Spin

By Syfaaxx

41K 5K 1K

SunaOsa × SakuAtsu Kehidupan cinta Suna Rintarou dan Miya Osamu Beserta Sakusa Kiyomi dan Miya Atsumu More

Spin 1
Spin 2
Spin 3
Spin 4
Spin 5
Spin 6
Spin 7
Spin 8
Spin 9
Spin 11
Spin 12
Spin 12.5
Spin 13
Spin 14
Short conversation
Spin 15

Spin 10

2.4K 301 29
By Syfaaxx

Spin
Syfaaxx
Haikyuu © Haruichi Furudate

Warning! OOC! TYPO!





Acara makan malam bersama sudah selesai. Sakusa Kiyoomi sebagai penanggung jawab mengantarkan pulang kembali keluarga Miya.

Sesampainya, Osamu dan sang ibu langsung memasuki rumah. Lain halnya dengan tiga pria dewasa ini.

"Atsumu kau masuk dualan." Pinta Miya Eiji.

Atsumu mengangguk meskipun ia bingung. Setelah memastikan Atsumu menutup pintu, sang ayah menoleh ke arah Sakusa.

"Bisa kita bicara sebentar Kiyoomi-kun?"

"Tentu Miya-san."

Mereka duduk di bangku teras rumah di temani oleh langit malam yang dingin. Kedua pria itu terdiam sampai sang ayah bertanya. "Apa kau yakin dengan Atsumu?"

Sakusa menoleh dan menampilkan wajah seriusnya. "Jawaban ku tidak pernah berubah Miya-san."

Sang Ayah meneliti wajah Sakusa dengan seksama. Mencari keseriusan, namun pada akhirnya ia tidak menemukan hal membuat nya tidak yakin pada pria ini.

Miya Eiji tersenyum. "Aku pernah bilang padamu kan. Atsumu itu orangnya sangat keras kepala."

"Aku tau itu."

"Atsumu itu selalu saja membuat masalah, tidak mau mengalah pada siapapun."

"Ya."

"Kecuali pada Osamu."

Sakusa mengangguk. Ia sangat tau hal ini.

"Tapi meskipun begitu, ia sangat sayang kepada keluarga nya. Ia sangat optimis, pemberani, pintar. Aku tau Atsumu banyak kekurangan, tapi ia memiliki kelebihan yang lebih banyak."

Sakusa diam mendengarkan. Hatinya menghangat.

"Aku ingat, Atsumu pernah bercerita tentang ia memiliki perasaan pada seniornya. Tapi cintanya belum terbalaskan." Miya Eiji bercerita. "Dan beberapa bulan kemudian, ia datang dengan kondisi nya berantakan. Aku tidak tau apa yang terjadi—" lanjutnya.

"—pada waktu itu aku dan istriku menyimpulkan bahwa hubungan mereka berakhir dengan tidak baik. Osamu juga tidak bercerita apa apa. Memaksa mereka bercerita mungkin juga akan membuatnya semakin menderita. Aku tau Osamu bersamanya, jadi semua nya pasti baik-baik saja."

"Beberapa minggu kemudian, kau datang membawa Atsumu pulang lalu meminta restu untuk menjadikan anakku sebagai tunanganmu" Miya Eiji tertawa mengingatnya. "Aku sangat terkejut waktu itu, aku kira Atsumu membuat hutang pada saudagar kaya dan mereka meminta jaminan."

"Maaf jika mengagetkan mu Miya-san." Ucap Sakusa malu.

Miya Eiji mengibaskan tangannya sambil tertawa "tidak apa apa, hanya tidak menyangka ada seseorang yang mau menghabiskan hidup nya untuk Atsumu." Canda Sang Ayah.

"Atsumu sangat istimewa, ia mengubah seluruh hidupku, hanya orang bodoh saja yang tidak menyadari betapa beruntungnya orang yang bisa menghabiskan hidup untuk bersamanya."

Sang ayah terbengong, lalu kemudian tersenyum hangat. "Baiklah-baiklah. Aku tau kau begitu mencintai nya."

"Aku sangat mencintainya."

"Wow, apa kau tidak ada rasa malu dalam mengucapkan kata itu didepan orang tua tunanganmu"

"Sebenarnya sangat malu, tapi mencintai Atsumu bukan hal yang memalukan."

Ayah si kembar menghela nafas, Sakusa ini pria yang gila. Yahh.. ia juga merasa gila telah merestui hubungan mereka.

