ANYONE

Luthiend98 tarafından

33.3K 3.8K 115

Abela tidak pernah menyangka jika kisahnya dengan pria berambut pirang itu akan menjadi sebuah tragedi. Menya... Daha Fazla

Point of View Abela Anne Oxley
0. Sebagian Cerita Hidupku
1. Tahun Pertama di Hogwarts
2. Tahun Kedua di Hogwarts
2.1. Toilet Wanita Lantai Dua
2.2. Hutan Terlarang
2.3. Peron Kereta
3. Tahun Ketiga di Hogwarts
3.1. Gangguan dari Kelompok Manusia Paling Meresahkan
3.2. Pesta Pembuka Tahun Ajaran Baru
3.3. Insiden Buckbeak
3.4. Belle
3.5. Boggart
3.6. Menemani Harry
3.7. Gangguan yang Tidak Bisa Dimaafkan
3.8. Ketegangan Final Quidditch
3.9. Serangan Dedalu Perkasa
3.10. Kebenaran
3.11. Kau Harus Berjanji untuk Itu
3.12. Cookies
4. Tahun Keempat di Hogwarts
4.1. Larangan Ibu
4.2. Lukisan di Perkamen
4.3. Kembali ke Hogwarts Express
4.4. Kemungkinan Terburuknya adalah Malfoy Menyukaimu
4.5. Pengumuman Nama Juara Turnamen Triwizard
4.6. Persetan Denganmu dan Semua Temanmu
4.7. Empat Naga
4.8. Lebih dari Cemas
4.9. Aku Menyerah
4.10. Surat dari Draco
4.12. Harta Berharga
4.13. Kebangkitan Kau-Tahu-Siapa
5. Tahun Kelima di Hogwarts
5.1. Dumbledore Army
5.2. Dialog di Bawah Hujan
5.3. Jangan Melindungiku
5.4. Menara Astronomi
5.5. Dia Selalu Kesal Tiap Kali Merasa Khawatir
5.6. Sejarah Hogwarts
5.7. Akhir Semester
5.8. Kau Tidak Memberiku Pilihan
5.9. Harusnya Aku Memelukmu
6. Tahun Keenam di Hogwarts
6.1. Hanya Mau Tahu Kabarmu
6.2. Detensi
6.3. Kenapa Kau Tidak Biarkan Aku untuk Menghajarnya?
6.4. Aku Harus Sibuk dan Lelah
6.5. Berbagi Cerita
6.6. Pesta Natal Profesor Slughorn
6.7. Pengakuan
6.8. Tidak Mau Canggung Lagi
6.9. Aku Tahu Hatimu Milik Siapa
6.10. Tanda Kegelapan
6.11. Itukah Tugasmu?
6.12. Semakin Hilang
7. Musim Dingin di Malfoy Manor (1997)
7.1. Disekap
7.2. Snape Mencuri Dengar
7.3. Turuti Aku Kali Ini Saja
7.4. Interogasi
7.5. Terlalu Baik
8. Seharusnya Dia Menyambutku dengan Hangat
9. Rumahku
9.1. Tulip Putih
9.2. Bangunan di Atas Bukit
9.3. Scorpius & Daneiris
9.4. Bintang
9.5. Aku Milikmu
9.6. Hujan
9.7. Dansa Tengah Malam
10. Kembali ke Hogwarts
10.1. Hogsmeade
10.2. Dia Sedang Menuju Hogwarts
10.3. Proses Evakuasi
10.4. Perang Pecah
11. Neraka
11.1. Perkiraan Harry
11.2. Aku Mencintaimu Abela Anne Oxley
11.3. Draco Kau di Mana?
11.4. Di Sanalah Draco
12. Anyone
Point of View Draco Lucius Malfoy
0. Aku Melihatnya
1. Flashback- Libur Musim Panas 1992
2. Lengah
3. Cinta Seharusnya
4. Satu-Satunya Harapanku
5. Hidup
6. Titah
7. Untuk Belle
8. Korban
9. Aku Mencintaimu
EPILOG
CURAHAN HATI AUTHOR :')
Preview Part 2

4.11. Pesta Dansa Bodoh

360 46 0
Luthiend98 tarafından

Malam natal akhirnya tiba. Aku menata rambutku dengan hati-hati. Memastikannya tidak kusut dan tertata anggun. Aku menguncir rambutku gaya kuda setengah dengan plintiran lalu memakai aksesoris rambut. Sejujurnya aku sangat tidak percaya diri, bahkan Hermine sempat memaksaku untuk pergi ke aula bersama- tapi aku menolak dan berkata akan ke aula sendirian setelah koridor sepi. Hermione akan berdansa dengan Viktor Krum- dia berdandan cantik sekali dan memakai gaun indah berwarna merah muda.

