Aljabar

Galing kay Lukabercakap

3.1K 586 119

"Namanya kayak pelajaran matematika bab Aljabar yang bikin pusing. Aneh." "Selagi senyuman gue setara dengan... Higit pa

Cuap-Cuap Author
PROLOG
(1) Kutukkan
(2) Gadis Berkepang Dua
(3) Telinga yang Dikorbankan
(4) Khilaf
(5) Saksi Bisu, Buta, atau Tuli?
(6) Menunggu Gera
(7) Lomba Debat
(8) Minta Maaf
(9) Kemarahan Khalid
(10) Bertengkar
(11) Terpesona
(12) Baritma
(13) Saktah
(14) Diculik
(15) Jangan Sentuh Dia!
(16) X dan Y
(17) Gagal
(18) Nyaris
(19) Ajari Aku
(20) Mencari
(21) Takut
(22) Salah Mengerti
(23) Menikah?
(24) Jaga Punyaku
(25) Simulasi
(26) Guling
(28) Satu Sekolah
(29) Afiza
(30) First
(31) Peluk
(32) Tentang Sharela
(33) Confess
(34) Hadiah Pulpen
(35) Luka Terdahulu
(36) Pergi dan Berpaling
(37) Tidak Berhak?
(38) Marah

(27) Kue

47 13 2
Galing kay Lukabercakap





Pukul 05.15

"Logan, ish, hati-hati bawanya, nanti kuenya jatuh!"

"Kalau jatuh ya ke bawah, sans aja. Di bumi masih ada gaya gravitasi."

"Terserah."

Dua sosok remaja yang sudah rapih mengenakan seragam putih abu-abu dan bagian atasnya dirangkap dengan jas almamater bertuliskan Variabel High School turun dari mobil. Mereka adalah Logan dan Sharela yang rela datang pagi-pagi ke rumah Abar untuk menemui Gera yang berulang tahun.

"Jalan lo yang cepet napa, lambat banget kayak jaringan H+."

"Sabar! Gue 'kan yang bawa kopernya!"

Kaki Logan berhenti tepat di depan pintu rumah Abar. Sebenarnya, Papa Gera meminta agar koper ini sampai di tangan putrinya pada hari itu juga, tetapi Logan dan Sharela sepakat akan memberikannya pagi-pagi sekalian memberi kejutan kepada Gera.

"Heh, uang Logam. Kalau misalnya Papa Gera tahu kita ngasihin koper ini nggak sesuai waktu yang diinginkan, tanggung jawab elo ya!" Sharela mengusap keringat di dahi.

"Lagian kalau misalnya ngasih malem-malem takut ngeganggu," ucap Logan pelan.

Menyadari raut wajah Logan yang berubah sendu, Sharela segera menepuk bahu sahabatnya itu. "Kalau lo galau atau jadi sadboy, gue gak mau jadi sahabat lo lagi. Udah buru, pencet belnya!"

Logan menekan bel itu satu kali, kemudian terdengar suara dari dalam, "Sebentar!"

"Semoga kita ketemunya Gera aja," ucap Sharela tiba-tiba. Raut wajahnya menampilkan sedikit rasa sedih. Akan tetapi, langsung ditutupi dengan senyuman agar Logan maupun Gera tidak curiga.

"Gue juga gak minat ketemu suaminya. Ngeselin. Tiba-tiba dateng terus langsung ngerebut Gera dari gue."

"Dah ah, diem. Gak baik gibah pagi-pagi," ucap Sharela. "Nanti gibahnya kalau di sekolah aja, pas agak siangan," lanjutnya membuat kepala Sharela sukses mendapat tonyoran.

Pintu bercat putih itu terbuka dan menampilkan sosok Gera yang masih mengenakan baju piyama dengan rambut panjangnya yang berantakan. Wajahnya terlihat mengantuk karena dia tidak terbiasa bangun pagi. Sedangkan, Abar membangunkannya pukul empat dan menyuruhnya salat subuh berjamaah serta memasak untuk sarapan. Katanya sih Bunda pengin makan masakan Gera lagi. Perkataan Bunda adalah sebuah perintah yang dilarang untuk dilanggar.

