ALFA

Od uchihacia

6.2M 359K 13.9K

Gimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adal... VĂ­ce

PROLOG
1. AWAL KESIALAN
2. LION GENG
3. EMANG LO SIAPA?
4. CRAZY THING
5. KETAKUTAN GABY
7. INTROGASI
8. JADIAN?
9. MISS YOU
10. PROMISE
11. JEALOUS
12. MASALAH
13. AMARAH
14. BAIKAN
15. LOVE YOU
16. CAMER
17. ANCAMAN
18. MODUS
19. TIPUAN
20. RECEH
21. LAMPU IJO
22. BIANG MASALAH
23. TAK TERDUGA
24. JEALOUSY
25. KABAR MENGEJUTKAN
26. MASALAH BARU
27. KEJUTAN
28. SAH!
29. MALAM PERTAMA?
30. PINDAHAN
31. SI PALING PRIORITAS
32. MABAR
33. SUAMI IDAMAN
34.KESABARAN ALFA
35. GALANG
36. POSESIF
37. MILIK ALFA SEUTUHNYA
38. BERULAH
39. NASEHAT MAMA
40. FAKTA SEBENARNYA
41. SAYANGNYA ALFA
42. STRATEGI
43. MASALAH SELESAI
44. OLAHRAGA-MALAM?
45. GREGET UDAH NGEBET
46. SOFT BOY
47. KATA MAAF
48. MUNGKINKAH?
49. POSITIF WOI
50. PERKARA SUSU
51. NGIDAM VERSI GABY
52. SEPATU JORDAN
53. MARTABAK BOBA
54. UNDANGAN
55. SHOPPING
56. WELCOME BABY BOY
57. MY LADY
58. GAY? AND END
CERITA BARU

6. UNGKAPAN

138K 8.6K 224
Od uchihacia

“Stop Comparing Your Self With Other People.”
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.


Follow Instagram baru aku
@monicafenii
@wp.uchihacia

Follow juga tiktok aku
@uchihacia_

Pagi ini seperti biasa Gaby duduk manis di depan meja pantry bermain ponsel lengkap dengan seragam sekolahnya menunggu sang kakak membuat sarapan.

Gaby mendongak saat tahu Satria sudah selesai memasak, ia tersenyum lalu mengambil salah satu piring yang laki-laki itu bawa.

“Makasih Bang Sat, love you.”

Satria mengangguk lalu memposisikan dirinya di depan sang adik. “Makan yang banyak, biar cepet gede,” ujarnya.

“Udah gede kali.”

“Gede apanya?” Satria mengerutkan keningnya.

"Susunya,” balas Gaby asal-asalan.

Wajah Satria berubah masam. “Ngomong yang bener, gue itu laki!”

“Yang bilang lo cewek siapa?”

Gaby terkekeh tanpa mengalihkan perhatiannya pada sepiring nasi goreng favoritenya. Duh, buatan Satria emang paling the best pokoknya. “Bercanda Abang.” 

Satria mendengus, lalu tidak lama ia memandang adiknya curiga. “Pulang sekolah nanti mau kemana? Gue denger semalem lo berencana mau pergi bareng temen-temen lo.”

Gaby nyengir hingga deretan giginya terlihat seraya memandang Satria. “Izin jalan-jalan ke Mall boleh ya?”

“Belum puas gue marahin semalam?”

Gaby memutar bola matanya. “Masalah semalem itu beda, Abang.”

“Beda apanya? Intinya sama-sama keluar juga kan? Nggak, gue nggak izinin lo keluar,” tolak Satria mutlak. 

Gila saja, semalem dirinya sudah marah besar dengan kepulangan gadis itu yang baru tiba di rumahn jam satu malam.

BUKANMAEN!

Mau jadi lon—Astagfirullahaladzim, Satria mengelus dadanya sabar.

Gaby cemberut, mendorong piringnya menjauh. Mode ngambek ceritanya. “Jahat banget, gue cuma mau keluar bentar aja nggak di izinin.”

