MUTIARANYA KANG PUR

By AnSus0219

882 86 42

Namaku Sampurno, begitulah orangtuaku memberi nama padaku. Katanya supaya aku bisa menjadi lelaki sempurna ak... More

1. Mutiara
2 : Ekspresi Menggemaskan
3 : Modus
4 : Senyummu mengalihkan duniaku.
5. Korban Bullying
6. Musibah Membawa Nikmat
7. Mut Imut VS Yuyu Kang Kang
8. Wis-sudah wisuda
9. Patah Hati 💔
10. Gagal Move On
11. Kuterima Suratmu
12. Pilihan Sulit
13. Baktiku, Mematahkanmu
14. Bahagia dan Patah
15. Terminal Tirtonadi ninggal janji.
16. First Kiss
17. Witing tresno jalaran saka kulina
18. Tragedi Sepeda Lumpur
19. Promil
20. Sebuah Rahasia (1)
info
22. Oseng cumi
23. Video call
24. Saira

21. Sebuah Rahasia (2)

22 3 3
By AnSus0219

Maaf baru bisa apdet ya. Habis lahiran anak ke empat Pas hari ibu tahun 2020 kemarin.

Rempongnya Emak-emak 4 anak cewek. Yang no 1 dan 2 sudah sekolah. Badan masih gak karuan habis lahiran tetep harus seterong dampingi anak BDR.

DUH rasanya seauatu pokoknya.

Duh jadi curhat. Hehe

Jangan lupa vote ⭐ yak. Gratis kok gak bayar . 😁❤️

Setelah sekian purnama baru update. Hampir saja mood nulis ilang sama sekali. Alhamdulillah bisa muncul lagi moodnya.

Hepi riding kawan.
----

Setelah menikah aku ikut suami tinggal di kota Semarang. Kehidupanku jadi lebih berwarna. Selama beberapa bulan kami menikah aku belum memberikan nafkah batin pada suamiku. Entah mengapa dia belum memintanya, padahal jika dia mau bisa saja memintanya padaku. Aku tahu kewajiban seorang istri. Saat kutanya kenapa dia tak meminta haknya, jawabnya fokus pada pengobatan kemoterapi yang sedang kujalani.

Aih aku kan jadi baper, ternyata suamiku perhatian juga.

Aku memang rutin melakukan kemoterapi setiap dua minggu sekali. Akibatnya rambutku banyak yang rontok, kulitku yang semula putih sekarang bertambah gelap warnanya, nafsu makanku sering turun. Berat badanku turun drastis. Kadang aku merasa rendah diri, tapi Mas Pung selalu menguatkan aku apapun keadaannya dia tetap sayang sama istrinya.

Cuma sayang ya? Ah mungkin itu cara suamiku mengungkapkan cinta. Toh tidak semua laki-laki bisa dengan mudah mengungkapkan rasa cintanya kan? Apalagi kami menikah tanpa pacaran. Apalagi pengorbanannya sebagai suami tidaklah mudah. Dia harus membiayai kuliah S2 nya, mengajar, merawatku yang sakit, menemaniku kemoterapi dengan biaya yang tidak sedikit. Meski kadang orangtuaku ikut membantu tapi aku tahu pengorbanan Mas Pung sangat besar.

Selain biaya, dia harus merawatku yang sering mutah sehabis kemo. Dia tak pernah menampakkan raut wajah jijik saat aku mutah, juga pada tubuhku yang ringkih, kulit menggelap dan rambut makin tipis ini. Selalu menguatkan aku saat aku terpuruk dan kadang mau menyerah menjalani kemo.

Suamiku meskipun bukan seorang hafidz tapi dia rajin mengajakku semakan ngaji Qur'an sehabis sholat subuh. Kami gantian, menyimak hafalanku dan dia ganti nyetor hafalannya yang makin bertambah. Aku kagum sama Mas Pung, diantara kesibukannya dia masih menyempatkan menghafal kalam Allah.

Saat kutanya kapan dia menghafal ayat demi ayat itu. Jawabnya, "Kadang Pas jam istirahat Dik, Mas selalu menyempatkan menambah hafalan. Atau kalau pas sibuk banget Mas selalu curi-curi waktu. Mas malu Dik sama kamu. Kamu aja hafal Qur'an mosok Mas yang kepala rumah tangga gak mau usaha menambah hafalan. Bantu Mas terus ya Dik, supaya Mas juga bisa jadi hafidz kayak kamu. Biar kita bisa sama-sama bisa masuk ke jannahNya."

