Meried With Enemy

By Laaliisaaaaaaaa

404K 7.4K 229

[Meried With Enemy] Private Konten 21+ ©2021 More

Prolog
PART - 01. Pagi Yang Buruk
PART - 02. BOSAN
PART - 03. JADI?
PART - 05. KECIDUK [21+]
PART - 06. Ngeselin
PART - 07. TETANGGA MERESAHKAN 21+
PART - 08. GAGAL LIBURAN? [18+]
PART - 09. MIMPI BASAH? [21+]
PART - 10. MANTAN GAGAL MOVE ON
PART - 11. HUBUNGAN YANG RENGGANG
PART - 12. BERPISAH SEMENTARA
PART - 13. KANGEN?
PART - 14. KENAPA?
PART - 15. PANTAI
PART - 16. SEBUAH MASALAH?
PART - 17. AKIBAT
PART - 18. Pengen Nyusu
PART - 19. Kelakuan Zafran Bikin Pusing[21+]
PART - 20. Rambut Basah
info
Read
PART - 21. Selesaikan Dengan Kepala Dingin
info
Part - 22. Pulang
Part - 23. Cuddle
Part - 24. Klepon
Part - 24. Kesiangan
Part - 25. Tidak Pernah Akur
Part - 26. GAGAL LDR?

PART - 04. MANJA [21+]

53.5K 510 2
By Laaliisaaaaaaaa

PART - 04. MANJA 21+


JANGAN LUPA PENCET BINTANG YA, TERIMAKASIH

HAPPY READING 🌻

Mari bangkitan gairah yang terpendam dalam diri kalian selama ini, selamat halu... Jangan di pendam🌻

Mature konten 21+

Hari sudah semakin malam. Waktu juga sudah subuh. Zia terbangun karena tubuhnya terasa berat. Dengan perlahan, dia membuka matanya untuk menyesuaikan ruang yang temaram. Dia juga sedikit bergerak gelisah.

"Jangan gerak."

Mendengar suara barusan, Zia yang sedikit kaget langsung menoleh pada Zafran yang memeluk tubuhnya barusan. Jika sedang manja ya, seperti ini kelakuannya.

"Hm, udah pulang?"

"Hm."

Zafran semakin mempererat pelukannya di tubuh Zia. Posisinya Zafran berbaring di samping perut Zia.

"Kenapa?"

Tangannya terangkat untuk mengusap kepala Zafran. Rambut yang hitam legam, sesuai dengan wajahnya, yang berwarna kuning langsat. Merasa nyaman di posisi begini, dan semakin menenggelamkan kepalanya lagi menyeruak.

"Udah makan? Mau makan, nggak? Kalau mau aku siapin dulu. Tapi bangun dulu ya."

Zafran bangun dari posisinya, menatap Zia sekilas lalu mengecup singkat. Posisinya berubah, jadi berada di ceruk leher Zia sekarang. Zafran menghirup dalam-dalam aroma tubuh Zia dengan hidungnya

"Kenapa sih? Kamu sakit, apa gimana?"

Duh, kalo lagi perhatian gini suka pengen lengket. Jarang bisa pake aku-kamu begini.

"Ngak mau."

"Kok gak mau sih? Bangun dulu deh. Geli, tau."

Akhirnya Zafran bangun namun cemberut. Wajahnya berjarak dekat dengan Zia. Tangannya masih di poisisi memeluk kaya tadi.

"Apa sih, aku mau bangun. Kamu minggir dulu deh."

"Ah, nggak mau. Aku capek. Pengen di manjain."

Suara serak Zafran memang terdengar lelah. Ia menarik tubuh Zafran agar berbaring lagi di dadanya sekarang. Bukan di leher lagi. Zia dengan telaten mengelus rambut Zafran. Merasa nyaman dengan elusan, dia semakin menyamankan posisi, senyaman mungkin.

"Kamu gak ganti baju dulu? Baju kamu kotor sayang, kalo di bawa tidur. Ganti dulu sana."