Satria diam, malas menanggapi adeknya yang lama-kelamaan semakin susah diatur. Ia lebih fokus dengan ponsel dan sarapannya daripada mendengar Gaby mengomel tidak jelas.

Beberapa menit hening tanpa ada percakapan di antara keduanya sampai sebuah ide muncul. Membuat Gaby tersenyum jail. 

“Kira-kira kalau Bunda tau Bang Sat pernah bawa cewek ke rumah dia—”

"Pulang jam berapa?" tanya Satria kalah telak melawan adek kurang diajarnya.

Senyum Gaby semakin lebar, senang saat Dewi Fortuna berpihak padanya. “Gitu kek dari tadi.”

Satria menggeram frustasi, selalu saja kalah kalau dihadapkan dengan perempuan pertama yang paling dirinya takuti. “Nggak usah bacot, pulang jam berapa nanti?”

Gaby terdiam sebentar sambi berpikir. “Nah, itu tuh masalahnya. Ini kan acara dadakan jadinya gue nggak tau nanti pulang jam berapa.”

"Goblok!” maki Satria. Hilang sudah kesabarannya menghadapi cewek abnormal versi adeknya.

“Heh, mulut lo itu dasar! Gue aduin juga nanti sama Bunda.” 

“Laporan teross, dasar anak mami!” timpal Satri mengakhiri acara sarapannya lalu menatap piring Gaby yang masih utuh. 

“Buruan habisain. Mau telat lagi?!”

Gaby mengerucutkan bibirnya sebal, tetapi tetap melahap nasi gorengnya dengan cepat. Hilang sudah nafsu makanannya.

•••🦋•••

Raras keluar dari mobilnya, melambaikan tangan pada Gaby lalu tersenyum lebar. Gadis itu tiba-tiba merangkul sahabatnya tidak jelas.

Ekor mata Gaby melirik sejenak Raras yang terlihat aneh di sampingnya. Dan ia tebak pagi ini dirinya bakal dapat traktiran dari sahabatnya itu. Secara kebiasaan Raras kalau lagi bahagia keluar tuh jiwa sultannya. Nggak main-main gaes, mau lo minta jajan terus habis sejeti juga bakal dia jabanin asalkan moodnya baik.

“Drakor baru?” tebak Gaby.

Raras menggeleng, “Otak lo hafalnya cuma Drakor mulu coba yang lain.”

Gaby memutar bola matanya malas. “Terserah.”

Raras berlari kecil kemudian berjalan berlawanan arah di depan Gaby. “Ayolah By coba tebak gue bahagia karena apa?”

“Gue bukan cenayang Raras mana gue tau,” kata Gaby sambil melihat ponselnya yang bergetar.

Gaby melotot melihatnya.

Anjir, kok mereka tau Instagram gue?? batin Gaby heran. 

Seingatnya ia tidak pernah membeberkan akun sosmed-nya sama orang lain kecuali sahabat terdekatnya deh, tapi kenapa para manusia gila itu bisa tau username Instagramnya? Dan hal itu tidak luput dari pengelihatan Raras.

“Kenapa?” tanya Raras penasaran.

“Gakpapa,” bohong Gaby dengan cepat mengantongi kembali ponselnya. Mengabaikan notifikasi yang tak pernah ia inginkan itu.

Btw, lo tadi seneng karena apa?” tanya Gaby mencoba mengalihkan pembicaraan.

Raras tersenyum lebar saat mengingat alasan dibalik rasa bahagianya sekarang ini. Dengan senyum yang masih mengembang ia pun berkata jujur.

“Gue jadian sama Ervans.”

Seketika Gaby menghentikan langkahnya. Ia benar-benar terkejut, tidak percaya jika Raras mengenal dan bahkan sekarang mengatakan jika dirinya berpacaran dengan anak buah Alfa. WTF!

“By, lo dukung gue kan? Secara ini first love gue masa iya lo tega nentang hubungan gue sama Ervans?” kata Raras sambil berjalan kembali ke tempat semula.

