ATARONA [SUDAH TERBIT]

Av exsuntry

420K 88.5K 67K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Atlas Harvino Kusuma, cowok ganteng dengan kisah cinta bertepuk sebelah tangan... Mer

PROLOG
1| DUNIA PERKULIAHAN
2| CEWEK BARBAR
3| IKAN CUPANG DAN BAWANG MERAH
4| RASA KHAWATIR
5| ARONA YANG KESAL
6| OMONG KOSONG DAN RASA KECEWA
7| ASING
8| ANGELIQUE
9| JADI BAHAN GOSIP
10| TUGAS KULIAH
11| BIMBANG
12| NASI GORENG BUAT ATLAS
13| SOAL BUCIN
14| ARONA BAPER?
15| JADIAN
16| PERASAAN ATLAS
17| CAMPUR ADUK
18| MABAR
20| KUPU-KUPU
21| MEMBERI JARAK
22| TEMBOK PEMISAH
23| PDKT
24| HARAPAN PALSU?
25| ALORA MENJELASKAN
26| OFFICIAL
27|HOODIE, HATI DAN NAMA BELAKANG
28| BIOSKOP
29| ATLAS CEMBURU
30| SAHABAT SELAMANYA
31| GO PUBLIC
32| H-1
33| SUPPORT SYSTEM
34| BABA BUCIN
35| KELUARGA GEMOY
36| YANG TERSEMBUNYI
37| MAKAN MALAM
38| PERTENGKARAN
39| KABAR MENGEJUTKAN
40| MOOD BOOSTER
41| TEMAN LAMA
42| SEBUAH TAWARAN
43| TEMPAT BERBAGI CERITA
44| PICK ME GIRL
45| CANTIK
46| SANG ANTAGONIS
47| BUKAN ARONA
48| CUMA ARONA
49| TAKUT KEHILANGAN
50| KECEWA
51| EGOIS
52| TIDAK PENTING?
53| MULAI TIDAK PEDULI
54| SELALU KALAH
55| RAHASIA
56| ARONA UNTUK ATLAS
57| INGIN SELAMANYA
58| OBSESI
59| HANCUR
60| HALAMAN TERAKHIR [ENDING]
EPILOG
EXTRA PART: MASIH YANG TERINDAH
What If: Daylight
INFO PENTING
VOTE COVER
OPEN PRE-ORDER

19| PENOLAKAN

6.8K 1.8K 1.4K
Av exsuntry

Tim ngebet ATARONA jadian mana nih? tunjukan kebarbaran kalian!

Seneng deh sekarang pada jago ngevote sama komen. Semangat ngetik nih jadinya.

800 vote+900 komen bisa gak? hayo susah ini pasti😌

Mayan lah, punya waktu istirahat xixixi

Happy Reading!

19| PENOLAKAN

Arona berdiri di parkiran fakultas sambil memegang paperbag ditangannya. Gadis itu tengah menunggu Galateo yang masih ada urusan sedikit di sekretariat HIMME. Tadinya Galateo mengajak Arona namun gadis itu menolak ikut.

Alasannya? Arona tidak mau bertemu Atlas.

Kalian harus tahu bahwa semenjak tiga hari yang lalu dimana Atlas dan Arona selesai mabar, dan Atlas mengucapkan kalimat penuh makna itu, Arona jadi sering memikirkan cowok itu. Bahkan perasaan-perasaan aneh mulai menjalarinya ketika otak Arona tidak sengaja mengingat perlakuan-perlakuan kecil yang terlihat manis.

Gadis itu jadi sering menghindari Atlas untuk menjauhkan efek-efek aneh yang muncul pada dirinya setiap dia bertemu cowok itu.

Aneh. Bahkan efek debaran yang diberikan Atlas lebih besar ketimbang Galateo.

Arona menggeleng keras ketika kepalanya kembali memikirkan sosok Atlas. Gadis itu mencebik kesal. "Apaan sih Arona! Jangan mikir aneh-aneh deh," ujarnya pelan sambil memukul kecil kepalanya.

Arona membuang tatapannya dan seketika menemukan sosok Galateo. Sayangnya cowok itu tidak sendiri, sosok cowok lain yang berjalan disampingnya membuat Arona melebarkan matanya— setengah panik.

Gadis itu bergerak gelisah menatap kesekitarnya. Apa dia harus sembunyi? Tapi dimana?

