Sweet Escape [SELESAI]

By allynvrn

333K 30.2K 1.1K

"Gue udah bilang, lo bisa cerita apapun ke gue kayak lo cerita sama temen lo yang lain. Tapi kalau lo mau jad... More

Blurb
Prolog
1. Ciuman-ciuman Sialan
2. Manusia Paling Resek di Dunia
3. Kopi Darat
4. Kawan Baru
5. Kenal Lebih Jauh, Katanya
6. Lo Mau Jadi Teman yang Mana?
7. Tanda Bahaya
8. Sleepover
9. Perempuan-perempuan Menyebalkan
10. Bali
11. Drama Keluarga dan Insiden Telepon
12. Mabuk tapi Bukan Karena Anggur
13. Pertanyaan Orang-orang
14. Kehebohan di Media Sosial
15. Day and Night
16. Cerita di Karimunjawa
17. Cerita di Karimunjawa (2)
18. Last Day
19. Dinner
Cek Lapak Sebelah
20. Yang Lebih Baik dari Dia
21. Sayang?
23. Way Back Home
24. Obrolan Pagi-pagi
25. Episode Kegalauan yang Sempat Tertunda
26. Hubungan Abu-abu
27. Perang Menjelang Hari Natal
28. New Beginning
29. Yang Harus dihadapi
30. Impresi
31. The Nasution's
Epilog

22. Netizen Nyinyir dan Sang Mantan

6.4K 763 32
By allynvrn


SETELAH photoshoot Lauv Fashion dirilis, nama gue dan Gideon memuncaki berbagai pemberitaan, hingga trending di Twitter. Bukan cuma karena koleksi terbaru mereka meledak di pasaran, tapi juga karena identitas Gideon sebagai anak pengusaha dan hubungannya sama gue mulai merebak beritanya.

Banyak akun pergosipan yang mengangkat berita tentang Gideon. Dari namanya dikaitkan bokap juga kakaknya, Kapi-Kotta, Lalu berita lain menunjukkan foto yang diduga gue di instagram Gideon—yang beberapa waktu lalu dikomen Sammy, juga pemotretan yang mesra dan romantis ala ala dari Bars Cheesecake. Pokoknya banyak deh. Dari pemberitaan itu gue jadi tertarik untuk melihat reaksi orang-orang di kolom komentar. Mata gue langsung tertuju ke top comment yang di-like lebih dari 900 orang.

@Tyasarista12 masnya cakep bgt tajir pula, kok mau2nya jalan sama cwe gk bener kayak Bianca
Balasan
@Rynastaaa gue gak sendiri dong yg mikir gitu
@Dewi_rt Ya gitu lah sis, mungkin cwonya mau krna cantik kali padahal minus bgt akhlaknya
@Pramsss cantik tapi kalo sering dipake mah juga gk enak sis wkwk @dewi_rt
@Rynastaaa hahaha iya mas @pramsss pelet kali ups

Dasar netizen sialan.

Gue melempar ponsel gue ke dalam tas. Di saat yang sama Sammy datang membawakan kopi yang baru saja dia pesan. Gue dan Sammy lagi nongkrong di Kafe kecil di lantai 1 Agency setelah selesai mengurusi kerjaan.

"Cemberut amat lo." Gue menerima kopi dari Sammy. Gue sesap kopinya sesaat. Nggak seenak yang biasa dibuat Gideon.

"Abis baca komen orang di Instagram." Gue meletakkan kopi di atas meja, lalu melipat tangan di dada. "Gue tuh nggak ngerti deh, definisi cewek bener dan nggak bener tuh gimana sih Sam? Apa karena gue banyak buat onar dan gonta ganti cowok gue dicap sebagai cewek nggak bener, gitu?"

"Ya lo tahu sendiri society kita kayak gimana. Cewek pulang malem aja, udah dicap nggak bener. Padahal orang nggak tahu dia pulang malem karena lembur, atau macet, atau nggak dapat ojek online. Yang pake baju terbuka dikira pelacur, dicap nggak bener padahal mungkin itu selera fashion dia. Dia nyaman sama pakaiannya. Yang kayak gitu aja dibilang nggak bener apalagi yang gosip miringnya selusin kayak lo." Sammy ikut-ikutan meletakkan gelas kopinya di meja. "Lagian tumben terpengaruh ama komentar orang."

