Asmaradahana (Lengkap)

Od NengKarisma

101K 8.4K 3.5K

🏆Juara I event writing maraton with Shana Publisher 🍀 Layaknya impromptu; dibuat atau dilakukan tanpa persi... Více

Introduction
00. Prolog
00I. Konkret
002. Dejavu
003. Impulsif
004. Reaktif
005. Amfibi
006. Tacenda
007. Hipotesis
008. Kontradiksi
009. Positif
0010. Impromtu
0011. Predestinasi
0012. Sinkron
0013. Estungkara
0014. Ambiguitas
0015. Defensi Afirmatif
0016. Derana
0017. Bujuk rayu
0018. Mengais Restu
0019. Suka Cita
0020. Jatukrama
0021. Aritmia
0022. Daksinapati
0023. Cakrabuana
0024. Anantara Harsa
0025. Fatamorgana
0026. Lara
0027. Berahi hati
0028. Nahas
0029. Asmaraloka
0030. Hipoksia
0031. Harsa
0032. Asmaradahana
0034. Eunola
000. Epilog
⚠️ Pengumuman Penting ⚠️

0033. Renjana

2.3K 219 61
Od NengKarisma

0033. Renjana

Jangan lupa tingggalkan VOTE, KOMEN & FOLLOW AUTHOR. Share juga cerita ini biar semakin banyak yang baca❣️

"Terkadang apa yang kita genggam tidak selamanya bisa dimiliki. Ada kalanya apa yang ada dalam genggaman itu dilepaskan."-Sussane Lovewins Albert

🥀🥀

Seorang wanita cantik yang mengenakan kaos putih di balik jaket kulit Bottega Veneta, dipadukan dengan rok tulle hitam selutut dari Dolce & Gabbana tampak menatap pemandangan di hadapannya dengan gamang. Sepasang Ankle strap yang menghiasi tungkai jenjangnya, kian menunjang penampilan. Sepatu hak tinggi jenis ini memiliki tali pada bagian pergelangan kaki, cocok dikombinasikan dengan bawahan yang agak pendek dan tidak menutup mata kaki seperti rok.

"Why?" Tanya suara baritone yang beberapa tahun kebelakang familiar mengisi hari-harinya.

"Nothing," jawab bibir tipis yang tersapu lipstik Chanel rounge Allure Velvet tersebut.

"Jangan berkata seolah-olah kamu bisa berbohong. Kamu tidak pandai berbohong, baby."

Panggilan itu dulu kerap kali membuatnya tersipu malu. Tetapi, sekarang dia bingung harus merespon bagaimana. Di satu sisi, pria inilah sumber dari retaknya hubungan asmaranya dengan sang kekasih. Di sisi lain, pria ini juga yang membuatnya menunggu bertahun-tahun lamanya atas dasar cinta. Di saat hatinya sudah bosan dan lelah menunggu, datang seorang pria yang menawarkan new relationship yang lebih fresh dengan berbagai kompensasi.

Sussane jatuh dalam pesona pria yang kerap kali dipanggil Jonhatan tersebut. Hari-hari yang dilewatinya bersama Jonhatan sangatlah berkesan. Namun, sayang hubungan itu kandas di bulan ke-9 karena kemunculan sosok dari masalalu. Menggoyahkan hati yang sudah sempat dimiliki. Merusak sebuah hubungan tanpa bisa dicegah lagi.

"Lupakan dia, Sussane. Dia sudah bahagia dengan keluarga kecilnya."

Ucapan pria di samping ada benarnya. Pria yang mengisi hari-harinya selama sembilan bulan itu sudah bahagia dengan keluarga kecilnya.

Bagaimana dia tidak bahagia, jika sebentar lagi lahir mahluk mungil yang memanggilnya Ayah.

Saat mereka berpacaran, pria itu sama sekali tidak pernah mengungkit soal momongan. Mungkin dia juga tahu jika topik momongan terlalu dini jika dibahas.

