OUR PRECIOUS AFTERNOON

By jaerachluke

1K 149 27

Di sebuah aula hotel mewah, Joanna tersenyum sebelum bicara "Untuk sahabatku tersayang." ucap Joanna sambil m... More

| Prolog |
| Our first afternoon |
| Our high school afternoon |
| She fell in love |
| She has a dream |
| She fell harder |
| She raise up |
| Our New Era |
| He has a girlfriend |
| Is he happy? |
| Hurt and Pain |
| Moment of Truth |
| There's her between us |
| Our Separation |
| 2019, we're an adult |
| As a mature person |
| 2021, Winter Afternoon |
| Confession in Snow |
| An Adult Decision |
| Days Without You |
| Not to be greed |
| The wedding and The Pain |
| 2017, Summer in Jeju |
| Our Precious Afternoon |
| Epilog |

| Lonely Afternoon |

30 6 0
By jaerachluke

Seorang jaksa bertubuh tinggi mengantar tamu yang datang ke ruangannya sore ini. Ian Choi, jaksa muda Kejaksaan Tinggi Seoul berkata pada tamu yang adalah jurnalis itu "Kalau ada perkembangan terbaru, aku akan memberitahumu."

Joanna tersenyum "Terima kasih seonbae. Peranmu sangat besar dalam kasus Jungsan ini." 

Ian menggelengkan kepala "Semua diawali oleh keberanianmu mengungkap berita." mereka saling melempar senyuman lalu Ian menoleh ketika seorang pria tampan menghampiri Joanna.

"Pak Edward." Joanna tersenyum lalu mengalihkan pandangan ke Ian "Seonbae, perkenalkan Pak Edward, Chief Editor Daehan." 

Ian mengangguk lalu menjulurkan tangan "Senang bertemu, Pak. Saya Ian Choi, jaksa dan teman Joanna dalam mengungkap kebenaran."

Edward tertawa seraya menjabat tangan Ian "Senang bertemu denganmu, Choi geomsa-nim. Terima kasih sudah bekerjasama dengan kami dalam kasus Jungsan."

"Senang membantu jurnalis yang selalu memikirkan independensi." Ian melirik Joanna membuat mereka tertawa.

"Kamu sudah selesai, Joanna? Kita bisa pergi sekarang?" tanya Edward. 

Joanna mengangguk "Sudah Pak." Joanna mengalihkan pandangan pada Ian "Seonbae, aku pergi dulu ya. Sekali lagi, terima kasih banyak bantuannya." Ian mengangguk lalu mereka saling berpamitan.

Mobil Hyundai Palisade hitam Edward melaju keluar dari Kejaksaan Tinggi Seoul. "Kita mau berkencan dimana sore ini?" tanya Edward.

Joanna tersenyum mendengar pertanyaan Edward lalu melihat dasi hitam di leher Edward "Anda langsung memakainya?" Joanna memberikan dasi itu pagi hari ini ketika seluruh karyawan memberikan pesta kejutan ulang tahun ke Edward.

"Tentu saja. Matching with my suits." Edward tersenyum lalu berkata "Untuk merayakan ulang tahunku, bagaimana kalau kita ke Sokcho? Menikmati pantai dan makan seafood."

"Sokcho? Ide bagus. Nanti kita bergantian menyetir, Pak."

"Tidak perlu. Aku bisa menyetir sendiri karena aku punya banyak tenaga."

"Hmm, tenaga?"

"Tersenyumlah karena itu tenagaku." ucapan Edward membuat wajah Joanna berubah merah apalagi ketika pria itu menatapnya. Tangan Edward menepuk kepala Joanna perlahan "Entah kenapa ketika bersamamu semua hal pasti selalu menyenangkan." Joanna semakin bergeming dengan tindakan yang sebelumnya selalu dia terima dari Nicholas namun kali ini dari seorang pria yang merupakan kekasih pertamanya.

