Aljabar

By Lukabercakap

3.1K 586 119

"Namanya kayak pelajaran matematika bab Aljabar yang bikin pusing. Aneh." "Selagi senyuman gue setara dengan... More

Cuap-Cuap Author
PROLOG
(1) Kutukkan
(2) Gadis Berkepang Dua
(3) Telinga yang Dikorbankan
(4) Khilaf
(5) Saksi Bisu, Buta, atau Tuli?
(6) Menunggu Gera
(7) Lomba Debat
(8) Minta Maaf
(9) Kemarahan Khalid
(10) Bertengkar
(11) Terpesona
(12) Baritma
(13) Saktah
(14) Diculik
(15) Jangan Sentuh Dia!
(16) X dan Y
(17) Gagal
(18) Nyaris
(19) Ajari Aku
(20) Mencari
(21) Takut
(22) Salah Mengerti
(23) Menikah?
(24) Jaga Punyaku
(25) Simulasi
(26) Guling
(27) Kue
(28) Satu Sekolah
(29) Afiza
(30) First
(31) Peluk
(32) Tentang Sharela
(33) Confess
(34) Hadiah Pulpen
(35) Luka Terdahulu
(37) Tidak Berhak?
(38) Marah

(36) Pergi dan Berpaling

39 10 0
By Lukabercakap

"Kalau lo mau tahu isi hati penulis yang jatuh cinta, baca saja apa yang dituliskan olehnya. Biarkan paragraf yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan." -Logan Damian.

••••

Awan-awan hitam menggumpal sedang berkumpul untung berpesta ria. Matahari terdiam, sinarnya kalah suara. Kilatan-kilatan cahaya memekakan telinga, membuat siapapun yang berada di bawah naungannya meringkuk ketakutan. Setetes demi tetes air hujan turun membasahi rumah yang penghuninya sedang berduka.

Pytha duduk meringkuk di ruang tamu. Pintu rumahnya terbuka lebar, membiarkan angin membelai tubuhnya yang sudah tidak memiliki harapan apa-apa. Ucapan bela sungkawa serta motivasi yang diucapkan para pelayat seolah masuk telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri. Suara teriakan Pytha disamarkan dengan suara petir yang menyambar.

"Bunda...."

Wajah Pytha tidak ada bedanya dengan sungai yang dilengkapi air terjun. Air matanya tumpah ruah. Tangisnya sudah ia tahan sejak berada di pemakaman. Dia tidak mau sang Kakak melihat tangisannya.

Hingga sebuah suara menginterupsinya. Taya, Joyko, dan Aham masuk melalui pintu. Taya langsung berlari dan memeluk Pytha yang duduk di dekat sofa. Melihat kondisi adik kelasnya, Taya ikut menangis. "Pytha, yang sabar, sayang...."

"Abar mana?" tanya Joyko.

"Mas Abar di kamar," jawab Pytha dengan suara serak.

Aham menepuk bahu Joyko dan berbisik, "Joy, lo bantu Taya ngehibur Pytha, gue mau urus Abar dulu," ucapnya kemudian berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Abar.

Joyko menggerak-gerakkan tubuhnya seperti melakukan pemanasan. "Laksanakan tugas negara untuk mengembalikan keceriaan Neng Wulan," ucapnya, kemudian ikut-ikutan duduk di lantai seperti Pytha dan Taya.

"Neng Wula—"

"Nama aku Pythagoras! Bunda yang udah ngasih nama, Kak Joko jangan ubah-ubah!" teriak Pytha.

"Aduh, maaf Nyai, hamba mengaku salah." Joyko memberi hormat kepada Pytha, melihat tingkah Joyko yang absurd, Taya hanya bisa geleng-geleng kepala. Tapi ada gunanya juga untuk menghibur seseorang yang sedang berduka.

"Pytha, udah, jangan nangis. Nanti Babang Joko beliin boneka boboboiy, deh. Mau yang kekuatan petir? Halilintar? Taufan? Api? Air? Es?"

"Atau mau boneka Mail si bocil sultan?"

"Nggak apa-apa, Tha. Hidup ada kalanya harus mengalami kehilangan supaya di lain hari kita bisa menjaga," ucap Taya, dia memeluk tubuh Pytha.

"Angzay, Taya bisa bijak juga."

Sedangkan Aham berusaha mengajak Abar yang terus menerus mengurung diri di dalam kamar sejak sang bundanya dikebumikan. "Bar, ayo keluar. Burung lo belum dikasih makan nanti mati lagi loh."

"Tinggalin gue, Ham. Lagi pengin sendiri...."

"Ya udah, gak apa-apa. Tapi lo jangan macem-macem di dalem sana. Jangan putus asa, masih banyak orang yang sayang dan peduli sama lo," ucap Aham dari depan pintu.

"Makasih, Ham. Tolong kasih makan burung gue ya."

"Santuy, Bar."

Setelah kejadian semalam, Gera mengubah mimik wajahnya senormal mungkin. Untung saja Abar dan Pytha tidak mendengar pertengkaran hebat antara dia dengan bunda mertuanya. Saat Gera kembali ke kamar, Abar sudah kembali tidur. Gera segera membangunkan suaminya serta Pytha dan mengatakan bahwa dia melihat sang bunda jatuh dari tangga. Menurut Gera, posisinya tidak bersalah. Dia sama sekali tidak berniat untuk membunuh. Bahkan sebelum berdebat, sang bunda sudah menyakiti dirinya sendiri.