Miya Eiji menepuk pundak Sakusa. "Kau tau, aku dan Istriku merestui kalian—".

Sakusa tersenyum sampai menampilkan gigi putihnya. "Terimakasih—" ia menunduk kan kepalanya.

"Tapi aku tidak tau dengan Osamu—"

Senyum Sakusa perlahan memudar. O..Samu?

"Apa kau sudah mendapatkan restu darinya?"



'apa ia sudah mendapatkan restu dari Osamu?'


"Apa Osamu sudah berbicara empat mata denganmu?"



'Apa Osamu sudah berbicara empat mata dengannya?"



Wajah Sakusa memucat. Oh, tidak. Tentu saja jawabannya tidak.

Melihat reaksi Sakusa yang diam, Ayah menepuk bahunya prihatin. "Restu kita tidak ada artinya jika Osamu menolak. Ini seperti kau mengajak dua Orang untuk hidup bersama."

"Bagaimana, apa yang harus aku lakukan Eiji tou-san?."

Miya Eiji tertawa, ekspresi Sakusa saat mengucapkan kata-kata itu sangat lucu. "Dulu, saat SMP dan SMA. Atsumu sering bercerita tentang kisah asmara nya. Namun anehnya setiap hari orangnya berganti, aku tidak paham sampai aku tau jika Osamu menolak semua pria dan wanita yang Atsumu kenalkan padanya." Jelas pria itu. "Apa Atsumu pernah mengatakan jika Osamu tidak menyukai mu?" Tanyanya.

Sakusa menggeleng. "Tidak, tidak pernah."

"Well, kalau begitu itu poin plus untukmu. Kau ada kesempatan."

"Benarkah Eiji Tou-san?"

"Benar. Cobalah berbicara padanya dulu dan ambil hatinya. Meskipun Osamu begitu. Ia sama saja dengan Atsumu. Sangat posesif."

"Aku mengerti, terimakasih."

Sakusa membungkuk sopan, meskipun jantung nya berdebar kencang sedari tadi.

'Ceklek'
Pintu berbahan kayu itu terbuka. Atsumu muncul dibaliknya.

"Tou-san, Kaa-san mencarimu. Kenapa lama sekali, ini sudah malam—"

Kedua pria itu menoleh. "Oh, baiklah. Tunggu sebentar." Ucap Miya Eiji pada Atsumu. "Maaf menganggu mu, pulanglah ini sudah malam. Sampaikan salamku pada Orang tuamu, dan semoga kakekmu cepat sembuh."

"Baik Eiji Tou-san."







"Tou-san??—" Kening Atsumu berkerut mendengarnya.
Setelah Ayahnya masuk kedalam rumah, ia diminta untuk menemani pria tampan ini. Huh, padahal ia sangat mengantuk.

"Bukankah tidak apa-apa? Tou-san juga tidak melarang."

"Terserah kau saja."

"Atsumu—"

"Hm?"

"Apa aku bisa berbicara dengan Osamu sekarang?"

"Tidak bisa, dia sudah tidur memang nya kenapa?."

"Tidak ada—"
Atsumu heran, ia sangat jarang melihat seorang Sakusa Kiyoomi murung didepannya. Apa ini karna kakeknya yang sedang sakit?

"Tunggu disini sebentar." Ucap Atsumu. Lalu ia berdiri dan masuk dalam rumah.

Tak lama kemudian ia kembali dengan dua kaleng teh hijau dan memberikan nya pada Sakusa. "Minum ini." Ucapnya.

"Terimakasih."

Sakusa kembali terdiam, ia hanya menatap rumput yang ada dibawahnya. Kedua tangan disatukan memegang kaleng minuman.

Atsumu yang cemas mulai berbicara. "Kakek akan baik baik saja. Percaya padaku. Meskipun aku baru saja bertemu dengannya. Aku yakin kakek adalah orang yahg kuat. Penyakit nya tidak akan mengalahkannya."

Sakusa menoleh, seketika ia merasa menjadi orang yang paling berdosa. Atsumu berfikir jika ia memikirkan tentang Kakek. Tapi nyatanya ia hanya berfikir bagaimana cara memenangkan hati Osamu. Yaa,, semua kembali pada Atsumu.

Sakusa tau kakeknya hanya ingin dirinya cepat cepat menikah. Penyakit Kakek sudah lama, keadaannya juga semakin membaik. Dokter juga berkata tidak ada yang perlu dicemaskan selama kakek tidak berulah dan selalu rutin meminum obat.