Aku langsung menghambur memeluk suamiku dengan rasa haru yang membuncah sambil meneteskan air mata. Tak kusangka suamiku punya niat yang mulia.

Itu artinya Mas Pung sayang sama aku kan?
Dugaanku benar kan? Semoga iya.

Setelah enam bulan pengobatan Alhamdulillah aku dinyatakan sembuh dari kanker. Rasa syukur dan haru tak terbendung merasuk ke dalam jiwaku. Doaku, doa suami dan keluargaku diijabah Allah. Sore itu sepulang dari rumah sakit kami langsung pulang ke Solo.

"Mas, mana obat dari dokter tadi? Katanya mau dibawa ke Solo."

"Oh, tadi tak taruh di meja kerjanya Mas. Tolong ambilkan ya Ay, sekalian ambilkan buku pesenan Arum ya. Tak taruh di amplop warna coklat di laci meja paling bawah."

"Njih Mas Pung."

"Maturnuwun Bojoku." Jawab Mas Pung mengerling manja sambil mengemasi baju dalam koper. Ish bisa genit juga kamu Mas, bikin aku makin bucin.

Aku bergegas ke ruang kerja suamiku. Kucari botol obat dari apotik rumah sakit, serta amplop coklat yang ada di laci. Tapi ternyata ada dua amplop coklat. Aku buka satunya, ternyata bukan buku tapi surat. Kubuka amplop kedua dan benar isinya buku. Segera kuambil amplop yang berisi buku dan kubawa keluar.

Dalam perjalanan ke Solo, suamiku sesekali mencuri pandang ke arahku. Aku yang tahu suamiku mencuri pandang tersenyum geli. Untung saja Bapak sama Ibu sudah tidur. Kalau mereka melihat pasti aku diejek sama mereka, ketahuan bucin sama suami. Hi hi.

Apa ini cuma perasaanku saja? Aku merasa Mas Pung mulai perhatian padaku, maksudku perhatian dalam arti cinta. Semoga saja.

Perasaanku tentang suamiku yang mulai sayang padaku akhirnya terbukti. Di rumah Solo untuk pertama kalinya kami berciuman dan untuk pertama kalinya juga kami telah menyatukan hati dengan ibadah suci perkawinan.

Aku bahagia, suamiku memperlakukan aku sebagai wanita yang dicintainya, aku merasa dipuja dan dihargai. Rasa rendah diri yang selama ini kusimpan karena penyakit kanker ganas yang kuidap sirna. Aku menemukan lagi kepercayaan diriku lagi.

Tetapi kadang aku menemukan suamiku melamun dan pandangan matanya kosong. Entah apa yang dipikirkannya aku tak tahu. Kadang aku berpikir apa Mas Pung sudah benar-benar mencintaiku? Namun saat ragu menerjang, rasa percaya diriku hampir runtuh lagi. Selalu kutepis semua prasangka buruk itu karena sikap suamiku tak pernah kasar, dia baik bahkan sangat baik untuk wanita pesakitan macam aku. Lalu apalagi yang harus kuragukan? Kalau aku ragu pada cinta suamiku berarti aku kurang bersyukur? Astaghfirullah semoga aku tidak kufur Ya Allah.

Selama seminggu kami menginap di rumah Solo. Empat hari di rumahku, tiga hari di rumah mertuaku. Alhamdulillah mertuaku orang yang sangat baik. Aku yakin karena didikan beliau berdualah Mas Pung dan Arum adik iparku itu tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berakhlak baik.

Arum anaknya sangat cerewet kalau sama orang yang sudah dikenal. Anaknya supel, rajin, sederhana, juga punya senyum manis. Senyumnya mirip senyum suamiku. Duh, kadar bucinku mungkin sudah nambah lagi.

Bapak sama Emak Mertua juga sangat sayang sama aku. Aku sudah mengenal mereka sejak kecil, karena mereka membantu Bapak menggarap sawah. Di rumah ini aku merasa diterima disayangi dengan sepenuh hati.

