Dikhitbah Anak Kyai ||Telah T...

By devani302

2.5M 181K 4.9K

Yang mau pesan novel di khitbah anak kyai, bisa hubungin langsung ke ig. Deva.ni4, nanti saya akan kirim link... More

-keseharian Anisa-
-pertemuan yang tidak di sengaja-
-sabar-
-pertemuan singkat untuk kerinduan yang menyakitkan-
-perlombaan dan surat-
-gelar-
-pulang-
-ketahuan dan kembali ke pesantren-
-Debaran-
-sekolahan baru-
-moment yang indah-
-tetap tersenyum-
-khawatir-
-sedikit kesalah fahaman-
-melatih diri-
-perjuangan gus Aziz-
-mengajar-
-kembali berpisah-
-khitbah dan kesabaran Anisa-
-berusaha menghindar sejenak-
-nasihat abah dan umi-
-kembali-
-akhirnya-
-kumpul keluarga-
-Akhirnya-
-Honeymoon gak?-
-kewajiban dan hak-
-Edisi honeymoon-
-incident-
-Kehadiran yang tak diketahui-
-Acara pondok-
-Hadiah untuk bumil-
-Ikut suami pengajian-
-Acara tujuh bulanan-
bab 36
bab 37
hay hay
bab 38
bab 39
bab 40
bab 41
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
🌿🌿🌿
INFO!!!
🌿🌿🌿
bab 51
bab 52(end)

-penjara suci-

223K 9K 328
By devani302

Assalamualaikum...

Ini adalah karya pertama aku, mohon maaf jika ada kata yang kurang pas atau kata yang tidak dimengerti ya..

Maklum orang sunda, hehe

Tandai typo, kalo ada kesamaan dicerita lain mohon maaf tapi cerita ini memang murni dari otak saya sendiri dan mungkin ada beberapa kejadian yang diambil dari pengalaman saya

Kalo kalian tidak suka dengan ceritaku, silahkan tinggalkan cerita ini ya, jangan komen komen yang kurang enak, dikarya ku ini masih banyak typo tolong tandain ya..

Jangan lupa vote dan komen untuk bahan semangat ku melanjutkan cerita ini.

Semoga kalian suka sama cerita pertamaku ini, bantu share supaya banyak yang baca ceritaku ini

Happy reading

Masuk penjara suci tentu saja bukan hal yang mudah untuk dilewati. Pasti akan ada banyak rintangan-rintangan yang harus dilalui demi tercapainya sebuah hasil yang sempurna.
Begitupun dengan seorang gadis cantik yang kini sedang duduk dimushola pesantren, dengan mushaf ditangannya.

Anisa Ramadhani shyhan. Itulah nama gadis itu.

Huruf demi huruf, ayat demi ayat ia hafalkan. Bukan hanya itu. Halaman, posisi ayatnya, dan nomer ayatnya juga ia hafalkan. Tentu saja itu bukan hal yang mudah bagi Anisa yang masih belajar, umurnya masih 13 tahun, dan juga Anisa masih terbilang santri baru disini, mengingat ia baru dua bulan hidup dipenjara suci ini, yang tak lain adalah pesantren.

Ba'da ashar nanti, jadwal semua santri menyetorkan hafalannya masing-masing pada bu nyai pesantren.

"Anisa!," panggil seorang gadis berhijab hitam dari emper rumah bu nyai.

Karena jarak mushola pesantren dengan rumah bu nyai hanya beberapa langkah saja, jadi Anisa dapat mendengar jelas panggilan itu.

Merasa ada yang memanggil namanya, Anisa menoleh. Dapat Anisa lihat, ada seorang gadis cantik, berperawakan tinggi, sedang berdiri diemper rumah bu nyai, sambil melambaikan tangannya. Dia bernama Erna. Erna adalah kakak tingkat Anisa dipesantren.
Anisa menaruh mushafnya dimeja kecil yang ada disana, lalu menghampiri Erna.

"Iya teh" ucap Anisa saat sudah dihadapan Erna.

Erna tersenyum, tangannya terangkat memegang bahu kiri Anisa "Teteh mau minta tolong, boleh?."

"Boleh teh," jawab Anisa tanpa berpikir dua kali, "bantu apa ya teh, kalo boleh tau?"

"Bantuin teteh masak," jawab Erna.

Anisa mengangguk dua kali. "Boleh boleh."

