Catatan sang Musafir (Complet...

By Amaranteya

6.2K 1.4K 176

Dunia terlalu luas bagi mereka yang menenggelamkan diri di sudut kamar. Namun, terlalu sayang dilewatkan bagi... More

Prolog: Catatan Kecil Eksodus
1. Patung Telanjang dan Hakikat Tubuh
2. Perempuan Bertopi dan Kemanusiaan
3. Hak Asasi dan Hubungan Darah
4. Perihal Menggadaikan Tuhan
5. Fana Waktu di Zytglogge
6. Intoleransi pada Objek Fantasi
7. Santo Nicholas of Flue
8. Tak Memiliki Kepemilikan
9. Memori Singkat Samarra
10. Logika Sakyanasta
11. Ultimatum dalam Cinta
12. Kota Saleh yang Diazab
13. Kemahatahuan Allah
14. Tuduhan Pelecehan
15. Pemimpin yang Zalim
16. Yang Diraup para Korup
17. Embel-Embel Agama
18. Geliat Aya Sofya
20. Di Luar Pintu Cistern
21. Hitam Putih
22. Rasio Aristotle
23. Korban Imbas Pembelotan
24. La Cosa Nostra
25. Maha Pemaaf?
26. Dominasi Aggye
27. Ujung Tombak Perlawanan
28. Awal Tragedi Palermo
29. Kehilangan Eksistensi
30. Nihil Identitas
31. Via Suara
32. Tentang Tuhan
33. Semuanya Akan Pulang
34. Akhir dari Cinta (Ending)
Epilog: Awal Catatan Baru

19. Kisah Kelam Topkapi

135 31 6
By Amaranteya

Asgard segera menghapus air matanya dan memandang Aysun seraya melayangkan senyum tipis. "Hanya--"

"Aku tahu. Santai saja."

Begitulah Aysun. Meskipun jarang sekali bertemu dengan Asgard, tetapi ia paham bagaimana lelaki itu. Caranya? Tentu saja karena Gahya yang memang sering bertukar kabar dengannya. Dari sana juga Aysun tahu bagaimana dan apa yang biasa dilakukan Asgard.

"Masih mau berkeliling atau lanjut ke tempat selanjutnya?" tanya Aysun kemudian.

"Kurasa kita harus ke tempat selanjutnya."

Aysun mengangguk, lantas pergi diikuti Asgard.

Mereka berjalan kaki ke Istana Topkapi karena jarak yang memang terbilang dekat. Sampai di depan Gerbang Meriam, sesuai namanya, kedua orang itu langsung disambut oleh meriam besar yang digunakan ketika penaklukan Konstantinopel.

Mereka segera masuk dan mengelilingi tempat yang memiliki sejarah kelam Ottoman tersebut.

"Istana yang indah, Aysun. Pasti masa itu kekaisaran berjalan dengan sangat baik," celetuk Asgard sambil menyentuh dinding.

Perempuan yang berjalan di sampingnya terkekeh pelan. "Kamu yakin?"

Pertanyaan yang terlontar itu membuat Asgard memicingkan matanya. Apa maksud Aysun?

"Banyak sejarah kelam di sini dan jarang dikupas oleh para ulama, khususnya jika berkaitan dengan pelajaran Islam. Aku yakin di Indonesia seperti itu."

Aysun mulai bercerita.

Karena tradisi calon penerus yang naik takhta adalah putra sulung tidak berlaku, maka yang akan menjadi kaisar selanjutnya harus membunuh semua saudara laki-lakinya. Hal itu dilakukan untuk menghindari perebutan kekuasaan dan penggulingan kaisar saat sudah menjabat.

Meski begitu, kebiasaan itu ditinggalkan ketika Ahmed I meninggal.

"Jangan berpikir bahwa keadaan membaik, Asgard. Setauku, kebobrokan pemerintahan berjalan stagnan." Aysun berhenti saat menatap sebuah ruangan. "Kafes. Ada ruangan khusus bernama kafes di bangunan yang dulunya istana ini."

Meski membunuh saudara sudah ditinggalkan, kebijakan kekaisaran masih tetap sengit. Banyak calon pewaris takhta yang menjadi gila. Tidak mengherankan, sejak kecil para calon pewaris itu akan dikurung di kafes sampai sultan baru terpilih. Bosan dan terlalu bergantung pada alkohol, begitulah hidup mereka berjalan setiap harinya.

