Under the Same Umbrella

By CNScarlett

2.8K 326 33

Sinopsisnya cuma bilang kisah putra mahkota yang jatuh cinta pada putri count, dan bla-bla-bla. Namun begitu... More

prolog
🐞1🐞
🐞2🐞
🐞4🐞
🐞5🐞
🐈‍⬛6🐈‍⬛
🐈‍⬛7🐈‍⬛
🐈‍⬛8🐈‍⬛
🐈‍⬛9🐈‍⬛
🐈‍⬛10🐈‍⬛
🐞11🐞
🐞12🐞
🐞13🐞
🐞14🐞
🐈‍⬛15🐈‍⬛
🐈‍⬛16🐈‍⬛
The Twins

🐞3🐞

184 20 0
By CNScarlett

Puluhan kuda berzirah, berderap berlarian membentuk bintik-bintik di belakang terlihat dari kejauhan. Musim dingin di kerajaan de Liberte Athanasius berurusan dengan salju dan es tebal di seluruh tempat. Meski raja terkenal dengan kekejaman dan putra mahkota adalah seorang tiran, mereka mengeluarkan dekrit kerajaan bahwa setiap bangsawan di seluruh penjuru de Liberte Athanasius tanpa kecuali harus melindungi seluruh rakyat terlantar tanpa rumah dalam kastil selama musim dingin. Dekrit itu memerintahkan untuk mengutamakan anak-anak.

".. lalu kalian balik adonannya, tekan seperti ini dan lipat!"

"Oohh.."

Marinette mengenakan pakaian hangat dengan celemek renda di luar, membuat croissant, bagguette, cinamonroll, pizza, dan sebagainya. Para tuna wisma yang mengungsi di kastil duke membantunya membangun tungku tambahan di luar sesuai intruksi sang lady.

Perempuan dan anak-anak berkumpul di meja besar yang diletakkan ditengah kerumunan, belajar mengikuti apa yang dilakukan Marinette. "Wilayah teritorial duke lumayan luas, saudara-saudari. Banyak daerah yang masih tak terjamah bukan perkotaan saja. Dasar kebutuhan itu sandang, pangan dan papan. Kumodali kalian semua dengan keahlian membuat roti yang bahkan putra mahkota tergila-gila memakannya!"

"Aku ingin membuka toko roti ketika besar nanti!" Kata anak berambut coklat dengan gigi copot dua didekat pinggang Marinette.

"Itu baru semangat, Cila!" Marinette mengompori, "uang jajanku cukup membekali kalian modal pekakas untuk bertahan hidup, biji-bijian, tepung dan anak-anak ayam. Pergilah ke lahan yang diberikan ayah padaku dan bangun perkampungan maju. Anggap musim dingin ini kamp pelatihan khusus bertahan hidup dariku, mengerti?!"

"Ya, my Lady!"

Sorak-sorai masyarakat tuna wisma yang mengungsi di kastil duke Dupain terdengar mirip prajurit yang bersemangat ke medan perang. Marinette berhasil membakar hasrat mereka mengubah nasib.

"Jangan lupa datang padaku setelah kalian semua sukses ya!"

Marinette tidak hanya mengajarkan bagaimana membuat pastry. Dia mengumpulkan masyarakat ke beberapa bagian dan mengajari mereka berbagai bidang bergiliran. Seperti menenun, menjahit, berkebun, mengenali makanan beracun di alam, membuat perangkap, beternak, membuat berbagai pekakas dari kayu, dan sebagainya. Terutama menulis, membaca dan berhitung pada anak-anak.

Dia adalah Ladybug yang terpilih dari Paris.

"Marinette melakukannya lagi," kata duke Tom, mengamati putrinya melakukan sesuatu yang tidak pernah dipikirkan siapapun pada para tuna wisma itu.

"Kau benar sayang, setiap tahun orang-orang yang mengungsi di kastil kita semakin banyak. Aku tidak tau apakah persediaan makanan akan cukup untuk pengungsi tahun depan."  Duchess Sabine berkomentar. Lantai dua yang hangat dalam kastil dengan perapian meliuk-liuk membuat orang-orang di dalamnya merasa nyaman.