"Gimana nggak terpengaruh coba, gue dibilang sering dipake! Sialan!" Gue mengebrak meja, menarik atensi orang-orang yang juga duduk di Kafe situ. Tapi gue nggak peduli. "Dipake tuh bahasanya kayak gue barang kali. Orang-orang yang pakai istilah "dipake" buat menggambarkan konteks hubungan seksual itu cuma menganggap perempuan sebagai objek! Kenapa cowok-cowok yang sering having sex sama banyak cewek nggak disematkan istilah yang sama? Padahal kan having sex juga berdua, sama-sama main tapi yang di judge yang nggak bener tuh cewek doang."

Sammy manggut-manggut sambil membersihkan cairan kopi yang mengotori meja. "Banyak orang belum bisa menerima pemikiran semacam itu, Bianca. Jadi ya udah tutup telinga aja. Lo mau jelasin sampe mulut lo berdosa juga percuma. Capek."

Gue makin cemberut, apalagi karena rasa kopi yang disajikan kafe ini nggak masuk ke selera gue. Gue menggeser gelas kopi itu ke arah Sammy biar dia yang minum.

"Anyway lo udah tahu sebelumnya ya kalo keluarga Gideon itu punya background pengusaha besar?"

Gue mengangguk. "Dia bilang waktu di Karimunjawa."

"Trus?"

"Ya gitu." Gue mencoba mengingat-ingat percakapan kami malam itu. "Dia bilang sama gue jangan berubah karena gue tahu keluarganya kayak apa."

Selain percakapan malam itu, gue jadi ingat apa aja yang sudah gue dan Gideon lakukan saat liburan bareng. Gue ingat dia mengendong gue berlari ke arah pantai di Tanjung Gelam dan gue berakhir menciumnya.

"Apa ini ada hubungannya sama lo berdua yang berantem?"

Gue mendongkak menatap Sammy.

"Enggak. Yang itu beda lagi." Gue menghela napas. Ini udah dua minggu sejak kejadian di apartemen Nathan. Gideon masih nggak mau ngomong sama gue. Gue pernah menghampirinya di Kapi-Kotta tapi dia cuek gitu.

Apa dia marah karena gue tolak? Kenapa dia harus marah coba? Dari awal kan dia tahu gue tuh kayak gimana. Dia juga tahu gue sayang sama Jordan. Semua nggak akan sekacau ini kalau dia nggak bawa-bawa perasaannnya. Sekarang kan jadi gue yang salah. Seolah-olah gue ngasih harapan dan main ninggalin dia gitu aja.

"Lo berdua berantem kenapa sih? Lo kasarin Gideon ya makanya dia ngambek?"

"Nggak gitu." Kenapa juga Sammy ikut-ikutan menyalahkan gue? "Udahlah. Biarin aja dia begitu."

Sammy hanya menatap gue dengan seksama. "Apa?" tanya gue karena risih dia begitu.

"Lo sadar nggak sih, lo tuh sama Gideon jalan udah cukup lama dan lo nggak pernah lagi ada skandal ama cowok lain."

"Dia pernah bikin gue nyaman jadi gue nggak tertarik sama cowok lain. Ya sebelum Jordan hubungin gue lagi sih."

Sammy manggut-manggut tapi nggak lagi berkata apa-apa. Dia menyesap kopi di gelasnya hingga tandas. Gelas gue nggak disentuh sama sekali.

"Yuk. Katanya lo mau dandan ke pesta tunangan temen Jordan."

***

Temen Jordan yang tunangan ternyata adalah orang dari advertising agency yang pernah mengurusi kerjasama gue dan Moubou. Jillyan namanya—itupun gue baru tahu ketika membaca namanya di dekorasi. Jillyan ini nggak ngurusin secara langsung sih, tapi gue ingat pernah melihatnya sekilas di lokasi shooting video promosi waktu itu. Fakta itu bikin gue was-was, karena itu artinya orang ini adalah rekan kerja Allea. Kemungkinan bahwa Allea juga berada di tempat ini cukup mengusik gue. Tapi gue berusaha terlihat biasa aja.

"Selamat ya, Mbak Jillyan dan pasangannya." Gue mencoba mengakrabkan diri. Gimanapun gue harus menunjukkan pada semua orang di sini bahwa gue lebih pantas bersanding sama Jordan dibanding Allea itu.