Di ruangan departemen neurology, Nicholas meregangkan tubuhnya yang pegal setelah membantu Prof. Chae dalam operasi bedah mikro pasien dengan kelainan saraf otak "Ahh enak sekali setelah diregangkan."

Pintu terbuka ketika Prof. Chae menghampiri Nicholas yang sedang berolahraga kecil "Aku ada waktu jam tujuh malam untuk membahas tesismu."

Nicholas terkejut namun dia langsung bertanya "Bukankah Anda ada janji main band malam ini?" Nicholas mengetahui hampir semua jadwal Prof. Chae karena harus bimbingan dalam pembuatan tesis.

"Janji main band jam delapan. Setengah jam untuk membahas tesis, setengah jam lagi perjalanan ke rumah Steven. Cukup kan?" ucapan Prof. Chae membuat Nicholas bergidik ngeri membayangkan pembahasan nanti akan menegangkan.

"Oh iya." Prof. Chae duduk di hadapan Nicholas "Aku tidak bermaksud ikut campur tapi semua orang di sini membicarakan hubunganmu dengan sekretaris eksekutif Simhwa."

"Iya, aku tahu." Nicholas mendesah lelah "Mereka membicarakan banyak hal tapi lebih sering soal merger perusahaan appa dengan Jungsan kalau kami menikah." hampir semua menantu keluarga besar Jungsan adalah anak pemilik perusahaan atau pejabat tinggi pemerintah. Sehingga ketika ada anak pemilik perusahaan yang menjadi menantu Jungsan pasti perusahaan akan dijadikan satu atau Jungsan akan menjadi investor utama.

Prof. Chae menelisik penasaran "Apa hal itu akan terjadi?"

Nicholas menggelengkan kepala "Appa tidak akan membiarkan hal itu karena perusahaan ini adalah hasil jerih payah appa."

"Aku setuju denganmu. Pernikahan kalian harus dipisahkan dengan bisnis Jungsan." Prof. Chae menepuk pundak Nicholas "Kuatkan dirimu menghadapi semuanya."

Nicholas tersenyum "Anda mirip sekali dengan Joanna."

"Ah sahabatmu yang jurnalis itu ya. Bagaimana perasaannya mengetahui kamu akan menikah?" 

Pertanyaan Prof. Chae membuat Nicholas mengerutkan kening "Perasaannya?"

"Kamu tidak pernah bertanya?" tanya Prof. Chae dengan nada sedikit terkejut.

Nicholas menggelengkan kepala "Aku pikir dia baik - baik saja, jadi aku tidak pernah bertanya soal perasaannya. Selain itu, apakah perlu aku bertanya padanya?"

Prof. Chae menghela napas pendek "Coba bertanya padanya"

Nicholas merenung sejenak sambil menatap Prof. Chae yang mengangkat bahunya. Handphone Nicholas berbunyi "Apakah aku boleh pergi karena Olivia sudah tiba di kafe depan rumah sakit?"

"Tentu saja boleh. Jangan lupa waktumu hanya setengah jam untuk bimbingan tesis nanti." ucap Prof. Chae dengan tegas.

Nicholas tersenyum sambil bergidik ngeri membayangkan waktu bimbingan yang sempit namun dengan materi yang sangat banyak untuk dibahas. Dia berlari kecil keluar dari ruangan sambil berusaha menghilangkan kengerian di kepalanya.


Sore hari ketika langit hendak berubah menjadi jingga, pasangan kekasih ini memilih kedai di depan rumah sakit Simhwa untuk bertemu. Keduanya nampak sibuk dengan check list persiapan pernikahan yang ada di IPad Olivia. "Appa menawarkan manajer di perusahaan untuk mengurus pernikahan kita. Namun aku menolak."

Nicholas melihat beberapa venue pernikahan sambil berujar "Iya, aku setuju. Lebih baik kita yang mengurus semua."

"Kalau sudah menikah nanti kita akan tinggal dimana?" pertanyaan Olivia mengejutkan Nicholas yang sedang minum kopi.