Sussane seorang super model, selebgram, beauty influencer, juga fashion influencer ternama. Pekerjaanya menuntut penampilan yang selalu ideal dan proprosional. Tuntutan dalam dunia showblitz memang tidak ada longgarnya. Dia selalu dituntut profesional untuk menjaga bentuk tubuh demi kebutuhan pekerjaan. Memiliki keturunan belum masuk ke dalam list hidupnya.

Topik itu lebih pantas dia bahas nanti jika sudah tidak lagi berkiprah di dunia showblitz. Untuk saat ini dia harus bermain pandai dan aman. Sussane juga cenderung pro dengan pemikiran childfree. Oleh karena itu After morning-pil selalu tersedia di dalam tas yang dia bawa kemana-mana. Takut jika sesuatu yang terjadi di luar keinginannya, maka dia mewanti-wanti sejak dini.

"Sudah, lupakan dia. Dia juga sudah mulai move on dari kamu. Kamu harus melanjutkan hidup, baby."

Ucapan pria itu kembali ada benarnya. Dia juga harus move on, kemudian melanjutkan hidup. Mungkin sampai di sini kisah asmaranya dengan sang laddykiller.

"Persiapkan dirimu, baby. Kita akan dinner di luar malam ini."

"Dinner?"

"Hm. Sebentar lagi dress dan kebutuhanmu akan datang."

Sussane menerbitkan seulas senyum. Mungkin pria ini adalah pilihan terbaik. Penawar bagi hatinya yang kembali patah oleh kaum Adam. Pria yang sudah susah payah dilupakan, kini kembali merampas hatinya.

"Kebetulan sekali, aku sedang ingin makan makanan lezat yang banyak malam ini."

"Hm. Apapun untukmu, baby," jawab pria rupawan seraya tersenyum mempesona.

"Thank you untuk ajakan dinner-nya, Stevan."

🥀🥀

Seorang pria rupawan terlihat berkutat dengan pel basah untuk membersihkan lantai, ulasan senyum tipis terbit kala melihat seorang wanita hamil dengan dress rumahan berwarna xanadu keluar dari kamar utama.

"Hati-hati berpijak, lantai di sana masih basah," ujarnya memberitahu.

Dia memang baru saja mengepel lantai yang kotor karena ketumpahan jus pagi tadi. Mau tidak mau, dia harus turun tangan sendiri untuk membersihkannya. Jika tidak, takutnya sang istri terpeleset karena lantai licin.

"Ini apa?" alih-alih meng-iyakan ucapan sang suami, wanita muda yang baru saja selesai belajar secara online itu bertanya sambil melayangkan tatapan penasaran.

"Ruam-ruam merah ini diakibatkan oleh nyamuk atau akibat alergi?" tanyanya lagi seraya mengusap-usap bagian lehernya yang ditinggali satu ruam kemerahan.

Dia memang menemukan ruam-ruam mencurigakan di beberapa titik tubuhnya saat membersihkan tubuh pagi tadi. Alhasil saat belajar online melalui aplikasi zoom dengan guru homeschooling, wanita muda itu terpaksa harus mengenakan syal untuk menutupinya. Berhubung dia tidak memiliki foundation atau make up lain yang bisa dipergunakan untuk menutupi ruam-ruam tersebut.

Pria rupawan yang sebentar lagi menyandang status sebagai Ayah muda itu tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuk.

"Ah, itu pasti nyamuk," jawabnya, sembari meletakkan pelan yang tadi digunakannya ke dalam ember. "Sini, coba aku lihat."

Wanita bersurai brunette itu berjalan mendekat sembari mengelus perutnya yang sudah membola. Gerakan yang sering kali dia lakukan tanpa sadar.

"Ini bukan masalah serius. Love bite doang," ujar Arez sembari menyentuh ruam kemerahan yang tertinggal di leher sang istri.

"Love bite?" ulang Anye bingung.

Arez tersenyum kikuk. Dia baru sadar jika keceplosan berbicara. "Ah, kamu salah dengar. Anggap saja itu gigitan cinta dari nyamuk," kilahnya.

