FROM A TO Z, I LOVE YOU - (CO...

By verlitaisme

293K 39.5K 3.6K

Adelicia Aubree, 27 tahun. Baru saja putus cinta dari dari tunangannya, setelah menjalin kasih selama 3,5 tah... More

Meet Aubree & Zayn
HELLO FROM US!
1. PEREMPUAN YANG PATAH HATI
2. LELAKI YANG KATANYA MANDUL
3. APA KITA HARUS BERTEMU?
4. KITA, HUJAN, DAN KISAH YANG SERUPA
0T11AAPTW10
5. MARI SALING MELUPAKAN
6. HUBUNGI AKU, AKU MENANTI
7. DUA GARIS TAK TERDUGA
8. APA KAMU BAHAGIA? KARENA AKU BAHAGIA!
9. MENDEKAT, AKU AKAN MENJAGAMU
10. TESTPACK DAN LELAKI RANDOM
11. ANTARA CINTA DAN TANGGUNG JAWAB
12. HARI YANG PENUH KEJUTAN
13. MUSUH DALAM SELIMUT
15. BUKAN URUSANMU!
16. PERMINTAAN MENDADAK YANG MENGEJUTKAN
17. KARENA KITA HARUS SALING MENGENAL
18. WANITA TERHORMAT YANG MENYELINAP
19. LAMARAN DAN PERSIAPAN HARI BAHAGIA
20. MENIKAH! LALU ....
AUBREE, PEREMPUAN YANG PATAH HATINYA
SELIMUT TAMBAHAN
KUE ULANG TAHUN
How I Found Your Number
VOTE COVER!
OPEN PO!
Bundling
Ready On Playbook!

14. KECUPAN DAN PELUKAN YANG MENENANGKAN

10K 1.9K 357
By verlitaisme

"Apa kamu tau, kalau aku tidak mandul?" Zayn mengulang pertanyaan.

Kiran menurunkan tangan yang menggenggam testpack. Tangis yang telah berubah menjadi sengguk itu tidak juga hilang dari bibirnya. Matanya berkaca-kaca menatap Zayn sambil sesekali menggeleng. Sementara, testpack pada genggaman itu direngkuh kuat.

Zayn melangkah mendekati Kiran dengan cepat, dan merebut testpack dari tangan perempuan itu. Lalu secepat itu juga dia menjauh lagi dari calon mantan istrinya itu, sambil memandang benda pipih di tangannya. Dia hendak memastikan, kalau benda itu dalam keadaan baik-baik saja. Benda yang merupakan pembuktian bahwa dirinya seorang lelaki sejati.

Napas Zayn terhela lega saat melihat benda itu baik-baik saja. Utuh. Kemudian, kembali dia berbalik menatap Kiran yang masih mematung di tempatnya.

Pandangan perempuan itu semakin berembun, apalagi melihat bagaimana Zayn mengelukan benda pipih bergaris dua. Hatinya merintih, pedih dari pada yang sudah-sudah.

"Kamu tau?" Zayn, lagi, mengulang pertanyaan yang belum juga terjawab.

Kiran menghela napas, mencoba mengatur sisa-sisa tangisnya. Kemudian, bibir tipis itu bergerak dengan sedikit gentar yang tersisa.

"Karena aku yang selalu ngambil hasil dari tes sperma kamu. Di situlah semua itu bermula."

Zayn mengerutkan kening. "Aku selalu datang ke rumah sakit untuk melakukan tes."

"Tapi kamu selalu terlalu sibuk untuk ngambil hasilnya." Kiran menggigit bibir bawahnya, jemarinya mulai saling mengait karena resah.

"Jadi, apa yang salah dengan itu?" Zayn memasukkan testpack ke saku celana, lalu melipat kedua tangan di dada. Matanya menatap tajam ke arah Kiran.

"A-Aku ...." Kiran menelan liurnya sebelum melanjutkan. "Aku meminta seseorang mengubah hasilnya."

"Maksud kamu?" Tangan Zayn yang terlipat di dada, lepas. Menjadi sigap di sisi-sisi tubuhnya. Dadanya mulai berdebar dengan was-was. Mengubah hasil? Apa artinya ada manipulasi dalam setiap hasil tes sperma-nya?

"Seperti yang kamu dengar. Aku mengubah hasil." Kiran menundukkan kepala. Tiba-tiba air matanya menetes, lancar pecah di lantai. "Karena sesungguhnya ... a-aku ... a-aku yang tidak bisa dibuahi."

Zayn tercekat, tubuhnya menjadi kaku. Dia menatap perempuan yang menangis di hadapannya dengan kebingungan.