"Iya, makasih ya." Jillyan tersenyum tipis. Matanya lalu beralih pada Jordan. "Makasih Jo udah dateng."

Jordan dan Jillyan berjabat tangan lalu berganti menjabat tangan kekasih Jillyan yang gue nggak tahu siapa namanya. Mereka kelihatan lumayan akrab.

"Lo berdua having fun ya. Makanan di meja sebelah sana," Jillyan menunjuk meja panjang yang dikerumuni orang-orang. "Kalau cemilan ada di sana," tunjuknya ke salah satu sudut tak jauh dari tempat makanan. "Dan kalau mau ketemu Allea, orangnya ada di sana."

Gue dan Jordan mau nggak mau memutar kepala menghadap ke arah terakhir yang ditunjuk Jillyan. Di sanalah Allea berada, tampak sedang bercengkrama dengan kumpulan orang. Terlihat tanpa beban dan dosa. Cih.

Ketika gue melirik Jordan untuk memastikan apa dia baik-baik aja setelah melihat mantannya tampak hidup sehat dan bahagia, Jordan justru tampak tertegun di tempat. Dia nggak mengalihkan tatapannya sedikitpun dari Allea. Sorot matanya lebih senduh. Gue memilih menarik lengannya dan dia seolah tersadar.

"Are you okay?"

Jordan terlihat kikuk, mungkin berusaha mengendalikan dirinya sendiri. "Oke kok." jawabnya.

Di saat gue hendak mengalihkan Jordan dari Allea, segerombolan orang justru menghampiri gue. Lengkap dengan pulpen dan secarik kertas. Oh, no. Ini bukan saat yang tepat buat jumpa fans!

"Permisi, Bianca Adriani kan? Saya boleh minta foto dan tanda-tangan?"

Gue hendak menolak, tentu saja. Tapi Jordan justru mendorong mempersilakan gue meladeni semua permintaan itu. Gue belum sempat mengatakan sesuatu tapi dia sudah berjalan mendekat ke meja dessert yang posisinya lebih dekat dengan Allea.

Gue hampir mencoret kertas di tangan gue dengan tulisan abstrak daripada membubuhkan tanda tangan di atasnya saat melihat Jordan dan Allea mulai bercakap-cakap. Gue nggak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan karena sedang cepat-cepat meladeni permintaan orang-orang di depan gue sekarang. Begitu orang terakhir pergi dengan senang setelah menerima tanda tangan gue, gue bergegas mendekat ke arah mereka.

Gue berniat masuk ke tengah untuk menarik Jordan sesegera mungkin, tapi kata-kata Jordan yang gue denger selanjutnya bikin gue terpaku di tempat.

"Bianca dan aku udah saling kenal bertahun-tahun. Kita saling ngerti dan saling sayang sekarang."

Gue mengerjap. Jordan mengakui kalo gue dan dia punya hubungan sekarang? Dihadapan mantannya pula!

Gue memutuskan menepi ke sudut yang tidak terlihat oleh mereka tapi percakapannya masih bisa gue dengar.

"Sama kayak kamu dan bajingan itu, kan? Kalian berbagi banyak hal selama 7 tahun, sampai kamu nggak bisa move on dan masih nyimpan perasaan sama dia. Lalu kalian mutusin balikan lewat perselingkuhan. Bedanya, aku dan Bianca nggak selingkuh." Suara Jordan terdengar sinis. Gue bisa melihat gurat tidak senang di wajah Allea. Perempuan itu memilih diam dan kembali fokus mengambil beberapa dessert.

Orang-orang lain sempet mampir untuk foto bareng jadi gue ladenin biar nggak ada yang curiga kalau gue di sana buat nguping. Jordan kelihatannya masih berusaha ngomong sama Allea tapi Allea cuek aja. Pikiran gue udah negatif dari situ. Kenapa juga Jordan harus berusaha menarik perhatian Allea kayak gini? Apa jangan-jangan dia punya maksud lain?

Allea yang cuek tiba-tiba berbalik dan melempar tatapan marah ke Jordan. Gue makin menggeser langkah mendekat karena sepertinya mereka akan bertengkar.

