My Boy Friend

Autorstwa filosofy_

4.1K 634 142

|Squel Kelas Sebelah.| Andra menyukai gadis itu tadinya hanya sebatas teman, namun lama-kelamaan hadir perasa... Więcej

1/ Andra & Lira
2/Jealous?
3/Still friend.
4/Romantic.
5/Loockscreen.
6/Pacar atau teman?
8/Kesalahpahaman.
9/Sadar diri.
10/ Pilihan sulit.
11/Fakta baru.
12/ Fakta lain.
13/ Kebohongan.
14/ Rumah sakit.
15/Terbongkar.
16/Tentang Gafin.
17/Quality time.
18/Pupusnya harapan.
19/Pergi.
20/ Perhatian.
21/ Hangout.
22/ Sayang.
23/ Baper
24/ Jadian, mau?
25- Hancur berkeping.
26- Curhat.
27- Kangen.
28- Masih sayang.
29- Ketemu.
30- Introgasi.
31- Just a Friend to you.
32- Belajar.
33- Toko Buku.
34- Telat.
35- Skype.
36- UN.
37- Kelulusan.
38- Separation.
39- The latter. #End
40. Still you "ex-part"
41- Confused. "ex-part"
42- Meet. "ex-part"
Finish.

7/ Masalah.

113 21 6
Autorstwa filosofy_

.
.
.

Note: krn dri awal aku udah bilang cerita ini fokus ke Andra sama Lira, jadi disini aku buat konfliknya agak lebih berisi dari cerita sebelumnya (kelas sebelah) sedikit menyangkut kehidupan mereka, jadi gak cuma tentang hal sekolah Dan remajaa ya:)

Semoga kalian paham😊










Selamat membaca💜.

🌻🌻🌻

Andra tiba di rumah sakit pagi-pagi sekali, dia berlari di lorong rumah sakit, kaki jenjangnya melangkah lebar.

Dengan keadaan memakai seragam sekolah, membuat beberapa orang yang melihatnya mengernyit heran. Heran karena di jam segini harusnya berangkat ke sekolah, sedangkan yang di lakukan cowok itu berlari di koridor rumah sakit dengan seorang gadis yang sedari tadi mengejarnya dari belakang.

Wajah Andra merah padam, napasnya tak beraturan, tangannya terkepal melihat seseorang yang duduk di depan sebuah ruangan.

"Lo apain nyokap gue brengsek?!" Andra menghampiri orang itu, menarik kerah seragam orang itu hingga membuatnya terkejut bukan main.

Mereka masih sama-sama memakai seragam. Membuat orang yang lalu lalang memilih minggir melihat didepan mereka dua remaja yang terlihat akan berkelahi.

"Lepasin tangan lo!" sergah orang itu.

Andra masih menatapnya tajam.

"Lo! Kalo sampe terjadi apa-apa sama nyokap gue, lo orang yang pertama gue cari!" tekan Andra.

Gafin, orang itu Gafin. Membalas tatapan tajam Andra.

"Dia juga nyokap gue!!" Gafin berteriak tidak kalah kencang.

Wajah cowok itu frustasi, marah, panik dan khawatir menjadi satu. Mereka sama-sama merasakan hal yang sama mendengar orang yang terpenting dalam hidup keduanya masuk rumah sakit.

"Asal lo tau, dia drop karena mikirin lo! Selalu nanyain kabar lo, semua tentang lo yang gue gak ngerti!" Gafin mendorong dada Andra menjauh.

Cowok itu sadar akan keberadaan Anna yang sedari tadi diam.

"Lo tanya sama Anna! Tanya dia apa yang gue omongin bohong atau enggak?!" ujar Gafin menujuk ke arah Anna.

Gadis itu tersentak, dia mendongak menatap Andra yang juga menatapnya.

"Gue sadar, kalo gue sama lo gak deket. Lo benci gue, karena itu gue nyuruh Anna deketin lo di sekolah. Seenggaknya kalaupun hubungan gue sama lo gak baik, gue masih bisa tau lewat Anna tentang lo." ujar Gafin, suaranya merendah.

Dia tahu, jika dia sama halnya menghadapi Andra dengan emosi, semuanya tidak akan selesai. Suasananya tidak stabil.