"Untung aku tidak tersedak seperti Joanna." ucap Nicholas. Lagi, nama Joanna disebut dalam percakapan mereka, Olivia sedikit mendengus kesal. Nicholas lanjut bicara "Kita bisa menyewa apartemen yang dekat dengan kantor. Bagaimana?"

"Appa punya apartemen di sekitar sini, kita tidak perlu menyewa."

"Ah, Tuan Jung punya." Nicholas mengangguk padahal apartemen di sekitar Myeongdong harganya mahal sehingga kalau dengan pendapatannya, Nicholas hanya mampu menyewa.

"Menurutmu lebih baik kita menikah di Hotel Shilla, Grand Hyatt atau Four Season? Semua ballroom mereka mempunyai kapasitas lebih dari seribu orang." Olivia memperlihatkan foto ballroom hotel pada Nicholas.

Sebelum Nicholas melihat, Olivia sudah menarik IPad nya lalu berkata "Sepertinya hotel Shilla paling bagus diantara ketiganya. Banyak artis dan konglomerat menikah di sana." 

Nicholas hanya mengulas senyuman lalu mendengar ucapan Olivia mengenai undangan pernikahan dalam bentuk fisik atau digital.

Tiba - tiba fokus Nicholas mengarah pada pasangan lain yang duduk tidak jauh dari mereka. Si pria memesan es kopi latte sedangkan pacarnya memesan es lemon favorit Joanna. Sahabatnya itu suka sekali minum es lemon di kedai ini. 

Ketika mereka bertemu di kedai ini, mereka pasti bercerita tentang aktivitas dan perkara yang dihadapi selama sehari. Mereka menertawakan kesulitan yang dihadapi bahkan pernah saling berbagi tangisan karena begitu berat tugas pekerjaan mereka.

Sesaat Nicholas merindukan masa itu ketika menghabiskan sore bersama Joanna sebagai karyawan dan orang dewasa. Di sekitar Nicholas, ramai suara Olivia yang membicarakan tentang masa depan mereka ketika menikah nanti. Tapi hati Nicholas terasa kosong dan mendadak dia merasa sendirian di sore yang sebenarnya berisik ini.


Tiga jam perjalanan jauh ke Sokcho terbayar dengan pemandangan indah pantai. Matahari sudah mulai akan tenggelam sehingga langit di sekitarnya mulai berubah jingga. Semakin memanjakan mata pemandangan matahari terbenam itu.

Sambil menikmati pemandangan, dua langkah karyawan Daehan itu menapaki pasir laut sambil bercengkrama "Minggu depan, aku dan Daniel akan wawancara warga yang terkena dampak limbah pabrik Jungsan."

Edward mengingatkan "Tetap berhati - hati ya. Jungsan pasti sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk mencegah kita mengulik berita."

 Joanna mengangguk paham "Aku pasti akan berhati - hati."

"Kamu memang tidak kenal rasa takut, Joanna." ucap Edward "Waktu sekolah dulu, aku sampai dibuat heran karena tindakanmu yang berani adu fisik dengan remaja laki - laki. Berulang kali terluka tapi kamu tetap melakukannya."

Joanna tertawa karena Edward masih mengingat masa itu "Ketika aku dipanggil kepala sekolah atau guru wali kelas, Anda dan Nicholas pasti menunggu di luar.

"Sahabatmu itu menunggu dengan wajah cemas sampai pucat. Dia takut kamu dikeluarkan."

"Ah masa yang indah. Aku tidak perlu khawatir akan apapun, mau adu fisik terus menerus aku tidak peduli." Joanna tersenyum.

"Apa sekarang ini banyak yang kamu khawatirkan?"

Pertanyaan Edward membuat Joanna berpikir sejenak "Cukup banyak."

"Apa hal yang cukup banyak itu?"