"Lady Marinette mengatakan kalau yang orang-orang ini butuhkan bukan kepingan emas melainkan keahlian bertahan hidup dan membuat makanan." Maid Nadya melaporkan apa yang dia dengar dari sang putri tanpa menambah atau mengurangi setiap kata. "Beliau berkata padaku ingin membangun perkampungan baru di lahan yang diberikan atas namanya, karena itu lady bersikeras mengajari semua orang bahkan menyuruh maid dan kesatria kastil yang bisa membaca, menulis, atau berhitung untuk membantu."

Keduanya terkejut dengan gagasan sang putri. Marinette Dupain Cheng dibesarkan di dalam kastil namun pemikirannya maju ke depan. Itu adalah syarat utama untuk menjadi seorang ratu yang bijak.

***

Di waktu yang sama, putra mahkota memimpin satu pasukan membasmi monster di hutan Mangrove. Musim dingin akan berakhir dan monster-monster itu akan keluar di musim semi dan menghancurkan kota jika tidak dibasmi. Sejak Marinette sering membawa croissant ke istana, Adrien tidak bisa melihat lipan darat beracun seperti biasa lagi.

"Melihat lipan darat gemuk itu membuatku lapar.."

Pernyataan itu membuat seluruh prajurit yang dia bawa saling bergidik ngeri. Pasalnya, tidak ada yang memandang lipan beracun itu sesuatu yang enak atau setidaknya, mereka tau makhluk itu tidak bisa di makan. Hanya iblis yang mungkin masih hidup setelah memakan monster itu.

"Hiyah!"

Slash!... Slash...

Para prajurit maju dan menghancurkan satu-persatu monster lemah terdekat. Adrien menoleh, mempercayakan bagian belakang pada mereka. Makhluk hitam yang selalu ada di dekatnya, mengumpulkan energi di ujung jari Adrien. "Dame Luka!"

Luka Couffaine yang memimpin para prajurit berteriak, "semua mundur!" Dan para prajurit itu berlari ke belakang tanpa menoleh. Membuka jalan para monster ke arah putra mahkota.

"Cataclysm!"

Boom!

Seluruh monster yang berjalan kearahnya atau yang kabur ke suatu tempat di depan hancur berkeping-keping. Prajurit yang ikut tiap taun atau setidaknya pernah ikut pembasmian sekali atau dua kali bersiul santai sedangkan pendatang baru bergidik ngeri. Monster-monster itu gugur satu persatu, mengeluarkan pecahan batu berbagai warna yang kini berserakkan di tanah gersang.

"Ayo panen kristal sihir!"

"Baik yang mulia!"

Para prajurit itu menyebar. Memunguti kristal sihir dan memasukkannya ke dalam kantong yang dibagikan ketika keluar dari istana. Kristal merah akan digunakan sebagai pemantik api, yang kuning bisa dijual ke toko alkemi, sisanya diberikan pada pangeran pertama Felix dan orang-orang kementrian sihir untuk diteliti.

Hutan Mangrove juga ditumbuhi buah kesemek liar berbagai rasa, beberapa buahnya mengkerut kering dengan cepat terkena dampak kerusakkan dari kekuatan makhluk astral, ikut berserakkan di tanah. Dame Luka memungut beberapa dan memasukkannya di kantong yang terpisah.

"Dame, untuk apa kesemek kering itu?" Seorang prajurit yang melihatnya bertanya karena penasaran.

"Kau tidak tau? Buah ini enak kalau bentuknya seperti ini. Saudariku di rumah mendapatkannya dari negeri timur dan memintaku membawanya lagi kali-kali dapat. Cobalah.."

Prajurit itu mengangkat helmnya dan memakan sepotong kesemek kering, mengunyahnya sebentar dan, "wah dame Luka memang hebat! Rasa asam dan manis bercampur lezat. Aku akan membawa beberapa juga untuk istriku di rumah!"