"Nungguin lama yah?" Arona berdiri kaku. Dia terlalu banyak berpikir hingga tidak sadar kalau Galateo sudah berdiri didepannya— tentu saja bersama Atlas yang kini menatapnya dengan intens.

Arona melirik Atlas sekilas lalu berdehem. "Enggak lama kok," ujarnya dengan senyum kaku.

Tatapan Atlas tidak lepas dari sosok Arona. Gadis itu terus menghindarinya selama tiga hari. Atlas jadi berpikir apakah dia berbuat suatu kesalahan?

"Oh iya tadi mau ngasih apa?" tanya Galateo.

"Ah ini..." ujar Arona sambil memberikan paperbag pada Galateo.

"Hoodie kamu ketinggalan di aula trus aku nemu deh," ujar Arona. Kening Galateo berkerut bingung. Hoodie? seingatnya dia tidak pernah meninggalkan hoodie di Aula.

Dengan wajah bingung dia membuka paperbag yang diberikan Arona lalu mengintip isinya.

Cowok itu kemudian mendongak lalu menatap Arona. "Ini bukan punya aku deh, Na." Arona mengerjap. "Hah masa sih?" tanya nya bingung. Arona yakin itu milik Galateo, mengingat cowok itu pernah memakai model yang sama.

Galateo mengangguk. "Aku punya yang kayak gini, tapi ada kok di rumah," ujar Galateo.

Atlas yang sedari tadi menyimak akhirnya menyadari sesuatu. Dia kemudian melirik Arona lalu menoleh pada Galateo.

"Boleh gue liat?" tanya Atlas. Galateo mengangguk lalu memberikan paperbag tadi pada Atlas.

Cowok itu membuka dan melihat isinya.

Dugaannya tepat.

Hoodie itu miliknya. Ternyata Arona yang sudah mengambilnya duluan sehingga Cello tidak bisa menemukannya.

"Punya temen gue ini," ujar Atlas.

Mata Arona membulat sedangkan Galateo tertawa kecil.

"Aihhh," desah Arona kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Galateo menatap Arona. "Na, aku duluan yah. Mau jemput Angel." Arona baru saja ingin mengutarakan keinginannya untuk pulang bersama Galateo, tetapi kalimat cowok itu membuat Arona mengurungkan niatnya.

Arona tersenyum lalu mengangguk. "Oke. Hati-hati. Titip salam buat Angel," ujarnya.

Atlas mengangkat alis lalu menggeleng, pintar sekali Arona berakting.

"Duluan yah," pamit Galateo kepada Arona lalu kepada Atlas.

"Hati-hati," ujar Atlas singkat.

Arona masih menatap punggung Galateo hingga cowok itu masuk kedalam mobil kemudian pergi dari sana.

Arona merasa Galateo semakin jauh.

Kepergian Galateo menciptakan keheningan diantara Atlas dan Arona. Gadis itu melitik Atlas sekilas.

"Gue duluan kak," ujarnya lalu hendak melarikan diri namun langkah Arona kalah cepat dari tangan Atlas yang sudah meraih pergelangan tangannya.

"Main kabur aja," ujar cowok itu.

Arona menatap tangannya yang sedang digenggam oleh Atlas. Kan! perasaan anehnya datang lagi.

Mampus gue. Ujar Arona dalam hati dengan mata terpejam sebelum membukanya dengan cepat.

"Jelasin dulu, ini kenapa hoodie gue bisa sama lo?"

Hoodie?

Arona berbalik menatap Atlas. "Hoodie lo?" bingungnya.

Tangan Atlas yang semula menggenggam pergelangan tangan Arona kini beralih mengeluarkan hoodie dari dalam paperbag.

"Itu hoodie lo ba?"

"Iya. Ini hoodie gue," jawab Atlas.

Arona memincing. "Tadi lo bilang itu punya temen lo," ujar gadis itu.

Atlas tidak menjelaskan, dia lebih memilih menegaskan kalau hoodie itu miliknya. "Ini punya gue," ujarnya sambil menunjukan label yang berada didekat kupluk hoodie tersebut.

AHK

Inisial yang tertulis disana.

Atlas Harvino Kusuma.

Arona meneguk ludahnya lalu kembali membuang pandangan. "Yaudah kalau emang itu punya lo ba," ujarnya.

"Kenapa bisa ada sama lo?" tanya Atlas.