"Aku cuma menduga, Al. Kamu pernah tidur sama dua laki-laki berbeda dalam waktu hampir bersamaan. Apakah nggak ada kemungkinannya kamu ngelakuin hal yang sama sama dia? Tapi aku saranin mending jangan. Kasihan dia."

Allea mengempaskan piring ke atas meja dengan kasar, hingga beberapa orang menoleh ke arah mereka. Dia kelihatan marah dan terkejut. Dan bukan cuma dia, gue juga. Gue terkejut mendengar spekulasi yang tidak pantas dari Jordan buat Allea. Gue tahu, Allea salah karena dia selingkuh. Tapi apa harus Jordan membeberkan kesalahan Allea di hadapannya secara langsung begini? Di depan banyak orang pula!

Allea kelihatan marah, sedih dan kecewa. Pasti campur aduk banget rasanya ketika orang yang pernah sayang sama dia malah ngomong begitu. Dia marah dan hampir menangis saat meninggalkan Jordan di tempatnya. Gue tahu rasanya digituin, nggak enak banget sumpah!

Gue memandang punggung Jordan yang masih berdiam di tempatnya. Kepala Jordan menunduk, sepertinya menyesal karena ngomong begitu. Lalu gue merasa harus menyusul Allea. Kayaknya dia ke toilet deh.

Dan bener aja. Di toilet dia nangis. Gue cuma berdiri di depan pintu, memperhatikannya. Anehnya dibanding merasa cemburu gue justru kasihan sama dia. Tapi ya nggak mungkin gue tunjukkin dong kalau gue bersimpati? Jadi gue masuk aja menyusul dia.

"Orang bisa mendadak jadi pinter nyakitin orang lain, karena mereka disakitin lebih dulu." Ujar gue sok nggak peduli.

Gue menempatkan diri di samping Allea sambil mengeluarkan lipstik dari handbag. Gue bisa melihat dia berusaha menyembunyikan kesedihannya. Matanya menatap gue kurang suka.

"Bener kan, Mbak?" Gue tersenyum tipis. "Saya tahu masa lalu Mbak sama Jordan. Saya hanya nggak habis pikir, apa kurangnya dia sampai disakitin kayak gitu." Meski gue kasihan, gue tetep gereget kalau nggak ngomong hal yang gue pengen banget bilang ke dia. Urusan kasihan dikesampingkan aja dulu. Gue harus memberinya peringatan kecil-kecilan.

"Kamu nggak tahu apapun tentang kami." gue dan Allea saling melempar pandangan lewat pantulan di cermin.

"Sebenarnya apa yang terjadi antara Mbak dan Jordan nggak penting juga buat saya. Tapi makasih lho, Mbak. Karena Mbak ngelepas dia, saya jadi punya kesempatan." Gue berkedip, memasukkan lipstik dalam tas lalu melenggang pergi dari sana.

Gue kembali ke pusat pesta, mencari-cari Jordan kemanapun tapi nggak menemukan dia. Apa jangan-jangan dia pulang duluan dan ninggalin gue gitu? Ah, coba gue susul ke parkiran aja. Waktu datang ke apartemen Nathan Jordan juga menghilang begini dan gue malah menemukannya di depan pintu kamar orang lain karena katanya ada yang dia ambil di motornya. Jadi gue memilih menyusul ke parkiran. Namun Nihil, Jordan nggak ada di mobil. Gue memilih meneleponnya.

Dering ponsel Jordan terdengar sayup-sayup, sepertinya nggak jauh dari tempat gue berdiri. Tapi panggilan itu nggak kunjung dia angkat. Gue menelepon lagi, kali ini bergerak ke asal suara dering ponselnya dan menemukan Jordan sedang bersandar di mobil yang entah milik siapa. Dia melihat ponselnya yang pasti menampilkan panggilan dari gue tapi bukannya diangkat, dia justru memustukannya sepihak. Gue kesal saat itu juga. Gue sudah berusaha mencarinya dari tadi tapi panggilan gue diabaikan begitu aja?

Namun gue tidak bergerak untuk mendekat karena saat itu gue melihat Allea menghampiri Jordan. Gue mengulang kembali drama sembunyi untuk menguping setelah memastikan tempat gue berdiri cukup aman sehingga mereka nggak akan melihat gue tapi gue masih bisa mendengar percakapan mereka.

