Possessive Badboy [END]

Oleh Liviebluee

14.4M 1.1M 113K

Laki-laki itu menatap tajam gadis di hadapannya. "Kenapa dekat-dekat dia?" tanyanya dengan marah tertahan. G... Lebih Banyak

Possessive Badboy 1
Possessive Badboy 2
Possessive Badboy 3
Possessive Badboy 4
Possessive Badboy 5
Possessive Badboy 6
Possessive Badboy 7
Possessive Badboy 8
Possessive Badboy 9
Possessive Badboy 10
Possessive Badboy 11
Possessive Badboy 12
Possessive Badboy 13
Possessive Badboy 14
Possessive Badboy 15
Possessive Badboy 16
Possessive Badboy 17
Possessive Badboy 18
Possessive Badboy 19
Possessive Badboy 20
Possessive Badboy 21
Possessive Badboy 22
Possessive Badboy 23
Possessive Badboy 24
Possessive Badboy 25
Possessive Badboy 26
Possessive Badboy 27 + VISUAL CAST
Possessive Badboy 28
Possessive Badboy 29
Possessive Badboy 30
Possessive Badboy 31
Possessive Badboy 32
Possessive Badboy 33
Possessive Badboy 34
Possessive Badboy 35
Possessive Badboy 36
Possessive Badboy 37
Possessive Badboy 38
Possessive Badboy 39
Possessive Badboy 40
Possessive Badboy 41
Possessive Badboy 42
Possessive Badboy 43
Possessive Badboy 44
Possessive Badboy 45
Possessive Badboy 46
Possessive Badboy 47
Possessive Badboy 48
Possessive Badboy 49
Possessive Badboy 51
Possessive Badboy 52
Possessive Badboy 53
Possessive Badboy 54
Possessive Badboy 55
Possessive Badboy 56
Possessive Badboy 57
Possessive Badboy 58
Possessive Badboy 59
Possessive Badboy 60 -End-
EXTRA PART I
POSSESSIVE BADBOY SPESIAL

Possessive Badboy 50

179K 13.5K 802
Oleh Liviebluee

SELAMAT MEMBACA

vote⭐ dan komen

-0o0-


      Alena meremat kuat roknya. Tubuhnya gemetar mendekati gang kecil di depannya. Matahari mulai terbenam meninggalkan semburat jingga di awan. Udara terasa dingin sejak beberapa saat yang lalu turun hujan. Ia baru saja selesai kerja di sebuah toko. Sepulang sekolah Alena langsung bekerja tanpa sempat berganti seragamnya.

Sreeett!

Alena marasakan kesakitan saat tangannya di cengkram kuat oleh pria di depannya. Gadis itu berusaha sekuat mungkin untuk tidak meringis.

“Gue butuh duit.” ucap Birma yang tak lain adalah papanya.

“Alena nggak ada uang lagi, pa.” sahutnya singkat.

Tangan besar Birma mencengkram kuat dagu Alena. “Dasar anak durhaka! berani banget lo bohongin orang tua.” geramnya mulai marah.

Alena menatap sosok Birma terlihat kacau. Bahkan yang ia seperti tidak mengenal sosok pria dihadapannya karena penampilannya sangat berantakan.

“Alena nggak bohong, pa.” lirihnya.

PLAK!

Tubuh Alena terjatuh di tanah. Pakaiannya menjadi kotor terkena lumpur di dekatnya. Pria itu dengan kasar menarik rambut Alena dengan tidak berperasaan.

“Anak sialan! sini tas lo biar gue periksa.” Ia melepas tas punggung Alena dengan begitu kasar. Alena berusaha mencegah dan hal itu membuat Birma langsung menendang wajahnya. Air mata Alena mulai jatuh merasakan bibirnya yang berdarah.

“INI APA!?” Birma menemukan sebuah amplop dengan beberapa lembar uang berwarna merah di dalamnya.

Alena merangkak memeluk kaki papanya. “Pa, itu uang sekolah aku. Aku mohon jangan diambil, pa.”

“DIEM! Ancaman gue masih berlaku. Kalau sampai lo nggak kasih duit lagi, lo yang bakal gue jual buat dapet duit banyak.” ancam Birma. Ancaman papanya tidak main-main. Birma dulu hampir menjualnya dan untungnya Alena bisa mencegah dengan jaminan akan selalu memberikan uang.

Bukk!

Birma menendangnya lagi. Alena merasakan kepalanya yang terasa remuk saat menghantam sebuah batu besar. Ia menyentuh pelipisnya yang mengeluarkan darah. Saat juga tangisnya pecah merasakan sakit di sekunjur tubuhnya.

Setelah lama menangisi takdirnya yang sulit, Alena kembali berdiri dengan susah payah. Kepalanya terasa pusing. Gadis itu berjalan menyusuri trotoar dengan gelapnya malam ditambah luka-luka di sekunjur tubuhnya. Alena sangat ingin menertawakan hidupnya sekarang ini. Bukankah ia sangat menyedihkan?

Ting!

Suara ponselnya berbunyi.

Alena

Lo dimana?