Gaby diam membisu, mencoba mencari jalan tengah untuk masalah ini. Jika boleh jujur ia tidak ingin lagi berurusan dengan Alfa atau laki-laki manapun. Cukup kemarin saja ia dibuat hampir gila oleh manusia bar-bar itu jangan sampai terulang lagi.

Dan di sinilah letak masalahnya, ia tidak boleh egois melarang Raras untuk menjalin hubungan dengan Ervans. Karena itu adalah hak sahabatnya walaupun Ervans bagian dari teman-temannya Alfa sekalipun.

“Ihh..., kok lo malah bengong sih denger apa yang gue ngomongin barusan nggak?!” sentak Raras menyadarkan lamunan Gaby.

Gadis berparas cantik itu terkekeh seraya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “Maaf-maaf lo tadi ngomong apa barusan?”

“Ck!” Raras berdecak kesal. “Udah lah badmood gue.”

Gaby tertawa receh, kemudian merangkul bahu sahabatnya. “Jangan ngambek dong, masa iya orang kasmaran suka marah-marah gini.”

Masih dengan bibir mengerucut Raras memandang Gaby melas. “Lo dukung hubungan gue sama Ervans, kan?”

Gaby mengangguk pasrah. “Jelas, kita kan sahabat.”

Raras berjingkrak gembira, apalagi ketika matanya tidak sengaja melihat pacarnya berjalan ke arahnya. Senyum lebarnya semakin lebar membuat Gaby heran.

“Lo segitunya—”

“Ervans ke sini. Dia ada di belakang lo!” seru Raras dengan heboh memotong perkataan Gaby. 

DEG

Gaby langsung mematung di tempat. Ia menggigit bibir bawahnya dan meramalkan doa-doa semoga hanya Ervans saja yang ada di belakangnya jangan yang lain. Terutama jangan sampai Alfa ada di sana juga karena ia benar-benar belum siap melihat wajah pemuda itu. Apalagi setelah kejadian mamalukan semalam ketika ia memaki Alfa, lalu menangis seperti orang gila sambil memeluknya erat, membuatnya ingin sekali menenggelamkan diri hidup-hidup di dasar laut.

“Ervans!” teriak Raras seraya melambaikan tangannya mengkode cowok itu agar mendekat.

“Sial,” gumam Gaby merasakan keringat dingin mulai membanjiri sekujur tubuhnya. 

“Hai, baru datang, hm?” tanya Ervans.

Gaby hampir pingsan saat mendengar suara berat laki-laki di belakangnya. Saking gugupnya dengan tolol ia malah menginjak kakinya sendiri, membuatnya hampir terjungkal jika tidak ada sepasangan tangan yang menahan pinggangnya.
 
“Ceroboh.”

BRUK

Dan detik itu juga Gaby benar-benar pingsan setelah Alfa bersuara tepat di telinganya. Raras terkejut begitu juga dengan anak-anak lain yang melihatnya. Dengan sigap Alfa segera membawa Gaby ke ruang UKS agar tidak menjadi bahan tontonan.

•••🦋•••

Bel sekolah berbunyi sangat nyaring bertepatan dengan Alfa yang membuka pintu UKS amat keras. Laki-laki itu baru saja menendang paksa pintu kayu bertuliskan UKS tanpa perasaan.

Setelah menurunkan dan membaringkan Gaby di bangkar kosong, Alfa segera berbalik hendak pergi dari ruangan sunyi itu.

Btw, thanks udah mau bantuin gue,” kata Raras.

Ekor mata Alfa melirik sekilas Raras sebelum jatuh kembali memandang wajah damai Gaby yang belum sadar. “Hm, gue pergi dulu.”

Raras mengangguk. “Sekali lagi makasih.”

Alfa tidak menjawab kemudian berlalu begitu saja meninggalkan kedua gadis itu sendirian. Di luar UKS Ben langsung menyerbu kedatangan Alfa dengan heboh.

