Gadis Kedua Guru Olahraga [ E...

De RtnaNfynaa

1M 44.7K 485

Bagaimana ketika siswi SMA menikah dengan guru nya karena terjadi kesalahpahaman? Bahkan guru yang mengajar m... Mai multe

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73 [ END ]
Extra Part

42

10.2K 470 13
De RtnaNfynaa


Happy Reading 🍂

Enam bulan berlalu begitu cepat. Semua berjalan begitu indah. Zafia sudah mulai mengerti rasa yang menyelinap dalam dirinya. Sudah mulai lebih lembut pada Alfa. Mulai dari perkataan, sikap yang lebih menghormati Alfa, juga menuruti semua perintah suaminya tersebut.

Alfa pun sudah mendapatkan haknya sebagai suami dari Zafia. Awalnya terjadi kesalahpahaman konyol yang bermula dari pemikiran Zafia yang mengatakan Alfa 'kanibal'.

Alasannya? Karena saat akan 'itu', Alfa meminta Zafia membuka bajunya. Jelas pemikiran polos Zafia akan tertuju pada kejadian beberapa bulan lalu saat ia mendapati Alfa dan Tisya di dalam selimut dalam keadaan 'mengerikan', menurut Zafia.

Namun, setelah perjuangan Alfa beberapa jam untuk menjelaskan pada otak polos Zafia, akhirnya dengan perasaan masih kebingungan namun juga ingin tahu rasanya, akhirnya Zafia merelakan mahkotanya itu pada Alfa, suami tercintanya.

Hari ini Zafia akan mengadakan ujian tengah semester di sekolah barunya bersama Dinda. Apakah Zafia di sekolah yang sama dengan Fikri? Jawabannya iya.

Awalnya mereka memang berbeda sekolah. Akan tetapi Fikri yang 'katanya' tidak betah dengan sekolah barunya itu pindah sekolah lagi. Pindah ke Sekolah yang sama dengan Zafia dan Dinda. Jadi, mau tak mau Alfa harus merelakan Zafia satu sekolah dengan Fikri, salah satu orang yang dapat memancing rasa cemburunya.

"Kak Al masih lama tak? Hari ini ujian pertamaku, Kak Al. Jangan sampai telat," ucap Zafia sambil membenarkan posisi dasinya di depan meja rias.

"Sabar, Sayang. Kakak masih nyariin dasi biru dongker. Kamu tahu nggak?" tanya Alfa.

Zafia berjalan ke arah lemari pakaian, tempat di mana Alfa tengah kebingungan mencari dasinya. Tangan Zafia mulai berselancar ke dalam lemari untuk mencari dasi Alfa.

"Ini apa?" tanya Zafia dengan wajah datar. Tangannya menenteng di depan wajah Alfa yang menyeringai lebar.

"Pintar kali istri aku ini," ucap Alfa sambil mendaratkan kecupan di pucuk kepala Zafia.

"Udah, cepetan pakai. Nanti kalau telat cam mana? Aku juga belum lihat Ifa udah siap atau belum," ucap Zafia menyampirkan dasi Alfa ke bahunya.

"Kakak nggak bisa pakek sendiri, Sayang," ucap Alfa dengan nada menggoda. Tangannya menarik pinggang Zafia dan mendekatkannya padanya.

"Apaan, sih. Udah cepetan. Tak perlu drama romantis-romantis segala," ucap Zafia mengambil kembali dasi Alfa.

"Nunduk kenapa? Aku tak sampai," lanjut Zafia mengerucutkan bibirnya.

Alfa terkekeh pelan sambil mendekatkan wajahnya dengan wajah Zafia. Hidung mancung Alfa menempel di pucuk hidung pesek Zafia.

"Hiyaa ... jangan sedekat ini juga. Jantungku udah deg-degan mau ujian, jangan ditambah karena Kak Al. Untung masih aman," ucap Zafia sambil mengelus dadanya.

"Hehe, oke-oke. Cepet pakaikan," ucap Alfa memberi jarak wajahnya dengan Zafia.

Zafia mulai membuat simpul di dasi Alfa. Tangannya seperti sudah terampil melakukan kegiatan itu. Karena memang itulah kebiasaannya bersama Alfa setiap paginya.