Beliau hanya menggunakan alasan sakit sebagai cara untuk mengambil belas kasihan Atsumu.
Sakusa seperti bajingan disini, karna telah memanfaatkan kebaikan Atsumu.

Sakusa tersenyum pada Atsumu yang mecemaskannya. Apa boleh ia bergembira sedikit? Ia harus berterimakasih pada kakek saat pulang nanti.

"Terimakasih Atsumu—" ucap Sakusa.

Atsumu mengangguk. "Apa yang kau bicarakan dengan tou-san?" Tanya Atsumu. Ia hanya ingin mengubah pembicaraan agar Sakusa tidak terlalu cemas.

"Tentangmu, tentunya."

"Tou-san pasti sering membicarakan kejelekan ku kan?—" Atsumu mencibir. "Apa kau berubah pikiran setelah tau semua keburukanku?" Lanjutnya.

Sakusa menggeleng dramatis. "Tidakk.. sama sekali tidak.. terlebih lagi, tou-san tidak berbicara keburukanmu. Tapi semua kebaikanmu."

Atsumu menaikan alisnya tidak peecaya.

"Aku bersungguh sungguh. Tou-san berkata padaku jika kau adalah orang yang optimis, baik hati, dan pintar." Ucap Sakusa berapi-api. "Dan Eiji tou-san bilang ia dan Karin kaa-san merestui. Tidak ada hal yang membuatku berubah pikiran."

Jika saja ini di siang hari, wajah memerah Atsumu paati sudah terlihat. Berterimakasih pada gelapnya malam yang memendamnya.

"Atsumu—"

"Hm?."

"Bagaimana menurut mu tentang permintaan kakek?"

"Tentang, menikah secepatnya?."

"Ya."

Atsumu tidak menjawab, ia menyenderkan badannya pada kursi.

"Apa kakek terlalu memaksamu?". Sakusa menggigit bibir bawahnya cemas. Ia merasa takut jika Atsumu menolak.

"Tidak, bukan begitu."

"A-apa kau yang berubah pikiran?"

Atsumu menoleh lalu tersenyum. "Tidak."

"Jadi, apa kau setuju?" Mata Sakusa berbinar.

"Apa kau melamar ku sekarang? Tanpa cincin?"

"Ahh.. maafkan aku—Tunggu disini sebentar akan aku belikan. Akan ku beri tahu Itsuki untuk membuka tokonya—" Ucap Sakusa. Ia berdiri dengan cepat sebelum Atsumu menariknya untuk kembali duduk.

"—hei bodoh, aku cuman bercanda, duduk! Lagipula beberapa menit lagi tengah malam. Kau tidak bisa menganggu orang seenaknya."

"Tidak apa apa Atsumu. Itsuki tidak mungkin keberatan." Sakusa mencoba berdiri lagi. Dan Atsumu kembali menarik lengannya.

"Kau tidak bisa memerintah seenaknya."

"Tidak masalah, itu sudah tugasnya."

"Hei. Ini sudah malam. Berbahaya untuk keluar rumah."

"Kalau begitu, aku akan menyuruhnya datang kesini."

Atsumu sudah lelah bermain tarik tarikan. Ia menepuk dahinya melihat kelakuan Sakusa yang saat ini mulai sibuk dengan ponselnya.

"Sakusa, cukup. Aku bercanda soal cincin."

"Tapi aku tidak, aku hanya berjaga jaga jika kau berubah pikiran."

"Aku tidak akan berubah pikiran. Lagipula bukankah kau sudah mengikatku? Memangnya kau pikir aku akan kemana?"

Sakusa terdiam, ini lebih terdengar seperti Sakusa memaksa nya dan Atsumu tidak ada pilihan lain aelain bersamanya.




'Tapi, bukankah seperti itu?'



Atsumu mungkin akan dengan cepat berubah pikiran jika Osamu berkata tidak.

"Kenapa?" Tanya Atsumu. Ia heran kembali melihat Sakusa murung. "Cincin ini bisa kau ganti dengan yang baru kapan saja. Tapi tidak sekarang. Ini sudah malam." Lanjutnya menenangkan.

"Benarkah?"

Atsumu hanya mengangguk.

"Apa kau sudah mulai menyukai ku?"