Merasakan gelengan di dadanya. Zia hanya mampu mendengus saja. Kalo lagi manja ya gini. Kalo jiwa musuh kambuh, pasti udah di tonjok suaminya ini. Cuman karena kasian, cape begini. Mana tega, juga kan?

Tangannya yang semula berada di samping Zia naik keatas. Meraba, yang biasa dia raba kalo mau tidur. Udah kebiasaan awal nikah. Awalnya juga dia kesel, terus di tonjok. Sekarang udah biasa aja. Kalo gak diturutin, suka merengek-rengek dia.

"Pengen."

"Ih, gak bisa. Aku pake baju tidur begini."

"Aaa, pengen. Kan bisa di buka."

Mulai merengek lagi kan. Padahal lagi capek tuh. Tapi masih suka merengek aja.

"Udah subuh. Tidur aja. Kamu capek kan? Istirahat aja."

"Sambil istirahat."

"Kemarin malam udah kan? Masih sakit juga tau."

"Terus, aku mau pokoknya. Buka."

"Elus-elus, kaya biasa aja kenapa sih?"

"Gak mau. Pengen remes-remes, sambil mimi."

"Besok kamu libur. Aku gak mau ya, kamu kaya begitu, sampe kamu bangun."

"Kenapa sih? Jarang tau bisa begitu."

"Jarang pala lo peyang. Perasaan ngambil jatah terus tiap hari malahan."

"Kalo bukan sama kamu, sama siapa lagi?"

"Ih, sebel."

"Buka, ayo. Aku capek banget ini. Butuh tenaga."

"Iya-iya bentar."

Zia bangun dari posisi tidur sambil membuka baju tidurnya. Ketika tidur dia tidak memakai bra, hanya baju, dan celana dalam saja. Zafran juga bangun melepaskan pakaian serta lainnya.

Zia yang baru selesai melepaskan bajunya, langsung terkejut.

"Kok, buka semua?"

"Gak papa sih."

"Eh, aku gak mau ya. "

"Aku pelan-pelan aja. Jadi kamu bisa tidur."

"Ih, gak mau ah."

Tuhkan, suaminya ini tuh suka banget tipu Zia. Bilangnya atas aja, eh tau-tau pas mau protes udah masuk aja. Coba bisa di closed, bakalan di closed. Kalo gak, di blacklist sekalian.

"Beneran deh. Janji, gak suruh pake gaya yang macem-macem kaya biasa. Cukup baring, sambil ngangkang aja."

Biasa disuruh gaya macem-macem. Sampe kamar berantakan. Gak pengen di kasur doang. Di meja rias itu paling sering. Sampe semua make-up di hamburin. Kadang sampe pecah. Sesekali juga di karpet berbulu di samping kasur. Sambil berdiri, nungging, lah semua lah gaya yang dia sering bayangin dicoba. Emang suka gak ada akhlak. Wajar saja, jika ia capek.

"Kamu itu cape. Gak usah lah, kaya begini."

"Ah, nolak terus."

"Gak nolak, aku kasih tau aja. Kamu capek. Istirahat aja. Mending kamu kaya tadi aja. Kan minta itu. Kenapa malah jadi mau begituan?"

"Lagi pengen, dah yuk. Jangan bicara terus."

Zafran merebahkan paksa tubuh Zia di atas kasur. Tak lupa melepaskan celana dalam Zia terlebih dahulu. Biar tidak repot nanti. Posisi Zafran sekarang sudah berada di tengah kaki Zia yang terbuka lebar.

"Apa lagi? Udah ya, sekali aja. Gak usah banyak-banyak. Capek tau, mandi subuh terus, dingin."

Zafran cuman nyengir sambil menindis tubuh Zia dengan siku menjadi penompang. Zafran mencium bibir lembut Zia dengan bibirnya. Detik berikutnya, Zafran melepaskan ciuman mereka dan menatap Zia.

"Rasa buah, enak. Kamu gak mau beresin skincare di muka kamu dulu? Aneh, kalo begitu."