"Malfoy memilihkan gaun yang sangat cocok untukmu" komentarnya saat memandang cermin. Aku terkejut bukan main setelah mendengarnya.

"Ah- bagai- bagaimana kau tahu?" tanyaku gagap.

"Surat ini jatuh di lantai dekat kaki ranjangku" ucapnya sambil menggoyangkan surat yang Draco kirim bersama gaun, aku meringis canggung.

"Aku akan tetap mengkhawirkanmu. Dan akan aku tonjok hidungnya kalau dia menyakitimu" katanya kemudian sambil menatapku. Dia tersenyum lalu melangkah keluar dari kamar asrama. Bagaimana bisa ancamannya sama persis dengan Harry?

Aku turun ke aula setelah memastikan menara Gryffindor benar-benar sepi. Di sepanjang koridor, musik terdengar semakin jelas. Aku sangat gugup sampai merasa mungkin kalau pingsan sekarang, semuanya akan lebih mudah.

Lalu aku tiba di aula. Dan apa yang paling aku takutkan malah terjadi di hadapanku sekarang. Seketika ingin menghilang saat melihat Draco berdansa dengan Parkinson. Hanya dengan melihatnya memegang mesra pinggang Parkinson, rasa sakit di hatiku lebih parah dibandingkan dengan rasa sakit akibat patah tulang.

Pikiranku kosong melihat wajah Parkinson yang sangat- bahkan teramat bahagia memandangi paras Draco. Maksudku kenapa harus Parkinson?. Apakah aku berhak untuk merasa terkhianati?. Yang jelas aku tidak rela dan ingin menangis. Pada akhirnya, hanya bisa menyalahkan diriku sendiri. Aku yang bodoh, konyol, dan sangat tidak masuk akal menyukai pria macam Draco Malfoy.

Di aula itu, semua orang tampak bahagia- tertawa, berdansa, dan tersipu. Hanya aku seorang diri yang menyedihkan, berdiri terpaku mencerna semua pemandangan yang membuat hatiku seakan teriris-iris. Tidak tahu berapa lama aku berdiri seperti properti hingga tatapan Draco menangkapku. Dia segara mendorong jauh Parkinson, lalu panik berlari ke arahku.

Aku berlari keluar dari aula yang penuh dengan musik itu setelah mencopot heelsku. Berlari sekuat tenaga dengan tangan kiri mengangkat gaun, dan tangan kanan membawa sepasang heels. Aku marah, cemburu, dan menahan air mata keluar dari mataku.

Menyesal sudah berniat memberikan kejutan pada Draco. Menyesal sudah berdandan dan menata rambutku. Menyesal sudah memakai gaun pemberiannya. Menyesal kenapa aku harus lari seperti ini. Apakah jatuh cinta memang sebercanda ini?. Apa yang akan dipikirkan Draco?. Tidak tahulah, aku hanya ingin berlari tidak sanggup menemuinya.

Kakiku mati rasa karena dinginnya salju yang kuinjak- Draco masih mengejarku. Aku mendengar langkah kakiknya, dan mendengar dia terus memanggil namaku- terkadang Abela, Abela Oxley, Bela, atau Belle. Dia semakin dekat, lebih dekat- dan aku tertangkap.

Tangannya meraih lenganku. Kurasakan cukup sakit karena saking eratnya dia mencengkram. Dengan cepat dia membalikan tubuhku agar menghadapnya. Aku harus mendongak untuk melihat wajah Draco. Nafasnya terengah-engah, kulitnya makin pucat karena udara sedingin ini. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana matanya yang menatapku dalam- seolah dia berbicara menyesal dan khawatir. Mulutnya sedikit terbuka, mengeluarkan asap putih- begitu pula aku.

Aku berpikir keras untuk mengatakan sesuatu padanya. Tapi apa? Bagaimana aku harus berbicara di kondisi yang bahkan tidak bisa dijelaskan seperti ini?. Sementara dia masih memandangku semakin lekat, dan hanya diam.

"Bagaimana pestanya Draco?" pertanyaanku yang canggung sungguh terdengar bodoh.