Anisa dan Erna berjalan masuk kedalam rumah bu nyai. Saat mereka masuk area dapur, ada wanita yang umurnya sudah tidak muda lagi, namun wajahnya sama sekali tidak mengambarkan bahwasannya dia sudah tidak muda lagi, wajahnya terlihat awet muda.

Dia adalah bu nyai pesantren Al-hidayah, atau lebih dikenal dengan sebutan umi. Beliau bernama--- Talia Indah Alfarizki.

Tepat dua langkah dari belakang umi Talia, Anisa dan Erna menjadikan kedua lutut mereka sebagai tumpuan berjalan menghampirinya. Itu sebagai tanda hormat mereka pada kyai atau bu nyai mereka. Lalu mereka mengucap salam. "Assalamualaikum umi."

Umi talia menoleh saat ada yang memanggilnya. "Wa'alaikumussalam."

Ketahuilah, sekarang Anisa sangat canggung berdekatan dengan umi talia. Walaupun orangtuanya berteman baik dengan umi Talia, tapi tetap saja, Anisa merasa canggung duduk bersama umi Talia. Cuma berpapasan saja, ia merasa canggung, apalagi sekarang duduk bersampingan.

"Canggung ya neng?," tanya umi talia tersenyum menatap Anisa yang sedari tadi terus menunduk.

Anisa tersenyum canggung. "I-iya mi." Bahkan untuk sekedar gerak pun, Anisa merasa canggung sekali. Erna dan umi Talia tersenyum memaklumi.

"Gak papa, nanti juga enggak. Kamu masih santri baru, jadi itu hal yang biasa. Teh Erna juga waktu masih santri baru kayak gitu. Malahan dulu teh Erna itu, kalau ketemu umi sampai keringetan parah," ucap umi talia dengan sedikit candaan untuk Anisa. Agar Anisa tidak merasa canggung lagi dengannya.

Anisa hanya tersenyum merespon ucapan bu nyainya. Sekarang, ia merasa lebih leluasa, tidak secanggung tadi.

Mereka memulai acara memasaknya. Menu makan sore hari ini sangat enak. Yaitu... daging rendang, sup ceker ayam, dan kentang balado. Para santri makan daging itu hanya satu bulan sekali. Tapi kalau ayam, dua hari sekali.

Selesai acara masak tadi, Anisa diperbolehkan balik ke pondok oleh umi Talia. Karena jam sudah menunjukan pukul 3 sore, dan Anisa harus setor hafalan ba'da ashar nanti. Sedangkan Erna, gadis itu masih di ndalem bersama umi Talia. Erna sudah dapat gelar 'hafidzah 30 juz' jadi tidak ada setor hafalan lagi buat Erna. Dia hanya tinggal mengikuti setiap jadwal ngaji kitab kuning, membantu umi Talia memasak dan mengurus rumah. Namun, kadang Erna juga ikut membantu umi Talia menerima setoran para santri.

🌿🌿🌿

Anisa bergegas masuk kedalam kamar mandi saat gilirannya tiba. Seperti inilah hidup dipesantren, semuanya serba ngantri.

Hari ini adalah hari senin. Itu berarti Anisa harus berangkat pagi-pagi kesekolah. Selain jarak pesantren dengan sekolahannya yang lumayan jauh, Anisa juga hanya bisa berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, tanpa bantuan kendaraan. Mau itu motor ataupun angkot.

Karena memang didesa ini tidak ada angkot. Dan untuk motor, motor siapa?, dipesantren tidak ada motor.

"Nisa, yuk berangkat," ajak seorang gadis yang berpakaian sama seperti Anisa. Putih-biru.

Anisa menoleh, lalu tersenyum pada seorang gadis yang berdiri dipintu kamarnya. Dia bernama Widia. Gadis itu memiliki kulit sawo matang, gigi gingsul dan perawakannya tidak tinggi dan juga tidak pendek.

"Sebentar, mau masukin ini dulu, gak papa kan?," Anisa melirik baju dan sarung yang selesai ia lipat, lalu beralih menatap widia lagi.

Widia tertawa pelan. "Gak papa nis, silahkan. Aku tungguin."

Anisa segera memasukkan baju dan sarungnya kedalam lemari dengan cepat. Tak apa berantakan juga, ia bisa merapikannya nanti pulang sekolah.

Kedua gadis itu berjalan beriringan menuruni tangga. Anisa tersenyum saat mendengar suara gelak tawa santri-santri dihalaman pesantren.

