Asmaradahana (Lengkap)

By NengKarisma

101K 8.4K 3.5K

🏆Juara I event writing maraton with Shana Publisher 🍀 Layaknya impromptu; dibuat atau dilakukan tanpa persi... More

Introduction
00. Prolog
00I. Konkret
002. Dejavu
003. Impulsif
004. Reaktif
005. Amfibi
006. Tacenda
007. Hipotesis
008. Kontradiksi
009. Positif
0010. Impromtu
0011. Predestinasi
0012. Sinkron
0013. Estungkara
0014. Ambiguitas
0016. Derana
0017. Bujuk rayu
0018. Mengais Restu
0019. Suka Cita
0020. Jatukrama
0021. Aritmia
0022. Daksinapati
0023. Cakrabuana
0024. Anantara Harsa
0025. Fatamorgana
0026. Lara
0027. Berahi hati
0028. Nahas
0029. Asmaraloka
0030. Hipoksia
0031. Harsa
0032. Asmaradahana
0033. Renjana
0034. Eunola
000. Epilog
⚠️ Pengumuman Penting ⚠️

0015. Defensi Afirmatif

2.1K 205 50
By NengKarisma

0015. Defensi Afirmatif

Jangan lupa tingggalkan VOTE, KOMEN & FOLLOW AUTHOR. Share juga cerita ini biar semakin banyak yang baca❣️

"Sulit untuk menerima semua ini, karena kebingungan masih membelenggu."-Geuslline Anyelir

🥀🥀

Semangkuk sup ayam dengan jamur hitam yang sudah dingin membuatnya semakin enggan mengisi perut. Wanita muda yang duduk di pinggiran ranjang itu hanya menatap makanan tersebut. Makanan yang sudah tersedia sejak dia tertidur itu hanya dijadikan pajangan. Mengingat semenjak terbangun, dia hanya berdiam diri. Waktunya dihabiskan untuk melamun dan meratapi sesuatu yang tidak menentu.

Anyelir hanya gadis biasa, jika bukan karena kelebihan genetik yang dia miliki. Dalam bidang pendidikan dia hanya siswi dengan nilai akademik yang akumulasinya rata-rata. Dia juga tidak pandai bersosialisasi. Oleh karena itu, tidak banyak teman yang dia miliki. Tidak ada kelebihan mencolok lain, selain paras pemilik nama panggilan Anye itu yang menarik. Anye juga introver dan defensif. Dia tidak akan menunjukan reaksi papun, selain wajah flat, sekalipun tengah dirundung oleh teman-temannya.

Sering dirundung bahkan sempat menjadi korban pelecehan di masa remaja, membuat Anye frustasi. Kendati demikian, rasa frustasi itu tidak dia perlihatkan begitu saja. Tanpa sadar dia menciptakan kepribadian baru yang lebih ideal. Geul namanya. Geul si pandai membawa diri, bersosialisasi, dan tentu saja ekspresif.

"Semua ini karena Geul."

Dia bergumam lirih seraya menyentuh perut rampingnya.

Bagaimana tidak kesal, marah, juga benci. Anye sering merasa kehilangan waktu. Parahnya lagi, Anye tidak dapat ingat apapun saat kehilangan waktu tersebut. Dia tidak tahu telah melakukan apa saja selama kehilangan waktu. Saat dia kembali sadar, sudah banyak hal yang terjadi. Contohnya ketika peristiwa terbangun di kamar hotel dengan pria asing. Anye tidak mengingat apapun. Karena perbuatan Geul, Anye lah yang harus menanggung akibatnya. Kini, Anye juga harus menerima fakta jika di dalam rahimnya ada kehidupan lain yang tengah tumbuh dan berkembang.

"Semua ini di luar kendaliku."

Anye belum siap menjadi Ibu. Anye masih ingin melanjutkan pendidikan, seberat apapun masa-masa itu dilalui. Dia ingin mengenyam bangku pendidikan yang lebih tinggi setelah lulus nanti. Dia masih memiliki banyak mimpi.

"Aku ...nggak mau dia hadir."

Tangisan Anye kembali terdengar, walaupun lirih. Saat kesepian datang menyambangi, dia akan lebih merasa frustasi. Ana sedang pergi keluar untuk membeli beberapa kebutuhan. Saat Ana pergi, Anye masih tertidur.