"Nah, siap. Sekarang kita pergi," ucap Zafia berjalan ke arah meja belajarnya yang dekat dengan meja kerja Alfa untuk mengambil tasnya.

Keduanya berjalan keluar kamar beriringan. Menuju lift untuk sampai di bawah lebih cepat.

***

Alfa dan Zafia baru saja mengantarkan Syifa ke sekolah barunya, SD. Sekolah Syifa juga tengah mengadakan ujian, sama seperti Zafia. Jadi, keduanya pergi ke sekolah lebih awal.

"Jawab ujiannya yang benar. Jangan terlalu terburu-buru, diteliti. Ingat! Nilai kamu menentukan jadi tidaknya kita beli motor untuk kamu," ucap Alfa memberikan semangat pagi untuk Zafia.

"Siap, Suami. Jadi, dua minggu lagi aku akan belajar naik motor, 'kan?" tanya Zafia antusias.

"Iya. Itu kalau nilai kamu di atas mendekati sempurna. Sampai ada nilai di bawah sembilan puluh, beli motornya ditunda sampai ujian kelulusan kamu," ucap Alfa sambil mengacak rambut Zafia.

"Siap-siap. Pokoknya, nilai kali ini harus bisa lebih baik dari Denzi. Aku akan balas dendam untuk nilaiku yang dulu," ucap Zafia dengan seringai lebar.

"Kamu jangan buat tantangan apapun dengan Denzi. Kakak kan udah bilang sama kamu, Kakak nggak suka kamu dekat dengan dia," ucap Alfa sambil melirik sinis Zafia.

"Nggak, Kakak Sayang. Istri imutmu ini akan jaga hati untuk Kakak tersayang," ucap Zafia sambil mencubit pelan hidung Alfa.

Alfa tersenyum senang untuk perlakuan Zafia itu. Ingin rasanya ia lebih lama lagi dengan istri kecilnya ini. Namun, kenyataan mengatakan untuk Alfa harus merelakan Zafia pergi. Karena mereka sudah sampai sekolah baru Zafia.

"Hati-hati di jalan, Kak Al. Semangat kerjanya. Nanti aku pulang lebih awal. Kak Al tak perlu jemput aku kalau tak sempat," ucap Zafia diakhiri dengan kecupan singkat di pipi Alfa.

"Nanti Kakak jemput. Kamu jangan pulang dulu sebelum Kakak datang, oke? Minta Dinda temani kamu kalau kamu takut sendiri," jawab Alfa sambil mencium pucuk kepala Zafia.

Zafia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia mulai turun dari mobil dan berjalan ke depan pagar yang ternyata sudah ada Dinda di sana.

Zafia melambaikan tangannya ke arah mobil Alfa dengan senyum lebar. Alfa membunyikan klaksonnya dan mulai menjalankan mobilnya menjauhi sekolah Zafia.

"Gila, sih. Makin romantis aja kalian ini. Bikin iri," ucap Dinda menggandeng tangan Zafia menuju kelasnya.

"Jelas, dong," jawab Zafia dengan bangga.

"Eh, ya," ucap Zafia tiba-tiba. "Kelanjutan hubungan kamu dan Fikri bagaimana? Dia masih terus pdkt-in kamu atau udah ditembak?" tanya Zafia antusias.

Akibat bergaul dengan orang Jakarta, gaya bicara Zafia sedikit berubah. Mulai dari cara memanggilnya yang biasanya kau, kini kadang berubah jadi kamu. Namun masih sempat terselip kata kau di setiap katanya.

"Sssttt, diamlah, Fi. Lagi ujian sekarang, jangan buat moodku tiba-tiba kacau, deh," ucap Dinda mengerucutkan bibirnya.

"Hehe, canda, Din, canda. Ayo ke kelas," ajak Zafia dengan semangat.

***

Alfa baru saja sampai di kantornya. Dia melangkahkan kakinya menuju ruangannya yang berada di lantai delapan, lantai paling atas.

Selama perjalanan menuju ruangannya, tak ada yang berani menyapa ataupun menatap Alfa. Semua karyawan hanya berdiri dan menundukkan kepalanya, memberi hormat.

Alfa terkenal kejam juga dingin saat berada di kantor. Entah sejak kapan dia bersikap demikian, yang jelas sikapnya sangat bertolak belakang ketika di rumah.