Andra terdiam, mengacak rambutnya frustasi dan memutuskan untuk duduk dengan kedua tangan menutupi wajah. Dalam diam cowok itu menangis, menyesali kelakuannya di depan Mamanya sendiri selama ini.

Anna yang melihat perseteruan dua cowok yang berstatus saudara tiri itu hanya diam. Dia bingung harus apa, disatu sisi dia prihatin dengan Andra. Dan di sisi lain dia juga tidak ada hak untuk ikut campur. Cukup dia membantu Gafin saja, itupun jika cowok itu meminta dirinya berhenti mendekati Andra, dia akan lakukan.

Terlepas dari semuanya, Anna melakukannya karena ini demi Gafin.

"Dokter bilang Mama boleh di jenguk," ujar Gafin kemudian, bahkan Andra tidak sadar dokter dan suster keluar dari ruangan. Andra mendongak menatap Gafin. "Hanya satu orang." lanjut Gafin.

Andra segera berdiri, tanpa menoleh sedikitpun pada Gafin dan Anna, cowok itu langsung masuk ke ruangan begitu saja.

"Thanks, Ann." ucap Gafin pada Anna yang masih berdiri di sampingnya.

Gadis itu mengangguk. Dia ikut duduk disamping Gafin selagi menunggu Andra keluar.

"Gimana hubungan Andra sama Lira? Gue denger mereka ada kemajuan." Gafin membuka suara setelah sekian menit diam.

Dia menatap Anna meminta jawaban.

"I..ya." jawab Anna ragu. Dia tahu apa maksud Gafin menanyakan itu. "Dan.. kak, boleh gue minta lo berhenti berharap sama Lira?"

Gafin tersenyum tipis. "Salah ya gue suka sama dia?"

Anna buru-buru mengoreksi. "Lo gak salah. Tapi cara lo yang salah."

"Salah gimana menurut lo?"

Anna menciut di tatap tajam oleh Gafin. Meski begitu dia harus bilang.

"Gue kira setelah lo pindah, lo lupain Lira. Dan juga setelah lo tahu Lira sama Andra, lo gak akan nerusin rencana lo, Kak. Lo lupa Dirla sama Lira temenan?" Anna menatap Gafin.

"Terus?"

"Lo gak kasian? Lo gak bayangin gimana nanti setelah Dirla tau kalo lo ternyata suka Lira, bukan dia?"

"Gue gak pernah bilang suka ke dia, dia aja yang baper sama gue." balas Gafin.

"Dan itu karena lo terus-terusan ngasih perhatian lebih ke Dirla." ucap Anna lantang.

Dia pusing sendiri memikirkannya.

"Lo gak usah ikut campur. Kerjain aja apa yang gue suruh." Gafin berdiri dari duduknya. Dia menatap Anna kembali sebelum pergi. "Dan inget! sekali lo nolak perintah gue, gue pastiin keluarga lo dalam masalah besar."

Gafin pergi begitu saja. Tangan Anna terkepal, dia benci di situasi saat ini. Dia benci keberadaannya hanya dimanfaatkan.

🌻🌻🌻

"Kalo gue pilih pacar?"

"Berati sekarang lo pacar gue."

"Mana bisa gitu?!"

Lira tersenyum sendiri sembari menggeleng geli mengingat percakapannya dengan Andra sore hari kemarin.

Setelah mengantarkannya Andra pamit pulang. Dan hal itu ternyata dilihat Mamanya, terbukti saat Lira masuk rumah Mama langsung mencecarnya dengan banyak pertanyaan.

Seperti,

"Lira, dia siapa?"

"Kok gak disuruh masuk?"

"Dia pacar atau teman kamu?"

Dan ya...hal terakhir yang Mama tanyakan mampu membuat kedua pipinya memanas tiba-tiba. Dia jadi teringat percakapannya dengan Andra diperjalanan pulang sore hari kemarin.

"Awas nabrak orang!"

Lira tersentak kecil saat sebuah tangan menariknya. Dia menoleh dan mendapati Andra yang menariknya tadi.

"Masih pagi udah melamun." ujar Andra

"Terserah gue lah, siapa lo?" jawab Lira ketus.

