⊹𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙩𝙤 𝙁𝙞𝙜𝙝𝙩𝙞𝙣...

By kkyrayyn

10.5K 1.4K 70

╰┈➤ ❝「 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙣 𝙎𝙡𝙖𝙮𝙚𝙧 𝘼𝙐 」❞ Semuanya telah berakhir, sekarang kami telah berhasil menaklukkan 'san... More

❝Prolog❞
Bab 1 : GF House
Bab 2 : Awal dari yang kedua
Bab 3 : Kecurigaan
Bab 5 : Carol dan Krone
Bab 6 : Latihan m̶e̶l̶a̶r̶i̶k̶a̶n̶ ̶d̶i̶r̶i̶
Bab 7 : Kecurigaan #3
Bab 8 : Kebenaran yang terungkap
Bab 9 : "Bersekutu"
❝Perkenalan❞
Bab 10 : Jebakan yang kentara
Bab 11 : Hancurkan!
Bab 12 : Peninjauan
Bab 13 : Takkan membiarkanmu mati
Bab 14 : Ingatan masa lalu
Bab 15 : Sayōnara Norman
Bab 16 : Kekosongan
Bab 17 : Pembalasan Ray
Bab 18 : Eksekusi Rencana
Bab 19 : Kabur [S1 END]
Bab 20 : Hutan Sumpah
Bab 21 : Hal tak terduga
Bab 22 : Area B06-32
Bab 23 : Serangan mendadak
Bab 24 : Gadis dan Lelaki bertudung
Bab 25 : Lawan atau Kawan?
Bab 26 : Pemburu Iblis
【 Bab 27 】: Dua Dunia

Bab 4 : Kecurigaan #2

541 82 1
By kkyrayyn

13/10/45

"Aku tak menyangka, disini benar-benar nyaman!" -Genya.

Ini hari kedua bagi mereka bertujuh di GF House. Meski sebenarnya bukan hari kedua.

Mereka berkumpul lagi di suatu tempat setelah makan siang dan bermain bersama anak-anak lainnya.

"Ara ara~ Kau benar. Disini sangat nyaman dan aman. Aku senang, kita bisa mendapatkan lagi kebahagiaan seperti ini." Kata Shinobu menyenderkan kepalanya di salah satu pohon.

"Kawasan hutan panti sangat luas, ya. Tak heran jika terlihat ada sungai dan tebing kecil." Kata Mitsuri merasa kagum.

"Nee nee, aku heran, kenapa disetiap ujung panti selalu ada pagar kecil itu. Dan kita tak boleh melewatinya selama di panti ini." Tanya Obanai.

"Iya, juga. Kita dibiarkan pergi kemana saja dengan bebas, asal tidak boleh mendekati apalagi melewati pagar dan gerbang. Apa mungkinkah ada maksud tertentu?" Sahut Kyojurou.

"Kemarin, saat aku bermain kejar-kejaran dengan anak-anak aku mendekati gerbang itu dan sempat mengintip bagian dalamnya." Ucap Genya bangkit dari tidur (Rebahan) nya.

"Eeehh?? Mendekati gerbang??" Pekik Mitsuri.

"Maksudnya, mendekati bagian jerujinya saja, tidak memasuki bagian luar lain gerbangnya." Kata Gyomei menjelaskan.

"Dari mana kau tahu?" Tanya Kyojurou pada Gyomei.

"Saat itu, aku juga bersama Genya, soalnya,"

"O-ohh, lalu?" Tanya Mitsuri lagi.

"Aku tidak melihat apa-apa disana. Gelap, hanya lorong dan tidak terlihat cahaya satupun di seberangnya." Lanjut Genya.

"Apa itu Dunia luar? Kita bisa kesana lewat gerbang itu. Tapi kita harus menunggu sampai ada yang keluarga yang mau mengadopsi salah satu dari kita." Ucap Shinobu.

"Yaahhh, sepertinya kita bakal berpisah lagi, ya?" Mitsuri agak resah.

Setelah itu semua hanya diam. Tanpa bicara sepatah kata apa pun. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.

"Hari ini mendung, kuharap baju cucian kita sudah kering." Kata Muichirou yang melihat kearah langit.

"Hahaha! Tumben sekali kau berpikir seperti itu, Muichirou!" Tawa Kyojurou.

Tiba-tiba terdengar suara lonceng. Itu Mama yang membunyikannya.
Tanda waktu bermain sudah selesai, dan hari sudah menjelang malam, ralat, maksudnya akan hujan.

"Ayo kembali, Mama sudah memanggil." Ucap Gyomei bangkit dari duduknya.

Mereka akhirnya dan berlari kecil menuju House.
Mereka juga berpapasan dengan Emma dan Norman.