Atsumu menyipitkan matanya menatap tajam Sakusa yang melihat nya.

"Apa kau berpikir jika aku adalah seseorang yang mau bertunangan dengan orang yang tidak aku sukai?"

Ahh. Jadi?!

"J-jadi kau menyukai ku??"

"Jangan membuat aku mengatakannya. Ini memalukan." Atsumu memalingkan wajahnya yang memerah panas.

"Ohh.. yaa.. hmmm..  baik... sial. . ini sungguh menggemaskan."

Sakusa tidak bisa berkata apapun. Ia sangat ingin berteriak sakarang.

Mereka terdiam beberapa detik, menormalkan detak jantung mereka yang berdegup begitu kencang.

"A-Atsumu.. boleh aku memelukmu."

Atsumu tidak menjawab tapi kedua tangannya terbuka lebar. Sakusa tersenyum lebar dan matanya memanas. Tanpa menunggu lama ia menubruk kan badannya pada Atsumu.

Sakusa memeluk Atsumu erat. Sampai pria itu sesak.

Ini mungkin terdengar melankolis, tapi ini pertama kalinya Sakusa bisa menyentuh Atsumu. Sejak.. Lima tahun lalu. Pertama kali ia mengenalnya.

Memori Sakusa terbang, ia mengingat betapa susahnya ia mendapatkan pelukan ini. Pria berambut hitam ikal itu tidak sadar meneteskan air mata.

"Hei, apa kau menangis?"

"Aku tidak menangis."

Atsumu tau pria itu berbohong. Namun ia tetap diam. Kemudian tangan kanannya mencoba meraih kepala Sakusa dan mengusapnya lembut berharap akan membuat nya lebih nyaman.

Perlakuan Atsumu semakin membuat Sakusa mengeratkan pelukan. Ia berharap waktu berhenti disini saja.

"Hei, jangan terlalu erat. Sesak." Protes Atsumu. Sakusa mengabaikan nya. "Sakusa, aku tidak akan pergi kemanapun. Tenanglah."

"Lakukan sesuatu dengan debaran jantung mu." Ucap Atsumu.

"Tidak bisa, aku sangat gugup dan senang sekarang. Aku ingin berteriak tapi tidak bisa." Katanya.  "Aku mencintaimu." Kata Sakusa tiba-tiba.

"Hmm."

"Aku mencintaimu."

"Aku tau."

"Aku mencintaimu."

"Iyaa.."

"Aku—"

"Stop!" Atsumu yang merasa wajahnya terbakar segera menghentikan Sakusa. Ia mendorong paksa tubuh Sakusa agar menjauh darinya. "Cukup, aku mendengar nya." Atsumu memalingkan wajahnya.

Sakusa sangat gemas. Wajahnya juga ikut memerah. Atsumu seperti ini, berada di pelukan nya, malu karenanya, dan Atsumu yang menyukainya.

"Boleh aku mencium mu?"

"Ketahui batasan mu".

"Maafkan aku." Sesal Sakusa. Ia kembali menarik Atsumu untuk dipeluknya. Pria itu tidak menolak.

"Apa kau tidak lelah memelukku?. Tanya Atsumu.

"Mana mungkin aku lelah." Jawab Sakusa.

"Tapi ini sudah tengah malam. Kau harus pulang."

"Seharusnya kau melarang ku untuk pulang karna sudah tengah malam."

"Baiklah, apa kau mau menginap disini?".

Ahh.. jika Sakusa menerima semua keberuntungan ini. Apa dimasa depan ia tidak akan menerima nya lagi..

"Kau serius mengajak ku menginap?".

Atsumu hanya mengangguk. Sakusa melepaskan pelukannya, tapi mereka tetap berdekatan. "Aku sangat senang kau mengajakku, tapi aku harus pulang." Sesal Sakusa.

"Baiklah—"

"Lakukan yang terbaik dalam membujukku."

Atsumu tertawa ringan. "Aku tau kau sibuk." Katanya.

"Yah, kau benar. Saat ini aku ingin mengutuk siapapun yang membuatku banyak pekerjaan."

"Kau ingin mengutuk ayahmu sendiri hmm?"

Sakusa tidak menjawab, ia hanya cemberut saja.

"Lebih baik segera pulang, orang tuamu akan khawatir."

"Baiklah—" Sakusa berdiri diikuti dengan Atsumu. Mereka berjalan menuju pagar rumah.