Joanna berpikir sejenak "Artikel yang aku sampaikan apakah sudah tepat, apa aku menyakiti orang lain dengan artikel yang kubuat, apa aku bisa benar - benar bersikap independen saat mencari berita. Lalu.." Joanna berhenti sejenak. Dia menggelengkan kepala "Tidak. Aku tidak boleh khawatir soal hal itu." ucapnya dalam hati.

"Lalu apa?"

Joanna mengalihkan pandangan ke laut lepas "Apa aku bisa mengatasi semua kekhawatiran di masa yang mendatang."

Edward menarik lengan Joanna sehingga tubuh Joanna masuk dalam rengkuhan pelukannya.

Joanna sangat terkejut namun bergeming. Sementara tangan Edward membelai kepala Joanna pelan "Kamu bisa membagi semua hal yang kamu khawatirkan padaku sehingga beban pikiranmu bisa berkurang."

Joanna mengangguk dalam pelukan Edward. Pria itu melepaskan pelukannya lalu tersenyum "Jangan sampai senyumanmu hilang karena kekhawatiran yang melanda pikiranmu."

Joanna kembali mengangguk lalu mereka saling berpandangan. Tatapan Joanna sangat lekat pada Edward karena dia berani bersumpah sore ini, ketampanan Edward bertambah. Mungkinkah karena langit senja atau memang sebenarnya pria itu memang sangat tampan.

"Ada apa?" Edward menelisik.

Joanna menggelengkan kepala "Ah tidak." lalu dia berjalan mendahului Edward karena wajahnya bersemu merah karena malu.

Edward bingung "Joanna, ada apa?" seru Edward.

Joanna mempercepat langkahnya padahal pijakan kakinya adalah pasir yang tidak butuh waktu lama hampir membuatnya jatuh sebelum Edward menangkap tubuhnya.

Tubuh Joanna tepat di tangan besar Edward membuat mereka kembali bertatapan. Wajah Joanna memanas apalagi ketika Edward menegakkan tubuhnya dengan perlahan.

"Wajahmu merah sekali." Edward menempelkan keningnya pada kening Joanna "Tidak demam." manik mata Edward yang segelap langit malam mengarah pada manik mata cokelat Joanna "Kita sangat dekat ya."

Jantung Joanna berdegup sangat kencang, dia ingin menyingkirkan wajahnya namun setengah hatinya tidak ingin melakukan hal itu.

"Bolehkah?" tanya Edward lembut.

Manik mata Joanna membulat namun perlahan, dia menganggukkan kepala yang membuat Edward tersenyum. Pria itu melepaskan keningnya dari kening Joanna lalu menempelkan bibirnya dengan perlahan di bibir Joanna. Dia memulai ciuman dengan lembut.

Keduanya menutup mata ketika ciuman tersebut dimulai. Semilir angin musim semi menyentuh lembut wajah mereka yang tengah menikmati ciuman. Di tengah proses matahari terbenam, Joanna merasakan kehangatan yang sepertinya pernah dia rasakan sebelumnya. Dalam ciuman pertamanya dengan Edward, pikirannya berkelana pada suatu peristiwa yang seharusnya tidak pernah terjadi dalam hidupnya.


Sabtu sore di awal musim panas, Joanna dan ibunya berada di rumah keluarga Nicholas. Mereka diminta datang untuk mencoba resep baru masakan Mrs. Lee yang akan menjadi produk baru Kim's Food. Di dapur keluarga yang luas, Ibu Nicholas mencoba berbagai bumbu untuk menemukan rasa yang sesuai. Sementara Joanna membantu memotong daun bawang yang berbau menyengat.

Mrs. Lee menyuapi sedikit hasil masakan pada Mrs. Son, ibu Joanna "Bagaimana?"

Mrs. Son mengernyit "Tambah sedikit gochujang."

Mrs. Lee segera mengambil satu sendok gochujang lalu menuangkan pada panci yang berisi masakan. Mrs. Son cukup ahli dalam masakan Korea karena sejak kecil dia sudah belajar memasak dan menggunakan berbagai macam bumbu.

