Obesity, Is Me!

By amyourlyca

3.9K 2.2K 9.8K

[Follow dulu sebelum membaca] [On going] *** Ilma itu nggak pedean. Ilma itu lemah. Ilma selalu rendah diri... More

B O N N Y Z E R R A L D D.
I L M A K I A N A L A H.
C H A P T E R 1
C H A P T E R 2
C H A P T E R 3
C H A P T E R 4
C H A P T E R 5
C H A P T E R 6
C H A P T E R 7
C H A P T E R 8
C H A P T E R 9
C H A P T E R 11
C H A P T E R 12
C H A P T E R 13
C H A P T E R 14
C H A P T E R 15
C H A P T E R 16
C H A P T E R 17
C H A P T E R 18
C H A P T E R 19
C H A P T E R 20
C H A P T E R 21
C H A P T E R 22

C H A P T E R 10

124 83 310
By amyourlyca

Obesity, Is Me!
_
_
_____

C H A P T E R  10

"Bon, lagi ngapain sih di sini?" Rega yang bersembunyi di belakang Bonny bertanya tepat di telinga cowok itu.

Bonny berdecak sambil memegang kupingnya yang terasa geli, lalu mendorong tubuh Rega menjauh. "Kalo mau ke Kantin sana, duluan aja," ucapnya lalu menempelkan lagi tubuhnya di tembok, sambil menyipitkan matanya, memperhatikan pintu kelas, yang di atasnya terlihat tulisan 11 Mipa 3 itu.

Rega mengernyitkan dahi. "Lagi nunggu siapa sih? Di kelas ini ada inceran lo atau gimana?"

"Diem ah," desis Bonny. Tak lama, terdengar bel istirahat, membuat senyumn Bonny merekah.

"Fiks sih ini ada yang lagi lo pantau nih."

Bonny menghela napasnya panjang, mencoba bersabar. Lagian, ni orang satu kenapa juga ngikutin Bonny terus? Padahal dari tadi Bonny udah usirin loh.

Bonny kembali tersenyum melihat cewek itu keluar dari kelasnya, berdua bersama satu temannya. Dengan bibir yang sudah komat-kamit entah membicarakan apa, yang sepertinya membuat harinya terasa berat.

"Bon, wah parah. Inceran lo boleh juga, Bon," ucap Rega, sejak tadi mengikuti arah pandang temannya itu.

Bonny kembali berdecak, lalu menarik tangan Rega menjauh dari kelas itu. "Repotin lo, ah, gue nggak puas jadinya."

Rega tersenyum lebar. "Gue baru tau lo punya gebetan di kelas IPA. Nggak ada cerita-cerita lo, bro," ucapnya, lalu menepuk-nepuk bahu Bonny. "Kan, kalo gue tau gue bisa bantu lo, Bon."

Bonny menepis kasar tangan Rega, sambil memicingkan matanya dengan kesal. "Bukan gebetan gue."

Rega tetap tersenyum lebar. "Gue bisa ngerti kok, ini yang pertama buat lo. Pasti malu banget buat cerita sama gue. Gue juga dulu gitu kok."

Bonny memutar matanya, berjalan duluan meninggalkan teman gilanya itu.

"Aih, temen gue malu-malu banget, harus belajar dari gue kayaknya."

"Tungguin heh!" Rega lalu berjalan cepat menyusul Bonny.

"Bon, kalo butuh dukun buat pelet tu cewek, gue punya nomornya nih. Jangan malu-maluin gue cuma liatin tu cewek dari jauh doang. Kayaknya, tu cewek bakal susah di deketin deh." 

Bonny berhenti berjalan, lalu menoleh ke arah Rega. "Gue butuhnya nomor dukun santet. Punya?"

Rega menggeleng. "Buat santet siapa?"

"ELU!"

__

Ilma mendecak kecil saat melihat geng Rendy yang sedang berkumpul di depan koridor kelas 11. Cewek itu memutuskan berbalik badannya, berjalan cepat.

"Eh, itu si Babon bukan sih?"

Ilma tambah mempercepat langkahnya, sambil mengepalkan kedua tangannya di sisi badan.

"Eh, iya, si Ilma Babon."