Gue sekarang ada di rumah lo tapi lo nya gak ada

Jam kerja lo harusnya udah selesai dua jam yang lalu

Di read doang

Balas dong

Berisik lo!

Lo dimana, yang?

Yang, yang pala lo peyang

Alena terkekeh kecil. Gervan selalu bisa mengembalikan moodnya.

Van

Gue mau nanya sesuatu sama lo

Apaan? Gak biasanya lo permisi sebelum nanya sesuatu sama gue

Jangan-jangan lo mau nanya warna kancut yang gue pake sekarang

Bukan kampret!

Oh kirain, emang mau nanya apa?

Teman gue satu-satunya siapa?

Gue lah

Cowok yang satu-satunya dekat sama gue siapa?

Gue dong

Cowok yang selalu rela badannya gue gebukin buat ngelampiasin marah, siapa?

Cuma Gervan seorang

Cowok yang selalu ada buat gue  siapa?

Gervan Nuraga ganteng

Gue suka sama dia

“Serena.”

Alena menoleh mendengar seseorang di belakangnya. Regha?

“Oh sorry, gue pikir Serena.” kata Regha tersenyum kikuk. Ia sempat menduga gadis yang berjalan sendirian itu adalah Serena. Regha membulatkan mata melihat keadaan Alena.

“Lo kenapa, Na?” tanyanya terdengar sangat khawatir. Mereka memang tidak terlalu dekat hanya beberapa kali pernah saling berbincang di kantin. Sebenarnya sih Regha yang mengajak Serena duduk bersamanya di kantin bersama Nando dan Arjuna. Tapi yang ada Serena juga mengajak Alena.

Alena mengulum bibirnya. “gue dicopet.” bohongnya.

“Sampe terluka kayak gini?”

Alena mengangguk. “Gue ngelawan jadi mereka mukulin gue.” Bahkan untuk mengeluarkan kata itu sudah membuat bibirnya terasa perih.

“Gha.” panggil Alena pelan.

“Kenapa, Na?”

“Boleh anterin gue?” Alena tersenyum tipis. “Ke rumah sakit.” ucapnya lagi.

Regha mengangguk kemudian mereka berjalan mendekati motor Regha yang terparkir sembarangan. Alena kembali melihat ponselnya yang berbunyi.

Gadis itu menggeleng pelan melihat isi pesan Gervan. "Bego banget jadi cowok.” cicitnya terkekeh pelan.

--0o0--


“Ini bukan rumah sakit, Na.” sahut Regha memperhatikan gedung menjulang tinggi di depannya. Sebuah hotel.

Alena langsung turun dari motor besar Regha. Ia membuka helm yang terkait di kepalanya kemudian memberikan kepada laki-laki itu.

“Makasih, lo bisa pergi.”

Regha mengernyit kemudian tersadar sesuatu. “Mata lo bengkak. lo nangis dari tadi?”

Alena tertawa padahal tidak ada yang lucu dari pertanyaan Regha. “Mata gue kelilipan doang. Gue ada urusan disini.” sahutnya.

Regha sempat ragu karena melihat bagaimana Alena selalu berusaha tidak bertatap dengannya. Detik setelahnya ia kemudian mengangguk dan kembali memasang helm.

“Regha.”

Regha mengurung niatnya menghidupnya mesin motor.

“Lo suka sama Serena?” tanya Alena. Regha diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

Alena tersenyum lalu menepuk pundak laki-laki itu. “Serena itu anaknya baik dan gue percaya lo bisa jagain dia.” ucap Alena membuat Regha tersenyum tipis di balik helmnya.

--0o0---

“Ser, tenang dulu.”

Regha membantu Serena yang terjatuh di lantai saat gadis itu terus berlari tanpa memperhatikan sekitarnya. Gadis berkacamata itu tidak berhenti menangis. Keduanya kini menyusuri lorong rumah sakit. Kabar dari Fresa mengatakan bahwa Alena menjatuhkan dirinya dari ketinggian sebuah gedung hotel yang kemudian langsung dibawa ke rumah sakit. Serena yang awalnya sedang bersama Regha langsung berputar arah menuju rumah sakit.

Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Fresa yang menangis keras di lantai serta Gervan terlihat diam di tempat duduk namun matanya tidak berhenti mengeluarkan air mata. Suasana semakin terasa pilu saat mengetahui Alena tidak bisa diselamatkan. Regha memegang bahu Serena yang hampir merosot di lantai. Tangisnya seolah mengiringi kepergian Alena yang tidak akan pernah kembali lagi. Regha mendekap tubuh Serena yang meraung-raung di pelukannya. Serpihan ingatan mulai terlintas dalam benaknya. Pertemuan terakhirnya dengan Alena menimbulkan penyesalan luar biasa dalam hatinya.

“Seharusnya gue nggak nganter Alena ke hotel itu.” lirih Regha merasa bersalah. Ia mengusap wajahnya dengan kasar.

“Lo bilang apa barusan?”

Suara serak yang terdengar begitu dingin itu memasuki telinga Regha. Ia menoleh pada Gervan yang memperlihatkan wajah putus asa. Tatapan laki-laki itu menyiratkan gelojak berbagai emosi disana.