"Im sorry. Nggak seharusnya aku ngomong gitu ke kamu." Ujar Jordan. Gue bisa melihat rautnya nampak bersalah sekali.

Tapi Allea kayaknya udah terlanjut marah. "Aku tahu kamu mungkin benci sama aku. Tapi apa hak kamu buat ngerendahin aku? Kamu nggak pantas ngehina aku kayak gini setelah semua diantara kita udah berakhir." Napasnya tersengal-sengal dan dia menangis lagi.

Gue cuma bisa diam di tempat menyaksikan adegan dramatis saat Jordan mendekat dan menghapus air mata Allea. Perih menjalar di dada gue saat menyaksikan hal semacam itu. Gue berbalik, memilih tidak ingin terlibat lebih jauh karena mungkin yang akan gue saksikan atau dengarkan lebih banyak lagi hanya akan menyakiti gue lebih banyak juga.

Perlakukan Jordan, rautnya yang sedih dan bersalah namun bersikap sok kuat di hadapan Allea jelas bukan hal-hal yang Jordan perlihatkan di depan gue. Selama ini gue-lah yang selalu berusaha mengendalikan diri agar kesan gue selalu baik di matanya. Gue akuin gue senang karena pada akhirnya semua usaha itu berhasil. Tapi malam ini gue seperti disentil dengan kenyataan bahwa gue dan Allea punya arti yang berbeda di mata Jordan. Nyesek rasanya karena kemungkinan besar Jordan belum sepenuhnya ngelupain Allea.

Kalau gitu selama ini, apa artinya gue buat dia?

***

Entah berapa lama setelah gue menyingkir dari parkiran, Jordan kembali ke aula tempat pertunangan diadakan. Dia langsung meneguk soda yang diambilnya dari meja dengan banyak-banyak.

"Kita balik sekarang aja." putusnya lalu berjalan kembali keluar. Tanpa menghiraukan gue, tanpa bertanya apakah gue baik-baik aja karena ditinggal sejak tadi. Dia nggak mau repot-repot bertanya padahal gue kesini karena dia yang ngajak. Ini nggak bisa dibiarin. Gue menyusul Jordan yang sudah diluar.

"Tunggu," Gue manahan lengannya membuat posisi kami jadi berdiri berhadap-hadapan. "Kamu datang kesini cuma buat ngomong sama dia?" gue nggak terima.

"Maksud kamu?"

"Kamu mau manas-manasin mantan kamu dengan ngajak aku ke sini, gitu?"

Jordan diam dalam beberapa detik. Gue mendengus merasa tuduhan gue benar. Jordan sepertinya menyadari itu. Dia menarik lengan gue dengan lembut supaya kita bisa ngobrol di tempat lain. Tapi gue udah terlanjut nggak tahan. Gue mengempaskan tangannya dari lengan gue.

"Kamu masih sayang sama mantan kamu itu kan? Itu alasannya kenapa kamu mau datang ke sini? Biar bisa ketemu dia, ngobrol dan balikan, gitu?" serobot gue.

Persetan. Tadi gue akui gue kasihan sama Allea, lalu gue cemburu karena Jordan segitu perhatiannya ke Allea. Dan sekarang gue nggak bisa nggak marah karena dia memperlakukan gue seenaknya. Hanya karena gue sayang, gue nggak bisa membiarkan diri gue dibegoin begini.

"Aku nggak bermaksud melakukannya." Jordan sepertinya nggak punya pembelaan.

"Trus apa?" Amarah sudah menguasai gue dengan penuh. Namun masih ada secuil harapan di hati gue buat mendengar Jordan menjelaskan sesuatu. Mematahkan asumsi gue bahwa Kehadiran gue di sini bukan untuk dipamerin ke orang-orang, tapi dimanfaatin untuk manas-manasin mantannya.

Tapi Jordan bergeming. Kepalanya menunduk dalam.

"Aku minta maaf. Harusnya aku nggak melibatkan kamu di sini.."

Gue menatapnya tidak percaya. "Kalo gitu apa maksud kamu ngedeketin aku selama ini?"

Ajakan dinner, menjemput juga menerima telepon gue, saling berbagi kabar, ikut ke party Agency, bahkan memberi isyarat kalau dia akan memberitahu Mea bahwa gue dan dia sekarang punya hubungan.