“Kenapa lo?” tanya Alfa mendahului Ben yang hendak berbicara.

“Keadaan Gaby gimana? Dia udah sadar belum? Apa terjadi sesuatu sama dia?” tanya Ben beruntun.

Alfa mengangkat bahunya cuek, lalu berjalan santai mengabaikan Ben dengan kedua tangannya yang sudah saling mengamankan diri di dalam saku celana.

Melihat Alfa tidak menjawab pertanya Ben barusan membuat Ervans berjalan mendekati sahabatnya. Ia lalu menepuk pundak laki-laki itu pelan.

“Lain kali kalau mau nikung lihat lawannya dulu kawan, jangan langsung Alfa. Dia orangnya galak. Rawr!”

“Siapa yang mau nikung, anjir! Gue cuma khawatir sama Gaby,” jelas Ben menggebu-gebu. 

Bagas yang tidak suka keributan lantas merangkul bahu Ben kemudian mengajaknya pergi. “Udah lah nggak usah ngegas mulut Ervans emang rusak. Mendingan kita jajan bakso gue laper nih.”

Ben berdecak sebal, lalu berjalan terlebih dulu ke kantin di ikuti Bagas dan Ervans di belakangnya. 

“Yaelah, gitu aja ngambek,” ejek Ervans seraya menowel pipi Ben dengan jail.

“Ngapain lo ngikutin gue?” tanya Ben sinis.

“Anak cacing gue butuh sarapan Ben, kasihan dia.” Ervans menepuk-nepuk perut datarnya beberapa kali membuat teman-temannya tertawa.

“Bodoamat, jauh-jauh lo dari gue!” seru Ben menyentak tangan Ervans yang sempat bertengger di bahunya.

Adit menggeleng-geleng melihatnya. Ketiga sahabatnya itu memang absurd jika di satukan. Apalagi Ben yang gampang sekali ngambek dan Ervans yang hobinya membuat masalah membuat mereka seperti Tom&Jerry di dunia nyata.

Adit hendak berbelok sebelum keningnya mengernyit melihat kedatangan Alfa yang kembali menghampirinya.

“Mau kemana?” tanyanya penasaran.

Alfa menggaruk tengkuknya. “UKS, mungkin.” 

“Mungkin?” Sebelah alis Adit terangkat memastikan.

Alfa mengangguk, “Ada sesuatu yang harus gue urus.”

“Ini darurat,” lanjutnya sebelum berjalan lurus meninggalkan Adit yang berbalik melihatnya.

“Awas sampai buat masalah,” gumam Adit kemudian berjalan menyusul ketiga temannya yang sudah tak terlihat lagi.

Di ruang UKS yang sunyi, Raras menolehkan kepalanya begitu telinganya mendengar derap langkah seseorang dari belakang. Dan betapa terkejutnya saat melihat Alfa berada di sana.

“Mau ngapain lo?” tanya Raras sedikit gugup.

Pasalnya ini adalah kali pertamanya ia berbicara langsung dengan Most Wanted SMA CEMPAKA yang terkenal paling judes di sekolahnya.

Alfa berdeham, memutus kontak mata dengan gadis yang masih duduk lemas di atas ranjang. Oh, udah sadar, batin Alfa sebelum berbicara.

“Bisa lo keluar?”

Raras menatap laki-laki di hadapannya curiga. “Lo mau ngapain sampai nyuruh gue keluar?”

“Gue mau ngomong sama Gaby,” jawab Alfa menekan suku kata terakhirnya.

“Oke, dan sejak kapan lo kenal sama dia?”

Raras bersedekap dada memandang Alfa semakin curiga, sebab selama ini mereka tidak pernah berhubungan dengan anak-anak IPS lalu bagaimana ceritanya Alfa bisa kenal sama Gaby?

YA!” seru Raras tiba-tiba membuat Alfa maupun Gaby terkejut lalu menoleh ke arahnya. Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

“Gue tau lo pasti mau macem-macem...”