Andra tidak tahu saja apa isi kepala Lira saat ini. Semuanya tentang mereka, tentang sore hari kemarin, dan itu sebab membuat Lira pagi-pagi sudah melamun.

Oh iya, mereka juga tidak berangkat bersama. Kemarin Andra memang bilang akan menjemputnya dan berangkat bersama, namun tiba-tiba cowok itu membatalkannya dengan alasan ada urusan dengan anak basket.

Lira juga tidak memersalahkannya, toh mereka juga sering berangkat sendiri-sendiri.

"Gue? Gue Andra, cowok ganteng dan cowok yang lo suka." jawab Andra angkuh.

Dalam hati Andra merasa bersalah. Menatap wajah Lira dari samping, dia membohinginya dan memberikan alasan yang sebenarnya tidak benar.

Harusnya mereka berangkat bersama pagi ini, tapi kenyataanya dia harus ke rumah sakit dulu bersama seseorang.

Lira menatap Andra sinis, memang benar faktanya. Tapi cowok itu terlalu kepedean.

"Kaki lo udah sembuh?" tanya Andra lagi.

"Lo liat?"

Andra bergumam, mengangguk singkat. Iya sih, ngapain juga dia nanya jika sekarang Lira sudah bisa berjalan di sampingnya.

Karena mereka sekarang berada di koridor menuju kelas, jadi mereka tidak selalu berjalan berdampingan, Andra yang akan selalu berjalan di belakangnya ketika ada segerombolan siswa yang lewat memenuhi lebar koridor.

"Yaelah pagi-pagi udah berduaan aja," celetuk Aldo saat keduanya hampir sampai kelas. Cowok itu berdiri bersidekap di tengah pintu.

"Lo juga, pagi-pagi udah julidin orang." balas Lira.

"Kerjaan sampingan dia kan gitu selain nyusahin orang." Andra ikut-ikutan menyahut.

Aldo membelalakan matanya, gila ya niatnya nyindir malah dia yang kesindir. Di kata-katain lagi.

"Minggir." ucap Andra meminta Aldo minggir karena dia akan lewat.

Aldo mencibik kesal, tapi tetap minggir memberikan ruang untuk Andra dan Lira masuk.

"Gue do'ain moga lo berdua putus!" seru Aldo kesal, asal bicara saja sebenarnya. Bahkan dia tidak tahu apakah benar Lira dan Andra jadian.

"Putus apaan? Jadian aja kagak, ya kan, Dra?" Rangga bersuara, sontak Andra menatap cowok itu tajam.

Aldo yang berada di pintu tertawa lebar. Andra mendengus, tapi dia memilih tidak perduli. Biarlan saja obrolan itu berlalu.

"Aldo! Jangan tawa mulu lo! Bayar uang kas lo!!" teriak Apip dari mejanya.

"Hahaha..mampus!" Rangga tertawa melihatnya.

"Lo mah gak suka banget liat gue bahagia dikit," Aldo menggerutu, menghampiri Apip sembari mengelurkan uang dari sakunya.

"Nih, sama buat satu bulan ke depan!"

Aldo meletakan 2 lembar uang sepuluh ribu di meja, Apip melotot melihatnya. Nih orang satu emang susah kalau menyangkut soal uang.

"Ini uang buat lunasin kas lo yang nunggak juga kurang bego!"

"Kok kurang? Jangan-jangan lo korupsi ya ngambil uang kas yang sering gue bayar?"

Plak!

"Aduh!"

Apip mengeplak tangan Aldo membuat cowok itu memekik kesakitan seraya memegangi tangannya.

"Mulut lo! Sebarangan banget!"

"Lagian gue bayar terus masa nunggak,"

"Lo juga pinjem duit kas kemarin, lupa lo?!" teriak Apip emosi.

"Tau! Gedeg gue liat lo berantem sama Apip tiap ditagih uang kas." sahut Dirla yang berada di samping Apip.

"Yaelah cuma 50 ribu doang juga," balas Aldo.

"Segitu juga lo gak bayar!"

"Gue bayar ntar, kemarin-"

"Do, kemarin gue liat lo jalan sama cewek, kemana tuh? Rapih amat." Andra menimbrung.