"Logan? Sharela?" Rasa kantuk Gera seketika lenyap melihat kedua sahabatnya sama-sama menyodorkan kue tar kepadanya.

"Selamat menghabede, yang dulunya masih dede, sekarang udah gede. Selamat menua. Cie udah tujuh belas tahun. Semoga bisa menghirup oksigen lebih lama, agar menikmati kebahagiaan serta indahnya dunia," ucap Logan, sebenarnya hatinya tidak baik-baik saja, tapi ia berusaha menutupi semua itu.

Akan tetapi, reaksi Gera sama sekali tidak seperti yang dibayangkan. Ketika melihat tampilan kue itu, Gera merasakan perutnya mual dan ingin muntah. Dia mendelik tajam pada Logan dan Sharela, "Anjir! Gue mual! Huek." Gera berlari meninggalkan kedua sahabatnya menuju kamar mandi untuk memuntahkan semua isinya.

Sedangkan Logan dan Sharela tertawa terbahak-bahak. Itulah alasan mengapa Sharela memilih membawakan koper Gera daripada kuenya. Karena bentuk dari kue tersebut benar-benar aesthetic.

Pytha yang awalnya sedang sibuk menyiapkan jadwal pelajaran, perhatiannya teralihkan ketika mendengar suara Gera yang sedang muntah di kamar mandi keluarga. Dia pun langsung menghampiri Gera, kamar tidur Pytha dan kamar mandi hanya berjarak tiga langkah.

"Kak Gera kenapa?" Pytha mengetuk-ketuk pintu kamar mandi dengan panik.

Selang beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan wajah Gera yang sedikit pucat. "Dedeknya cowok apa cewek, Kak?" tanya Pytha kurang ajar.

"Hah?"

"E-eh, enggak tadi cuman bercanda." Buru-buru Pytha mengoreksi kalimatnya.

"Mas lo belum apa-apain gue. Jangan mikir macem-macem," tegur Gera, dia merasa sedikit kesal.

Gadis yang mengenakan jilbab berwarna putih—senada dengan seragam putih abu-abunya itu menunjukkan cengiran tidak berdosa. "Maaf, Kak, ehehe."

Gera kembali berjalan mendekati kedua sahabatnya. "Kuenya buang dulu, baru kalian boleh masuk," ucap Gera ketus.

"Yah... ko dibuang? Ini kue legendaris loh. Gue sama Logan nyarinya susah tau."

"Terima aja ya, please. Ini enak kok. Pinggiran wcnya rasa vanila, terus eeknya itu selai rasa nanas campur cokelat. Rasanya dijamin memanjakan lidah dan mengenyangkan perut," papar Logan sedetail mungkin.

Mau tidak mau Gera pun menerima kue tersebut, Logan menyerahkan pada Gera. Meskipun Gera masih mual melihat kue itu, setidaknya ia terima untuk menghargai sahabatnya. "Ya udah gih, masuk dulu."

"Ada tamu siapa?"Di lantai dua pintu kamar Abar terbuka, laki-laki itu sudah lengkap dengan seragam sekolahnya yang baru, hanya kurang dasi serta rambut yang belum disisir karena masih basah. Kakinya menuruni anak tangga dan mendapati dua orang yang dikenalnya.

Sharela langsung panik ketika melihat sosok Abar. Dia memegang kemeja Logan, mencegah cowok itu masuk. "Gak usah, kita mau langsung ke sekolah. Anu, gue... ah ya! Gue piket kelas!"

"Piket?" Gera memicingkan matanya, kemudian menoleh ke arah Logan. "Kalian habis ngepet di kuburan? Makannya Bubur Cerelac kesurupan? Siapa yang jadi pig-nya? Dapet berapa duitnya?"

"Ih, beneran, deh. Gue mau piket. Ya-yaudah ayo, Logan!" Sharela menarik-narik jas almamater sahabat laki-lakinya, menyuruh Logan agar peka dengan situasi. Ah, Sharela benar-benar tidak ingin berhadapan lagi dengan Abar.