Joanna yang masih sibuk dengan memotong bawang dikejutkan pertanyaan ibu Nicholas "Kata eomma, kamu sudah punya pacar ya, Joanna?"

Joanna menatap kesal Ibunya yang hanya tertawa "Iya, dia atasanku."

"Aku dengar pria itu tampan seperti artis." Mrs. Lee melirik Joanna "Kamu tidak terpesona kalau sedang bersamanya?"

Wajah Joanna mendadak merah teringat kejadian di pantai Sokcho seminggu lalu ketika dia terpaku menatap ketampanan Edward. Karena tindakannya itu, mereka akhirnya berbagi ciuman pertama yang cukup membuat Joanna kesulitan tidur setiap hari.

"Kenapa wajahmu memerah, Joanna?" selidik ibunya.

"Ah tidak kok." protes Joanna.

"Nicholas dan Olivia sudah datang." ucap Mr. Kim, Ayah Nicholas ketika datang ke dapur.

"Oh, Nicholas pulang sambil membawa pacarnya yang cantik itu?" ucap Mrs. Son pada Mrs. Lee yang terkejut karena dia tidak mengetahui kalau Nicholas akan pulang bersama kekasihnya. Mrs. Lee melirik wajah Joanna yang berubah tegang.

Joanna berdiri dari duduknya untuk beranjak pergi namun terlambat. Nicholas dan Olivia sudah tiba di dapur lalu Olivia mulai menyapa para orang tua.  Sementara Nicholas menatap Joanna yang hanya tersenyum tipis padanya. Nicholas terkejut karena Joanna ada di rumahnya ketika dia sedang membawa Olivia ke rumah.

Mrs. Son yang bercengkrama lebih akrab dengan Olivia sedangkan Mrs. Lee terus menatap Joanna. Wanita berusia 50an itu sudah mengenal Joanna seperti anaknya sendiri, sehingga dia tahu kalau saat ini, Joanna tidak nyaman serta bingung. Tidak hanya ibunya, Nicholas juga menyadari hal yang sama dari perubahan sikap Joanna.

Pandangan Joanna beralih pada taman di samping dapur sambil memegang kedua siku tangan dengan gerakan tidak jelas. Sore hari yang cerah ini, Joanna merasa kehampaan untuk pertama kali di rumah Nicholas yang dulu selalu menjadi persinggahan sore harinya. Namun kali ini, dia merasa sendiri dan terpisahkan dari dunia yang ramai di sekitarnya.


Minggu malam di musim panas, pesta pernikahan putri pemilik stasiun televisi SBC tengah berlangsung di Hotel Shilla, Seoul. Tamu yang hadir berasal dari kalangan jurnalisme namun tidak sedikit juga pebisnis terkenal. Salah satu tamu yang hadir adalah Edward Park, yang kenal baik dengan pemilik SBC. Pria tampan itu memperbaiki posisi jas ketika hendak bersalaman dengan satu per satu kolega jurnalis dan pebisnis.

Setelah itu, Edward bergabung dengan rekan kuliahnya yang terdiri dari Chief Editor SBC, direktur perusahaan kontruksi Hanyang dan professor bedah toraks di rumah sakit Simhwa. Mereka tengah membicarakan soal pemilihan umum tahun 2022 sambil berlanjut ke pembicaraan soal Jungsan.

"Daehan dan SBC masih terus mengawasi kasus ini karena kejaksaan belum selesai memeriksa." ucap Edward pada ketiga orang lainnya.

"Kalau terbukti Jungsan melakukan kesalahan dan sengaja menutupinya, habis sudah Jungsan." timpal Jeremy Kim, professor bedah toraks.

"Tapi aku pernah mendengar kabar yang cukup mengerikan." ucapan Han Peter, direktur kontruksi Hanyang mengundang atensi ketiga pria lainnya. Pria itu melanjutkan ucapannya "Anak kedua Jungsan, Jung Jayden, ingin menguasai Grup Jungsan."

"Bagaiman bisa dia menguasai semuanya?" tanya Jeremu Kim, bingung.

