Obesity, Is Me!

By amyourlyca

3.9K 2.2K 9.8K

[Follow dulu sebelum membaca] [On going] *** Ilma itu nggak pedean. Ilma itu lemah. Ilma selalu rendah diri... More

B O N N Y Z E R R A L D D.
I L M A K I A N A L A H.
C H A P T E R 1
C H A P T E R 2
C H A P T E R 3
C H A P T E R 5
C H A P T E R 6
C H A P T E R 7
C H A P T E R 8
C H A P T E R 9
C H A P T E R 10
C H A P T E R 11
C H A P T E R 12
C H A P T E R 13
C H A P T E R 14
C H A P T E R 15
C H A P T E R 16
C H A P T E R 17
C H A P T E R 18
C H A P T E R 19
C H A P T E R 20
C H A P T E R 21
C H A P T E R 22

C H A P T E R 4

148 88 466
By amyourlyca

Obesity, Is Me!
_
_
_

Notes : CHAPTER 1 SAMPAI 8 FLASHBACK, SATU TAHUN YANG LALU
_
_
_____

C H A P T E R  4

Ilma menatap pantulan dirinya di cermin, lalu mencebikkan bibir melihat bentuk tubuhnya sendiri. "Padahal udah pake korset, tetap aja keliat gendut."

Cewek itu menggerai rambutnya, lalu menyelipkan jepitan rambut sebagai langkah terakhir.

"Ilma."

Suara itu membuat Ilma menoleh, menemukan Dirga yang sedang tersenyum melihat ke arahnya. "Cantik banget adek gue," ujarnya, lalu berjalan ke arah Ilma.

"Boong banget," balas Ilma, meraih tangan Dirga untuk menggandengnya. "Nanti jangan tinggalin gue, ya, Bang."

Dirga terkekeh, sambil membenarkan letak tangan Ilma, untuk membuatnya nyaman. "Kayak anak kecil aja lo."

"Ya, pokoknya gue nggak mau sendiri," decak Ilma, lalu menuruni tangga perlahan.

"Iya deh, iya."

Syukur-syukur Ilma mau diajak ke pesta seperti ini. Biasanya cewek itu selalu menghindar.

"Anak Mamah cantik banget," ujar Yuri setelah melihat Ilma sampai ke depannya. Dia lalu tersenyum kecil, memegang bahu Ilma lalu mengusap pelan rambut putrinya itu.

"Tau tuh Mah, masa tadi Dirga dibilang boong waktu Dirga muji dia."

Ilma tersenyum paksa. "Mamah juga cantik."

"Iyalah, kalo mamah nggak cantik Papah kamu nggak bakal nikahin Mamah." Yuri tertawa, sambil menutup mulut, anggun. 

"Mamah tuh." Ilma ikut terkekeh pelan. Memasuki mobil, bersama Mamahnya di kursi belakang. Sementara Dirga duduk di depan, mengemudi.

"Oh, iya dek, nanti di sana ada Thalia juga. Keluarganya juga di undang,"

Ilma mengerjapkan mata dengan wajah berbinar. "Beneran, Bang?"

"Beneranlah."

Ilma tersenyum senang. Thalia itu pacar Dirga selama beberapa bulan ini. Cewek itu selalu baik padanya. Ilma bahkan sudah menganggap dia kakaknya sendiri.

"Baik-baik sama Thalia, calon kakak ipar lo tuh."

Ilma memutar matanya. "Iyalah, lagian, kak Thalia juga baik sama gue." Ilma lalu menyelipkan kepala di sela-sela kursi depan, mendekatkan diri ke arah Dirga.  "Emang Bang, lu mau serius banget sama Kak Thalia?"

Dirga itu playboy. Kalo pacaran paling bertahan nggak sampe sebulan. Yang paling awet sama Thalia ini.

Tidak mendengar jawaban, Ilma jadi melirik Yuri di sebelahnya. Kemudian mengernyit saat Mamahnya itu malah tersenyum.

"Jangan bilaaang ...." Ilma menggantung kalimatnya, menoleh lagi ke arah Dirga. "Lo mau lamar kak Thalia?"

Dirga tersenyum kecil, lalu mengangguk membuat seruan senang keluar dari Ilma. "Gitu dong Bang, seneng banget gue dengernya."

"Mamah juga seneng pas Abang kamu bilang mau lamar Thalia. Anaknya baik, kan."

Ilma mengangguk setuju, membayangkan bagaimana dia tinggal serumah dengan Thalia. Pasti menyenangkan.

_
_
_

"Wow wowwww, auranya mancar, sakit mata gue liatnya." Rega menaikkan tangan untuk menutup matanya saat melihat Bonny keluar dari kamarnya.

Regi mendengus mendengarnya, bersandar di tembok. memegang minuman di tangannya. "Lebay."

Bonny nyengir cerah, mengusap jambul rambut yang sudah dia tata rapih. "Bisa di kira gue orang yang mau tunangannya gak sih?"

"Iyalah." Kino memeluk leher Bonny dari samping. "Gila Bon, lo ganteng parah sih."

