MONEY GIRL [TELAH TERBIT]

Da 2nisaa

33.6K 4.2K 1.2K

Cek informasi tentang pembelian buku di Instagram penerbit @viruspuitis.id [BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPEN... Altro

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
12 (√)
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
24
25
26
27
28
29
30
END
BONUS
Berita baik (?)
Vote Cover?!
OPEN PO!

23

699 80 22
Da 2nisaa

Lala berjalan menelusuri koridor rumah sakit.

Sesekali menyapa para pasien, pengunjung, perawat atau dokter lain.

Masuk ke ruang staff, dan memakai jas putih itu.

"Baiklah, kemarilah."

Entah kenapa Lala langsung bersembunyi di bawah meja saat mendengar suara dokter Nafis dari luar.

Ternyata Dokter Nafis tidak sendirian.
Seorang laki-laki berpakaian hitam itu nampak membuntuti Nafis.

Sebentar, kenapa Lala seperti mengenal cara berjalan laki-laki itu?

Ah! Lala ingin berdiri dan melihat wajah laki-laki itu.

"Berhenti memintaku memotong kuku mu Alka, cobalah belajar cara memotong kuku."

Lala melotot. Alka?! Si bocah SMA yang menjadi salah satu mantannya itu?

"Siapa yang ngajarin Bang?? Papa sibuk di kantor, Abang tau sendiri 'kan? Abang sibuk sama pasien Abang. Udah cepet potongin, kemarin Alka dihukum sama guru BK lari puterin lapangan sepuluh kali."

"Aku mana tau, kalau kuku mu sudang panjang? Kau saja datang pada ku saat butuh sesuatu saja."

Alka mengerucutkan bibirnya, "abang ish."

Lala si tidak meliat, tapi sudah tau seperti apa ekspresi Alka saat ini. Dan apa tadi? Abang?

"Apa kau sudah makan?" tanya Nafis, masih memotong kuku Alka.

"Sudah. Abang, minta uang buat beli ice cream."

Lala menggelengkan kepalanya pelan. Alka belum berubah ternyata.

Ya iyalah, baru juga satu minggu? Atau lebih? Belum juga satu tahun. Masa udah berubah.

"Berhenti memakan ice cream Alka, itu tidak baik untuk gigimu. Tidak baik juga untuk kesehatanmu. Apa kau mau sakit gara-gara ice cream terus dioperasi olehku? Aku akan memotong gigimu itu dengan pisau bedah yang sangat besar!"

Alka bergidik dan wajahnya menunjukkan kalau dirinya ketakutan setalah membayangkan betapa menakutkan jika Nafis memotong giginya menggunakan gunting besar.

Masa gitu aja percaya si:)

"Tidak! Sudah Bang, Alka pergi dulu. Semangat kerja, Bang."

"Sebentar!"

Alka berhenti, membalikkan badannya dan menatap Nafis penuh tanya.

Nafis berdiri, lalu berjalan menghampiri Alka dan merapihkan surai Alka.

"Kemarin Rara kabur lagi. Apa kau menjemputnya?" tanyanya.

Lala menajamkan pendengarannya. Rara? Bukankah itu adalah siswi yang jatuh dari motor, pasien pertamanya (seharusnya) dan anak direktur?

"Iya," jawab Alka.

"Lalu, bagaimana keadaannya sekarang?"

"Om Dino sudah mengobatinya di rumah. Aku akan menjenguknya setelah memakan ice cream. Hehe," jelas Alka disertai cengiran khasnya.

"Ya sudah sana. Jangan pulang malam-malam inget. Kalau sempet, ntar Abang mampir."

Alka tersenyum sumringah.

"Yess!! Aku tunggu Bang! Cepatlah datang, daaahh!"

Dan Alka pun pergi.

Nafis terkekeh melihat tingkah sepupunya itu. Iya, Alka adalah adik sepupunya.

Tapi, ia sudah menganggap Alka seperti adik kandung. Ia sangat menyayangi Alka.

"Dasar bayi! Ah mood ku benar-benar naik gara-gara bayi raksasa itu," gumam Nafis dengan senyum lebar yang jarang ia tunjukan itu.

"Eh, apa intern belum berangkat? Mentang-mentang kemarin operasinya lancar, udah besar kepala aja."

Nafis keluar dari ruang staff itu. Sementara itu, Lala segra keluar dari persembunyiannya.

"Ternyata ada hikmahnya gue ngumpet di bawah meja gini," gumam Lala.

Sekarang, ia tau kalau Nafis adalah Abangnya Alka. Dan yang jadi misteri, apa hubungan Alka dan Rara?

Lupakan itu, sekarang Lala harus fokus. Lala pergi menuju IGD.

"Itern!" Lala tersentak saat baru saja ia masuk ke IGD, seorang dokter memanggilnya.

Lala pun langsung menghampiri dokter senior yang memanggilnya.

"Dia menunjukkan tanda-tanda kecemasan, halusinasi, dan sistem saraf simpatis yang terlalu aktif. Sepertinya dia mengalami Delirium Tremens."

"Dia juga memiliki penyakit kuning, jadi sepertinya dia menderita epilepsi karena alkohol. Bawa dia untuk tes fungsi hati dan sonografi," jelas dokter itu.

"Baik, senior." Lala mengangguk dan mulai menangani pasien.

"Ah!"

Dokter Juna, kembali membalikkan badannya dan berkata, "beri dia beberapa benzodiazepine sebelum dia mengalami kejang."

"Baik, senior."

Dan dokter Juna pun benar-benar pergi mengobati pasien lain.

Lala melirik pasien, pria paruh baya yang nampak sangat berantakan.