Han Peter menyeringai "Anak pertama Jungsan, Jung Reinhart sudah hancur. Kekuatan Jung Reinhart menghilang semenjak kasus Farmasi Jungsan yang gagal dalam uji kelayakan dua tahun lalu."

Jeremy Kim menimpali "Aku ingat beberapa korban Farmasi Jungsan yang datang ke Simhwa dan aku yang menangani mereka. Beberapa di antara mereka meninggal dunia. Itu kasus yang mengerikan."

"Betul." Edward menyetujuinya.

"Ah." Thomas Lee, Chief Editor SBC teringat sesuatu "Aku ingat pernah ada berita online yang menyatakan kalau Jung Jayden sengaja membuat uji kelayakan itu gagal."

"Gila sekali pria itu kalau memang berbuat demikian. Dia sangat haus kekuasan." Jeremy Kim bergidik ngeri.

Edward mengangguk "Aku setuju kalau Jung Jayden merekayasa semuanya karena saat ini kontruksi Jungsan juga sedang mengalami masalah karena kecelakan pegawai." dia teringat berita yang Joanna dan Daniel liput dua hari lalu.

"Kalau begitu habis sudah nasib Jung Regan." ucap Han Peter. Jung Regan adalah direktur Kontruksi Jungsan , anak ketiga Grup Jungsan.

Mereka berempat mengangguk bersamaan. Lalu Jeremy Kim berujar "Salah satu dokter residen di Simhwa akan menikah dengan putri Jung Jayden, akhir musim gugur ini." alis Edward terangkat karena dia mengetahui kalau yang dimaksud adalah Nicholas.

"Dokter residen itu adalah muridku saat mengajar di SMA Taeyang." ucap Edward membuat ketiga rekannya terkejut.

"Kamu pernah bekerja menjadi guru?" tanya Thomas Lee.

Edward tersenyum lalu Jeremy Kim menyenggol lengan Edward "Sekarang saja, dia berpacaran dengan muridnya yang bekerja sebagai jurnalis di Daehan."

Mereka bertepuk tangan senang karena sahabat mereka berhasil mendapatkan cinta yang sempat tidak bersemi dahulu. Edward tersenyum malu "Sudahlah, kenapa kalian jadi membicarakan soal diriku sih." protesnya.

"Berarti kamu tahu kalau muridmu yang adalah dokter residen itu, anak pemilik perusahaan makanan kemasan terkenal?" tanya Han Peter pada Edward.

"Tahu. Kim's Food berdiri berkat hasil kerja keras Ayah Nicholas sendiri."

"Apakah mungkin Jung Jayden sengaja menikahkan anaknya dengan anak pemilik Kim's Food untuk mengakusisi Kim's Food?" celetuk Jeremy Kim.

"Bisa jadi, karena tidak mungkin Jung Jayden mengizinkan anaknya menikah dengan anak pemilik perusahaan yang levelnya di bawah Jungsan." timpal Thomas Lee.

"Aku setuju dengan ucapan Jeremy. Grup Jungsan belum mempunyai usaha bidang makanan lalu Kim's Food adalah perusahaan dengan modal dari kocek direkturnya sendiri tanpa mempunyai investor." Edward menyampaikan pendapatnya. 

"Sepertinya aku harus mencari tahu." Han Peter tersenyum menyelidik.

"Jika kamu menemukan sesuatu tolong sampaikan padaku ya." Edward memohon pada Peter karena dia khawatir kalau pembicaraan mereka ini terbukti benar maka Ayah Nicholas bisa kehilangan perusahaan yang selama ini dipimpinnya. Dan hal itu terjadi karena pernikahan anaknya dengan Olivia Jung. Sesaat di pikiran Edward terlintas wajah kedua muridnya yaitu Nicholas dan Joanna.

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 106K 34
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
2.1M 331K 67
Angel's Secret S2⚠️ [cepat, masih lengkap bro] "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Ang...
1.7M 56.4K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...