Arona mencebik. Bukannya tadi Atlas sudah dengar ketika dia berkata pada Galateo kalau dia menemukan hoodie itu di aula? kenapa masih bertanya sih?

"Gue nemu di aula baba! Masa lo gak denger tadi gue bilang?" gemasnya.

Atlas menahan senyum melihat kekesalan Arona. Dia memang sengaja menahan Arona agar lebih lama dengannya karena beberapa hari ini gadis itu terus menghindar darinya.

"Dahlah! Gue mau pulang,"

"Tunggu dulu," cekal Atlas lagi.

"Apalagi sih ba?" Arona mulai semakin kesal.

"Satu pertanyaan terakhir," ujar cowok itu.

"Apa?" tanya Arona malas. Gregetan sendiri mau kabur dari Atlas.

Cowok itu menatap Arona serius. "Kenapa lo ngehindarin gue?"

DEG

Arona rasanya ingin menghilang saja sekarang. Mendapat pertanyaan seperti itu membuat dia kelabakan, tidak tahu harus menjawab apa.

"S... siapa yang menghindar sih?"

Sial. Arona memaki dirinya sendiri yang tiba-tiba malah tergagap didepan Atlas.

Cowok itu mengangkat alisnya. "Jadi, enggak menghindar?" tanya nya memastikan.

Arona meneguk ludahnya kasar. "Enggak," balas gadis itu.

"Oke..." Atlas menggantung ucapannya.

"Berarti mau dong kalau gue ajak lo pulang bareng?"

Arona ingin menolak. Tapi jika dia menolak berarti sama saja dia membantah ucapannya sendiri kalau dia tidak menghindari cowok itu.

Ah sialan! Arona jadi serba salah.

"Diam berarti iya," ujar Atlas lalu dengan begitu saja menarik tangan Arona pergi.

"Mereka berdua deket?" tanya Alana yang kini berdiri disamping Alora. Keduanya mengamati Atlas dan Arona yang berjalan memasuki mobil kemudian pergi meninggalkan fakultas.

Alora menoleh pada Alana. "Diliat-liat emang deket deh," sahut gadis itu.

Alana menatap Alora. "Lo gak cemburu kak?" tanya Alana hati-hati.

Alis Alora terangkat. "Maksudnya?" ujarnya bingung.

Alana berdehem. "Ya gak apa-apa sih kak, lo kan deket sama Atlas?"

"Ya terus?" pertanyaan Alora membuat Alana jadi bingung sendiri. Dia tidak tahu harus mengatakan apa.

Masa dia harus bilang kalau satu fakultas mengira Alora menyukai Atlas dan mereka tengah dekat. Tapi melihat respon Alora yang kelewat santai, Alana jadi ragu.

Mungkin rumor yang mereka dengar itu salah.

Atau, Alora yang terlalu pandai menyembunyikan perasaan?

Ah sudahlah! Alana jadi pusing sendiri.

"Eungh gapapa kaka hehehe," ujar Alana dengan tawa canggung.

Alora hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Ayo," ujarnya lalu melanjutkan langkahnya diikuti oleh Alana.

🌏

Arona menatap layar ponselnya dengan tatapan ragu. Berulang kali membaca pesan yang sudah dia ketik disana untuk dikirimkan pada seseorang.

Rasa ragu kembali menganggunya. Arona harus berjuang dengan suara hati dan logikanya yang saling menentang.

"Gue bisa," ujarnya lalu dengan cepat menekan tombol send sehingga pesan pun terkirim.

Cassiopeia

Gala. Kita harus ketemu malam ini. Ada yang pengen gue omongin.
Penting

Arona dapat merasakan jantungnya yang berdetak tidak karuan kala dua tanda  centang abu-abu berubah menjadi warna biru lalu Galateo terlihat mengetik.

|Mau ketemu dimana?

Gadis itu kembali menghembuskan nafasnya kasar.

Cafe baby blue jam 7

|Okey Na
|See you

Untuk sekarang Arona berusaha agar rileks.

Tangannya bergerak mengirim pesan untuk seseorang.

Baba Globe

Baba
Malam ini gue bakalan ngikutin saran lo buat confess ke Gala.
Kita bakalan ketemu jam 7 di cafe baby blue
AAAAAA GUE GUGUP BANGET BABA!
Wish me luck!

Disisi lain Atlas menatap layar ponselnya sambil membaca pesan dari Arona. Cowok itu bergerak bersandar pada pagar balkon kamar.