"Tidak hanya calon pewaris. Para sultan pun banyak yang gila, Asgard. Setauku, dulu para sultan tidak boleh banyak bicara karena dianggap tidak pantas. Karenanya, mereka membuat semacam bahasa isyarat untuk berkomunikasi.

"Satu contohnya sadalah Mustafa I. Beliau pernah mengusulkan pada wazir untuk menghentikan suasana hening itu, tapi ditolak. Lalu, kamu bisa menebaknya sendiri, berakhir gila."

Keduanya terus berjalan, melihat benda-benda bersejarah yang dipamerkan di istana yang kini menjadi museum itu.

"Ternyata kisah dengan penampilan tempat ini lumayan berkebalikan." Asgars tertawa kecil, menyadari pemikirannya yang salah tadi.

"Memang. Ada lagi keunikan hukum mati pada masa itu. Namanya Death Race." Mata Aysun melebar, ada sedikit binar yang ditangkap oleh netra Asgard. Yang satu itu menjadi favoritnya untuk diceritakan. "Si algojo dan si bersalah akan lomba lari melewati taman istana. Garis akhirnya adalah gerbang pasar ikan yang dulu ada di sisi lain istana. Jika algojo bisa sampai lebih awal, maka eksekusi tidak bisa dihindari, minimal diasingkan. Kalau si bersalah lebih dulu sampai, maka dia terbebas dari hukuman."

Asgard membulatkan mata tentu saja. "Are you sure? It sounds like a dangerous game."

Dengan antusias Aysun mengangguk. Benar dugaannya, Asgard akan terkejut.

"Ada beberapa orang yang berhasil lolos, salah satunya Haci Salih Pasha. Ia terbebas dari hukuman dan justru diangkat menjadi gubernur. Aneh, bukan?"

Tanpa sadar Asgard mengangguk. Tak lama dari itu, azan Zuhur berkumandang. Tak terasa perjalanan mereka secepat itu. Keduanya lantas pergi dari sana beriringan, mencari masjid terdekat.

Setengah jam mereka habiskan untuk beribadah, mempertemukan dahi dengan sajadah, dan larut dalam bacaan-bacaan indah penuh berkah.

Selesai salat, keduanya kembali bertemu di serambi masjid. Mereka tidak langsung pergi, melainkan melanjutkan perbincangan yang belum usai.

"Ada dua kebobrokan di dalam Istana Topkapi yang aku yakin, jika kamu mendengarnya, kamu juga akan mengutuk mereka. Tentang harem kekaisaran dan eksploitasi anak-anak Kristen."

Asgard berdiri setelah memasang sepatu. Ia menghadap Aysun yang masih duduk dan mendongak, memandang ke arahnya.

"Bagaimana jika sambil mencari tempat makan? Kamu pasti lapar."

Tolong ingatkan Aysun untuk berterima kasih pada Asgard. Lelaki itu sungguh peka, ia memang sudah sangat lapar.

Ia pun ikut berdiri dan menepuk roknya beberapa kali, lalu berjalan perlahan.

"Sebanyak dua ribu perempuan menjadi harem saat itu. Sebagian besar dari mereka dipaksa dan diculik untuk dijadikan budak serta selir. Beberapa mungkin beruntung karena dicintai sultan. Sebut saja wanita asal Polandia, Roxelana. Ia dicintai Sultan Suleiman I dan dijadikan istri sekaligus penasihat utama." Aysun menghela napas, tak bisa membayangkan bagaimana jika berada di posisi perempuan-perempuan itu.

Asgard menyadari perubahan ekspresi Aysun. Tidak mau menginterupsi, ia justru mengangkat kamera dan mengarahkannya ke wajah Aysun yang tampak samping. Satu potret perempuan terabadikan dengan apik.

Mendengar lelaki itu yang menjepret, Aysun langsung menoleh. "Jangan sampai wajahku terpajang di media sosialmu, Asgard. Aku tidak suka."

"Tenang saja," tutur Asgard.

Sampai di salah satu tempat makan, mereka memesan kebab untuk masing-masing. Sembari menunggu pesanan, kembali Aysun berkata, "Pengambilan anak laki-laki dari wilayah Kristen yang dikuasai atau dikenal dengan devsirme. Banyak anak lelaki usia 12--14 tahun diambil paksa dari keluarganya untuk dijadikan Jannisaries Corps. Semacam tentara budak untuk pemerintahan Ottoman, begitu yang pernah tidak sengaja aku baca."