Kemudian prajurit itu memberitahu teman-temannya soal kesemek kering tersebut, beberapa diantaranya langsung ikut mengumpulkan. Diantaranya untuk diberikan pada adik atau anak-anak mereka. Hal itu sampai di telinga putra mahkota.

"Aku juga akan membawa beberapa untuk Marinette!" Lalu ikut memungut yang besar-besar.

Rombongan itu pulang-pergi melewati pinggiran wilayah duke Dupain menuju pusat kerajaan. Adrien memerintahkan pasukannya membawa pulang batu sihir ke istana lebih dulu dan istirahat, sementara dia pergi menuju kastil duke bersama dua ksatria.

Entah kenapa, aroma sedap keju bakar dan sesuatu yang membuatnya lapar tercium dari luar benteng besar itu. "Aku datang menemui tunanganku!" Adrien memperlihatkan lambang keluarga kerajaan dan pintu dibuka dengan cepat.

Kuda-kuda yang dipakai mereka pacu menuju halaman belakang untuk beristirahat. Tepat saat Adrien dan dua pengawalnya masuk bagian dalam halaman kastil, aroma pastry menguar semakin kuat.

"Marinette!"

Gadis dengan baju hangat dan celemek yang sedang membantu mengeluarkan seloyang croissant dari salah satu tungku menoleh. Sang putra mahkota membuka helmet berkuncung hijau miliknya, menampakkan rambut pirang spyke, mirip penampakkan Adrien dari Paris.

"Adri... Whoah!"

Hupp! Hupp! hupp!

Croissant panas salto di udara, ditangkap oleh Marinette dengan baik  memakai tatanan seng yang sama. "Fyuh!"

"Kau tak apa?" Tanya Adrien khawatir. "Aku baru selesai membasmi monster dari hutan Mangrove dan mampir sebentar. Itu.. croissant yang waktu itu?"

"Ah ya, baru keluar dari oven. Coba satu?"

"Dengan senang hati, my Lady..."

Melihat putra mahkota memakan sesuatu yang bentuknya mirip lipan darat beracun yang mengepulkan asap panas wangi membuat dua ajudan yang ikut bersamanya saling berbisik ngeri. Calon putri mahkota bahkan memasaknya sendiri. Mereka berasumsi gadis ini lebih berbahaya dari pria yang mereka layani.

"Hey kalian, mau coba juga?" Marinette menawarkan dengan senyuman manis, "ayolah mumpung masih panas."

Di benak mereka, terbayang monster lipan darat beracun yang baru saja mereka basmi kemarin bergerak-gerak diatas loyang. Lengkap dengan kaki seribu dan delapan mata menatap mereka serta bercicit keras.

Glupp..

"Sudahlah sayang, mereka terlalu pengecut untuk bisa makan croissant!" Ejek putra mahkota sambil  mengambil satu potong lagi.

"Aku ingin semua orang mengakui kehebatanku membuat roti, makanlah! Ini dari gandum dan keju terbaik di daerah sini!" Marinette tak mau kalah.

"Su-suatu kehormatan, my Lady..."

Glupp..

Kedua ajudan itu memaksakan diri mengambil sepotong. Menaikkan bagian bawah helmet untuk memakan sesuatu mirip monster dengan sangat terpaksa.

Am! Kress... Nyesss... Yum!

"Hmmmmhh...." Gumam keduanya, lalu melahap habis croissant yang ada di tangan mereka sekali kunyah. Tidak ada makanan seenak itu yang pernah mereka makan seumur hidup.

"Yang mulia, perkenalkan calon warga desa baru di wilayah duke Dupain mulai musim semi tahun ini."

Semua orang yang selesai mengeluarkan roti dari tungku membungkuk memberi hormat. Dari pakaian hangat mereka yang seragam, terlihat jelas orang-orang ini yang mengungsi di kastil duke sesuai perintah kerajaan. "Aku masih mendiskusikan nama wilayah desa baru bersama anak-anak, jadi yah, kita semua melakukan pelatihan bertahan hidup."

"Anak-anak?"