"HEH ILMA! Sombong, ya, lo sekarang!"

Ilma memejamkan matanya sekilas, menahan kesal saat Rendy berhasil menyamai langkahnya.

"Widih Ilma, kurusan, ya, sekarang," ucapnya, sambil tertawa kecil.

Ilma tidak berani mendongak menatap cowok itu. Dia hanya jalan menunduk, menghindari tatapan di sekitar Koridor, yang dilayangkan ke arahnya dan Rendy.

"Diem aja, napa sih? Masih marah sama gue?" tanya Rendy.

Terdengar menyebalkan di telinga Ilma.

"Kan, gue udah minta maaf, Ma. Masa lo masih dendam sih sama gue? Udah setahun lo, Ma."

Ilma akhirnya berhenti berjalan, cewek itu memutar tubuhnya, menatap Rendy. "Ren,."

"Akhirnya di notice juga." Rendy nyengir kuda.

Ilma berdecak kecil. "Jangan ngikutin gue."

"Oh, gitu, sekarang lo nggak mau gue intil-intilin karena gue bukan temen lo lagi?"

Ilma menghela napasnya berat. "Gue nggak pernah temenan sama lo," ucapnya.

"Wah, sekarang omongan lo udah mulai pedes, ya, Ma. Sakit hati loh gue."

Ilma tidak menanggapi cowok itu, dia mempercepat langkahnya meninggalkan cowok itu.

"Ma!"

"Ilma!"

Panggilan dari cowok itu tidak mendapat tanggapan dari Ilma. Ilma akhirnya bisa bebas dari cowok itu, ketika dia sudah memasuki koridor kelas sepuluh, membuatnya menghela napas lega.

Ilma tidak tau saja jika di belakangnya, Rendy sedang dicegat oleh seseorang, mangkanya, tidak bisa menyusul cewek itu. 

"Minggir, elah, gue mau nyusul tu cewek." Rendy melangkah ke kiri, cowok di depannya ikut melangkah ke kiri, lalu membalikkan badannya, menatap datar ke arah Rendy.

Rendy menaikkan alis, tidak mengerti dengan orang ini. "Kenapa? Gue ada urusan sama lo?"

"Ada." Bonny melipat tangannya di dada. "Banyak."

Rendy merotasikan bola matanya. "Gue aja nggak kenal sama lo,"

"Nggak kenal?" Bonny tersenyum smirk. "Beneran?"

"Emangnya lo Artis? Perlu banget gue kenal." Rendy berdecih. "Minggir lo!" Rendy berjalan ke arah samping kiri Bonny, sempat-sempatnya cowok itu menubrukan bahunya dan bahu Bonny.

"Antrex." satu kata itu, mampu buat Rendy menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badannya dengan kaku. "Gue anggota Antrex."

Bonny tersenyum puas, melihat wajah cowok itu memias dengan sendirinya. "Selow aja, gue cuma mau ngomong one by one sama lo, nggak ada Bang Sandy atau Bang Ody kok."

"Buktinya mana kalo lo anggota Antrex? Bisa aja lo cuma ngada-ngada," balas Rendy, berusaha untuk santai. "Antrex nggak main-main kalo pilih anggota."

"Oh, gitu." Bonny melangkah satu langkah ke depan Rendy. "Gue bisa dapetin konfirmasi langsung dari Bang Sandy, tapi lo nya berani nggak berhadapan sama Bang Sandy langsung?"

Bonny terkekeh kecil. "Atau ada yang lebih mudah buat ngebuktiin gue anggota Antrex ...." Bonny menggantung kalimatnya.

Cowok itu lalu menarik kerah baju Rendy. Dia angkat tubuh Rendy, lalu mendorongnya sampai membentur tembok, hal itu membuat Rendy merintih kecil.

Tangan Bonny masih memegangi kerah Rendy, membuat cowok itu meronta minta dilepaskan ketika merasa tidak bisa bernapas.

Bonny memandanginya sinis, lalu...

BRUK!

Tubuh Rendy dijatuhkan ke lantai begitu saja. Memancing perhatian semua orang yang ada di sana.

Rendy masih terbatuk sambil memegangi lehernya.