Apapun hasilnya nanti, Atlas hanya berharap yang terbaik untuk Arona kalaupun nantinya mungkin ada kemungkinan bahwa dia akan menjadi pihak yang kehilangan kesempatannya. Atlas akan berusaha menerima.

Dia bergerak mengetik balasan untuk gadis itu.

Bocil

Semangat
Gimana pun hasilnya nanti, lo harus terima

|Oke baba!

👍🤙

|Jamet


Atlas tersenyum kecil melihat balasan Arona.

Jangan sakit hati Arona. Bisik Atlas sambil menatap langit sore.

🌏

Arona berdiri didepan cafe dengan tangan terkepal. Dia sangat gugup sekarang. Detak jantungnya semakin. memburu, Arona rasanya ingin berbalik pulang.

Matanya menatap Galateo yang tengah duduk disana, terlihat menunggu dirinya.

"Lo bisa! Lo pasti bisa," ujar Arona meyakinkan dirinya. Gadis itu kemudian melangkah memasuki cafe.

Galateo tersenyum begitu melihat sosok Arona yang memasuki cafe. Gadis itu tersenyum. Senyum manis yang tulus.

"Tumben banget gak mau dijemput," ujar Galateo dengan mata yang tidak lepas dari Arona.

Arona menarik senyum. Bisa mati dia jika dalam keadaan seperti ini dia harus bersama dengan Galateo di dalam mobil.

"Eh iya aku kayaknya gak bisa lama-lama soalnya ada janji jam 8 sama Angel," ujar Galateo tidak enak.

"It's okay," balas Arona.

"Oh iya Na. Karena kita mau ketemu, aku  sekalian bawa sesuatu," ujar Galateo.

"Apa?" tanya Arona penasaran.

Galateo bergerak mengambil kotak yang dia bawa dari dalam paperbag lalu meletakkannya dia atas meja.

"Ini apa?" tanya gadis itu bingung.

"Buka deh," suruh Galateo.

Menurut. Arona bergerak membuka kotak itu dan mengeluarkan satu-satu barang yang ada disana.

"Ini...." ujarnya kaget lalu menatap Galateo.

"Iya. Barang-barang yang kamu kasih ke aku waktu masih kecil," ujar cowok itu dengan senyum kecil.

Arona kembali melihat satu-satu barang yang ada disana kemudian dia menemukan amplop berisi foto masa kecil mereka.

"Gak nyangka yah, waktu berlalu cepet banget," ujar Galateo. Arona mengangguk setuju.

"Kita juga bisa nepatin janji kita di surat itu," ujar Galateo.

Arona bergerak membaca surat itu.

Sahabat selamanya<3

Senyum Arona perlahan memudar. Dia mengangkat pandangannya perlahan, menatap Galateo yang tengah tersenyum.

Dengan pelan, Arona bersuara. "Gala..."

"Ya?"

"Ada yang pengen gue omongin,"

🌏

Atlas baru saja selesai berpakaian.. Cowok itu baru selesai berenang tadi. Kini dia tengah mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil.

Tangan kirinya sibuk mengeringkan rambut sedangkan tangan kanannya bergerak mengecek ponsel.

Belum ada kabar dari Arona. Atlas jadi ikutan gugup sekarang.

Apakah semuanya berjalan lancar?

Atlas baru saja meletakkan ponselnya saat bunyi notifikasi membuat cowok itu kembali meraih ponselnya dengan cepat.

Hembusan nafas kecewa terdengar kala notifikasi itu bukan datang dari Arona, melainkan grup chat dengan teman-temannya.

UNKNOWN

Reynald Sasmito
|Arona sama Galateo pacaran?

Gracello Kurniwana
|Maybe?

Virendra Setyo
|Sahabatan doang kayaknya

Kenzie Pratama
|Deket kelihatannya tapi kayaknya gak pacaran

Johnny Handara
|Kenapa emang?

Reynald Sasmito
|Ini gue ngeliat mereka lagi bareng di cafe

Virendra Setyo
|Aelahh biasa itu mah buat orang sahabatan

Gracello Kurniwana
|Betul👍

Dexandro Hartanto
|Si Galateo kan punya pacar.
|Tadi gue ketemu dia di FK bareng cewek.
|Dia sendiri yang ngenalin kalau itu pacarnya

Tubuh Atlas menegang membaca pesan yang dikirimkan oleh Dexa.