"Alah, kelamaan. Males juga. Mending gak usah, mau begituan aja ribet."

Zia mulai kesal, begitu saja di permasalahkan.

"Eh, jangan lah. Dosa tau nolak suami. Bentar ya."

Zafran bangun dari posisinya untuk ke meja rias mengambil pembersih wajah, kasa, kain, serta air di dalam tempat. Pokoknya kalo mau main, harus bersih. Kalo Zia sih males ya, paling Zafran yang bersihin kaya sekarang.

"Harus bersih."

Dengan perlahan Zafran menumpahkan pembersih ke kasa, lalu mengoleskannya ke wajah Zia. Pelan juga beresinnya. Terkahir bagian intim. Itu harus bersih.

"Ribet."

"Cuman pengen bersih aja, gak ada yang salahkan?"

Kalo begini cerita mah, jadi ngantuk aja lagi. Zafran tuh, apa-apa pengen bersih aja terus. Gak pengen kotor. Kalo kotor dia suka risih. Pada hal bersih aja. Tapi semisal Zia masih make make-up or skincare. Pasti disuruh beresin dulu. Karena gak mau kemakan ntar. Aneh, emang. Zafran doang yang kelakuannya begitu.

"Ayo, malah tidur."

Sangking enaknya malah ketiduran.

"Ngantuk tau gak. Coba liat tuh, udah jam berapa. Mending istirahat aja. Dingin tau kena AC langsung."

"Yuk, dalam selimut, mainnya."

"Kemarin apa gak puas aja?"

Kapan sih dia puas? Bahkan dia kira Zafran tak tertarik sama sekali ketika mereka menikah karena di jodohkan, eh, ternyata, ia juga minta malam pertama juga kaya orang-orang abis nikah. Bukannya romantis, malah lucu kalo di inget.

"Kemarin manja-manjaan yang lama."

Zafran menindih tubuh Zia yang berada di bawahnya. Ia mengusap seluruh wajah Zia yang sudah bersih. Serta menekan bibir Zia pelan. Zia hanya menikmati saja, setiap sentuhan yang diberikan suaminya untuknya. Dia seperti paham, dimana titik kelemahannya.

"Mau sampe kapan, kaya begitu. Usap-usap aja."

"Abisnya gemes. Kamu lucu tau, kalo polos begini."

"Bangun tidur juga polos kali."

"Lain kali, nggak usah pake kalo mau tidur."

Zia langsung menatap tak suka pada Zafran. Ya, kali dia harus tidak pake skincare tiap malam.

"Ogah, buat apa beli gak di pake?!"

"Biar bisa gini."

Zafran menciumi seluruh wajah Zia tanpa terkecuali. Hingga pada bagian kuping, disana ia menjilatnya pelan hingga sampai keleher. Bibir basah Zafran menyentuh bagian leher Zia yang terasa geli.

"Geli."

"Coba kek kaya orang-orang juga. Masa geli sih, enak kek gitu."

"Enak mata kau. Orang geli itu."

"Eh, kita kan main halus. Sambil cerita mau?"

"Cerita? Cerita apa juga, udah jam segini. Besok aja kan bisa."

Zafran menggeleng, dan tersenyum.

"Shit! Ugh. kenapa gak bilang udah di masukin!"

Zia langsung memejamkan matanya. Zafran tuh suka kebiasaan kaya begitu. Gak pemanasan, langsung masuk aja. Yang ada malah sakit, dan dia sering banget lecet gara-gara kaya begini.

"Sakit?"

Zafran yang masih berada di atas tubuh Zia menatapnya dengan sayu. Tangannya terangkat untuk mengusap kening Zia yang masih berkerut. Dia lebih suka yang begini, karena terkesan lebih sempit gitu. Usapan jarinya sampai ke bibir yang di gigit. Mungkin, masih ingin menyamakan dirinya.

"Udah tau tanya."

"Biasa juga begini. Emang gak suka?"

"Gue bukan pecinta hard sex, kaya yang lo tonton biasa."

"Shh, abis enakh liath nyah."