Anye kehilangan jati diri saat dia terpuruk dalam kesepian. Dia tidak sadar saat kesedihan dan kesepian melingkupi, maka akan ada kepribadian lain yang mengambil alih tubuhnya. Semua itu terjadi dengan cepat. Karena pada dasarnya, Geul hadir untuk menyempurnakan ketidakmampuan Anye dalam menghadapi kejamnya dunia. Geul hadir dengan sifat dominan yang berbanding terbalik dengan Anye, semata-mata karena ingin menyelesaikan apa yang tidak bisa Anye lakukan.

🥀🥀

Gemerlap lampu disko diiringi lantunan musik dari discjokey menyambut kedatangan tiga pria berpakaian casual di club night bernama Paradise Club. Puluhan manusia tampak tumpah ruah di area dance floor. Mereka bergerak sesuai irama musik yang menghentak-hentakan jiwa. Banyak wanita bergaun malam yang ketat melirik ke arah mereka saat mendudukkan diri di depan meja bar.

Arez, Arsen dan Andrew memilih duduk, kemudian memesan minuman. Malam ini Arez dan Arsen bertugas untuk menemani bule Bulgaria untuk havefun di Paradise Club.

"Vodka?" Tawar Andrew.

Bule berkewarganegaraan Bulgaria itu tampak happy, ketika pada akhirnya bisa havefun di club night yang mayoritas diisi oleh wanita Asia yang menurutnya sangat cantik dan menarik.

"No," jawab Arez malas, ketika segelas vodka disodorkan ke arahnya.

"Liquor kalau begitu?" Tawar Arsen, bergantian.

"Aku cukup menjadi tourguide saja malam ini, no alcohol," tegas Arez.

Arsen dan Andrew kompak tertawa. Mereka terhibur dengan ekspresi pria yang memang setengah hati datang ke tempat ini.

"Kalian sudah datang?" sapa suara lembut yang berhasil membuat mereka bertiga menoleh.

Dari arah samping, seorang wanita cantik yang mengenakan Cut of shoulder dress berwarna merah baru saja muncul. Bibir yang tersapu Chanel rounge Allure Velvet berwarna senada tampak menyunggingkan senyum manis. Dia melangkagkan kakiknya yang terbalut Ankle strap dengan kepercayaan setinggi langit.


"Akhirnya kamu datang, Bee," ucapnya usai berdiri tepat di samping Arez. "I miss you so bad."

Arez memutar bola mata jengah. Dia yang datang setengah hati ke tempat ini, mendadak ingin pulang seketika itu pula karena mendengar ucapan mantan kekasihnya.

"Menjauh lah," ujarnya dingin seraya meraih gelas berisi vodka yang tadi dia abaikan. Niat hati tidak ingin menyentuh minuman beralkohol, tiba-tiba sirna begitu saja.

"Kamu tidak rindu aku, bee? Sebulan ini kita sama sekali tidak bertemu."

"Siapa kamu, sampai-sampai harus aku rindukan?" Tanya Arez balik, usai menenggak seperempat isi Vodka di dalam kelas. Ternyata imannya masih lemah jika berhadapan dengan minuman haram.

"Bee, aku ini masih pacar kamu," rajuk wanita cantik tersebut.

Arez mendengus. Padahal sudah jelas jika sebulan yang lalu mereka telah selesai. Sedangkan Arsen dan Andrew yang tidak mau ikut campur, memilih mundur teratur. Kedua pria tersebut memilih pergi mencari kesenangan sendiri.

"Apa kamu masih marah bee? Satu bulan ini tidak cukup untuk kamu berpikir?" Tanya Sussane sambil mendudukkan dirinya di pangkuan pria Arez.

Arez tentu saja terkejut. Dia bergerak untuk menyingkirkan Sussane dari pangkuannya, tetapi sebagian hatinya menolak ide tersebut.

"Kamu nggak mungkin serius sama ucapan kamu sebulan lalu, 'kan?"

"Kita sudah selesai," tegas Arez sekali lagi. Dia tidak mungkin jatuh ke lubang yang sama dua kali. "Mulai sekarang, jangan campuri urusanku. Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun."