Manipulasi. Semua hanya sebuah kebohongan selama ini? Zayn selalu berpikir, kalau Kiran begitu berbesar hati mau menerimanya apa adanya. Ternyata, sebaliknya. Dirinya sedang dibohongi. Dia yang dipaksa menerima perempuan itu apa adanya. Meski sesungguhnya Zayn tidak akan keberatan, asal tidak ada kebohongan.

Zayn ingat sekali bagaimana mereka memutuskan untuk bersama-sama memeriksakan diri, demi mendapatkan buah hati. Hasil selalu saja menunjukkan bahwa dirinya yang memiliki masalah mengenai kesuburan. Mereka berkonsultasi. Bahkan mencari second opinion di pemeriksaan selanjutnya, berganti dokter. Dan hasilnya tetap sama. Diakuinya, memang untuk hasil selalu Kiran mengambil. Waktunya selalu tidak tepat.

Ternyata, dari situlah kebohongan bermula.

"Apa kamu tidak percaya, kalau aku sangat mencintaimu? Kalau aku nggak akan pernah ninggalin kamu hanya karena kita tidak bisa beranak pinak?!" Suara Zayn meninggi. Dia marah. Dia merasa kecewa. Dia merasa tidak dipercaya selama pernikahan berlangsung.

"A-Aku takut, Zayn! Aku takut ...!" Kiran mengerang, menyesal.

Kedua telapak tangan Zayn mengepal., dadanya bergerak-gerak karena napas yang tak beraturan. Dia terluka akan kebohongan, di saat teringat akan kebohongan lainnya.

Pram! Sialan!

"Lalu, jelaskan mengenai Pram ...." Zayn menekan suaranya. Rendah dan berat. Namun, berdampak luar biasa pada Kiran.

Perempuan itu langsung mengangkat kepala. Dengan kaki gemetar, dipaksakannya melangkah mendekati Zayn. Kepalanya penuh akan tanda tanya, sementara dadanya berdentum sangat kuat.

Zayn mundur saat Kiran mencoba meraih tubuhnya. Jijik.

"Jelaskan, Kiran!" bentaknya kesal, membuat perempuan itu luruh ke lantai, berdiri dengan kedua lutut sementara air matanya berdera-derai.

"Itu salahku, Zayn. Salah aku!" Kiran mendongak, menatap Zayn yang menatapnya nyalang.

"Pembohong dan peselingkuh. Lalu, apa aku di mata kamu, Kiran?!" Zayn benar-benar tidak bisa menahan diri. Satu-satunya yang berusaha ditahannya adalah, agar jangan sampai dirinya mengamuk dan berbuat bodoh. Meski tangannya sudah gemetar untuk melumat sesuatu, dan bibirnya gemetar hendak memaki.

Kiran menangis hingga tersengal. Wajahnya basah karena air mata. Tidak menyangka bahwa Zayn telah mengetahui apa yang terjadi dengannya dan Pram. Ada ketakutan luar biasa, yang membuat perutnya teraduk-aduk hingga terasa mual. Ada kekhawatiran tak masuk akal, yang membuat jantungnya terasa diperas.

"A-Aku tau ini alasan bodoh. Ta-Tapi aku stress, aku tidak bisa berpikir waras saat itu. Aku hanya ingin meyakinkan, kalau aku benar-benar tidak bisa dibuahi, Zayn. Aku bodoh. Bodoh!" Dipeluknya kedua kaki Zayn erat, berharap ada belas kasihan.

Zayn membisu untuk beberapa saat. Teringat bagaimana dia bercumbu dengan Aubree karena yakin dirinya tidak dapat membuahi. Sementara Kiran, melakukan hal sama. Bercinta dengan lelaki lain demi membuktikan dirinya sungguh tidak dapat memiliki anak.

Namun, Kiran melakukan itu saat hubungan mereka masih terasa hangat. Sebelum semua gugatan terlontar.

"Aku pun, meminta bercerai karena malu tidak bisa memberikanmu keturunan." Kiran melanjutkan alasannya. "Aku minta maaf, Zayn. Aku minta maaf." Dia memohon.

Namun, Zayn sudah keras hati. Dia mundur, menggerakkan kakinya agak keras hingga dekapan di kakinya lepas.

Kiran menengadah, melihat bagaimana kilat kecewa itu terlihat begitu kentara di wajah calon mantan suaminya. Tidak! Cepat Kiran menepis. Dia menginginkan Zayn. Dia akan melepas semuanya demi mendapatkan Zayn kembali, meski Pram akan berlutut memintanya untuk tinggal.

Tetapi, melihat bagaimana cara Zayn menatapnya kini, harapannya sedikit pupus. Mengetahui bahwa ada seorang perempuan lain yang hamil, harapnya seakan sirna.

"Za-Zayn ...."