Draco tidak menjawab. Dia melihat tangan kananku, melepas genggamannya di lenganku, mengambil heels yang kupegang dengan kasar, lalu berlutut. Dia mengangkat kaki kiriku, mengusap lembut telapak kakiku dengan tangan satunya- untuk membersihkan salju yang menempel, lalu memasangkan heels dengan perlahan. Dia melakukan hal yang sama untuk kaki kananku- lalu kembali berdiri, menatap mataku lagi dengan mata tajamnya yang indah. Terdapat butiran salju yang terperangkap di bulu matanya yang pirang dan lentik.

Dia mulai membuka mulutnya "Apa kau sadar betapa bodohnya kau sekarang? Berlari di tengah hujan salju dengan telanjang kaki." Nadanya terdengar sangat khawatir. Namun terasa mengesalkan mendengarnya. Seolah menyadarkan aku tentang betapa bodoh dan kekanakannya sikapku.

"Iya, aku bodoh. Terima kasih sudah menyadarkanku. Kembalilah, Parkinson sedang menunggumu." Ujarku sambil berbalik berusaha menjauhinya. Lagi-lagi dia mencengkram lenganku.

"Sakit Draco!" ujarku kesal sambil berusaha melonggarkan tangannya.

"Maaf Belle, kau harus melihatku bersama Pansy. Padahal aku sudah bilang tidak akan berdansa dengan siapa-siapa jika tidak deganmu." Draco meminta maaf dengan sangat tulus, "Kau sudah bilang tidak akan datang dan itu terjadi begitu saja. Dia yang memaksaku berdansa."

''Tidak perlu minta maaf Draco. Sebenarnya kau berhak untuk berdansa dengan siapa saja. Tapi kenapa harus Parkinson? Bahkan kau sudah berjanji untuk melindungiku darinya, kau tahu sebenci apa aku padanya. Aku bahkan tidak mengerti kenapa harus sekesal ini, kesal kenapa aku harus sebodoh ini. Sekarang biarkan aku kembali ke asrama" kataku terburu-buru dan memalingkan wajah. Air mataku semakin mendesak untuk keluar.

"Tidak akan kubiarkan kau pergi sampai semua ini menjadi jelas!" Tegasnya.

"Okay, akan aku perjelas.-" aku mengatakannya dengan nafas yang tersenggal-senggal "Berhenti membuatku salah paham Draco. Bersikap hangat padaku, peduli padaku, bahkan sampai memberikan aku gaun. Aku mohon, jangan buat aku semakin bodoh sampai berpikiran untuk memberimu kejutan dengan datang mengenakan gaun ini." Gawat, air mataku mulai jatuh ke pipi. Aku segera menghapusnya dengan telapak tanganku. "Hentikan semua ini. Kembalilah ke sikap dinginmu seperti pertama kali kita bertemu, kembalilah untuk saling memanggil nama belakang masing-masing."

"Tidak mau!. Aku bahkan hampir berhasil kenapa aku harus berhenti?!" Draco sedikit membentak.

"Hampir ber- berhasil? Berhasil dalam apa?" 

"Untuk membuatmu menjadi milikkku". Pernyataan sangat seriusnya membuat jantungku berdegup hebat. Aku khawatir dia dapat mendengar suara degupnya. Dadaku terasa sesak, hanya bisa terpaku, bahkan mengatur nafaspun susah. Seakan tidak percaya, dan terus berharap jika ini bukan mimpi.

Draco tersenyum tipis, agak tersipu.

"Wajahmu sangat lucu, Belle" ledeknya dengan berbisik di telingaku.

Aku kembali menyadarkan diri dan mecoba melepas cengkraman Draco di lenganku- berhasil- namun hanya sebentar. Dia melepas genggamannya di lengaku untuk berpindah ke pinggangku. Menarik tubuhku agar lebih dekat dengannya. Aku tidak bisa mengontrol bagaimana ekspresiku ataupun semerah apa warna pipiku. Kulihat dia menyeringai dan menggigit bibirnya sendiri. Menempelkan dahinya di dahiku, lalu berkata.

"Kau sangat cantik. Gaunnya sangat cocok seperti memang dibuat untukmu. Aku sangat suka tatanan rambutmu. Dan ia wangi seperti biasanya. Terima kasih kejutannya" ya Tuhan, dia sangat menggoda.

"Dra- Draco, kurasa kita terlalu dekat." Kataku gugup sambil meletakan kedua tanganku di dadanya, berusaha mendorong menjauh.