"Ugh, enakh di eloh gakh di gueh."

Ah, kurang ajar. Jadi ini yang di maksud Zafran? Ini sih bukan enak, malah jadi kesiksa. Gerakan pelan, yang dilakukan Zafran malah membuatnya frustasi. Seperti ingin sampai namun tertahan. Pada hal lumayan dalam, tusukan yang diberikan.

"Jadih, menururh loh enakh yangh ginih, atauh ginih."

Zia langsung meremas bahu Zafran kesal. Dari pelan, ke cepat, dan pelan lagi. Itu menyiksa bukan? Dengan gerakan pelan itu, Zia manatap tajam Zafran. Tapi di balas, dengan tatapan lelah juga.

"Harus nya, kamu ituh, istirahath. Bukan ngajak begini."

Zafran diam. Dia sudah merendahkan dirinya, agar bisa masuk dalam ceruk leher Zia. Ia memberikan kecupan basah, serta jilatan dan lumatan pelan disana. Tangannya juga sudah meremas dua gunung kesayangan. Dia memberikan tanda-tanda sayangnya di leher Zia.

"Udah, banyakh Zafmhh."

Di leher masih ada banyak tanda. Mau dimana lagi ia memberi tanda? Kenapa begitu menyebalkan?! Zafran tak hiraukan juga. Ciuman basahnya sampai bagian dada. Dikecupnya dua gunung kesayangan itu. Lalu menghisapnya, serta memberi gigitan kecil disana. Zia hanya mampu mendesah. Ini menyiksa. Apa lagi dengan gerakan pelan Zafran dibawah sana. Ia hanya mendorong pelan saja. Tak seperti biasa yang kuat. Pelan ketika selesai pelepasan saja.

Zafran bangun dari posisinya menatap wajah Zia yang memerah. Sangat lucu sekali, ia tau jika Zia tersiksa jika begini padahal ia juga kesiksa jika kalian mau tau. Tapi enak juga sih.

"Cantik, apa lagi muka mesum kamu kaya begini."

"Enak aja, bilangin gue mesum. Ahh, shit jangan main-main bego."

"Suka tuh yang kaya begini. Biar beda kaya biasanya."

"Terus kalo begini, sampe kapan selesainya?"

"Hm, sampe keluar lah. Kan satu kali main kaya yang kamu bilang tadi."

Dengan malas Zia membalas ucapan dari Zafran. Kalo sekali yang begini mah, emang suka lama. Bahkan kaya berapa ronde, saking lamanya.

"Kalo kaya begini, sama aja kaya berapa kal—ahh, shit ahh pelanh-pelanh begohh ahhh it' hurtsh. Ahhh—"

"Cie sampe squrting. Lemes banget sampe."

Zafran merapikan rambut Zia yang menutupi wajah cantik nya. Dia juga mengelap keringat Zia yang berada di kening, serta air liur yang turun melewati bibirnya. Tatapan Zafran tak lepas dari Zia yang masih ngos-ngosan karena habis squrting tadi.

Dia juga masih menggerakan pinggulnya pelan keluar-masuk. Zafran melakukannya dengan lumayan, saangat kuat yang membuatnya mendesis nikmat, dan sakit sekaligus. Sepertinya Zafran pecinta BDSM.

"Nybelin dasar."

"Hahahaha, punya lo udah basah, mesti gatel kalo gak di—shit, sakit."

Dengan tenaga yang masih di milikinya. Zia langsung menendang Zafran hingga terjengkal.

"Mampus."

Yang di hadiahi tatapan tajam dari Zafran. Zia mah bodo amat, dia langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Lalu menjangkau tisu di atas nakas untuk mengelap sisa percintaan tadi.

Baru juga ganti sprei.

"Bye, gue mau tidur."

Zia langsung memejamkan matanya karena Zafran juga tak membalas ucapannya barusan. Dia lebih baik tidur saja rupanya. Lagian ia juga udah keluar tadi, biarin aja sih Zafran. Bodo amat lah.

"Aw, sakit banget."