Kalo dia nggak beneran tulus apa artinya semua ini?

"Aku minta maaf.."

Gue nggak sadar mata gue sudah basah. "Jadi aku hanya pelarian kamu, gitu?"

Jantung gue seperti diremas oleh tangan-tangan tak kasat mata. Usaha gue selama ini untuk berusaha jadi yang terbaik, untuk berlaku tulus sama dia hingga bertekad meninggalkan semua image buruk di belakang ternyata hanya dimanfaatkan sebagai pelarian. Sebagai pelampiasan.

"Kamu adalah satu-satunya laki-laki yang aku percaya begitu baik dan nggak berengsek di dunia. Tapi ternyata kamu sama aja. Kamu sama kayak bokapku, sama kayak semua laki-laki berengsek yang pernah aku temuin dalam hidup."

Malam itu Jordan di mata gue nggak lebih dari cowok berengsek dan pengecut. Dia sama aja ternyata.

Gue mengusap air mata gue sebelum berubah jadi tangisan. Dengan hati yang karuan gue menelepon Sammy dan memintanya menjemput gue sesegera mungkin tanpa banyak tanya.

Jordan nggak melakukan apapun. Dia cuma nunduk tanpa kata-kata hingga Sammy tiba dengan mobil kantor dan membawa gue pergi dari situ.

***

Tangis gue pecah begitu mobil dikemudikan Sammy meninggalkan lokasi acara. Sammy sadar ada yang nggak beres. Sesekali lirikan khawatir dia lempar dari kaca spion tengah, tapi dia memilih nggak bertanya apapun. Membiarkan gue menguras habis seluruh perasaan gue buat Jordan.

Gue masih sulit untuk percaya ini karena gue pikir Jordan serius. Dia tulus. Lalu beberapa kejanggalan yang menyelip selama ini lambat laun membuat gue sadar bahwa Jordan nggak beneran ada buat gue. Dia..cuma butuh pelarian, butuh seseorang yang bisa mengusir kesedihannya tapi bukan untuk mengganti Allea di hatinya.

Kata-kata Gideon mendadak memenuhi kepala gue.

"Apa lo nggak berpikir bahwa dia mungkin masih sayang sama mantannya itu dan kehadiran lo di sini cuma sebagai penghibur sesaat? Lalu skenario terburuknya lo tahu apa? Lo ditinggal sendiri dan dia balikan sama mantannya atau ketemu cewek lain yang lebih sesuai sama yang dia cari."

Kenapa prediksinya tepat sekali seolah dia sudah tahu bahwa gue akan berakhir dicampakkan begini? Kenapa Gideon harus benar? Harusnya gue mendengar dia saat itu, bukan malah dengan ego menyalahkan dia yang nggak dewasa ketika perasaannya nggak dibalas. Mungkin kalo gue mendengarnya, gue bisa mencegah hal ini terjadi.

Saat itulah sebuah perasaan rindu menyeruak seolah mengusir pedih yang menguasai sejak tadi. Tangis gue pelan-pelan mereda saat bayangan Gideon bermain di otak gue. Gue meraba hati gue, bingung. Kenapa di saat ini gue jadi kepingin menangis di dada Gideon seperti saat di pesawat waktu itu?

***

di DMO khusus part ini, Bianca kelihatan rada ngeselin kan? tapi ternyata dia nggak sejahat yang itu kok.

Yang nanya mana Gideon, sabar ya, dia muncul chapter depan. Kali ini kita selesain dulu konflik Bianca dan cinta masa lalunya~

Continue Reading

You'll Also Like

Terang By -

Romance

89.4K 10.2K 43
Rated 18+ Saat dia mengatakan, "Kamu sakit hati di kisahmu. Ya memangnya aku enggak?" Saat itulah sebenarnya aku tidak tahu apa-apa dan larut dalam p...
592K 52.3K 48
Tidak ada yang lebih rapuh dari sebuah kepercayaan. Ia paham betul bahwa yang bisa ia yakini selama ini adalah percaya pada diri sendiri. Hidupnya te...
420K 21.7K 102
Karya ini dilindungi oleh perundang-undangan hak cipta Republik Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no. 28 tahun 2014). Setiap repr...
1.6M 14.1K 24
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...