"Tapi, bee, aku-"

"Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan sebulan ke belakang?" Potong Arez dengan menatap lawan bicaranya, lekat.

"A-ku ada pemotretan di Kuta, Bali, Bee."

Arez menyeringai tipis mendengar jawaban wanita yang pernah menguasai hatinya tersebut. "Hmm. Pemotretan di resort pribadi milik Steven sialan itu?"

"Bee, kamu salahpaham. A-ku gak bohong. Aku ada pemotretan di sana untuk sebuah brand pakaian."

Arez tidak menggubris. Pria itu lebih memilih menenggak sisa minuman di gelasnya, ketimbang meladeni kedustaan wanita tersebut.

"Bee, dengarkan aku. I really love you so bad. Aku nggak bohong."

"Teruslah berkelit lidah, Sussane. Toh, aku tidak akan percaya," kekeh Arez usai melarikan pandangan ke sembarangan arah. Kemana saja asal bukan memandang wanita yang tengah merajuk di atas pangkuannya.

Dulu, dia akan melabuhkan ciuman gemas setiap kali Sussane merajuk. Tetapi, itu dulu. Sebelum Sussane berkhianat dan membuat Arez kembali kepada semboyan, 'cinta adalah larangan terbesar bagi seorang penakluk yang benci ditaklukan.'

"Bee, please. Kita nggak mungkin begini terus," bujuk wanita cantik tersebut, mencoba merayu sang kekasih hati agar hubungan mereka kembali semula.

"Bee, dou you love me?" Tanya Sussane tiba-tiba, seraya menyentuh rahang Arez.

Arez mengatupkan rahang, lalu menatap lawan bicaranya lurus. Sorry, dia ini paling anti-pati dengan kata maaf jika sudah dikhianati.

"Bee, aku-"

"Shit!" Umpat Arez tiba-tiba. Pria rupawan reflek mengumpat ketika pandangannya tidak sengaja menangkap sosok yang familiar.

Dengan cepat Arez beranjak, tidak peduli jika wanita di pangkuannya terpekik nyaring karena terhuyung ke lantai. Seorang bartender dengan sigap membantu Sussane yang mendarat tidak tepat.

"Bee, kamu tega sama aku!"

Teriak wanita cantik yang berprofesi sebagai model tersebut. Untungnya, kondisi club yang tidak kondusif, membuat dia tidak menjadi pusat perhatian.

Arez tidak menggubris. Pria itu buru-buru melenggang menuju tempat di mana sosok familiar itu berada. Dua orang penjaga club night tampak menghalau aksesnya masuk.

"Lepaskan dia!" Ujar Arez, menengahi. "Dia datang bersamaku."

Kedua penjaga itu saling bertatapan untuk sejenak. "Gadis ini tidak bisa menunjukan kartu identitas atau member card. Tempat ini terlarang untuk anak di bawah umur."

Arez mengernyit kecil mendengarnya. Walaupun di bawah umur, gadis ...ah bukan. Dia sudah bukan seorang gadis lagi. Terlebih, sekarang dia tengah berbadan dua. Karena alasan itu pula, Arez terkejut bukan main ketika melihat dia berada di tempat seperti ini. Dengan kondisi hanya memakai piama tidur bermotif tie dye yang pendek, mempertontonkan paha mulus dan kaki jenjangnya, plus sepasang sandal rumahan sebagai alas kaki.

"Holly shit. Sedang apa kamu di tempat seperti ini, Anyelir!" Ujar Arez usai menarik lengan wanita muda itu keluar dari area terlarang tersebut. Dengan susah payah, akhirnya Arez bisa membawanya keluar.

"Kamu ...pria yang waktu itu, 'kan?"

Mendengar pertanyaan demikian terlontar dari lawan bicaranya, Arez berbalik. Menatap wanita cantik bermata hijau tersebut lurus-lurus. Jaga-jaga jika dia salah dengar.

"Kamu yang waktu itu, 'kan?"

Arez mengernyitkan kening dalam. "Yang mana?" pancingnya.

"Heh, kamu pria sialan yang waktu itu melecehkan aku!"

"Whatt?" Bingung Arez. "Kenapa wanita satu ini jadi seperti ini?" batinnya kebingungan.