Ringisan yang keluar dari mulut Zafra membuat Zia menoleh menatap Zafran yang meringis sampai dahinya berkerut. Padahal tadi tak sekuat itu loh. Akhirnya Zia bangun dan duduk menatap Zafran yang masih terpejam.

"Hey, are you okay? Sakit banget?"

Zafran masih diam tak menjawab. Zia jadi worry juga.

"Coba gue liat, sakit bagian mana sih."

Zia melepaskan tangan Zafran yang tadi memegang miliknya sedari tadi sambil meringis.

"Gak keliatan sakitnya. Di dalamnya aja yang ngilu. Emang lo mau bunuh gue kalo begini."

" Ya abis nya lo juga sih yang duluan mulai. Kenapa jadi salahin—AHH, SHIT. Lo nipu gue, kurang ajar. Ahh pelanh begoh."

Zafran tak mengubris. Dia terus bergerak di bawah Zia. Dia juga memegangi bokong Zia yang menggoda itu dengan kedua tangannya. Agar Zia juga ikut bergerak di atasnya. Ia lebih suka gaya begini. Ia bisa melihat wajah menggoda Zia dari bawah. Serta tatapan penuh gairah, serta imut bercampur jadi satu.

"Shit, gue mau keluar. Ahh, enakh ugh ahhh."

Zafran semakin mempercepat gerakannya. Bahkan lebih cepat lagi karena hampir pelepasan. Zia sudah lemas karena pelepasan yang baru dia rasakan. Tapi Zafran dengan tega masih bergerak tega di bawahnya. Bahkan gerakannya membuatnya tergoda dan hanya bisa mendesah. Dengan posisi begini, menusuk sampai kedalam titik sensitif, yang terasa nikmat sekaligus geli. Gerakan memutar serta naik turun membuat Zia pusing bukan kepalang. Miliknya terasa di obak-abik dan terkoyak luar biasa. Luar biasa gila.

Bahkan tangan Zafran satunya sudah berada di payudara Zia dan meremasnya. Ia juga bahkan menggelitik klitorisnya hingga Zia keluar berkali-kali karena nikmat. Dia hanya mampu berpegangan di atas dada Zafran saja.

"AHHHHH!"

Lenguh mereka bersama karena pelepasan yang sudah berkali-kali Zia rasakan. Dan itu hanya sekali untuk Zafran. Dia selalu membuat semuanya nikmat. Bahkan terasa berbeda. Di akhir pelepasan, Zia jadi ngos-ngosan dan masih bergerak maju mundur perlahan.

"Enak?"

Zia hanya mampu mengangguk sekilas, dan terjatuh di atas tubuh Zafran yang berkeringat. Dengan diri mereka yang masih menyatu, bahkan Zafran masih mengerjakannya pelan. Zia hanya mampu terbaring lemah di atas tubuh tegap Zafra dan kepala yang berada di ceruk leher Zafran. Deru nafas yang masih terasa tidak teratur. Tangan Zafran berpindah ke punggung polos Zia dan memberikannya elusan.

"Yuk tidur. Capek kan."

Zafran menurunkan tubuh Zia jadi berada di samping. Bahkan dia menurunkan tubuhnya agar berada di depan dada Zia. Ia menghirup dalam di bagian sana, lalu menjilatinya serta mengecupnya singkat. Sebelum puting Zia benar-benar berada di dalam mulut Zafran. Dia tak protes. Terlalu lelah jika ingin protes lagi.

"Banget!"

Continue Reading

You'll Also Like

5.9K 270 32
Mungkin di sini kamu menemukan apa yang sedang sibuk kamu cari. Don't be a silent reader🍌 Amazing cover by: @kataperkata
163K 3.3K 26
[[WARNING!!!]] TIDAK COCOK UNTUK ANAK ANAK🔞 Sequel Of My Friend My Baby Boy _________ Sudah beberapa tahun Cindy memendam perasaanya pada seorang la...
2.2M 106K 45
•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
1.7M 67.8K 43
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...