"Kamu hanya perlu percaya padaku waktu itu. Percaya pada cinta. Kalau sekarang, semua sudah terlambat ...." Zayn menghela napas, mencoba mengusir semua emosi meski tidak berhasil.

"Demi kita, Zayn ... 3,5 tahun kita ...." Kiran masih memohon.

"Aku harus bertanggung—"

"Kita bisa membiarkannya melahirkan anak itu. Lalu kita bisa asuh. Anak itu anakmu, artinya anakku juga, 'kan?" Mata Kiran membulat dengan kaca-kaca, berharap masih ada sisa-sisa cinta Zayn untuknya.

Sementara, Zayn menjadi mual. Tidak menyangka bagaimana cara Kiran berpikir saat ini, berbeda jauh dengan sifat yang dikenalnya dulu. Tidak ada lagi hal yan ingin dipertahankannya tentang Kiran. Tidak ada.

"Pulanglah ...," ucap Zayn. "Dan sudah kukatakan, dan akan kukatakan lagi malam ini ... jangan kembali lagi, Kiran. Jangan cabut gugatanmu, atau kamu akan mempermalukan dirimu sendiri."

Zayn berbalik, memunggungi perempuan yang masih berlutut di belakangnya.

"Za-Zayn ...."

"Kamu bisa meminta apa saja untuk harta gono-gini. Silakan saja. Terima kasih karena telah men-support-ku selama ini."

"Tapi, aku cuma mau kamu, Zayn. Aku nggak butuh—"

Zayn meraih ponsel dari sakunya, kemudian berbalik menatap Kiran yang ternyata telah berdiri di belakangnya. Kemudian, di arahkannya ponsel ke wajah perempuan itu. Memutar video yang direkamnya di mal tempo hari.

Kiran membelalak, tidak menyangka kalau Zayn bisa memiliki video-nya bersama Pram. Perempuan itu tak lagi bisa berkata apa pun.

"Aku harap, kamu sudah nggak ada di sini lagi saat aku kembali." Zayn memasukkan ponsel ke saku, berbalik, dan berjalan meninggalkan unit apartemennya.

Sementara, Kiran kembali jatuh berlutut, menangisi dirinya sendiri. Menangisi kebodohan-kebodohannya selama ini.

***

Aubree baru saja hendak naik ke ranjang saat mendengar bel berbunyi. Bergegas kakinya melangkah lincah ke arah pintu, dan mengintip dari lubang intip.

Di luar sana, dilihatnya Zayn berdiri dengan wajah muram. Ada sedikit tanda tanya, karena biasanya Zayn akan langsung masuk tanpa menekan bel. Toh, lelaki itu tahu kode kuncinya.

Aubree pun segera membuka pintu, menatap Zayn yang turut menatapnya. Untuk beberapa saat mereka saling diam. Aubree yang kebingungan, Zayn dengan rasa kecewa yang dibawanya.

Tiba-tiba saja Zayn melangkah maju. Mendorong kedua bahu Aubree mundur, dan membiarkan pintu tertutup di belakang punggungnya.

Aubree membelalak karena terkejut. Terlebih ketika Zayn memeluk tubuhnya erat tanpa aba-aba, dan mulai mengecup bibirnya dengan rakus.

Lelaki itu mendorongnya terus masuk ke dalam kamar. Membuat tubuhnya bersandar pada tembok kamar yang dingin tanpa melepas tautan di bibir, sementara kedua mata itu memejam.

Aubree hendak berontak. Tetapi, saat dirasakannya basah di pipi, perlahan matanya turut mengatup. Dia bisa merasakan amarah dari cara lelaki itu mengecup, bisa dirasakannya kecewa dari cara Zayn memeluknya. Sama. Sama dengan bagaimana Zayn memperlakukannya di hotel dulu. Marah, kecewa yang meluap-luap.

Saat lelaki itu akhirnya mengangkat tubuhnya rebah di kasur dan mulai merangkak naik di atas tubuhnya, Aubree pun berbisik. "Aku sedang hamil, Zayn ...."

"Pelan-pelan. Aku akan melakukannya dengan sangat pelan ...." Lelaki itu menyahut serak. Zayn butuh pelampiasan atas semua yang terjadi hari ini. Dia tidak mungkin memukul, menendang, merusak barang, atau berteriak seperti orang gila. Maka, beginilah cara pelampiasan paling menggairahkan yang terpikirkan.

Ketika kecupannya nyaris turun di leher Aubree. Lagi, perempuan itu berbisik, "Trimester pertama—"

"Aman. Aku sudah baca artikelnya ...." Kecupan itu turun juga di leher Aubree, membuat kuduk perempuan itu meremang.

