Dikhitbah Anak Kyai ||Telah T...

By devani302

2.5M 181K 4.9K

Yang mau pesan novel di khitbah anak kyai, bisa hubungin langsung ke ig. Deva.ni4, nanti saya akan kirim link... More

-penjara suci-
-keseharian Anisa-
-pertemuan yang tidak di sengaja-
-sabar-
-pertemuan singkat untuk kerinduan yang menyakitkan-
-perlombaan dan surat-
-pulang-
-ketahuan dan kembali ke pesantren-
-Debaran-
-sekolahan baru-
-moment yang indah-
-tetap tersenyum-
-khawatir-
-sedikit kesalah fahaman-
-melatih diri-
-perjuangan gus Aziz-
-mengajar-
-kembali berpisah-
-khitbah dan kesabaran Anisa-
-berusaha menghindar sejenak-
-nasihat abah dan umi-
-kembali-
-akhirnya-
-kumpul keluarga-
-Akhirnya-
-Honeymoon gak?-
-kewajiban dan hak-
-Edisi honeymoon-
-incident-
-Kehadiran yang tak diketahui-
-Acara pondok-
-Hadiah untuk bumil-
-Ikut suami pengajian-
-Acara tujuh bulanan-
bab 36
bab 37
hay hay
bab 38
bab 39
bab 40
bab 41
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
INFO!!!
🌿🌿🌿
bab 51
bab 52(end)

-gelar-

56.4K 5.3K 52
By devani302

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading!

🌿🌿🌿

Apa yang mereka katakan ketika mereka tau kau bercita-cita menjadi penghafal Al-Qur'an?

Apa mereka bilang hanya mimpi?, apa mereka bilang itu tidak mungkin, atau mereka bilang itu adalah cita-cita yang aneh dan tidak masuk akal?,

Jawaban Anisa adalah 'Iya'. Bahkan para tetangganya sempat menertawaknnya ketika Anisa bilang ia bercita-cita menjadi seorang penghafal Al-Qur'an. Mereka tidak percaya ia bisa mewujudkan cita-citanya itu.

Namun, Anisa akan membuktikan kalau ia bisa mewujudkan cita-citanya. Tepat di satu tahun ia bertahan di penjara suci ini, ia akan membuktikannya.

Satu tahun bukan waktu yang sebentar, dan melewati satu tahun ini tidaklah mudah. Banyak lika-liku yang harus Anisa lewati dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Dan sampai pada hari ini, Anisa berhasil menjadikan mimpinya menjadi kenyataan.


Anisa terus menangis di dalam kamar sedari ia selesai setor hafalan terakhir. Anisa menangis karena bahagia, ia juga tidak menyangka ia bisa sampai di titik ini.

Tok... Tok...

Anisa segera menghapus air matanya ketika pintu kamarnya di ketuk seseorang dari luar. "Iya, sebentar."

Anisa merapikan kerudungnya terlebih dahulu, sebelum membukakan pintu.
"Eh, teh Erna, kirain siapa." ucap Anisa begitu tau siapa orang yang mengetuk pintunya.

Erna tersenyum. Anisa tampak bingung saat Erna menatap sekeliling, lalu menarik Anisa masuk kedalam kamar Anisa.

"Kenapa teh?" tanya Anisa bingung.

Erna merogoh saku jas yang di pakainya. Lalu menyodorkan sebuah kertas pada Anisa. "Dari siapa teh?" tanya Anisa menerima kertas itu dengan kening menyerit.

"Orang yang sama" jawabnya.

Anisa membulatkan matanya terkejut. Jantungnya berdetak dengan cepat, badannya juga sedikit bergetar ketakutan. Ia takut di keluarkan dari pesantren, mengingat Erna menjabat sebagai ketua pondok putri.

"Hey, kok gemeteran sih?, gak usah takut, teteh gak bakal apa-apain kamu." ucap Erna memegang bahu Anisa.

"T-teh...."

Erna tersenyum dan mengusap bahu Anisa.
"Gak usah takut, nis. Btw, ini teteh yang nulis, cuman kata-katanya dari dia, teteh tulis ulang di kertas ini. Dia kasih lewat WA teteh."

Anisa menatap kedua mata Erna,
"Emang, d-dia bawa Hp?"