"Eh? Kurang 2 anak." Kata Gilda yang menghitung anak-anak yang ada.

"MAMAA!!!"

Teriak seorang anak berlari kearah Mama dan memeluknya sambil terisak.

"Mark! Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Tanyanya khawatir.

"Hiks! Bagaimana ini? Di hutan aku terpisah dari Nailah! Aku sudah mencarinya kemana-mana, tapi aku tak bisa menemukannya!" Seru Mark sambil menangis.

Mama mengambil sesuatu dari kantongnya. Ia mengeluarkan dan melihat jam saku miliknya.

Norman yang melihat itu langsung curiga apa yang dilakukan Mama.

"Tenang saja! Mama akan mencarinya." Ujar Mama sambil tersenyum menenangkan Mark.
"Semuanya, jangan beranjak dari sini, ya! Kalian mengerti, 'kan?"

.
.
.
.
.

Tak lama, Mama kembali ke tempat anak-anak lainnya menunggu, bersama Nailah yang ia gendong.

Anak-anak bersorak gembira dan mendekati Mama.

"Mama!!"

"Nailahh!!"

"Dia kelelahan, jadinya dia tertidur. Lihat, Nailah tidak terluka sedikitpun." Kata Mama berjongkok menyamakan tingginya dengan anak-anaknya.

"S-syukurlah!" Mark senang melihatnya.
"Maaf! Maafkan aku, Nailah!"

Anak-anak tertawa melihat sikap Mark, begitu juga 7 (Mantan) pemburu iblis itu.

Tapi tidak bagi Emma dan Norman.

"Apa-apaan itu? Mama.. seperti sudah tahu Nailah berada di mana." Ucap Norman.

"Kalau dipikir-pikir, sejak dulu Mama sangat jago menemukan kita saat bermain petak umpet, 'kan?" Sahut Emma. "Dimana pun kita bersembunyi, dia langsung bisa menemukan kita."

"Itu, bukanlah jam saku! Itu alat pelacak. Alat pelacaknya pasti ditanam di dalam tubuh kita.
Ditambah lagi, Mama pasti sengaja menunjukkan jam itu agar bisa dilihat oleh kita. Anak yang mengetahui rahasia panti ini.

'Siapapun itu, takkan bisa kabur.'
Mungkin itulah yang ingin Mama sampaikan." Kata Norman menjelaskan.

Muichirou POV...

Nailah sudah dibawa kembali oleh Mama. Aku juga senang ia kembali setelah dikabarkan hilang oleh Mark.

Mark sangat dekat dengan Nailah, ya? Ketahuan jika Mark sangat mengkhawatirkan Nailah dan selalu bersamanya.

Aku melihat ke arah Norman dan Emma yang hanya diam menatap Mama dan anak-anak lain.

Ada apa dengan mereka? Kenapa wajah mereka kelihatan pucat?

Oh, iya. Lagipula, bagaimana Mama bisa tahu Nailah berada di mana?
Rasanya, terlalu cepat jika ia hilang dan Mama langsung bisa menemukannya.

Ini agak aneh..

Apa perlu aku bicara dengan Kyojurou dan teman-teman?

Entahlah..

˚ ༘ ໊ 💌✨ ⋆·˚ ༘ *


Sekarang ini aku sedang menyiapkan makan malam bersama anak-anak lainnya.

Aku masih kepikiran soal tadi, bagaimana bisa Mama mengetahui dimana Nailah berada?

Biasanya, seorang ibu pasti akan panik jika anaknya hilang.
Tapi Mama berbeda, ia justru masih bisa bersikap tenang dan dapat menemukan Nailah begitu saja.

Apa ada hubungannya dengan jam saku yang selalu Mama bawa?

Ah, sudahlah.. lagipula tidak terlalu penting.

"Oi, Mui, tolong bawakan ini."
Panggil Nat.

"Baiklah," jawabku.

Aku membawa beberapa piring dan menatanya dengan rapi.
Lalu menaruh dan menata makanan ke masing-masing piring.

"Oh! Hati-hati membawanya Sherry!" Seruku kepada Sherry membawa beberapa piring di tangannya.

"Sudah selesai semua, 'kan? Biar kupanggilkan Mama." Kata Ray sambil membawa lonceng.

"Aku ikut." Kataku.

Aku dan Ray menaiki tangga, untuk memanggil anak-anak lain yang berada di kamar.

Dan melihat Emma dan Mama yang sedang berbincang.
Aku sedikit bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

Ternyata Emma rindu dengan Conny. Padahal baru kemarin malam dia dijemput orangtua angkatnya.

Tling! Tling! Tliing!

"Makan malamnya sudah siap, Mama." Ucap Ray memecah keheningan itu sejenak(?).

Seketika, anak-anak keluar dari kamar mereka menuju ruang makan.