"Jangan-jangan lo pinjem duit kas buat jalan sama gebetan?" Dirla memicing menatap Aldo.

Aldo membelalakan matanya. "Heh, gak gitu ya!"

"Hahaha...anjir! Lo jalan sama gebetan minjem duit kas?! Yang bener aja lo, Do?!" Rangga tertawa terbahak-bahak di tempatnya.

"Gak gitu ceritanya! Gue pinjem duit kas buat bayar ke kopsis, kemarin gue gak bawa duit kes." jelas Aldo.

Namun, siapa yang percaya?

"Mainnya black card manteman!" seru Rano yang baru saja datang, bertepuk tangan membuat seisi kelas jadi ribut.

Tidak lama kemudian semua itu terhenti saat guru datang, mengucapkan salam dan suasana berubah tenang dalam sekejap.

🌻🌻🌻

Jam istirahat tiba, semua berhamburan keluar kelas dan yang tersisa dikelas hanya tiga orang anak saja. Termasuk Lira, gadis itu sudah siap dengan novel bacaanya ditangan, satu telinganya menggunakan earphone.

"Lo baca ginian?"

Lira refleks menoleh mendengar suara itu, dia terkejut mendapati Anna yang sudah duduk di sampingnya.

"Ya ampun, lo ngagetin gue aja," ucap Lira sedikit kesal, Anna terkekeh melihatnya.

"Sori."

"Btw, lo gak istirahat?" tanya Anna lagi.

Lira menggeleng. "Nggak, tanggung mau nerusin yang semalem gue baca." Lira menyengir setelahnya.

"Li,..gue...minta maaf, ya?"

Lira mengerutkan dahi bingung, melepas earphone yang dia gunakan lalu menatap Anna lurus.

"Maaf? Maaf kenapa?" beo Lira.

Anna terlihat salah tingkah, gerak-geriknya tak lepas dari tatapan Lira.

Anna harus menjelaskan semuanya. Tentang kenapa dia mendekati Andra tiba-tiba dan kenapa dia selalu minta tolong kepada cowok itu.

Anna menarik napasnya dalam-dalam sebelum berujar.

"Gue tau lo marah waktu Andra sama gue. Gue sadar itu. Gue juga minta maaf gara-gara gue Andra gak bisa jemput lo tadi pagi." Lira terkejut, gadis itu diam sebentar. "Gue-"

Ucapan Anna terhenti saat tiba-tiba Andra masuk, cowok itu terdiam melihat dua gadis itu duduk berdampingan.

Lira yang sadar itu mendongak, menatap Andra dan Anna bergantian.

"Ada apa, sih?" tanya Lira bingung.

"Lo berdua ada apa?" tanya Lira lagi.

Dia baru tahu satu hal, bahwa Andra bohong tentang alasan tidak jadi menjemputnya dan itu karena Anna?

Mereka...ada apa?"

Anna maupun Andra diam. Lira yang melihat itu berdiri, menarik napasnya panjang. Dadanya sesak, entah kenapa rasa kesal saat melihat Anna dan Andra datang lagi.

"Tentang hubungan lo berdua,..gue emang gak tau, dan sori kalo gue...ganggu kalian berdua." Lira menggantungkan ucapannya. "Tapi satu pertanyaan gue, kalian ada hubungan apa?"











Selamat malam...

Aku updet cepet nih😁 semoga bisa kayak gini terus ya....tpi gk tau aja kadang2 gak mood banget buat nulis, trs juga kadang ide jarang muncul:/

But, semoga kalian suka ya part ini:)

Jujur aku nulisnya bingung karena yaa....awalnya cerita ini aku cuma buat konfliknya ringan, cuma berisi masalah remaja gitu. Tapi setelah aku pikir2 lagi, kayaknya konfliknya kurang berbobot. Jadi aku bikin sedikit menyeret kehidupan tokoh cerita ini...

See you!

March, 27/2021





Czytaj Dalej

To Też Polubisz

4M 238K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
465K 24.3K 35
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...
268K 14.6K 74
"Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahu...
242K 15.9K 42
Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegilaan ini? Apalagi ia hanyalah pemeran figuran yang siap dih...