"Iya, mereka akan hidup lebih lama dari yang tua di tempat itu. Aku mengajari para pria, anak-anak laki-laki dan yang kuat-kuat bagaimana membangun rumah diatas pohon. Contohnya..." Marinette menjelaskan secara detil.

Adrien mendengarkan dengan kagum lalu mengelus kepala gadis itu. "Kau akan menjadi ratu terbaik yang pernah dimiliki de Liberte Athanasius!"

"Hidup lady Marinette! Hidup lady Marinette!" Anak-anak yang ada di situ mengompori, diikuti para wanita dan beberapa pria.

"Oke, cukup. Kalian kembali dengan memanggang sisanya. Ingat semua resep yang kuajarkan, juga cara membuat tepung dan ragi."

"Baik my Lady..." Anak laki-laki yang bilang ingin punya toko roti menghormat Marinette seperti orang modern menghormat bendera. Marinette membalas hormat dan keduanya pun menurunkan tangan kanan mereka. Para orang dewasa tertawa bahagia.

"Marinette.."

"Oh, aku mengajarkan anak-anak cara memberi hormat lain yang akan dipakai di desa. Sama seperti menundukkan kepala tapi lebih keren." Bisiknya.

Melihat putra mahkota berdiri diluar membuat pasangan duke keluar bangunan kastil dengan tergesa. "Yang mulia! Yang mulia..."

"Lady Marinette..."

Anak-anak dari dalam, keluar dari pintu kastil bagian lain. Mereka berhenti dan berjejer begitu melihat duke, ducchess, dan tiga pria berzirah lain disitu. Salah satu anak laki-laki yang membawa kertas bekas dan arang memberi komando pada seluruh teman-temannya, "beri hormat!"

Kompak anak-anak itu meletakkan tangan mereka tegap di dekat alis.

Adrien meniru Marinette membalas hormat, diikuti duke Tom dan ducchess Sabine yang masih bingung. Anak-anak imut itu bilang, "salam hormat pada yang mulia duke dan yang mulia ducchess yang telah mengizinkan kami semua berlindung di kastil ini selama musim salju." Lalu menurunkan tangan setelah duke, ducchess dan tiga orang berzirah itu menurunkan tangan lebih dulu.

Marinette menatap anak-anak yang dilatihnya dengan bangga.

Salah satu anak perempuan menghampiri putra mahkota, "anda pasti kekasih hati lady Marinette."

"Kekasih?" Adrien bertanya dengan bingung.

"Lady bilang kalau kekasih hati adalah seseorang yang selalu diingat dalam hati orang tersebut, bisa dibilang juga dua orang yang saling mencintai!" Jelas anak laki-laki yang tadi bawa kertas bekas.

Adrien tercengang kalau ada kata lain dalam hubungan mereka selain bertunangan. Sedangkan Marinette memijit jidatnya, "maafkan aku, Adrien. Anak-anak ini sangat pintar. Aku mengajarinya beberapa hal selama musim dingin dan mereka semua menyerapnya seperti spons."

"Jangan khawatir, Marinette, aku senang ada hal baru yang aku tau." Adrien berjongkok agar sejajar dengan mereka, "jadi apa yang membuat kalian berpikir aku dan lady Marinette adalah sepasang kekasih?"

"Lady Marinette melihat anda dengan bola mata yang merekah, kemudian pipinya memerah.." salah satu anak memberi jawaban, "lady bilang kalau itu tandanya seseorang mencintai orang itu, tuan muda.."

Pipi Adrien memerah sampai telinga. Begitu juga Marinette. Ducchess Sabine dan duke Tom tersenyum melihat mereka berdua.

"Aah... Kalian, panggil ksatria kastil dan maid yang mau mencicipi roti panas. Dan anak-anak, kalian semua bisa ikut berbaris bersama yang lain." Marinette panik.

Dua ajudan putra mahkota berangkat menuju barak pelatihan memanggil para kesatria yang lapar. Roti yang dibuat dalam pelatihan lady Marinette cukup untuk memberi makan sepengisi kastil.