Kaki Abar tiba di anak tangga terakhir. Dia bisa melihat tamu yang mendatangi rumahnya. Logan dan Sharela. "Gera," panggil Abar, tangannya menjadi terkepal ketika menyaksikan kesantaian Gera yang tidak menutup auratnya di hadapan lawan jenis. Abar tidak suka!

Yang membuat Abar semakin marah adalah istrinya seolah tidak mendengar teriakannya malah asyik berdebat dengan Sharela.

"Tau ah! Pokoknya gue tungguin lo di mobil! Ini kopernya jangan lupa," ucap Sharela, perempuan itu melenggang pergi.

Logan tahu akan keberadaan Abar. Dia mengangkat tangannya dan mengacak-acak surai rambut Gera. Sengaja. "Ya udah, kita berangkat sekolah dulu ya. Sebenarnya mengsedih berpisah dari Gera. Jangan kangen sama gue ya?"

Abar masih diam di tempat, sengaja mau melihat reaksi Gera.

Logan melirik sekilas ada Abar. "Gak mau peluk gue nih?" tanya Logan pada Gera, semakin menjadi-jadi.

"Bagus. Lanjutkan," gumam Abar. Tangannya bersedekap dada.

"Mau peluk tapi tangan gue lagi megang kue." Gera mengerucutkan bibirnya.

"Impresif." Abar bergumam lagi. Tangannya ia tahan agar tidak bertepuk tangan.

"Ya udah nyender aja 'kan bisa."

"Amazing sekali." Abar takjub.

Gera mengangguk kecil. Dia mendekatkan tubuhnya ke arah Logan dan menyandarkan kepalanya di dada bidang cowok itu. "Sedih, jadi pisah sekolah."

Tangan Logan mengelus pelan kepala Gera dan merapihkan rambut Gera yang terpejam—menikmati aroma parfum maskulin yang menyeruak masuk ke hidungnya.

"Lebih dari lima detik nggak lepas, gue bikin cowok itu babak belur," ucap Abar.

"Satu...," Abar mulai menghitung.

Tidak ada tanda-tanda kedua sahabat itu menyudahi adegan peluk-pelukkannya.

"Dua...."

Justru percakapan di antara keduanya semakin mesra—layaknya sahabat.

"Ti—"

Tin Tin Tin

Suara klakson mobil yang dibunyikan oleh Sharela membuat Logan menguraikan pelukannya.

Gera tertawa perlahan, "Ya udah sana. Mumpung Bubur Carelac lagi kesurupan. Kapan lagi 'kan dia mau piket?"

Logan mengangguk. "Ya udah, gue berangkat dulu," kemudian cowok itu masuk ke dalam mobiilnya dan membuka kaca spion. Gera tertawa melihat Sharela sedang mengomel, tapi tidak didengarkan oleh Logan.

"Bye bye. I will always miss you, my bestie!" teriak Logan, sengaja suaranya dikeraskan. Kemudian mobil itu melenggang pergi.

Saat Gera membalikkan tubuhnya, dahinya mengkerut ketika melihat suaminya sedang bersedekap dada di anak tangga terakhir. Tak lupa dengan senyuman menghiasinya. Jujur saja, senyuman Abar selalu membuat Gera salah tingkah.

Gera mendekati Abar, masih dengan kue di tangannya. "Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?"

"Aku baper," ucap Abar.

"Baper? Kenapa?" tanya Gera tidak mengerti.

"Iya, tadi habis lihat perempuan cantik yang ternyata hari ini ulang tahun lagi mesra-mesraan sama sahabatnya. Sampai nyender-nyender di sahabat cowoknya. Uwu sekali. Drama FTV, Korea, Bollywood, sama Indosiar aja kalah bapernya sama yang ini. Sayang, cewek cantik itu udah lupa sama nasihat yang dikasih suaminya."

•••

Panik nggak tuh?

Jangan lupa voment yap!

See u next chapter.

mrentymrn

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

353K 43.7K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
2.4M 141K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
5.6M 375K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
3.2M 266K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...