"Mana bisa aku menjauh. Waktu yang tepat untuk menciummu kan.." ucapnya, yang langsung diikuti dengan tindakannya.

Dunia terasa berputar. Entah sihir apa yang dia gunakan, aku tidak bisa menolak bibirnya yang terus menempel. Kupegang jubah pesta yang menyentuh dadanya dengan kencang. Tangan kanannya masih memeluk pinggangku erat, tangan kirinya menyentuh leher belakangku untuk mengarahkan posisi. Aku terus memejamkan mata, mengikuti gerakan bibirnya. Jika bisa dilihat, mungkin di dalam tubuhku sedang ada pesta kembang api.

Draco Malfoy membuat malam itu menjadi tidak dingin lagi. Aku menyerah, dan mulai sejatuh cinta itu dengan pria yang memiliki nafas harum dan bibir lembut ini. Bibirnya mulai menjauh, lalu dia memelukku. Telingaku menepel di dadanya- bahkan detakan jantungnya terdengar sangat merdu. Aku mendongak, membuatnya berhenti membelai rambutku. Draco menunduk untuk melihatku,

"Kau berniat memelukku sampai aku membeku di sini?" tanyaku yang memang berniat untuk bercanda. Draco tertawa dengan lepas, aku bisa melihat giginya yang sangat putih.

"Haha, maafkan aku. Aku hanya tidak mau kau pergi. Ayo masuk ke dalam" ajaknya sambil menggandeng tanganku.

"Kemana? Aku tidak mau ke pesta dansa bodoh itu lagi" 

"Tidak ke sana Belle. Ikuti aku" jawabnya sambil berjalan, masih mengaitkan jarinya di telapak tanganku.

"Kau sangat cocok dengan jubah pesta mahalmu." Pujiku yang mengundang tawa kecilnya.

"Thanks. Tapi aku tidak akan meminjamkan jubahku untuk menyelimuti punggungmu." Ternyata dia menangkap kode dariku.

"Aku tidak tahu ternyata kau sangat peka ya". Aku agak menyindir, Draco menghentikan langkahnya.

"Tapi aku akan memelukmu sebagai gantinya." Draco melepaskan gandengan tangan kami lalu memasukan tubuhku ke dalam jubahnya. Jubahnya memiliki kerah tinggi, berwarna hitam elegan yang sangat kontras dengan warna rambut dan juga kulit pucatnya.

Kami melanjutkan langkah menuju menara Astonomi. Memandang langit malam penuh bintang yang menangis dalam bentuk butiran es. Faktanya, pemandangan malam itu kalah indah dengan sosok yang duduk disampingku. Kami bercanda seolah tidak terjadi apa-apa setengah jam yang lalu. Malam menjadi semakin dingin dan kami menyerah untuk terus bersama. Draco mengantarku sampai pintu ruang rekreasi Gryffindor.

Sebelum masuk, aku berbalik untuk berbicara terakhir kali padanya malam ini "Kau tahu-"

"Ya?" tanggapannya.

"Kau harus mengatakan perasaanmu terlebih dulu sebelum mencium seorang gadis" lanjutku yang membuat dia tertawa.

"Kau benar. Kalau begitu aku akan mengatakannya sekarang" pipi Draco semerah tomat "Aku mencintaimu Belle. Mungkin ini urutan yang salah, tapi kau harus tau- kalau aku mencintaimu. Sangat."

Aku tersenyum lalu menjawabnya "Aku juga mencintaimu Draco," senyum indah kembali menghiasi wajahnya.

"Kau harus pergi dulu, aku tidak akan membiarkan kau mendengar aku mengucapkan password untuk masuk Gryffindor" kataku serius tapi malah membuatnya tertawa lagi- lalu dia berbalik, menuruni tangga dan hilang dari pandangan.

Aku masuk ke asrama setelah mengatakan password. Segera aku berganti pakaian dan menghangatkan badanku di bawah selimut. Memutar kembali memori yang lebih dari sekedar menakjubkan dan sesekali tersenyum malu.   

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

431K 34K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
57.7K 4.5K 49
gaada om poldy tapi ada nenek pink semua tokoh milik jk.rowling kecuali oc dan tambahan
16.5K 974 20
[ T A M A T ] tahap revisi cug Lanjutan dari 'Be With You (Draco x Reader)' "Te amo Draco Malfoy..."
505K 49.4K 48
lucky to get to know the blonde man [ draco malfoy x reader ] "Tapi kau taukan (name) kalau draco itu suka dengan gadis slytherin, astoria greengrass...