“LO TADI NGOMONG APA BANGSAT!?”

Gervan mendekati Regha kemudian mencengkram kasar baju laki-laki di hadapannya.

BUGH!

Ia berhasil memberikan pukulan di perut Regha. Regha terbatuk-batuk setelahnya ia dipaksa kembali berdiri tegak oleh Gervan.

“Van, gue cuma...“

“LO CUMA APA!? KALAU AJA LO NGGAK NGANTER ALENA KESANA MUNGKIN DIA NGGAK AKAN BUNUH DIRI! LO YANG BUAT ALENA SEMAKIN NEKAT NGELAKUIN ITU! SEHARUSNYA LO BISA CEGAH DIA DAN BUKANNYA NGANTER DIA MENUJU KEMATIANNYA!” bentak Gervan.

BUGH!

Gervan mendaratkan pukulannya mengenai wajah Regha.

“LO PENYEBAB ALENA MENINGGAL! LO PEMBUNUH ALENA SIALAN!” teriak Gervan. Sungguh saat ini tubuh Gervan dikuasai emosi yang sangat tinggi. Ia terus memberikan pukulan kepada Regha dengan sangat brutal. Ia tidak peduli posisi keduanya yang masih berada di rumah sakit.

“BERHENTI! Kalian berdua berhenti!” teriak Fresa, ibu Serena yang berhasil membuat Gervan menghentikan perbuatannya. Wanita paruh baya itu menatap Regha. Dalam benaknya yang paling dalam ia belum siap kehilangan Alena yang baru saja ia temui setelah bertahun lamanya. Hanya penyesalan yang tertinggal saat ini. Sepatutnya yang perlu disalahkan mungkin dirinya. Seandainya ia mempertahankan Alena mungkin putrinya itu tidak berakhir bersama mantan suami yang sekarang mendekam dalam penjara. Ia rela bahkan sangat rela jika Birma diberi hukuman seumur hidup. Hukuman mantan suaminya itu tidak sebanding dengan penderitaan Alena selama hidupnya.

“TANTE MAU BELAIN DIA? DIA PEMBUNUH ALENA, TAN! ALENA BAKAL TETAP DISINI KALAU AJA DIA GAK NGANTER ALENA KE HOTEL ITU! LO BUAT GUE KEHILANGAN ALENA BRENGSEK!” teriak Gervan frustasi.

“Nak Gervan, cukup. Ini bukan kesalahan Regha.” kata Fresa kepada Gervan.

Gervan menggeleng tidak terima. Bisa-bisanya Fresa membela laki-laki yang menjadi penyebab Alena tiada. Mata nyalang itu kembali menatap Regha yang terduduk dengan wajah babak belurnya.

“AARRGGHH!”

BRAK!

Setelah menendang kursi dengan kesal, Gervan kemudian melangkah menjauhi tempat itu dengan membawa sakit hatinya.

Regha dengan rasa bersalah menatap kepergian Gervan. Ucapan laki-laki itu tergiang di benaknya. Benarkah dirinya penyebab kematian Alena? Regha mengusap bibirnya yang berdarah.

Ia menatap Serena yang terduduk di lantai. Gadis itu memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan. Tubuhnya gemetar dengan isakan tangis yang tidak berhenti. Regha menyentuh pundak Serena dengan lembut.

“Ser, gue sama sekali nggak tau kalau Alena bakal bunuh diri disana.” jelas Regha tidak mau sampai Serena ikut membencinya.

Gadis dibaluti kacamata itu mendongak dengan mata memerah. Hal itu membuat Regha diserang rasa bersalah.

“Ser, gue nggak bermak—"

“Alena itu hidupnya udah susah sejak kecil. Aku cuma mau dia mendapatkan kebahagiaannya setelah terlepas dari papa.” kata Serena parau. Ia menatap Regha dengan mata sembabnya.

“Gha, ada pepatah mata dibayar mata, darah dibayar darah, nyawa dibayar nyawa.” ucapnya dengan tatapan sulit dimengerti. "Kamu tau artinya apa?"

Regha terdiam mencerna maksud ucapan gadis itu.

FLASHBACK OFF


****









Story chat


Ini Gervan yang kurang peka atau balasan Alena yang buat salah paham.

Terimakasih sudah membaca💙

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

4.7M 378K 67
Aleta Queen Bagaskara, siswi baru di SMA DERWANGGA. Gadis yang di claim oleh seorang cowok berparas bak Dewa Yunani. Memiliki wajah tampan, namun dat...
16.9K 2.4K 36
[ Novel Terjemahan China-Indonesia/No Edit ] ē©æꈐē§‘学家ēš„小ē¾Žäŗŗé±¼ Penulis: é”¾ę— ē—• Shen Anan sedang memakai sebuah buku. Ketika orang lain memakai buku, itu adalah...
7.6M 495K 47
"Gue cuman mau lo nurut. Gampang kan?" "Gue bilang ga mau, ya ga mau! Jangan maksa dong!!" Dingin Kasar Datar Dan itu Revan, cowok gue. Highest rank...
2.2M 130K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...