Saat kecupan itu semakin turun, sementara napasnya muali tersengal, kewarasan kembali di benak Aubree.

"Tapi, Zayn—"

"Hmm ...." Kecupan Zayn mulai turun ke bahu.

"Kita belum nikah ...."

Sontak kecupan itu terhenti. Dan tubuh dengan bahu lebar itu, ambruk di sisi Aubree.

Zayn menarik napas dalam-dalam, mengusap wajah dengan kasar seraya mengutuk dalam hati, menenangkan napas yang tersengal. Dimiringkannya tubuh hingga menghadap Aubree yang masih terlentang di sebelahnya. Perempuan itu sedang menatapnya dengan meringis.

Senyum tipis segera membingkai di bibir Zayn. Dia merasa lucu dengan kejadian barusan. Iblis memang hanya datang sedetik. Menggodanya dengan alasan pelampiasan temanis. Nyaris saja.

Zayn menggeser tubuhnya hingga rapat pada Aubree, memaksa perempuan itu untuk memiringkan tubuh menghadapnya. Dengan manja, diletakkannya kepala di dada Aubree, kemudian memejamkan mata. "Aku nggak bakal ngapa-ngapain. Cuma mau bobo dengan tenang malam ini," katanya.

Aubree merundukkan kepala, melihat bagaimana Zayn bersandar nyaman. Tanpa sadar salah satu tangannya bergerak, mengusap kepala lelaki itu dengan lembut. Bibirnya pun turut menyungging senyum, sama dengan Zayn, yang merasa tenang dengan kecupan dan pelukan, dari calon ibu anak-anaknya kelak.

***

Zayn terlihat sibuk di dapur Aubree pagi ini. Dia terlihat memotong-motong wortel, kentang, dan beberapa sayuran lain, yang kemudian dimasukkannya ke dalam air mendidih pada panci di atas kompor.

Sebelumnya, dia baru saja mengirim pesan pada Pram. Meminta anak buahnya itu mengajukan surat pengunduran diri, dan angkat kaki dari kantor secepatnya. Dia tidak ingin melihat wajah Pram lagi mulai besok.

Malam tadi Zayn tidur nyenyak. Bisa terlihat dengan bagaimana wajah itu terlihat cerah. Meski masih mengenakan kemeja kemarin, Zayn telah mencuci wajahnya hingga terlihat segar.

Sejenak kegiatan memasaknya terhenti saat pesan masuk ke ponselnya. Dibacanya pesan yang ternyata datang dari Hans. Isinya adalah agar Zayn tidak perlu datang ke setiap sidang cerainya, agar kasus cepat selesai.

Sepertinya, tidak ada lagi gangguan dari Kiran perihal gugatan yang tadinya hendak dicabut. Syukurlah. Zayn berharap agar semua berjalan lancar. Pasalnya, masih banyak hal yang harus diperjuangkan dan dipersiapkannya bersama Aubree.

"Nggak ngantor?"

Suara lembut terdengar dari belakang punggungnya. Setelah meletakkan ponsel kembali ke saku, Zayn berbalik.

Zayn melihat bagaimana wajah tanpa riasan itu berdiri tidak jauh darinya. Menyadari bagaimana calon ibu dari anak-anaknya nanti, begitu cantik bahkan tanpa polesan.

Segera Zayn menghampiri perempuan yang masih mengenakan piama merah muda itu. Meraih tubuh itu, dipeluk, diangkat, untuk kemudian didudukkannya di atas meja dapur yang terbuat dari marmer. Senyumnya tidak bisa lepas dari bibir. Sementara Aubree, memandangnya kebingungan.

"Kapan mau ke butik," Zayn menyelipkan helai rambut Aubree yang turun di wajah ke belakang telinga, "pesan wedding dress buat kamu?" 



Semoga kamu suka.
Vote dan komennya jangan lupa ya.

Luv!

Continue Reading

You'll Also Like

264K 32.4K 36
Nina tahu betapa keras kakeknya, H. Rahmat Rasyidin. Pria tua itu hampir bisa menoleransi semua kebrengsekan anak dan cucunya, tapi ada satu pantang...
766K 105K 67
Ketika kebahagiaan lepas dari genggaman. Kala yang tersisa hanyalah cacian dan cibiran. Saat akhirnya hadir sekelumit harapan. Apakah harus mempermas...
457K 42.2K 39
Sejak mengenal dunia kedokteran, Sabina Ayudya menjalani hidupnya seperti rangkaian anamnesa dan pemeriksaan yang menghasilkan diagnosa yang tegak un...
405K 34K 35
Narendra, N nya itu NEKAT meski ditolak Ara berkali-kali dan kena sembur tiap ngajak deket lagi. Mantan yg tiba-tiba datang saat duo admin lambe tura...