"Hati-hati dijalan. Kirimi aku pesan jika sudah sampai." Kata Atsumu.

Sakusa yang berniat membuka pagar langsung berbalik arah dengan cepat setelah mendengar itu. Ia memegang kepalanya dan menunduk.

"Kau kenapa?" Tanya Atsumu.

"Kau, kenapa sangat imut saat ini~". Kata Sakusa dengan dramatis. Sungguh, beberapa menit saja setelah pengakuan cinta nya. Atsumu menjadi orang yang sangat berbeda. Sakusa belum siap menerima serangan tiba-tiba ini.

"Apa yang kau katakan. Cepat masuk mobil dan pulanglah." Sentak Atsumu.

Oh mungkin tidak.

"Baik baik."

.

.

.

.

.

Siang ini Osamu berada di kediaman Suna. Pria itu yang mengajaknya. Well, ini seperti biasa.

Mereka sedang berada di ruang tamu. Dengan televisi besar didepan. Osamu duduk dipojok sedangkan Suna memanjakan dirinya dengan berbaring di paha Osamu.

Osamu tidak keberatan, ini bukan seperti pertama kali nya. Katanya Suna sangat suka berbaring di sana.

Pria bermarga Miya itu menonton televisi dan tangannya sibuk mengambil cemilan ditangannya. Lain halnya dengan Suna yang sibuk berselancar dengan ponsel kekasih nya.

"Ah!." Pekik Suna. Osamu mengalihkan perhatian nya.

"Apa?"

"Siapa pria ini?"

"Yang mana?" Suna mengangkat ponsel agar Osamu dapat melihat layar. "Oh. Akashi-san." Jawab Osamu.

Suna menyeritkan dahinya. "Akashi-san?". Osamu mengangguk cuek. "Ya, seorang senior." Jawab Osamu. Ia melirik Suna yang seperti nya kurang puas dengan jawabannya.

"Ada apa memang nya?" Tanya Osamu.

"Lihat ini, kenapa disetiap postingan mu dia selalu berkomentar."

"Apa ada yang salah dengan itu? Bukankah temanku yang lain juga melakukan nya?"

"Tapi tidak dengan dia yang selalu ada. Bahkan di postingan paling awal dia juga berkomentar. Baca ini dan ini juga. Selalu saja memujimu."

"Tidak ada yang salah dengan dia memuji ku."

"Bagaimana jika dia menyukai mu?".

"Kau bicara hal yang tidak mungkin. Akashi-san sudah punya kekasih. Dan aku tau orangnya."

"Oh.. benarkah?". Tanya Suna ragu. Osamu mengangguk. "Ya, Bokuto-san. Mereka senior dan junior."

"Apa kau sudah memastikan nya?"

"Rin, berhenti bertanya."

"Aku hanya ingin mengetahui nya."

Osamu memutar bota matanya jengah. "Aku belum memastikan nya. Tapi itu rumor. Aku tidak berani bertanya langsung."

"Lihat. Benar kan? Bagaimana jika itu hanyalah rumor. Dan yang sebenarnya adalah dia menyukai mu?".
Kata Suna menggebu gebu. Ia mulai berganti posisi menjadi duduk dan menatap Osamu.

'PUKK'

Osamu menepuk dahi Suna dengan telapak tanganya keras hingga pria itu kesakitan. "Berhenti berpikir seperti itu. Itu tidak mungkin."  Ucapnya. "Menyingkir jangan dekat-dekat." Lanjutnya.

Suna memajukan bibirnya kesal sambil mengusap usap dahinya yang merah. "Aku sedang cemburu. Dan ini reaksi mu?" Sungut nya.

Osamu menarik nafas panjang. Suna dalam mode seperti ini susah untuk di mengerti.

"Kau tidak perlu cemburu dengan hal seperti ini." Kata Osamu, ia menjulurkan tangannya ke dahi Suna dan mengusapnya lembut.

Perlakuan itu membuat hati Suna menghangat. Perasaan kesal karena pria bernama Akashi itu perlahan menghilang.

Suna mengambil tangan Osamu yang ada didahinya kemudian menggenggam nya erat. Mata mereka bertemu.

"Aku hanya takut seseorang mengambil mu dariku." Ucap Suna. Matanya memancarkan keseriusan disana.

Osamu menaikkan salah satu sudut bibirnya. Seperti mengejek "Memangnya siapa yang mau denganku selain kau hmm...?"