Asgard tak memgalihkan pandangan sedikit pun. Ia terus memperhatikan Aysun yang bercerita dengan bahasa Indonesia namun aksen Turki. Benar, Aysun juga terbiasa berbahasa Indonesia karena ibunya menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengannya.

Mayoritas anak lelaki yang dijadikan target Jannisaries Corps adalah mereka yang berasal dari wilayah Kristen di Balkan dan Yunani.

Mulanya semua anak di tiap keluarga akan dikumpulkan dan dipilih yang terkuat, sebelum dibawa ke Istanbul. Banyak yang mati dalam perjalanan. Para petugas dari Ottoman juga sengaja membuat deskripsi lengkap tiap anak yang dibawa. Hal itu bertujuan untuk mempermudah penemuan mereka yang mungkin kabur.

Aysun menatap Asgard sambil menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Pandangannya lagi-lagi berubah sayu saat sadar bagian apa yang setelah ini harus diceritakannya.

"Pemaksaan hak berkeyakinan." Aysun terkekeh miris. "Sampai di Istanbul, mereka dipaksa masuk Islam, Asgard. Lalu, untuk mereka yang cerdas dan tampan, akan dijadikan sebagai pasukan elite sultan. Padahal kamu tahu, Islam adalah agama damai. Namun ada saja manusia-manusia seperti itu dalam hal Islamisasi. Ya ... semoga sekarang tidak ada lagi praktik demikian."

Tepat setelah mengakhiri kalimatnya, makanan mereka datang. Dua orang itu menikmati santap siang dalam diam.

-o0o-

"Waktu ditemukan kembali oleh Petrus Gyllius, tempat ini masih penuh dengan sampah, mayat, dan lumpur. Setelah dibersihkan, ya ... kamu bisa melihatnya sendiri, seperti sekarang."

Sementara Aysun sibuk memotret, Asgard justru dibuat tidak bisa berkata-kata karena melihat pemandangan di depannya. Entah harus takjub atau malah heran, basilika ini benar-benar unik baginya. Bahkan lantainya tergenang air dan banyak ikan karper berkeliaran. Ditambah lagi, beberapa pilar dihiasi ukiran kepala medusa yang terbalik. Asgard jadi ingat tokoh dalam film Percy Jackson itu.

"Tempat apa ini sebenarnya, Aysun?" Kerutan dalam tampak jelas di dahi  Asgard. 

Aysun menoleh dan menaikkan sebelah alisnya. "Istana tenggelam, banyak yang menyebut begitu, meskipun sebenarnya ini adalah tempat penyimpanan air. Dulunya untuk istana raja Bizantium, tapi berubah menjadi penyuplai air bersih untuk Istana Topkapi setelah Ottoman mengambil alih."

Aysun mengangsurkan kamera pada Asgard, membiarkan lelaki itu mengambil gambar jika ingin. "Kapasitas penampung air ini bisa mencapai 100.000 ton dan kamu tahu berapa banyak pilar semuanya? Ada 336 pilar, banyak, bukan?"

Kali ini Asgard hanya mengangguk paham. Jujur saja, ia masih tak menyangka ada tempat semacam itu di Istanbul. Selama ini Asgard hanya fokus pada bangunan kesukaannya, Hagia Sophia. Siapa sangka ia sangat puas saat menjadikan Basilika Cistern sebagai salah satu tempat yang ia kunjungi.

Setelah cukup melihat-lihat, mereka keluar. Baru selangkah dari pintu basilika yang sangat sederhana itu, Asgard dibuat membatu di tempat. Hampir ia tak mempercayai penglihatannya.

"Akhirnya saya menemukanmu."

-o0o-

Istana Topkapi

Basilika Cistern

Continue Reading

You'll Also Like

11.7K 1.3K 45
Sudah terbit di Penerbit Cerita Kata. Kecelakaan beruntun yang merenggut satu-satunya keluarga yang dimiliki Erina membuat hidup gadis itu tidak sam...
14.6K 2.8K 49
Alka mendadak merindukan Harp di tengah kesibukannya di akademi. Elsi mendadak menikmati setiap detiknya di tengah kebisingan 'teman-teman'nya. Kaori...
409 88 5
Cerita-cerita pendek islami dari Mantra Universe untuk menemani ngabuburit kamu selama bulan Ramadhan. DISCLAIMER : Ga ada kaitan/hubungannya sama al...
545 140 25
"Dunia itu luar biasa, Ali." Aku hanya tahu bahwa dunia itu membosankan, melelahkan, medan tempur terbesar umat manusia. Tapi, seorang anak perempuan...