***

Adrien melepas zirah berat bau darah monster dan menggantinya dengan baju yang disiapkan maid kastil duke. Wilayah duke Dupain mengutamakan gaya pakaian simple yang mudah dilepas-pakai dengan bahan nyaman yang dingin saat panas dan hangat saat dingin, hanya saja bahan jenis ini dipakai bangsawan untuk baju dalam rumah. Tapi dengan wajah setampan itu pakai apapun tetap tidak merubah pesonanya.

"Kekasih lady Marinette.."

Pria itu tersenyum dengan sebutan yang dibuat anak-anak. Entah kenapa dia suka gelar itu daripada sebutan yang mulia putra mahkota. Mungkin benar dia mencintai Marinette. Adrien selalu ingin berada di sisinya dan merasa panik saat lady itu berada dalam bahaya.

Terutama saat Marinette keracunan kayu manis dalam pesta teh dua hari sebelum pertunangan mereka.

Dia ingat betapa marah hatinya saat gadis itu berbaring lemah seperti mayat di atas ranjang. Adrien langsung mengeksekusi keluarga dimana lady yang mengadakan acara itu, termasuk para pelayan mereka tanpa sisa.

Tokk tokk..

"Adrien, ini aku. Marinette.."

Mendengar suara manis di luar, Adrien bangkit dan berjalan ke arah pintu. "Ya?"

"Kami memilih nama desa baru di aula, maukah kau ikut bergabung?"

Adrien membuka pintu.

Marinette berdiri membelakangi dengan dua kuncir rambut bulat di bawah yang terlihat seperti telinga kelinci. Terlihat samar namun telinganya yang merah membuat wajah Adrien ikut memerah.

"Hik.."

Tubuh Marinette berjenjit saat tangan kekar Adrien memeluknya dari belakang. Dia tak biasa merasakan nafas pemuda itu di lehernya. "A... Adrien..."

"Kenapa? Aku kan kekasihmu.." bisik pria itu manja. Kemudian dia menggandeng tangan gadis itu pergi setelah menutup pintu kamar. "Ayo, aku penasaran dengan pilihan anak-anak itu!"

Aula yang waktu itu dipakai pesta tunangan mereka kini menjadi tempat hangat dengan banyak tunawisma bercengkrama. Anak-anak telah duduk paling tengah dengan remaja-remaja di jajaran orang dewasa.

"Hormat pada lady Marinette dan kekasihnya!"

Semua orang memberi hormat. Kedua orang di tangga membalas hormat kemudian bergabung di bawah. Adrien dan Marinette duduk di tangga ke lima agar mereka semua bisa melihatnya dengan jelas.

"Jadi, kalian telah mengambil suara untuk nama desa baru?" Tanya Marinette.

Salah satu anak maju ke depan. "Ya, lady Marinette, kami memilih nama-nama yang bagus untuk tempat dan meminta suara para orang tua seperti yang diajarkan Lady.."

Anak itu memberikan kertas bekas dengan coretan kasar arang membentuk huruf dan coretan angka dari jejeran gambar pagar yang dilingkari lima per lima baris.

"Lihat Adrien, mereka melakukannya sesuai arahanku. Mereka semua benar-benar menyerap seperti spons!" Marinette berbisik, Adrien menahan tawa.

Marinette membaca nama yang dipilih calon penduduk desa, "Alfheim, huh?"

"Karena lady bilang Alfheim adalah nama tempat tinggal yang diberikan oleh peri, dan menurutku lady Marinette seperti peri bagi kami." Salah satu anak perempuan berambut cerah menjawab. "Namaku Crista, aku akan menjadi Crista Alfheim saat pergi keluar desa."

Marinette bercerita pada Adrien di perjalanan mereka menuju aula kalau nama desa baru akan menjadi nama belakang baru bagi penduduk. Seperti identitas asal seseorang.

"Kalian akan terdengar seperti peri hutan!" Komentar Marinette sambil mengelus kepala anak itu, anak-anak yang lain maju minta dielus juga. Orang dewasa dan para remaja tertawa memperhatikan tingkah mereka.