Alex berdecih kecil. "Mau dapet makanan gratis ya gitu."

"Nggak elah. Gue muji dia tulus dari hati terdalam gue," kilah Rega cepat, membuat Kino mengangguk setuju.

"Gue tambah yakin, yang kembar itu bukan Rega-Regi, tapi Rega-Kino. Sebelas dua belas njir sifatnya," ujar Ody yang berdiri di sebelah Galuh.

"Rega sama Regi cuma mirip muka, kepribadian sama otaknya mah kembaran sama Kino," balas Sandy, membuat mereka tertawa kecil.

"Otak gue sama Regi beda dari mana sih? Sama aja padahal," sahut Rega tidak terima, melirik Regi yang memandanginya datar. "Ya kan, Gi?"

"Iya deh, sama. Regi pinter kalo soal pelajaran. Lo lebih jenius kalo soal boongin orang," ucap Bonny membuat Rega mengumpat, jadi mengacak-acak rambut cowok itu.

"Regi malah kayak kembar sama Galuh. Dieemm bae, tapi menghanyutkan. Kata cewek sih, bukan gue," ujar Ody, meraih minuman yang ada di tangan Regi.

"Lebih pinteran gue," sela Regi, tidak mau di samakan. Melirik Galuh yang sedang menoleh ke arah dirinya, membuat Regi tersenyum miring. "Ya, gak?"

Galuh memutar matanya, lalu merunduk lagi pada hpnya. "Pinter aja. Tapi nggak pekaan sama cewek. Mending juga gue," ucapnya dengan nada pelan.

"Sial," umpat Regi, merasa tersindir.

"Dahlah, mending gue nih," sahut Sandy, menaik-turunkan alisnya. "Paling ganteng, paling dicari cewek."

"Di cari cewek? Emang lu barang diskonan?" ucap Alex, menyugar rambutnya yang tadi dia klimis. "Gue nih, cowok setia."

"BONNYY!"

Teriakan itu membuat mereka semua kompak menoleh. Melihat kumpulan anak cewek-cewek di kelas Bonny  yang berjalan ke arah mereka. Membuat anak-anak Antrex jadi melengos kompak, lalu membubarkan diri. Hanya tinggal Rega dan Kino menemani Bonny.

"Heh, imut bangettt sih. Pake baju kemeja pink gitu?" ucap Elina maju duluan untuk menguyel-uyel pipi Bonny. "Bon, nanti kasihin ke Kakak lo, ya. Bilang dari calon adek iparnya," candanya sambil menyodorkan kado ditangannya. Lalu tertawa kecil melihat Bonny yang bersungut-sungut mengumpatinya, sambil mengusap pipinya. 

"Minggir aah." Zeya mendorong Rega yang ada di samping Bonny.

"Biasa aja, Ze, nggak usah dorong-dorong," Rega menggerutu, berpindah tempat ke samping Kino. 

Zeya mengibaskan rambutnya tidak peduli, lalu menoleh lagi ke arah Bonny sambil berkacak pinggang. "Gua masih marah sama lo, ya, jadi gue nggak bawa kado. Nggak mau tau, bilangin sama Kakak lo, gue cuma titip salam."

"Perkara pulpen," bisik Kino ke Rega. "Bilang aja emang cuma mau numpang makan kayak kita."

"Apa kata lo? Coba ulang?" Zeya sudah memelototkan matanya, sudah bersiap maju ke depan Kino, tapi Kino lebih dulu bersembunyi di belakang Bonny.

Zeya berdecak kecil, sambil memicingkan matanya. "Lo selamat malem ini berkat gaun sama hills gue."

Kino meringis sambil mengangguk kecil. "Makasih, gaun Zeya yang cantik."

Zeya menghela napasnya, lalu menjauh dari mereka sambil menarik pelan tangan Elina.

"Ekhem." Nesya berdehem, sambil menyodorkan kado ke depan Bonny. "Jangan diliat isinya, liat dari niat gue, bilangin sama kakak lo."

Bonny tersenyum. "Padahal gak usah repot-repot Nesya. Lo ada di sini aja udah makasih banget."

"Modus lo huh," sinis Kino.

"Aneh, padahal kakak Bonny duduk di sebelah sono. Kenapa semua cewek ngasih kado ke Bonny. Sampe lo juga ikut-ikutan?" Rega berdecak tak habis fikir.

"Gue malu mau ngasihnya, rame banget tadi di sana," ucap Nesya, dengan suara kecil.

"Nesya mah gitu, malu-malu kucing. Kan, gemesin," ujar Kino, menatap Nesya dengan senyum manis.

"Radar buaya, terlacak check." Rega mendengus, menabok sebelah pipi Kino.

"Halo semuanya, jadi gimana nih, kabarnya hari ini?"

"Udah mulai tuh dilantai satu acaranya." Bonny merapihkan dasinya dulu, lantas turun dari lantai dua ke lantai satu diikuti Kino.
_
_
_

"Anak gue nih." Yuri mengusap bahu Ilma, memperkenalkan putrinya ke salah satu temannya.