Galateo sudah jadian dengan gebetannya? Lalu bagaimana dengan Arona?

Tanpa pikir panjang Atlas mengantongi ponselnya. Dia mengambil jaket, helm dan kunci motornya lalu keluar dengan cepat menuruni tangga. Sedikit berlari untuk sampai ke garasi.

Tingkahnya membuat Bik Ani kebingunan melihat tingkah tuan mudanya itu.

Atlas dengan cepat melajukan motornya membela jalan kota jakarta menuju cafe baby blue.

Hanya satu orang yang ada dalam pikirannya sekarang.

Arona.

🌏

"Lo pasti pengen tau kan, alasan gue mau masuk ke manajemen?" tanya Arona.

Galateo mengangguk. Dia juga sampai sekarang bingung kenapa Arona tiba-tiba memilih masuk fakultas manajemen.

"Lo juga bingung kan, kenapa gue deket sama cowok tapi gak pernah jadian?"

Sekali lagi Galateo mengangguk. Dia tidak tahu kemana arah pembicaraan Arona sekarang tetapi cowok itu  menunggu hingga gadis itu menyelesaikan ucapannya.

Arona terdiam lama. Menatap Galateo tepat didepan matanya kemudian menghembuskan nafasnya sebelum vokalnya mengudara.

"Itu karena lo Gala..." ujarnya menggantung.

"Gue suka sama lo. Dari kita kelas 1 SMA..." Arona dapat merasakan jantungnta berpacu kuat saat menangkap raut wajah terkejut milik Galateo.

"... Sampai sekarang," ujarnya lirih.

Tatapan Galateo tidak dapat diartikan sekarang. Dia begitu terkejut dengan pengakuan Arona hingga tidak tahu harus mengatakan apa.

Kenapa begini?

Galateo yang hanya diam membuat Arona semakin bingung. Tidak tahu harus apa.

"Gue... gue nyimpan semua ini selama ini karena gue gak mau kehilangan lo Gala. Gue gak mau kehilangan sahabat gue hanya karena perasaan gue," ujar Arona lagi.

Galateo masih diam.

Tepat. Tidak mau kehilangan sahabat karena perasaan.

"Kenapa baru bilang sekarang?" tanya Galateo pelan.

"Kenapa baru bilang disaat aku udah bareng sama Angel?"

DEG

Tubuh Arona menegang. Dia tidak salah dengar kan?

Galateo...

Galateo sudah dengan Angel?

Arona mengerjap bersamaan dengan dadanya yang semakin sakit. Jika sudah begini, hasilnya sudah jelas.

Tidak ada kesempatan untuk Arona.

Walaupun masih shock. Arona berusaha untuk memuntahkan kalimatnya. "Lo udah jadian sama Angel?" Arona bertanya retoris.

Anggukan Galateo menjadi jawaban.

"Dari kapan?" tanya gadis itu dengan suara lirih.

"Sebulan yang lalu," jawab cowok itu.

Arona mengerjap. Dadanya semakin sesak.

"Oh gitu?"

Galateo menatap Arona penuh rasa bersalah.

"Congrats! Akhirnya lo gak friendzone lagi," ujar Arona dengan nada sedikit bergetar namun dia tersenyum lebar. Bisa-bisanya dia masih berpura-pura baik-baik saja padahal nyatanya tidak.

"Rona..."

"Gue gapapa kok Gal," ujarnya dengan senyum lebar.

Galateo menggeleng.

"Maaf," ujar Galateo sendu.

Arona menggeleng. "Lo gak salah apa-apa sama gue,"

Galateo menatap Arona dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Dia benar-benar merasa bersalah.

Arona melirik jam yang melingkar di tangannya kemudian beralih pada Galateo.

"Udah mau jam 8 nih. Lo ada janji kan sama Angel? sana gih. Kasian kalau dia nunggu lama," ujar Arona cepat.

"Rona..."

"Gue bener gapapa Gala! Udah sana ih." Galateo menatap Arona. Dia tidak mau meninggalkan gadis itu sendirian disaat seperti ini.

Namun pada akhirnya cowok itu tetap berdiri.

"Nanti kita omongin lagi," ujar cowok itu namun Arona menggeleng. "Gak ada lagi yang perlu diomongin Gal,"

Galateo menghembuskan nafasnya kasar. "Aku duluan," ujar cowok itu lalu melangkah pelan bersamaan dengan Arona yang bangkit dari duduknya. Dia juga ingin pergi dari sini.