"Aku setuju, mulai sekarang seluruh tanah yang akan kalian tempati akan disebut wilayah desa Alfheim."

Semua bersorak senang, ada pula beberapa yang sampai menangis bahagia.

"Yang masih menjadi pemikiranku adalah bagaimana mengawal karafan menuju wilayah hutan timur wilayah duke Dupain." Marinette mengerut. "Akan lebih mudah melindungi barang dari hewan buas atau monster. Tapi aku yakin bandit akan mengintai mereka."

"Bukankah sebaliknya?"

"Bandit terdiri dari manusia berakal, Adrien. Mereka tidak akan mempan dengan panah bius atau perangkap yang aku ajarkan pada orang-orang ini. Buruknya, tidak seperti assasin yang bisa diakali dengan jebakkan tali, bandit menyerang dari depan."

Penjelasan Marinette soal hal mudah menjerat assasin dengan jebakkan tali diluar otak Adrien. Seumur-umur sang putra mahkota berurusan dengan asassin membuat malam berubah menjadi siang dan siang berubah jadi malam baginya. Dia tidak bisa menemukan cara menangkap orang-orang itu dalam keadaan hidup tanpa nyawanya melayang duluan.

"Angkutan kereta mereka terdiri dari pekakas sehari-hari, bahan makanan semua orang untuk satu bulan, anak-anak ayam, anak-anak angsa dan biji-bijian. Tapi para bandit mungkin akan tetap menyerang dengan prasangka mereka membawa emas." Gerutu sang lady sembari mengetuk-ngetuk kepalanya dengan ujung jari.

"Tunggu dulu, bagaimana caranya kau menjebak assasin dengan tali?" Adrien mengerut.

"Tali yang kuat, minyak atau sesuatu yang benar-benar licin, selusin garpu. Assasin bekerja seperti cicak. Kita bisa membuat pijakkan mereka benar-benar licin agar mereka terjatuh dan sisanya yang mengendap-endap dari depan akan lari begitu kakinya menginjak garpu yang terikat di dekatnya berbunyi. kau bisa menangkap sisanya hidup-hidup dengan membuat mereka jatuh.."

Marinette memperagakan bagaimana kaki seorang assasin terjerat tali perangkap seperti saat dia membuat trik untuk mengalahkan akuma dan menjelaskan rencananya pada Chat Noir. ".. akan lebih cepat memasang perangkap ikan dan menggunakan cataclysm di penyangga bawah supaya terlontar keatas dan menangkap apapun yang ada di situ, tapi kita tidak bisa melakukannya karena tidak ada yang bisa melihat dalam gelap dan cataclysm juga.."

Adrien ingat sesuatu. Mahluk astral hitam seperti asap seukuran telapak tangan yang selalu mengikutinya dari kecil bisa melihat dalam gelap.

"Rencana itu, kurasa aku bisa mencobanya saat pulang nanti."

"?"

"Soal mengantar mereka, kurasa aku dan beberapa kesatria bisa ikut pergi bersama mereka ke Alfheim dengan alasan berburu. Kami melakukannya awal musim semi saat salju menghilang dari de Liberte Athanasius." Adrien memberi saran.

"Brillian Adrien!"

Marinette refleks memeluk tunangannya dihadapan semua orang. Tepatnya dia lupa kalau mereka sedang ada di tempat yang ada banyak orang. Gadis itu melepaskan pelukannya dan tertawa canggung. "Ha.. haha..."

"Kubilang apa, dia kekasih lady Marinette!"

Para pengungsi itu ber oh ria pada pernyataan berani seorang gadis kecil. Marinette berkilah menyangkal dengan ceroboh, dipotong sebuah pernyataan mengundang tawa dari Adrien.

"Kau benar nak, aku ini satu-satunya orang tampan kekasih lady Marinette!"

Continue Reading

You'll Also Like

80.4K 8.5K 25
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
766K 57K 52
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
77.5K 7.9K 34
FIKSI
706K 56.8K 61
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...