Suna mengerutkan keningnya tidak terima "Hei, siapa yang tidak mau dengan Miya Osamu. Pria terhot sedunia. Bahkan artis artis diluar sana kalah dengannya." Ucap Suna.

Osamu tertawa. "Kau konyol." Katanya.

Suna yang mendengar Osamu tertawa, tersenyum lembut. Kemudian menarik Osamu dalam pelukannya. "Kau orang terbaik yang pernah kutemui. Aku akan menjaga tawa dan senyum mu."

Osamu menepuk nepuk punggung Suna. "Yaa..yaa.. terimakasih. Tapi cukup.  Aku tidak tahan dengan suasana melow seperti ini. Dan juga kau tidak cocok mengatakan hal seperti itu." Osamu kembali tertawa.

"Kau ini—".









"Kaa-san pulang!!".

Suara menggelegar didalam ruangan. Seorang wanita dewasa yang sangat cantik masuk menghentikan aksi protes Suna.

"Oh.. maaf, apa aku menganggu kalian?" Ucapnya wanita itu. Setelah nya ia tertawa ringan.



"Hikari-san!." Osamu menyapa wanita itu sengan riang. Ia melepaskan pelukan Suna kemudian berlari kearahnya.

Imajiner tiga sudut muncul di pojok dahi Suna. Ia kesal karna diganggu oleh ibunya sendiri.

"Osamu!." Suna Hikari menjatuhkan tas mahalnya sembarangan lalu membuka kedua tangannya lebar menyambut Osamu.

Mereka berpelukan beberapa saat.

"Bagaimana kabarmu? Ahhh.. aku sangat merindukanmu." Tanya Suna Hikari heboh.

"Baik, Hikari-san sendiri bagaimana kabarnya?"

"Tentu saja baik." Jawabnya.  "Oh liat pipi mu. Kenapa sangat kurus. Apa kau tak makan dengan baik.?" Suna Hikari memegang pipi Osamu sesekali mencubitnya.

"Aku sedang menjalani diet." Jawabnya.

"Kau tidak boleh diet diet. Harus makan dengan benar. Tidak masalah dengan sedikit gemuk." Protes wanita itu.

"Baik Hikari-san."

"Ah... Seperti biasa kau sangat imut.." Wanita itu sangat gemas. Ia kembali memainkan pipi Osamu. Pria itu haya pasrah saja.

"Oh aku membawakanmu oleh-oleh. Mari kita ke ruang makan."

Suna Hikari menarik Osamu ke ruangan dengan satu meja makan besar yang berada di tengah. Disebelah kanannya satu set kitchen mewah didominasi warna perak.

"Ah, Saki-san. Tolong kau tata ini dalam piring ya—". Pinta wanita itu. Saki-san hanya mengangguk patuh.

Tak berapa lama makanan itu datang, "Coba ini. Makanan khas Belgia. Aku yakin kau akan suka." Suna Hikari menawarkan nya pada Osamu dengan senyuman lewar diwajahnya.

"Terimakasih Hikari-san." Osamu mencicipi nya. Ia tidak pernah menolak jenis makanan apapun.

"Bagaimana bagaimana?"

"Sangat menakjubkan. Enak sekali."

Suna Hikari menaruh kedua tangannya di pinggang. "Benarkan? Aku sangat hebat dalam memilih nya. Aku tau kau akan suka." Ucapnya menyombongkan diri.

Osamu tersenyum. " Terimakasih Hikari-san."

"Sama-sama. Makanlah yang banyak. Lupakan dietmu".







"Bochama apa anda mau juga? Masih ada dua di dapur." Terdengar Saki-san berbicara pada seseorang.

"Tidak perlu Saki-san terimakasih."



"Ohh.. Rin, kau ada disana."

Sang ibu menoleh kearah samping dan mendapati anaknya menatap mereka dengan pandangan tidak senang.

Suna kesal, selalu seperti ini jika ada Osamu dirumahnya dan sang ibu tidak pergi berkerja, wanita itu selalu memonopoli Osamu.

Bukan hanya itu, sudah dua minggu sang ibu pergi ke Belgia, pulang-pulang lupa dengan anak sendiri.




Osamu, pria itu tidak menghiraukan ibu dan anak yang sedang war mata. Dia, jika didepannya sudah ada makanan. Fokusnya tidak teralihkan.

.

.

.

.

.