Saat Arona berdiri, Galateo berbalik lalu menarik gadis itu kedalam pelukannya.

Arona mematung.

Pelukan ini tidak membuatnya lega. Rasa sesak semakin memenuhi dirinya.

"Maaf," bisik Galateo. Dia melepas pelukan mereka lalu langsung melangkah pergi.

Arona terdiam saat merasa jantungnya tidak menimbulkan reaksi yang membuat perutnya geli. Pelukan tadi membuat Arona semakin sesak karena terasa seperti pelukan perpisahan.

Jadi pada akhirnya gue bakalan tetep kehilangan lo kan Gala?

Arona melangkag keluar cafe dengan kepala tentunduk hingga ketika dia menangkat kepalanya, sosok yang kini berdiri didepannya sambil memandanganya dengan tatapan khawatir membuat mata Arona berkaca-kaca.

Dia melangkah mendekati Atlas dengan tatapan berkaca-kaca namun bibirnya melengkung.

Arona terlalu capek dengan rasa sesak yang sedari tadi dia tahan.

"Baba... gue berhasil nyatain perasaan gue, " ujarnya dengan senyum namun matanya berkata lain.

"Keluarin. Jangan ditahan," bisik Atlas sambil meraih tangan kanan Arona. Perlahan liquid bening itu menetes bersamaan dengan senyum Arona yang hilang.

Dia menutup matanya dengan telapak tangan lalu mulai menangis. Arona terisak didepan Atlas.

Atlas menarik Arona kedalam pelukannya dengan cepat. Gadis yang biasanya terlihat begitu ceria dengan segala tingkah konyolnya serta senyum lebar yang selalu membingkai wajahnya kini tergantikan dengan gadis rapuh yang menyimpan segala lukanya sendiri.

Hari ini Arona melepas topengnya didepan Atlas.

Pelukan Atlas semakin erat kala isakan Arona semakin terdengar.

Elusan Atlas pada kepalanya membuat Arona sedikit tenang. Gadis itu membalas pelukan Atlas.

Atlas melepas pelukannya lalu menatap Arona. "Udah yah?" pinta cowok itu lembut.

Arona masih sesenggukan.

Atlas bergerak menghapus airmata Arona dengan pelan.

"Gue cengeng yah ba?" ujar Arona pelan. Atlas tersenyum lalu menjawab. "Iya... kayak bayi," ujar cowok itu.

Arona mengerucutkan bibirnya kesal.

"Gue udah gede baba!" protesnya.

"Enggak. Masih bayi,"

"Ishhh!"

"Bayinya gue," ujar Atlas yang berhasil membuat pipi Arona memanas. Kali ini Arona menyembunyikan wajah meronanya dengan membanamkan kepala ke dada Atlas lalu berbisik pelan disana. "Baba... lo bikin gue baper," bisiknya pelan.

Atlas memilih merangkul Arona menuju motornya lalu memakaikan helm pada gadis itu kemudian naik keatas motor.

"Naik," suruhnya pada Arona dengan tangan terulur agar gadis itu lebih gampang menaiki motor tingginya.

Ketika Arona sudah duduk dengan nyaman. Atlas langsung menarik tangan gadis itu agar memeluknya.

"Pegangan yang erat biar gak jatoh," ujar cowok itu.

"Ini udah," sahut Arona.

"Pinter. Kasian kalau bayi gue jatuh," ujarnya lalu terkekeh.

Setelahnya cowok itu melajukan motornya menuju suatu tempat.

Dia ingin Arona menenangkan diri sebelum Atlas mengantarnya pulang.

bersambung...

WADAW!!! MENGBAPER KAN KALIAN? AHAHAHAHAHAHAHA

Makin gak kuat sama keuwuwan mereka.

Yang mau sama Atlas mana suaranya?

See you yah

Big Hug, Suk

Fortsett å les

You'll Also Like

Roomate [End] Av asta

Ungdomsfiksjon

589K 39.6K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
2.3M 125K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
3.6M 288K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
Hardest Av alliya

Ungdomsfiksjon

1.6M 110K 39
Flora, gadis periang yang terlalu polos dengan masalah percintaan, harus mengikhlaskan bahwa cowok pertama yang ia sukai merupakan sahabatnya sendiri...