minggu depan.

Masa-masa Hardy dan Elang diskors. Sekolah kebakaran, aku tidak bohong secara harfiah gymnasium terbakar. Rekaman perkelahian Hardy dan Elang tersebar ke media sosial. Yang paling buruk aku diberikan drijen minyak tanah oleh orang yang tak ingin kusebut namanya itu.

Dia berikan tatapan percayakan padaku. Untuk hilangkan drijen minyak tanahnya.

Sumpah itu sangat kacau. Aku akan ceritakan nanti. Bukan Aku pelakunya!

Exist season 2
To be continued
I'm Vulneraboy until next time :3

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

5M 376K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
1.3M 58.4K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2.9M 167K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
398K 4.8K 21
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+