Suna melanjutkan acara merajuknya. Ia memilih untuk kembali duduk di ruang tamu dan memainkan ponsel Osamu.

Suna Hikari dan Osamu masih dengan posisinya tadi di ruang makan.

"Osamu—". Panggil wanita itu dengan lembut. Seperti nya ingin membicarakan hal serius batin Osamu.

"Ya Hikari-san?." Osamu menghentikan acara makannya dan mengalihkan perhatian ke Ibunda kekasihnya.

"Apa kau sudah baikan dengan Anakku?". Wanita itu bertanya ragu.

Osamu tersenyum. "Tentu saja sudah." Jawabnya. Suna Hikari ikut tersenyum lega. "Syukurlah." Ucapnya.

"Maafkan kesalahan dia ya, aku tidak tau apa yang anak itu perbuat padamu sehingga kau sangat marah. Tapi aku yakin itu hal yang paling tidak ingin kudengar."

"Tidak masalah Hikari-san,  aku sudah memaafkan nya."

"Kau sangat baik sekali." Ucapnya. "Aku ingat ketika selama seminggu penuh ia seperti zombi. Tidak makan apapun, tidak keluar kamar, tidak bermain seperti biasanya. Matanya menghitam. Badannya sangat kurus. Seperti tidak hidup. Ketika aku bertanya kenapa. Ia hanya berkata

'Osamu kecewa padaku'

'Osamu tidak mau bertemu denganku lagi'

'Osamu akan meninggalkan ku'

'Osamu membenciku'

'Maafkan aku Osamu'

Ia terus mengucapkan itu, aku pikir dia gila. Bukan hanya aku yang berpikir seperti itu. Ayahnya dan penghuni rumah juga.

Ayahnya juga mengusulkan akan bertemu dengan mu dan berbicara tapi Rin malah marah, ia berkata jika kita datang kau akan semakin membencinya"

Osamu tersenyum kecil, ada rqut penyesalan disana. "Maaf jika sudah membuat kalian khawatir."

"Tidak masalah, aku yakin kondisi mu tidak jauh berbeda. Karna aku tau anak itu yang salah disini."

"Kami sudah baikan sekarang. Dia sudah berjanji tidak akan mengulangi nya lagi."

Suna Hikari memeluk Osamu yang sedang tersenyum.

"Bukan hanya Imut kau juga sangat baik hati. Aku senang kau menjadi menantuku."

Osamu tertawa. "Terimakasih Hikari-san."

"Kaa-san.. Cukup. Kau membut Osamu sesak nafas".

Suna datang, dan ia berusaha memisah pelukan kedua orang itu.

Suna Hikari tersenyum licik. Ia malah merangkul Osamu dengan sombong. "Tidak mau, bukankah kau tadi juga memeluk nya dengan erat sampai dia sesak hah?"

"Aku tidak begitu" protesnya.

"Ya, kau begitu. Aku tau. Osamu pasti selalu kerepotan jika dengan mu kan."

"Tidak mungkin, aku menjaganya dengan baik."

"Kaa-san tidak percayaaa—"

Osamu sang berada di tengah-tengah pertikaian ibu dan anak itu hanya mendesah.

Selalu seperti ini.

.

.

.

.

"Ah, Osamu."

"Hm?"

"Aku mendapatkan pesan dari Sakusa." Ucap Suna.

"Lalu?"

"Ini aneh, dia bertanya apa kau ada bersama ku atau tidak. Dan kapan ia bisa bertemu denganmu. Apa kalian ada masalah? Tidak biasanya. Apa yang harus kujawab?

Osamu menghentikan kegiatannya membaca komik dan menatap Suna intens.

"Bilang padanya aku sibuk dan tidak bisa bertemu—"

—10.05.21—
.

.

.

.

Aku kembali, maaf menunggu lamaa..

Happy 1k vote bintang buat Spin! Yeyy!
Makasih banyak untuk bintangnya. Gak nyangka huhuu

Mau SunaOsa aja apa gimana? Kan posternya besaran SunaOsa yakan ya wkwkwk.. aku lupa kalo SakuAtsu couple side..

Continue Reading

You'll Also Like

142K 9.4K 41
KIM TAEHYUNG narenda, yaitu mafia yg terkenal dengn kekejamannya JEON KOOKIE liviendra, yaitu seorang namja cantik yg ditinggal mati kedua orang tua...
711K 55.9K 40
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
46.8K 4.5K 29
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
219K 18K 91
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...