Ilma tersenyum kikuk. "Ilma Om, tante," ujarnya dengan sopan sedikit membungkuk mengulurkan tangannya.

"Kok gak mirip lo, ya, Yur?" Teman mamahnya itu membalas uluran tangan Ilma, sambil memperhatikan wajahnya. "Mirip bapaknya, ya."

"Mirip kok, Vik. Hidung, mata, sama muka. Semuanya mirip gue," ujar Yuri, lalu menoleh ke arah Ilma. Memperhatikan wajah anaknya itu yang sudah murung.

"Nggak ada Jepang-Jepangnya. Kalo Dirga kan ada tuh, dari mata," ucap Vika lagi. "Indo banget, kayak Frans loh."

"Nggak papa mirip Papah, lagian papah juga ganteng menurut aku, Tan," ucap Ilma membuat Yuri tersenyum bangga.

"Iya dong. Frans ganteng loh," ucap suami Vika, entah kenapa terdengar meledek di telinga Ilma.

"Semoga juga anak om mirip Papah, ya," ucap Ilma, sekilas melirik perut Vika yang buncit.

Membuat Vika mendelikkan mata. Mengucapkan amit-amit dengan nada pelan.

Ilma tersenyum miring. "Mah, aku ke toilet bentar, ya," pamitnya segera, lalu menjauh dari kerumunan itu.

Mata Ilma jadi melirik sekitarnya mencari orang yang sekiranya bisa dia ajak bicara. Gara-gara abangnya membawa Thalia darinya, jadilah dia tidak punya teman.

Ilma berdecak, memutuskan duduk di salah satu kursi, lalu mencemili makanan yang ada di sana satu-satu. "Enak banget," ujarnya, dengan mata berbinar.

Persetan dengan  acaranya. Lagian Ilma tidak tau siapa yang tunangan di sini.

"Eh, ada Babon juga di sini?"

Ilma mendongak, mulutnya berhenti mengunyah. Perlahan muka cewek itu berubah pias.

Salsa tersenyum kecil. "Makan aja, nggak papa. Kita cuma liatin kok,"  ujar cewek itu duduk disebelah Ilma.

Thea ikut tersenyum miring, duduk di sisi lainnya. "Kesini cuma numpang makan lo?"

Salsa jadi terkekeh kecil, menepuk-nepuk badan besar Ilma dengan sedikit keras. "Astaga Babon, badan lo tambah bengkak loh nanti." 

Ilma memejamkan mata sekilas, merasa tepukan Salsa berubah jadi semakin keras.

"Kasus sama Rendy gak bikin lo malu, Ma? Masih nunjukin muka lo, ya, di sini? Banyak anak Pertiwi loh yang di undang," ucap Thea lagi. "Kalo gue sih mending mati aja, malu banget pasti. Mana dua kali lagi sama kasus yang satunya itu. Sama si Nanda bukan sih?"

"Iya njir, hampir lupa kasus si Nanda juga, ya. Gila sih, Ma, lo jadi pemeran utamanya loh di video itu. Seneng gue liatnya. Soalnya lo nya juga keliat bahagia banget," balas Salsa.

Ilma membenci dirinya sendiri yang lemah di depan para pembully ini. Kenapa dia tidak bisa membalas sama seperti yang dia lakukan tadi kepada teman Mamahnya? Kenapa Ilma hanya diam?

Padahal dengan badan besar yang ia miliki Ilma bisa melawan. Tapi mentalnya selalu tidak siap.

Thea menangkup pipi cewek itu. Lalu memberikan cubitan-cubitan keras di sana. "Gemes banget gue," ujarnya, lalu tertawa bersama Salsa.

"Btw, gaun lo cantik banget, ya, buat lo tambah seksi aja." Thea memegang gaun yang Ilma pakai. "Gue nobatin lo sebagai wanita terseksi di pesta ini."

"Njir! Thea ... Duh perut gue."

Ilma mengepalkan tangannya, sambil menunduk.

"Kita butuh mahkota nih." Salsa melirik salah satu potongan kue disana, lalu tersenyum sambil meraihnya kemudian di letakkan di kepala Ilma. "Anjay, beri tepuk tangan buat wanita terseksi malam ini," ujarnya, lalu bertepuk tangan bersama dengan Thea yang menarik perhatian orang-orang sekitar untuk ikut menertawakannya.

Ilma meletakkan lagi kue itu pada tempatnya. Krim yang ada di kue itu menempel banyak di rambutnya. "Gue mau ke Toilet."

"Oh, silahkan. Beri jalan dong, Miss universe kita mau lewat nih."

"Miss universe haha."

"Miss universe body badak gitu, duh ngakak amat."

"Wanita seksi, ya? Emang iya njirr. Seksi banget!"

"Gempa gak sih pas dia lewat?"

Ilma mengusap wajahnya yang berair. Dan berlalu cepat dari sana.

Continue Reading

You'll Also Like

714K 33.9K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
4.1M 241K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
805K 70.3K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
2.4M 128K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...