“Ras,” potong Gaby saat itu juga. Alfa sempat meliriknya, membuat suaranya semakin gemetar.

“Bisa tinggalin gue dulu? Gue janji bakal jelasin semuanya nanti,” lanjut Gaby.

Raras menelan perkataannya mentah-mentah kemudian menghela nafas pasrah. Jika Gaby sudah angkat bicara artinya memang ada something di antara keduanya. Dengan berat hati ia segera berdiri dari tempat duduknya.

“Awas aja sampai lo aneh-aneh sama sahabat gue. Gue gibeng juga lo!” ancam Raras pada Alfa, lalu berjalan keluar meninggalkan Gaby dan si playboy cap kadal di ruang UKS sendirian.

Alfa tersenyum miring. “Temen lo galak banget,” ujarnya memecah keheningan tanpa mengalihkan perhatiannya pada sosok gadis di depannya.

Gaby diam menunduk membuat Alfa memincingkan matanya.

Kenapa dia berusaha menghindari gue? Apa mungkin — SIALAN!

Banyak sekali pertanyaan dalam otaknya dan semua itu hanya karena seorang cewek? Benar-benar bukan dirinya sekali.

Di sisi lain Gaby sudah pasrah dengan keadaanya. Ingin menghilang pun percuma. Dirinya tak punya jurus seperti anime kesukaannya yang bisa menghilang dengan mudah begitu saja.

“Lo masih marah sama gue?”

Ekor mata Gaby melirik Alfa yang duduk di sampingnya. Ia tak menjawab dan hanya meremas jari jemarinya gugup.

Dia lucu banget, anjir! batin Alfa menggigit pipi bagian dalamnya gemas. Menyembunyikan rasa geli dalam dirinya.

“G-gue gak marah,” elak Gaby terbata-bata. Sialan, ia benar-benar gugup ditambah detak jantungnya yang tiba-tiba menggila. Ahh, semoga saja cowok itu tidak mendengarnya.

“Kita gak saling kenal di sekolahan jadi jangan—”

“Cewek gue kenapa lucu banget sih?” Alfa dengan sengaja mencubit pipi Gaby dengan gemas.

Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja membuat detak jantung Gaby semakin tidak karuhan. Ia langsung menjauh dari jangkauan Alfa begitu saja.

“Lo apa-apaan sih? Sejak kapan gue jadi cewek lo?!” tanya Gaby mencoba berlagak galak, walaupun suaranya malah terdengar seperti tikus yang mencicit.

“Semalam," ucap Alfa tersenyum smirk. "Lupa, hm?"

Gaby mendengus, usahanya untuk menghindari kontak mata dengan Alfa sia-sia. Ia akhirnya menatap laki-laki itu sinis.

“Itu lo sendiri yang mutusin, emang semalam gue setuju buat jadi cewek lo? Nggak kan?”

Alfa mengulum senyumnya. Benar-benar gemas melihat tingkah Gaby, bahkan rasanya ia ingin sekali memakan gadis itu hidup-hidup sekarang juga.

Gue benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama? batin Alfa tidak percaya.

“Lo gila, ya? Semalam ngaku-ngaku jadi cowok gue sekarang malah senyum-senyum sendiri kayak orang idiot.” Gaby menatap Alfa dengan pandangan horor.

Alfa yang tidak bisa menahan perasaannya langsung memeluk gadis di sampingnya dengan erat. Membuat Gaby tersentak kaget. 

“Ihh, lo kenapa sih lepasin gue!” sentak Gaby bingung dengan perilaku Alfa yang tidak jelas.

“Gue juga nggak ngerti, tapi,” jeda Alfa kemudian melepaskan pelukannya. Matanya menatap dalam sepasang mata bundar milik Gaby di depannya.

“Gue jatuh cinta sama lo, bahkan secepat ini di saat kita sama-sama nggak saling kenal sebelumnya.”