Kakinya sudah sampai di ruangan kebanggaannya. Dia mendudukkan dirinya di meja kerjanya dan mulai berkutat dengan komputer. Tak lama dari itu sekretarisnya masuk untuk membacakan kegiatannya pagi ini.

"Saya tidak bisa pergi siang ini. Kamu batalkan pertemuan dengan kliennya atau ditunda sore hari," ucap Alfa mulai memberikan perintah pada sekretarisnya.

"Tapi, Pak? Klien dari Jepang ini sudah membuat janji dengan Bapak beberapa hari lalu. Bukannya tidak sopan kalau kita batalkan pertemuannya padahal beliau sudah meluangkan waktu untuk perusahaan kecil seperti kita?" tanya lelaki berjas hitam ini dengan nada hormat.

"Saya tidak peduli. Saya juga sudah ada janji dengan istri saya siang ini. Baiknya kamu merencanakan semuanya. Kalau memang ingin bertemu, kamu katakan pada mereka untuk menemui saya sore ini. Sekarang, kamu keluar dari ruangan saya," ucap Alfa dengan suara lebih tegas.

"B--baik, Pak."

Sekretaris Alfa itu segera berjalan menuju pintu. Saat tangannya ingin mendorong pintu tersebut, orang di luar lebih dulu menariknya hingga membuat tubuh itu hampir terhuyung.

"Lo nggak sopan banget sama gue! Lo nggak tahu gue siapa, hah? Lebih baik lo diam aja sebelum pemilik perusahaan ini mecat lo!" teriak wanita yang menarik pintu tadi.

Alfa mendongakkan kapalanya saat mendengar itu.

"Maaf, Pak. Mbak ini memaksa masuk, padahal kami sudah melarangnya dari bawah tadi," ucap salah seorang security yang mencoba menahan wanita itu.

"Maaf, Nyonya. Jangan membuat keributan di kantor ini. Kalau Anda ingin menemui Pak Alfa, Anda memang harus membuat janji terlebih dahulu," ucap sekretaris Alfa.

"Heh, lo! Lo juga mau dipecat, hah! Beraninya lo bilang gitu sama gue!" teriak wanita itu. Pandangannya langsung tertuju pada Alfa yang terduduk dengan raut bingungnya.

"Alfa, aku kangen banget sama kamu!" pekik wanita itu sambil berlari ke arah Alfa dan memeluknya.

Alfa yang masih belum mengetahui wanita itu reflek mendorongnya. "Siapa kamu? Berani sekali kamu memeluk saya di kantor saya sendiri!"

"Fa, ini aku, Siska. Siska temen SMP kamu dulu. Kamu masak lupa sama aku? Mentang-mentang dapat beasiswa di SMA dan universitas ternama di Jakarta, sampai kamu nikah dan pindah ke Medan, kamu jadi lupa sama aku," ucap wanita itu mengerucutkan bibirnya.

"Siska? Siska bocah tengil yang rambutnya selalu di kepang dua itu?" tanya Alfa dengan nada antusias.

"Nah, iya. Aku kira kamu udah lupa sama aku. Cuma jeleknya aja kamu ingat. Yang aku juara mewarnai saat Tk pasti kamu lupa?" tanya Siska.

Alfa tergelak, "Sorry, Sis. Bukannya lupa cuma nggak inget." Alfa memeluk Siska. Meluapkan rindu yang sempat dilupakannya pada teman masa kecilnya.

__________
Next@
Jngn lupa vote & komen 🤪

Continuă lectura

O să-ți placă și

185K 10K 47
Bagi Ferly, mencintai guru itu bukan hal yang salah. Justru semua itu menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya, tantangan untuk bisa menaklukkan hat...
1.6M 5.9K 3
Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Irene jika pertemuan tak sengajanya dengan seorang pemuda membuat dirinya di panggil dengan sebutan Mami oleh...
9.1K 734 30
Maret 2020. Perjalanan indah antara dua manusia yang berbeda. Gimana jadinya kalo kamu yang tadinya pura pura sayang, jadi sayang beneran? Hal itu y...
117K 6.4K 63
Welcome new story :) [Follow dulu sebelum membaca] Devina seorang gadis SMA salah satu di Jakarta yang dijodohkan dengan cowok ganteng tapi culun ber...