Anye menatap Arez curiga. Gelagat pria rupawan itu memang patut dicurigai. Senyumnya itu terutama. Seolah-olah ada yang tengah dia coba sembunyikan di baliknya.

"Ah, iya. Aku tadi dapat telepon dari arsitek yang bertanggung jawab mengurusi rumah baru kita," imbuh Arez, mengalihkan pembicaraan. "Katanya, bulan depan rumah kita sudah bisa ditinggali."

"Bulan depan?"

"Iya. Nanti kita cek sampai mana progress pengerjaannya, sambil pilih dekorasi kamar Adek." Arez menuturkan sembari menyentuh perut sang istri yang membola. Menyapa sang buah hati yang kerap kali menyambut sapanya dengan tendangan heboh.

"Sshh," ringis Anye kecil ketika merasakan tendangan dari dalam rahimnya begitu aktif sehingga menimbulkan rasa ngilu.

"Sstt. Mainnya jangan seru-seru, kasihan Ibu," lerai Arez sembari berjongkok di hadapan perut Anye. "Kalau sudah besar kamu mau jadi pemain bola, ya? Nendangnya kenceng sekali."

Senyum pria rupawan itu mengembang saat mendapati respon dari sang buah hati. Namun, kali ini frekuensi gerakannya tidak terlalu kencang. Seolah-olah mendengarkan perintah sang Ayah. Janin yang masih berlindung di dalam dinding rahim itu menurut.

"Nah, gitu dong. Mainnya jangan seru-seru. Kasihan Ibu."

Anye tersenyum tipis tanpa pria itu sadari. Aura positif selalu pria rupawan itu hadirkan saat mereka bersama. Dia tak segan-segan berceloteh riang bak orang gila demi memberikan stimulasi bagi sang buah hati. Aura daddy-able sudah muncul secara alamiah dari sosok pria rupawan yang tengah berusaha keras menjauhi kebiasaan buruknya tersebut.

"Duduk di sofa gih, sambil dengerin lagu. Aku udah download beberapa lagu yang bagus untuk menstimulasi kecerdasan Adek," tutur Arez sembari menggandeng sang istri menuju sofa.

Sepasang earphone bloetooth tidak lupa dia berikan kepada sang istri. Lantas dia mengeluarkan smartphone iphone pro max dari dalam saku celana. Mengoperasikan jemarinya dengan cekatan di atas layar benda tersebut guna meng-aktifkan earphone bloetooth yang sudah diberikan kepada sang istri.

"Duduk dan dengarkan lagu-lagu itu selagi Ayah bersih-bersih. Jangan nendang-nendang lagi, istirahat dulu main bolanya," pesan pria ruapawan itu setelah berhasil mengoperasikan earphone bloetooth tadi. Seulas senyum tidak lupa dia berikan, plus dengan satu kecupan singkat di kening sang istri.

Anye terpaku untuk sejenak saat menerima semua perlakuan tersebut. Sepasang manik hijaunya tampak menatap sang suami yang tengah mengepel sambil bersiul dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Debaran aneh tiba-tiba menghinggapi rongga dada. Membuat tangannya refleks menyentuh bagian tersebut. Selalu saja seperti itu.

Setiap kali ada gerakan skin to skin yang dilakukan Arez, perasaanya menjadi tidak karuan. Entah kenapa, yang pasti Anye sendiri tidak tahu. Kendati demikian, jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam, Anye menyukai setiap perhatian yang pria itu berikan. Mengesampingkan fakta tersebut, Anye memilih memejamkan kelopak matanya guna meresapi setiap lantunan musik yang terdengar di telinga.

Arez yang melihat hal itu tidak kuasa untuk menahan senyum. Melihat wanita muda itu tidak lagi memberontak dan berteriak histeris seperti dulu, butuh upaya keras. Dengan bantuan berbagai pengobatan juga terapi tentunya. Arez sudah mulai bisa bernapas lega. Anye tidak lagi ketakutan saat mereka berdekatan. Selain itu, agaknya wanita muda itu juga sudah mulai melunak. Buktinya, Dia sudah bisa menerima setiap skinship yang Arez berikan.