"Shabahul khair Anisaku yang beautiful " sapa gadis bernama nessa. Dia salah satu teman satu angkatan nisa. Orangnya superaktif, cerewet, jahil, dan galak.

Anisa terkekeh menatap nessa sambil geleng-geleng. "Shabahun nur nessa ku yang super cerewet."

Nessa mendengus kesal mendengar dua kata terakhir Anisa. Nessa menghentakkan kakinya, lalu berbalik dari hadapan nisa, duduk dibawah pohon jambu yang tumbuh dihalaman pesantren. Sedangkan santri lain tertawa. Rasanya puas sekali kalau mereka liat Nessa kesal.

"Ngambekkan," cibir Widia pada Nessa.

Nessa menatap tajam Widia. "Biarin."

Widia geleng-geleng kepala. Ia berdiri lalu merangkul tangan Anisa.
"Udah lah ayo berangkat, si Nessa tinggalin aja."

Nessa langsung berdiri. Ia melepaskan tangan Widia, lalu mendorong tubuh Widia pelan, agar menjauh dari Anisa.
"Kamu tidak boleh sentuh Anisaku, Widia. Anisaku ya hanya milik aku. Dan milik aku, tidak boleh disentuh oleh siapapun, kecuali aku."

Mereka yang melihat drama Nessa, hanya menggelengkan kepalanya. Nessa ada ada aja tingkahnya. Pikir mereka.

Teman satu angkatan Anisa, sekitar 25 orang. 5 orang hanya mondok, tidak sekolah. Karena orangtua mereka mau anaknya hanya pokus dengan hafalan-hafalan dipondok. 10 orang lanjut di SMP, dan 10 orang lanjut MTS.

Umi Talia dan suaminya membebaskan para santrinya untuk lanjut sekolah dimana pun, terserah keinginan mereka masing-masing. Mau SMP mau MTS, umi Talia tidak mempermasalahkan itu. Yang terpenting, kalau mereka sedang berada dipesantren, harus pokus dengan hafalannya. Anisa, Widia, Nessa, mereka memilih untuk masuk MTS.

Anisa duduk sendirian dibangkunya, karena Widia sedang diluar kelas bersama temannya yang lain. Sambil menunggu bel tanda upacara akan dimulai berbunyi, Anisa mencoba mengingat ayat yang kemarin ia hafal. Dan tiba-tiba ada seseorang menghampiri Anisa.

"An," panggilnya menatap Anisa yang masih setia menunduk.

Anisa tau ada orang yang menghampirinya, tapi ia tetap menunduk karena ia tau orang yang menghampirinya ini laki-laki. Dari kecil, ia diajarkan oleh ayah dan budanya untuk selalu menundukan pandangannya pada lawan jenisnya, dan tidak boleh terlalu dekat dengan yang bukan mahramnya. Jadi, walaupun sekarang Anisa masih kelas tujuh, Anisa sudah pandai dalam menjaga pandangannya.

"Iya." Anisa menyaut sambil menganggukan kepalanya pelan. Bisa Anisa tebak, kalau laki-laki yang dihadapannya saat ini, adalah ketua kelasnya. Anisa sudah hafal dengan suara milik teman sekelasnya.

"hari ini jadwal kelas kita yang menjadi petugas upacara. Kamu mau gak jadi pengganti Amel?," tanyanya

"Amel kemana?," tanya nisa masih menunduk.

"Amel gak berangkat. Dia sakit. Jadi, apa kamu bisa gantiin Amel?." Walaupun Anisa tidak menatapnya balik, tapi lelaki itu terus menatap Anisa.

"boleh, jadi apa?" tanya Anisa.

"Ringan kok. Jadi pembaca do'a" jawabnya.

Anisa kembali mengangguk. "Iya."

Selepas upacara selesai, Anisa dan Widia pergi kekantin untuk sekedar membeli minum. Mereka satu kelas, sedangkan Nessa berbeda kelas.

Mereka jarang sekali pergi kekantin. Mereka lebih milih memanfaatkan waktu istirahat, dengan menghafal Al-Qur'an.

🌿🌿🌿

Mata Anisa berbinar ketika bel pulang sekolah berbunyi. Guru yang sedang mengajar pun, langsung mengakhirinya.

"Oke, sampai sini dulu pelajaran bapak hari ini. Jadwal pelajaran bapak selanjutnya... hari kamis. Berarti nanti hari kamis hafalan dua Hadits tadi ya. Assalamualaikum," ucap pak Adam pada murid-muridnya. Pak Adam sebagai guru mata pelajaran Al-qur'an Hadits.