"Semua yang ada di sini!" Bonny memutar mata ke sekelilingnya. "ADA YANG NGGAK KENAL GUE SIAPA?!"

Hening. Tidak ada yang menjawab, membuat Bonny kembali menaikkan salah satu sudut bibirnya. "Semua orang kenal gue. Lo-nya aja kudet."

Bonny memicingkan mata ke arah Rendy, dengan bibirnya yang menipis. "Bonny Zerrald Diandro, anggota Antrex."

"Ta-tapi gue nggak pernah ada urusan sama lo," jawab Rendy terbata.

"Banyak kata gue." Bonny jongkok di depan cowok itu. "Pulang sekolah tungguin gue di Parkiran." Cowok itu menepuk-nepuk bahu Rendy, sebelum berdiri lagi.

"Jangan coba-coba kabur. Lo tau apa yang bakal gue lakuin kalo lo kabur," ucap Bonny, lalu membalikkan badannya, dan berlalu dari sana.

"Sial!" umpat Rendy, lalu memukul-mukul lantai. "Gue beneran nggak inget gue beneran punya masalah apa nggak sama tu orang."

__

"Bon, lo beneran ngamuk?" tanya Rega, siang itu, di Rooftop tempat anak Antrex biasa kumpul.

Bonny yang sedang memakan keripik singkong yang dia beli tadi di Kantin hanya mengangguk kalem dengan mulutnya yang penuh.

Anak Antrex yang ada di sana kontan menganga.

Bonny itu jarang sekali marah, jika bukan hal yang besar, cowok itu lebih menghadapinya dengan kepala dingin. Galuh dan Regi yang katanya paling kalem di Antrex aja malah serem banget dan lumayan sering ngeluarin amarahnya jika sedang emosi.

"Alasan lo ngamuk kenapa, Bon?" tanya Sandy. Jika sedang di Sekolah gini, dia yang menjadi tetua dari mereka. Karena Alex -- ketua Antrex itu beda sekolah dengan mereka.

"Ngeselin aja mukanya." Bonny mencebikkan bibir bawah, jadi sebal banget kalo inget muka cowok itu.

"Nggak ada, elah. Lu nggak pernah jadi alasan kayak gitu buat marah-marah sama orang." Ody yang duduk di sebelah Bonny bahkan sampai memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Bonny.

"Ya, pokoknya sifatnya ngeselin!" jawab Bonny, lalu memalingkan wajahnya.

"Bon, dengerin gue," ucap Sandy. Merangsak maju duduk di sebelah cowok itu. "Kalo alasan lo cuma gitu, mending jangan buat masalah sampe bikin geger se-SMA Bon, nanti lo masuk BK lagi. Sayang, catatan bersih lo."

Bonny menghela napas sambil berpikir. Tapi tak lama cowok itu berdecak, tidak menemukan alasan untuk bersikap lunak pada cowok itu. "Kali-kali gue nggak papa masuk BK."

"Bon?" Kino memelototkan kedua matanya, tidak menduga Bonny akan mengatakan itu. "Keren, Bon. Gue dukung, lagian gak asik kalo SMA cuma flat aja tanpa mampir ke ruang BK," lanjutnya sambil bertepuk tangan.

"Bego!"

Kino meringis tapi jadi cengengesan saat Ody menggetok kepalanya.

"Terus, rencana lo ke depannya buat tu cowok apa? Pokoknya, gue tetep nggak ngizinin kalo lo main fisik," ucap Sandy, sebenarnya masih nggak percaya Bonny bisa ngelakuin seperti yang anak-anak ceritakan padanya.

"Nggak bakal." Bonny tersenyum misterius. Lalu menoleh bergantian ke arah Rega dan Kino. "Nanti bantuin gue, ya."

Rega dan Kino saling lirik, untuk kemudian dengan kompak menaikkan jari jempolnya.

Ody dan Sandy  hanya geleng-geleng kepala, tidak paham dengan apa yang akan mereka bertiga lakukan nanti.

***
TBC

Jangan lupa voment-nya yaww

Sampai jumpa dinext part!

Continue Reading

You'll Also Like

Ervan By inizizi

Teen Fiction

1.6M 110K 74
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
3.6M 288K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
5.2M 353K 67
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
558K 26.9K 36
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...