“Lo ngelindur? Omongan lo nggak jelas.” Gaby langsung mengambil jarak aman mengindari Alfa. Perasaannya mendadak tidak enak. Ia tidak mau baper ataupun berharap lebih hanya karena ucapan Alfa barusan. 

Gaby tahu bahkan seantero sekolahannya pun juga tahu jika Alfa adalah playboy. Laki-laki yang pandai membual dan mempermainkan hati perempuan. Tentu saja ia tidak mau menjadi salah satu dari mereka yang pernah di PHP-in sama Alfa.

Alfa menggeram rendah, kemudian mengangkat dagu Gaby sedikit kasar. Menginginkan gadis itu untuk melihat keseriusannya. Dirinya yakin Gaby berbeda dari gadis-gadis di luar sana, gadis itu dengan mudah menjungkir balikkan dunianya hanya dengan air mata dan senyumannya.

Persis seperti kejadian semalam contohnya, ia bahkan tidak bisa tidur saat bayangan Gaby yang menangis dalam pelukannya terus berputar bak memori yang terekam jelas dalam otaknya. Rasa khawatir gadis itu tanpa sadar mampu membuat hatinya bahagia.

Dalam hidupnya Alfa tidak pernah merasa sebegitu bajingannya karena sudah membuat gadis menangis. Dulu sebelum bertemu dengan Gaby hobinya memang membuat para gadis menangis karena ulahnya yang mempermainkan perasaan mereka.

Tapi sekarang anehnya saat melihat Gaby menangis untuknya, membuatnya berjanji saat itu juga untuk tidak lagi membuat gadis yang ia kagumi menangis. Dan gadis itu adalah Gaby, adik dari sahabat kakaknya.

Gaby mendesah pelan. Manik matanya bergulir memberanikan diri untuk membalas tatapan Alfa di depannya.

“Gue paham tapi gue nggak bisa.”

“Maksud lo?”

“Gue belum siap sakit hati kalau ujung-ujungnya lo cuma mau nyakitin hati gue,” lanjut Gaby memutus kontak dengan Alfa. Ia memalingkan wajahnya ke depan. Jangan sampai dirinya baper hanya karena tatapan cowok yang bahkan baru ia kenal belum lama ini.

Alfa tercengang mendengar perkataan Gaby barusan. Dirinya langsung ditolak begitu saja sebelum berjuang? Oh bagus, jangan salahkan jika ia bertindak kasar dengan gadis itu, karena apapun yang telah menjadi keputusannya tidak akan pernah ia sia-siakan begitu saja. 

“Gue nggak peduli,” ujar Alfa dengan cepat mencium Gaby. 

Sialan, mantra apa yang Gaby berikan padanya sampai dirinya segila ini hanya dengan berdekatan dengan gadis itu? Bahkan ini adalah kali pertama dalam hidupnya ia bertindak agresif dengan seorang gadis.

***

TBC

Gimana?

Kesel sama Alfa?

😂😂

Sama aku juga🤬🤬🤬

BTW, JANGAN LUPA VOTE YA!!

Eh, komen juga boleh😘😘😘

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti lĂ­bit

15.1K 1.5K 55
⚠️FOLLOW AKUN AUTHOR DULU SEBELUM MEMBACA!! Zheana Alziya Jevosca, gadis malang yang tak tahu nasibnya harus dibawa kemana. Satu yang ia percaya, sem...
1.4M 180K 36
Aryan Virendra Atharrazka, seorang pengacara berusia 26 tahun, anak kedua dari pasangan Abyan dan Zara. Tak pernah menjalin asmara dengan perempuan m...
286K 8.7K 41
"Lo adalah gadis yang masuk ke dalam kehidupan gue." Stop🔞 Konten dewasa, bocil menjauh. (jika ingin lanjut silakan. Tapi dosa tanggung sendiri ya)...
1.3K 263 31
"Jangan tanyakan seberapa dalam aku mencintaimu Tuan Putri, bahkan Andala saja masih belum cukup untuk mengibaratkannya"_ Fian Zaufa Karaulia Akbar s...