"Waalaikumussalam," jawab semua murid kelas 7E. Ya, Anisa dan Widia kelas 7E, sedangkan Nessa 7D.

"Alhamdulillah," ucap Anisa setelah keluar dari kelas. Anisa menoleh pada Widia yang sedari tadi terus diam.

"Wid, kamu kenapa?," tanya Anisa memegang bahu Widia.

Widia menoleh dengan wajah memelas "Aku masih pusing sama pelajaran matematika tadi. Sulit dimengerti." Jawab Widia seperti rengekan.

Anisa tertawa pelan, dan mengusap bahu temannya dengan lembut. "Sabar. Nanti malem, sebelum tidur, kita pelajarin lagi."

Widia yang sudah menatap kearah lain, sontak kembali menatap Anisa.
"Kamu ngerti ya?"

Anisa tersenyum. "Sedikit. Nanti kita belajar bareng ya... Besok ada jadwal pelajarannya lagi, jam pertama sampai jam ketiga." Peringat Anisa. Widia itu, cantik-cantik tapi pelupa.

Widia menghela nafas. Ia sama sekali tidak menyukai pelajaran yang satu itu. Tidak suka bukan berarti benci.

"Ayo pulang, tadi pas sholat dzuhur Nessa bilang, kalau dia sama yang lain bakal tungguin digerbang," ucap Anisa merangkul Widia, lalu berjalan kearah gerbang.

Jam dua siang, Anisa dan teman-temannya sampai dipesantren, dan langsung mengambil antrian mandi. Beda dengan teman-temannya, Anisa lebih dulu mengambil baju dan sarung gantinya, sebelum mengantri.

"Nes, dapat bagian mandi dimana?," tanya Anisa pada Nessa yang sedang duduk diemper, sambil memotong kukunya.

Dalam madzhab imam syafi'i dijelaskan, bahwasannya sunah potong kuku itu dihari senin, kamis, dan jum'at. Dan disunahkan pula, potong kuku dimulai dari telunjuk kanan, dan jempol kanan paling akhir.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: 'Barang siapa yang potong kuku dihari isnin atau senin, niscaya keluar darinya gila dan masuk sihat. Potong kuku dihari kamis niscaya keluar darinya gila, dan masuk kepadanya sembuh dari penyakit. Potong kuku dihari jum'at, niscaya keluar dosa-dosanya seperti pada hari dilahirkan oleh ibunya, dan masuk kepadanya rahmat daripada Allah ta'ala'.

"Aku dapat bagian dikamar mandi tengah, habis Najwa. Sekarang Najwa udah masuk." Jawab Nessa menatap Anisa sejenak, lalu kembali pokus potong kuku.

Anisa duduk disamping Nessa yang masih pokus memotong kukunya, "Aku juga mau potong kuku, boleh pinjem?, punyaku ilang, gak tau kemana," Anisa menunduk sedih mengingat alat potong kukunya hilang, padahal itu pemberian dari ayahnya, agar ia lebih rajin potong kuku.

Nessa tertawa. Anisa itu orangnya benar-benar 'ngerawat' banget. Potong kukunya hilang dua minggu yang lalu, tapi sedihnya masih sampai sekarang. "Boleh nis. Sebentar ya, tinggal jempol kanan satu lagi"

Anisa mengangguk. "Kemana ya ilangnya?, perasaan kalau habis dipakai, aku simpen ditempatnya deh," Anisa bertanya-tanya.

"Kamu ini nis nis..., udah sih jangan sedih terus mikirin itu, tinggal beli lagi aja atuh, murah kok, cuma 5 ribu ditoko depan," ujar Nessa sambil menyodorkan gunting kukunya.

Anisa menerimanya. "Tapi maunya yang itu. Soalnya enakeun tau pakainya, itu juga pemberian dari ayah. Itu gunting kuku kesayangan ayah, tapi ayah kasih ke aku. Padahal kesayangan." Ucap Anisa sambil mulai memotong kuku telunjuk kanannya.

"Nes!"

Nessa yang tadinya mau membalas ucapan Anisa, tidak jadi. karena Najwa memanggilnya. Nessa menepuk bahu Anisa sebelum berdiri dari duduknya. "Aku mandi dulu. Awas, gunting kukunya jangan diilangin."

"Enggak bakal, tenang aja," balas Anisa.

🌿🌿🌿

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
655K 25.5K 37
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
4.2M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.5M 232K 39
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...