Tepat pukul 01.00, ambulans datang, suara sirinenya memecah kesunyian malam. Abar menemani sang bunda di dalam ambulans. Gera dan Pytha menyusul menggunakan Jamet milik Abar.

Akan tetapi, semuanya sudah terlambat. Tamara kehilangan banyak darah. Pukul 01.45 dokter menyatakan bahwa sang bunda sudah meninggal dunia.

"Kenapa, bunda tinggalin Abar?"

"Padahal keinginan Abar untuk membahagiakan bunda belum terwujud."

Abar menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Dia menyembunyikan wajahnya menggunakan bantal agar isak tangisnya tidak terdengar oleh siapapun. Baju koko serba putih yang sedikit lusuh serta sarung berwarna hitam masih melekat di tubuhnya.

"Setiap hari, Abar selalu minta sama Allah biar nyawa Abar diambil dulu sebelum nyawa bunda, tapi kenapa Allah nggak ngabulin doa Abar?"

Perhatian Abar beralih pada Hp miliknya yang berdering di dekat nakas. Abar mengambilnya dan mendapati sebuah pesan whatsapp :

Afiza
Yang baik menurutmu, belum tentu baik menurut Allah. Semua yang terjadi  atas kehendak Allah dan itu pasti yang terbaik.
Allah maha tahu, Bar. Perbanyak istighfar, ngaji, salat, biar hatinya tenang.

•••

"Bawa gue pergi dari sini, Gan!"

"Ternyata suami gue anak dari perempuan yang udah nyebabin mama meninggal."

"Gue mau pergi sejauh-jauhnya dari Abar."

Logan membelai rambut panjang Gera yang terjuntai indah. Dress selutut yang dikenakan Gera basah karena terkena hujan. Tadi dia sedang rebahan di kamar sambil menonton drama Thailand, tiba-tiba pintu kamarnya didobrak. Awalnya Logan panik karena mengira itu adalah sang mama yang bersiap mementungnya dengan tongkat kasti karena mamanya paling sensi jika melihat Logan bermain HP.

Gera sengaja datang kemari tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Abar. Dia bahkan tidak mau menghadiri pemakaman bunda mertuanya. Gera tidak peduli lagi dengan perintah Abar yang mewajibkannya menutup aurat.

"Ger, maksud lo gimana? Sekarang tenangin diri  dulu, oke?" Logan mengurai pelukannya, dia menatap wajah Gera yang basah serta mata yang sembap akibat menangis.

Logan menatap wajah gadis di hadapannya ini. Masih sama seperti dulu. Bulu matanya yang lentik, bola mata terlihat menawan, kulit putih bersih, bibir yang lucu dan akan terlihat sangat manis jika tersenyum, serta rambut panjangnya yang hitam legam. Ada yang berbeda dari Gera kali ini. Rambutnya terurai. Padahal dahulu saat Logan menyuruh agar Gera melepaskan kepangannya, dia selalu dimarahi.

"Sebenarnya ada apa, heum?" Tangan Logan menghapus air mata yang mengalir dari pelupuk mata Gera dan mencubit pelan pipi Gera. "Lo udah kenal gue dari lama, pasti lo tahu kalau gue nggak suka lihat Gera yang manis ini nangis. Nanti cantiknya hilang. Sekarang, ceritain apa yang ngebuat sahabat gue yang cantik ini sedih," ucap Logan lembut.

Cerita demi cerita mengalir dari bibir Gera. Logan menggenggam tangan Gera ketika sahabatnya akan kembali menangis. "Lanjutin. Sesakit apapun, lo nggak boleh berhenti cerita."

Logan semakin terkejut ketika cerita Gera mulai memasuki bab tentang Tamara. Sepercik emosi mulai timbul, perlahan membakar emosinya. Jari-jemari tangan Logan menyatu membentuk kepalan. Dia sudah mengerti akan kesedihan Gera yang kehilangan mamanya sejak menjadi sahabat Gera di kelas X. Dahulu Gera adalah sosok yang pendiam. Tidak mau bicara di kelas. Tiba-tiba menangis. Hingga akhirnya Logan dan Sharela berhasil membuat Gera kembali tersenyum.

Gera sudah selesai bercerita. Netranya beralih pada Logan dan mengunci mata lawannya. Lebih tepatnya, Logan yang terkunci. "Gan...."

Logan yang semula akan mengeluarkan kata-kata penyemangat, seketika merasa blank karena ditatap oleh Gera. "Hem?"

"Lo beneran suka sama gue?"

Pertanyaan yang lolos dari bibir Gera membuat Logan kehilangan kata-kata. Padahal di buku diary-nya tertulis berlembar-lembar puisi, sajak, serta ungkapan perasaanya kepada Gera. "Gue nggak bisa jawab, Ra."

Logan mengambil buku diary yang ia letakkan di meja belajarnya dan menyerahkannya pada Gera.  "Tapi kalau lo mau tahu isi hati penulis yang jatuh cinta, baca saja apa yang dituliskan olehnya. Biarkan paragraf yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan."

•••

Lunas ya, aku sudah double up.

Sejauh ini, adakah saran/kritik untuk cerita ini?

Terima kasih banyak yang sudah baca cerita ini. Semoga sehat selalu.

See you next chapter >3

mrentymrn

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 105K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
560K 27.1K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.6M 309K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6.8M 287K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...