"Bawa, dia kan pengurus di sana, pasti bawa Hp buat tebengan para adik-adiknya untuk telpon ke orang tua mereka. Di sana acara khotmil Qur'annya pagi ini, jadi dia bisa pegang Hp seharian ini. Katanya kalau ada acara memang di bebaskan main Hp." jawab Erna. Anisa mengangguk pelan.

"Dia chat teteh tadi malem cuma bilang minta tolong buatin surar buat kamu, tapi kata-kata nya harus sama dengan teks yang dia kasih, gak boleh di kurangi dan di tambahi. Cuma teteh sibuk di ndalem, jadi baru liat tadi habis subuh sebelum teteh balik lagi ke ndalem, itu juga karena ada telpon dari orang tua santri. Kalau enggak sampai nanti malam juga teteh gak bakal tau kalau ada chat dari dia." ucap Erna di akhiri kekehan.

Anisa diam, tak membalas ucapan Erna. Ia masih takut, kalau nanti ketauan sama santri lain, apalagi abah sama umi, mereka pasti akan marah pada Anisa, apa nanti ia bakal di keluarin dari pesantren, atau gak di keluarin cuma di beri hukuman?

"Nis" Erna menepuk bahu Anisa lumayan kencang, membuat Anisa langsung tersadar.

"A-ah iya teh, k-kenapa?"

Erna mengusap puncak kepala Anisa,
"Kok ngelamun?, gak boleh ngelamun gitu, gak baik. Mikirin apa?, sok cerita sama teteh."

Anisa menghela nafas, "Teh, aku bakal di keluarin pastinya kalau abah sama umi tau aku dapet surat dari lelaki yang bukan keluarga aku sendiri. Kan di sini ada peraturan gak boleh mengirim dan menerima surat selain dari keluarga."

"Masalah abah sama umi jangan di pikirin. Dan gak mungin kalau kamu di keluarin dari pesantren, orangnya udah izin sebelum kasih itu." ucap Erna melirik kertas yang di pegang Anisa.

"Udah ya, teteh mau ke ndalem lagi, para tamu udah mulai berdatangan, teteh di suruh umi buat selalu stay di sana. Kamu istirahat, gak boleh mikirin macem-macem, nanti malem kamu mau acara. Ciee... Udah khatam..." goda Erna menaik turunkan alisnya sambil menatap Anisa.

"Alhamdulillah, berkat teteh juga udah kasih tips waktu yang tepat untuk menghafal biar cepat hafal, jadinya aku bisa khataman tahun ini" ucap Anisa tersenyum manis pada Erna.

"Bukan, tapi karena perjuangan dan semangat kamu yang luar biasa, yang membuat kamu bisa khatam tahun ini." ucap Erna ikut tersenyum. Erna tidak tau, kenapa kalau liat wajah Anisa itu pengennya senyum terus, apalagi kalau liat Anisa tersenyum, kayak--- seneng aja gitu.

"Yaudah atuh, teteh ke ndalem dulu ya, suratnya jangan lupa di baca, kalau mau bilang apa gitu sama dia, ngomong aja sama teteh. Nanti teteh sampein"

Anisa mengangguk gugup, "I-iya teh, nanti kalau ada yang mau aku s-sampein, aku ngomong ke teteh"

Erna tertawa, "bakal duluan kamu ini mah, hahaha..." Erna keluar dari kamar Anisa sambil tertawa renyah.

🌿🌿🌿

Banyak kamera menyorot ke arah panggung, bersiap untuk mengambil video para peserta khomil Qur'an tahun ini.

Erna menyanyikan shalawat dengan kedua temannya, sedangkan Erna menyebut nama para peserta khotmil Qur'an, di sertai dengan bintinya.

"peserta yang pertama, Anisa Ramadhani Shyhan binti Hasan Shyhan."

Air mata bunda Rina dan ayah Hasan langsung menetes saat melihat putrinya sedang berjalan paling depan, dengan baju gamis panjang, wajahnya yang di rias tipis, ada mahkota di kepalanya, dan senyuman manis terukir di bibirnya membuat dirinya semakin cantik.

Para peserta sudah berada di atas panggung, dan duduk sesuai posisi yang sudah di tentukan oleh umi Talia saat latihan-latihan.

Semua hadirin hening menyaksikan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang di bacakan oleh para santri. Begitu mereka membaca ta'awudz, semua yang menyaksikan di sana, kembali meneteskan air mata.