Skinship, ya. Arez mengulum senyum semakin lebar. Pembicaraan soal skinship membawanya pada memori semalam. Dia hampir menjadi hewan liar semalam. Nyamuk yang telah meninggalkan beberapa ruam di tubuh sang istri itu adalah dirinya.

Oh, ayolah. Usianya masih tergolong masa emas bagi pria yang sehat secara jasmani dan rohani. Normalnya, seorang pria menyalurkan hasratnya dua kali dalam seminggu. Tetapi dia?

Coba hitung sudah berapa lama dia vakum?

Bayangkan seberapa beratnya perjuangan Arez untuk bertahan selama ini?

Dia tidak pergi ke club night langganannya untuk memenuhi kebutuhannya. Alih-alih pergi ke tempat tersebut, dia lebih memilih melarikan diri ke dalam kamar mandi, kemudian menghabiskan waktu berjam-jam lamanya untuk membuang calon anaknya secara cuma-cuma.

Oleh karena itu, jangan salahkan jika semalam dia 'hampir' lepas kendali dan 'hampir' menerkam sang istri yang tertidur lelap dalam balutan dress tidur bertali spagheti berwarna lemon chiffon yang begitu kontras dengan warna kulitnya. Arez putuskan untuk 'mencicipi' sang istri, sedikit selagi tertidur.

"Sedikit. Enggak sampai tahap buka-bukaan," gumam Arez kecil seraya tersenyum jenaka.

"Buka-bukaan apa?"

Pria rupawan itu terhenyak dari posisinya. Dengan gerakan cepat dia menoleh ke samping.

"Barusan Aa bilang apa?"

Arez tersenyum tipis saat mendapati sang istri yang sudah berdiri di sampingnya. Panggilan 'Aa' yang ditujukan agaknya mampu menggelitik relung hati. Mereka memang sudah menyetujui panggilan satu sama lain agar tidak terkesan formal jika hanya menggunakan 'aku-kamu' sebagai panggilan. Lagi pula Anye juga lebih muda 7 tahun dari Arez, jadi sah-sah saja jika memanggil Arez dengan sebutan 'Aa' yang berarti kakak dalam bahasa sunda.

"Enggak kok," dalih Arez seraya menyeka peluh yang mulai membanjiri pelipis dan lehernya.

Ternyata mengepel lantai cukup melelahkan. Sepertinya Arez butuh mandi lagi karena sebagian tubuhnya juga sudah lengket karena peluh.

"Aa sudah selesai ngepelnya?" Tanya Anye dengan suara datar khas miliknya.

"Hm. Habis ini mau mandi lagi, udah bau asem soalnya."

"Mau aku siapin airnya?" Tanya Anye menawarkan diri.

Arez tersenyum kecil sembari menggelengkan kepala. "Nggak usah. Aku bisa sendiri."

Anye mengangguk sebagai jawaban. Manik hijaunya tampak menatap leher sang suami lekat. Ada yang menarik perhatiannya di sana.

Arez yang sadar ditatap demikian menelan ludahnya kasar. Istrinya ini kenapa?

"Ini, apa?" Tanya Anye.

"Hah, apanya yang apa?" cengo Arez.

"Ini apa, Aa?" Tanya wanita cantik itu lagi. Jari telunjuknya bergerak seringan bulu menyentuh leher Arez yang bergerak naik turun.

"J-akun. Kamu nggak tahu?" jawab Arez terbata-bata.

Wanita muda itu menggeleng sembari tetap mempertahankan posisi jari telunjuknya di sana. Sebelumnya, dia memang tidak tertarik mengamati lawan jenis.

"K-amu ngapain sih?" Tanya Arez panas dingin. Skin to skin seperti ini itu berbahaya sekali bagi kewarasannya. Dia ini pria yang gampangan. Ya, gampang tergoda maksudnya.