"Mama akan segera ke sana." Sahut Mama meniggalkan kami berti- maksudku berempat.

"Emma, Ayo!" Panggil Norman tiba-tiba.

"Iya!" Jawabnya.

"Aku duluan, ya." Kataku menuruni tangga. Ray sudah pergi duluan dengan anak-anak lain.

Emma dan Norman juga menuruni tangga, namun langkah mereka terhenti.

"Apa kalian berdua... Kemarin pergi ke gerbang?" Tanya Mama seolah mempergoki Emma dan Norman.

Langkahku juga terhenti mendengar pertanyaan Mama.

"Tidak, kok! Soalnya itu melanggar aturan. Kemarin kami keasyikan bermain kejar-kejaran, 'kan?" Jawab Norman.

"Iya," Emma membenarkan.

"Memangnya kenapa?" Tanya Norman balik.

Mama terdiam sebentar..

"Tidak, kalau begitu, ya sudah. Kalian duluan saja." Ucap Mama melenggang pergi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah jam 10 malam, aku barusan dari kamar mandi karena kebelet.
Aku kembali ke kamar setelahnya, tiba-tiba aku mendengar suara pintu yang terbuka.

Rupanya Emma dan Norman? Sedang apa mereka malam-malam begini?

Akhirnya aku mengikuti mereka menuju arah gudang.

Aku mengintip sedikit dan mendengar percakapan mereka berdua.

Tali? Buat apa? Untuk bermain lompat tali?

˚ ༘ ໊ 💌✨ ⋆·˚ ༘ *

14/10/45

"Tali? Mereka membuat tali dari taplak meja bekas? Untuk apa?" Tanya Genya.

"Makanya itu, aku juga tidak tahu." Jawabku.

Aku, Genya, dan teman-teman berkumpul lagi setelah makan siang. Aku menceritakan yang terjadi tadi malam.

"Kok akhir-akhir ini sikap mereka aneh, ya? Sebelum Conny pergi, mereka berdua tidak seperti ini, kan? Kata Shinobu mengernyitkan alisnya.

"Awalnya aku juga melihat mereka selalu bersama anak-anak lain. Eh, sekarang mereka malah seperti tidak peduli dan lebih diam dibanding ceria seperti biasanya." kata Mitsuri.

"Sudahlah. Lalu, apa lagi yang ingin kau bicarakan?" Tanya Obanai.

Aku diam sejenak, memperhatikan anak-anak kecil yang berlarian.

"Kalian, ingat saat Nailah di bawa kembali oleh Mama?"

"Tentu saja! Yang kemarin sore, 'kan?" Jawab Kyojurou.

"Oh, maksudmu, mau membicarakan soal Mama yang dapat menemukan Nailah begitu saja?" Ucap sekaligus tanya Shinobu.

Lho eh? Shinobu juga tahu soal itu?

Aku hanya menanggapi dengan mengangguk.

"Rasanya terlalu cepat jika Nailah hilang, terus Mama bisa menemukannya dalam waktu singkat 'kan?" Ucapku.

"B-benar juga, kupikir hanya aku yang berpikir seperti itu. Rupanya kau-- tidak, kalian juga sama." Kata Obanai.

"Firasatku aneh, lusa kemarin malam ada suara teriakan, tingkah aneh Emma dan Norman, juga..
jendela yang dilapisi jeruji." -Kyojurou.

"Ditambah, kita tidak diperbolehkan keluar saat malam. Kira-kira kenapa itu?" Tanya Mitsuri sambil menggendong seorang anak kecil di punggungnya.

"Iblis, kah? Tidak, itu tidak mungkin," -Genya.

"Kalau begitu, dimana yang lain?" -Shinobu.

"Yang lain?" Beo Genya.

"Maksudku, seperti kakakku Kanae, Oyakata-sama, atau pun Tamayo-San, mereka tidak ada disini!" Kata Shinobu.

Semua diam mendengarkan kata Shinobu. Benar juga, orang lain yang gugur karena Muzan selain kami tidak ada disini!

"Kita tak boleh keluar pada malam hari, itu wajar.. Orang-orang yang gugur pada saat itu tidak ada.. mungkin karena mereka berada di tempat yang berbeda dengan kita. Pokoknya, kita lihat dulu keadaannya. Ketika terjadi sesuatu, kita harus..."

Belum selesai perkataan Gyomei, tiba-tiba lonceng dibunyikan.

"Eh? Kok sudah selesai? Bukankah masih ada waktu bermain lagi?" Pertanyaan Mitsuri mewakili semua pertanyaan anak-anak Grace Field House itu.

.
.
.
.
.
.

TBC

25/08/2021

Continue Reading

You'll Also Like

1M 84.4K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
236K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
468K 46.8K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
450K 4.7K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...