Suasana di pesantren Al-hidayah malam ini di selimuti dengan haru dan bahagia menjadi satu. Melihat anak-anak mereka yang sedang tampil di atas panggung, membuat para orang tuanya, para ustadz ustadzah dan semua yang menyaksikan tak henti-hentinya meneteskan air mata.

Saat bacaan mereka selesai, Erna selaku MC mempersilahkan para peserta khotmil Qur'an berdiri, karena abah Raihan dan umi Talia akan menyerahkan ijazah, piala, dan selempang.

Anisa tersenyum saat menerima kertas ijazah dari abah Raihan. Anisa adalah orang pertama yang di beri, karena Anisa adalah peserta pertama, karena huruf depannya 'A'.

Abah Raihan tersenyum pada Anisa, "Selamat neng, jaga hafalannya ya, jangan sampai lupa" ucapnya.

Anisa mengangguk "Siap bah"

Abah melanjutkan langkahnya, sekarang Anisa berhadapan dengan umi Talia. Umi Talia tersenyum manis pada Anisa, dan langsung memeluk Anisa erat.

Anisa membalas pelukan umi Talia tak kalah eratnya, air matanya kembali menetes saat di pelukan umi Talia. Sosok wanita inilah yang membantu perjuangannya, sosok wanita yang sangat sabar dalam mendidik para santrinya.

"U-umi... Makasih hiks " hanya kata itu yang mampu Anisa ucapkan. Ia tak tau harus berterima kasih seperti apa pada umi Talia.

Tangan umi Talia bergerak mengusap punggung Anisa. "Gak perlu makasih sayang, di jaga ya hafalannya, jangan lupa murojaah"

Anisa mengangguk. Umi Talia melepaskan pelukannya, lalu tersenyum. Umi Talia sedikit berbalik untuk mengambil selempang yang di bawa oleh salah satu santrinya, lalu memasangkannya pada Anisa. Umi Talia menyempatkan mengusap kepala Anisa sebelum lanjut pada santri berikutnya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap umi Talia

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab para hadirin kompak.

"Saya di sini, akan membagian penghargaan kepada santri-santri terbaik" ucap umi Talia.

Umi Talia mulai menyebutkan 5 nama-nama santri terbaik. Penghargaannya ada sejumlah uang, dan tiket umrah.

Sampai saat di mana tinggal satu nama, umi Talia meminta Anisa untuk maju. Walaupun binggung, Anisa maju, berdiri di samping umi Talia.

Umi Talia merangkul Anisa, sambil menatap para hadirin yang hadir sambil tersenyum.
"Untuk kedua orang tuanya silahkan naik"

Bunda Rina dan ayah Hasan langsung maju. Mata mereka terlihat memerah karena sepanjang acara mereka terus menangis.

Anisa berdiri diapit oleh bunda dan ayahnya. Umi Talia berdiri di samping bunda Rina.

"Anisa Ramadhani shyhan, adalah santri yang di nilai oleh teman-temannya sebagai teman yang sangat baik, sangat peduli, dan berakhlak sangat baik. Dengan begitu, insya Allah, Anisa dan kedua orang tuanya akan berkunjung ke baitullah."

Anisa langsung bersujud, tangisannya langsung pecah saat ia bersujud. Badannya bergetar hebat. Anisa bergumam berterima kasih pada Allah SWT.

Bunda Rina langsung memeluk umi Talia dengan tangisan bahagianya, umi Talia tersenyum dan membalas pelukannya. Begitu pun dengan ayah Hasan, beliau ikut bersujud, sama seperti yang di lakukan anaknya.

Setelah para orang tua santri terbaik turun dari panggung, para santri kembali berbaris.


Allahummarhamna bilqur'an...

Waj-alhu lana imaman wa nura wa hudan wa rahman...

Allahumma dzakkirna min huma nasiina wa 'allimna...

Minhu ma jahilna warzuqna tilawatahu...

Aana-alaili wa-atrafannahaar...

Waj-'alhu lana hujatan...

Ya rabbal 'alamiin...

Semua santri membaca do'a khatam Qur'an dengan dada yang sesak menahan tangis. Ini adalah sebuah kebahagiaan yang tidak ada tandingannya bagi mereka. Mereka menangis karena belum menyangka perjuangan mereka selama setahun ini--- berhasil.

🌿🌿🌿

Woy!!!! Nabungnya jangan lupa ye....
😍😍

Assalamualaikum👋

Continue Reading

You'll Also Like

704K 9.4K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.4M 303K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
254K 11.7K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
2.6M 264K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?