"Apa-apaan ini? Kenapa minum alkohol? Ukh, menyebalkan!" gumamnya.

Belum sempat Lala menanganinya, seorang pasien kembali berdatangan.
Hari ini, IGD benar-benar ramai.

"Dia adalah pria berusia 67 tahun," ucap petugas ambulan itu.

"Tanda vital?" tanya Lala.

"200 lebih dari 110. 117 bpm. Dia mengalami nyeri dada yang parah selama sekitar satu jam, dan sekarang dia mengatakan punggungnya sakit."

"Tuan, bagaimana perasaanmu? Apa kau memiliki sakit menusuk di belakang?" tanya Lala.

"Dokter, dia mengalami kejang!"

Pasien dari dokter Juna itu sudah mengalami kejang!

Mampus!

Sepertinya Lala akan mengalami masalah.

"Pasien datang!"

Bagaimana ini? Sangat ramai, semua dokter nampak sedang sibuk sendiri dengan pasien lain.

Dimana dokter Nafis? Lala tidak melihatnya.

"Dokter Lala, cepat. Apa yang harus dilakukan?" ucap seorang perawat.

Akh! Lala benar-benar pusing, mana yang harus ditangani lebih dahulu.

"Bisakah kamu memanggil dokter Nafis? Katakan padanya, ini mendesak," ucap Lala pada resepsionis.

Pegawai itu mengangguk lalu mulai menelepon.

"Dokter, BP tiga pasien adalah 210 lebih dari 110," suara suster lain.

"Dokter Nafis sudah bisa dihubungi?" tanya Lala dan resepsionis menggeleng.

"Dokter Nafis sedang operasi darurat," ucapnya.

"Apaan ini? Kenapa kau mengubungi seniormu yang sedang melakukan operasi darurat?" seorang dokter yang sedari tadi mengamati kini datang.

"Bukankah kau mahasiswa pintar di fakultasmu? Apa kau hanya membual saja?" ucapnya sinis.

Lala tidak menyukai orang itu. Sangat. Dia pikir Lala jenius?! Lala 'kan baru disini sekitar kurang dari dua minggu.

"Minggirlah!" Lala pun didorong.

Lala hanya menerimanya. Ya, itu memang salah Lala.

"Kenapa kau menyalahkan juniorku, saat sedari tadi kau hanya melihat saja padahal semua pasien menyulitkan dokter magang yang masih bekerja disini selama dua minggu?!"

"Dokter ini bahkan belum lulus dan kau ingin mengujinya?! Apa kau tidak memikirkan pasien yang sedang kesakitan?!" seperti pahlawan kesiangan, Dokter Nafis datang dan membela Lala.

Ah, Lala merasa terhura eh, terlindungi eh? Pokoknya seperti itu!!

"Intern, jangan diam saja begitu. Lorazepam!"

Lala mengangguk lalu mulai mengambil alat yang diminta Dokter Nafis itu.

"Kalian, tangani pasien itu dan itu."

Dokter Nafis pun mulai bertindak setelah sebelumnya mencuci tangannya.

"Ada DT, diseksi, dan usus berlubang. Dan kalian hanya diam?! Sadarlah, kalian dokter!"

"Bisa-bisanya masih bisa menguji seorang dokter magang disaat seperti ini. Apa ini masuk akal? Intern, pegangi ini!" gumam Nafis.

Lala pun melayani Nafis dengan kalem.

Dokter Nafis menangani pasien sambil mengomel. Persis seperti seorang Ibu mengomel pada anaknya yang tidak mau disuruh membersihkan rumah dan memilih untuk bermain game.

••

"Ngeri," ucap Ricko bergidik.

Ricko dan Vernon baru saja keluar dari ruang rapat.

"Papa lo kalau marah bikin merinding sumpah!" sambungnya.

"Dia bukan Papa gue."

Ricko menoleh kaget mendengar ucapan Vernon.

"Maksud lo?!"

"Dia bos kita. Alvin Addison, pemimpin perusahaan Addie Group."

Ricko memutar bola matanya malas.

"Ya, beliau punya putra. Namanya Ver--"

"Yang ramah itu Papa gue, yang nyeremin bukan papa gue," potong Vernon.

"Astaga! Gue lebih merinding denger lo ngomong gitu. Bisa-bisanya bilang gitu ke Papa sendiri. Terus, gue temen lo bukan?"

"Kalo pinter bawahan gue, kalo bego orang asing."

"What?! Terus kapan gue jadi temen lo??"

Tidak menjawab, Vernon hanya terkekeh pelan melihat respon Ricko. Itu adalah salah satu hiburan baginya.

Menjahili Ricko, adalah hobi barunya.

"Vernon, kamu ikut Papa ke Kanada besok. Bersiaplah dan jam sebelas siang kita berangkat. Siapkan dokumen hak ciptanya," ucap Ayah Alvin setelah keluar dari ruang rapat. Vernon pun mengangguk.

To be continue





Continua a leggere

Ti piacerΓ  anche

2.3M 197K 41
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...
74.1K 3.8K 29
Dia bernama Sarala Fioriele. Usianya baru delapan belas tahun. Gadis cantik dengan mata hijau se-tajam elang. Siap mengawasi siapa saja yang mengusik...
11.8K 1.9K 33
Sebuah Mitos terdahulu yang kini mulai di perdebatan kebenarannya menjadi satu hal yang menggemparkan. Mitos mengenai Kumis Kucing pembawa jodoh, ben...
833K 84.5K 56
[ SEGERA TERBIT ] Cerita tentang seorang gadis cantik yang harus menutupi kecantikannya atas perintah ibunya. Bahkan di sekolahnya ia di namai si...