"Lucu," ucap Anye sekenanya.

"Apanya yang lucu?"

"Jakunnya Aa," jawab wanita cantik tersebut apa adanya sembari tersenyum lebar. "Naik, turun. Naik, turun," imbuh Anye sambil menggerakan jari telunjuknya sesuai irama jakun pria tersebut.

"Anyelir, stop," lerai Arez.

"Kenapa?"

Pakai tanya lagi! Aku ini masih normal, Anyelir. Arez ingin sekali bicara begitu. Tetapi, bukan itu yang terucap pada akhirnya. "A-ku mau mandi dulu. Kamu jangan kemana-mana. Jangan deket-deket sama benda yang bisa membahayakan. Duduk saja di sofa depan televisi."

Anye mendongkrak, menatap lawan bicaranya seksama. "Sebentar lagi."

"Apanya?" Tanya Arez bingung.

"Aa mandinya sebentar lagi."

"Nggak bisa, aku nggak tahan, Anyelir." Arez berucap sembari menahan sesuatu yang sudah membuatnya hampir gila. Adiknya itu mulai bangun.

"Tapi, aku mau pegang-"

Sudah, Arez tidak bisa menahannya lagi. Mendengarkan bibir tipis yang ranum itu banyak bicara, pikirannya semakin tidak fokus. Travelling kemana-mana karena hormonnya sudah melonjak pesat. Maka Arez putuskan untuk membungkam bibir itu dengan bibirnya sendiri. Mencicipinya lagi setelah sekian lama hanya menahan diri.

Lumatan yang awalnya pelan dan penuh perasaan, lama kelamaan didominasi oleh kecepatan. Dia tahu istrinya terkejut, namun ketika merasakan ada gerakan timbal balik, pengendalian dirinya semakin lenyap. Sebelum benar-benar kehilangan kendali, Arez segera mengakhiri. Menggunakan ibu jarinya, dia menyentuh bibir ranum sang istri. Kening mereka masih bersatu, dengan deru napas hangat yang sama-sama memburu.

"Anyelir?" panggilnya dengan suara lirih dan serak.

Wanita cantik itu tidak menjawab. Bibirnya bungkam, akan tetapi manik hijaunya dengan berani membuat kontak.

"Kamu mau membantu suami?"

Ditanya demikian, barulah wanita hamil itu bersuara. "Bantu apa, A?"

"Something. Cuma kamu yang bisa bantu. Mau apa enggak?"

Wanita yang tengah hamil besar itu masih bungkam. Arez sempat ragu akan mendapatkan jawaban yang diinginkan dari sang istri. Namun, satu anggukan dari wanita cantik bersurai brunette itu bak lampu hijau bagi Arez. Maka dengan segera, pria rupawan itu membawa tubuh sang istri ala bridal style seraya menyunggingkan senyum lebar.

Arez mendapatkan lampu hijau untuk menjenguk buah hatinya. "Terima kasih, my lovely wife," ucapnya sebelum menghujani sang istri dengan ciuman.

**

TBC

Renjana; rasa hati yang kuat, hasrat yang menyala, cinta kasih, dll.

Sukabumi 15 Agustus 2021
Revisi 03-08-23

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

5.5K 211 39
Ini adalah sebuah cerita tentang perjuangan memperbaiki diri, mencintai diri sendiri lalu mencintai orang lain. Ini adalah sebuah cerita yang akan me...
14.3K 684 21
Terbelenggu dalam ikatan menjijikan bernama pernikahan bukanlah sebuah hal yang Natusha cita-citakan. Harapannya untuk terbang jauh meninggalkan Indo...
6.2K 377 50
When Mahalini said, "Restu nya tak berpihak pada kita." Tidak ada kata 'damai' untuk dua keluarga yang tinggal saling bersebrangan itu. Setiap hari n...
11.5K 935 55
Satu hal yang akan selalu Hikari ingat, "Jangan ada Love Affair di tempat kerja." Terhadap siapapun itu, ia akan menjaga hati nya. Ia tidak mau memb...