"Kamu merenggut sesuatu yang sangat berharga bagis seorang gadis, sebagai imbalan dari tumpangan yang kamu berikan. Lepas dari kandang buaya, ternyata aku masuk ke kandang HARIMAU!" imbuh lawan bicaranya seraya bersidakep dada.

Arez masih mematung di tempat. Pikirannya berkelana kemana-mana. Banyak pertanyaan berseliweran di kepala, terutama soal berbedaan sifat yang signifikan di antara satu sosok dalam situasi yang berbeda. Mereka bukannya orang yang sama?

"Wait, wait. Kamu ...bukan Anyelier?"

Arez harus memastikan terlebih dahulu jika wanita ini adalah Anyelier, ibu dari calon bayinya.

Namun, wanita muda itu menggeleng dengan tegas. "Of course no't."

"No't?"

"Ya, kita dua kepribadian yang berbeda," ujarnya ambigu.

Membuat pikiran Arez semakin buntu. Bagaimana bisa ada dua orang yang sama dengan kepribadian yang berbeda?

"You lie?" Tanya Arez, memastikan.

"Of course no't. Aku jujur," jawab lawan bicaranya.

Arez pikir ketika bertanya, dia akan mendapatkan jawaban dari semua kebingungan. Akan tetapi, bukannya terjawab, kebingungannya malah semakin menjadi-jadi. Getaran dari saku celana jeans yang dia kenakan, membuat perhatian Arez teralihkan. Dia lantas segera mengambil benda yang berdering tersebut, guna menjawab panggilan yang masuk.

"Apa Anyelier bersama kamu?" Tanya suara di seberang sana, terdengar begitu cemas.

Arez menoleh, menatap wanita muda di sampingnya yang tengah bersidakep dada.

"Dia Anyelier atau bukan, ya?" batin Arez di dalam hati.

"Aku tidak bersamanya. Tapi, ada wanita yang mirip dengan Anyelier sedang bersamaku." Arez menjawab dengan suara kecil. Berharap jika obrolan mereka tidak terdengar oleh wanita di sampingnya.

"Siapa namanya?"

Arez menoleh sejenak, ketika Ana bertanya demikian.

"What is your name?"

Wanita muda itu menyergitkan alisnya bingung. "Setelah berhasil meniduriku, kau masih tidak tahu namaku?"

Skakmat. Arez rasa jangtungnya baru saja dihujam sesuatu dengan keras. Ucapan wanita itu bak Godam raksasa yang menghantam jantungnya dengan kekuatan luar biasa.

"Call me Guel. My name is Geul."

"Geul," ulang Arez.

Pegangan di telepon semakin erat. Komunikasi di antara mereka masih terjalin. Arez masih terpaku dalam keterkejutan. Begitupun dengan Ana yang ada di seberang sana.

Ambigu itu kian membelenggu. Arez semakin dibuat bertanya-tanya soal wanita yang dia tiduri. Apakah dia meniduri dua orang yang berbeda, atau dia meniduri satu orang yang sama, namun memiliki kepribadian ganda?

**

TBC

Defensi Afirmatif; cara mempertahankan keutuhan ego melalui penyataan yang tegas.

Jangan lupa jejaknya ya, manise:')
VOTE, KOMENTAR, FOLLOW AUTHOR & SHARE cerita ini biar makin banyak yang suka❣️

Sukabumi Juli 2021
Revisi 12/09/21

Continue Reading

You'll Also Like

KEIRORA By Qiana

Teen Fiction

100K 6.8K 45
[[ SEQUEL ASPETTARE ]] Keira dan Keiro. Saudara kembar non identik yang akhir-akhir ini sedang dilanda masalah. Keiro merasa dirinya semakin dijauhi...
6.2K 377 50
When Mahalini said, "Restu nya tak berpihak pada kita." Tidak ada kata 'damai' untuk dua keluarga yang tinggal saling bersebrangan itu. Setiap hari n...
997K 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
62.1K 6.8K 40
[Bagian kedua dari Ideal Husband] Ternyata semesta hanya menitipkan, bukan menjadikannya yang abadi. "Dia adalah sosok yang tidak akan pernah saya...