Jadi tak ada alasan aku untuk ragu kan? Iya kan?

---

"Mas nanti aku bawain bekal ya? Mau tak masakke apa?" Pagi ini aku berencana membuatkan bekal untuk Mas Pung.

"Tumben Dik, mau bawain Mas Bekal." Jangan kaget ya, Mas Pung sekarang kalau manggil aku dikasih embel-embel 'Dik'. Tepatnya setelah kami kembali dari Solo. Padahal tanpa itupun aku tetep sayang. Eh hehe.

"Ih kok tumben sih, emang salah ya aku mau masak buat Suamiku." ujarku sambil pura-pura cemberut.

"Ah, eh b-bukan itu maksud Mas, Dik Ay. Jangan cembetut gitu dong. Senyum Dik, nah gitu Mas makin sayang kan jadinya."

Sebel kan jadinya. Mau pura-pura marah aja gagal. Mosok pipiku diuwel-uwel, aku kan baperan. Pasti deh pipiku jadi merah sekarang.

"Uh uh uuuhhh, Bojoku tambah ayu nek pipine abang mbranang ngene iki. Mmmuach mmmuaaachh, pengin tak ciumi terus Dik." Suamiku menciumi pipiku dengan gemas. "Apa Mas hari ini ijin aja ya Dik?"

"Ijin kenapa to Mas?"

"Ijin berduaan sama Bojo. Rasane gak rela ninggal kerja, pengene sama sliramu terus Cah Ayu." Blushhh makin merah pipiku karena gombalan receh dari suami. Apa aku ini sudah masuk kategori bucin akut? Ah entahlah.

"Ish, Mas Pung apaan sih! Njenengan itu lho bikin aku baper terus. Kalau ijin muridnya mau diapain Kang Mas? Udah sana mandi terus siap-siap. Baju seragamnya udah tak siapin di kamar."

"Eh manggil apa tadi Dik? Coba ulangi lagi hemmmm."

"Napa to Mas?"

"Itu tadi lho Dik. Itu semacam panggilan kesayangan ya Dik. Hmmm hmmm, apa iya!?" Matanya berbinar bahagia tapi aku pura-pura nggak tahu.

"Yang mana sih? Mboten ah, perasaan ndak ada panggilan kesayangan tuh." Aku pura-pura lupa sambil memasang wajah menjengkelkan. He he, biar saja khusus pagi ini aku mau bikin dia jengkel.

"Ah ya sudah lah, mungkin kamu lupa. Sungguh TERLALU." Suamiku mengucapkannya menirukan jargon Si Raja Dangdut yang fenomenal itu. Ah biar makin jengkel dia. "Eh Dik, aku kok tiba-tiba pengin makan oseng cumi ya? Di kulkas ada stok cumi nggak Dik? Kalau ada Masakin Mas oseng cumi yang puedes ya, banyakin lombok ijonya."

Eh kok tiba-tiba mau oseng cumi sih? Padahal selama ini suamiku paling cuma incip sedikit saja kalau aku masak cumi. Beda sama aku yang sangat suka makan cumi. Terus makanan pedas juga dia kan nggak begitu suka. Maklumlah kami orang Solo terbiasa dengan masakan rasa manis, kaya senyum Mas Pung. Eh hihihiii kok ngelantur.

"Ada sih Mas. Yaudah nanti tak masakin oseng cumi puwedes endes buat Mas Bojo tercintah." Aku kok lebay banget ya?

"Maturnuwun bojoku sing nayu nayu cantiq. Pokonya cantiknya pagi ini pakai qolqolah jadi biar makin mantabek. Hahahhahahaha iya ampun ampun bojo ampun ja gan dicubit dong. Dicium aja mau. Ya ya ya." Aku mengacungkan spatula ke arah suamiku. Dia malah terbahak sambil lari ke kamar mandi.

Aku gemas kenapa juga suamiku pagi ini lebay banget, jadi ya kucubiti perutnya. Padahal kan cubitannya bohongan, kalau beneran ya eman to. Mosok bojo ganteng dicubiti.

Setelah sarapan aku menyiapkan bekal untuk Mas Pung. Aku menyelipkan kejutan di dalamnya. Semoga dia kaget, eh maksudnya semoga dia bahagia. Hehe.

"Dik Ay, bojoku sing nayu nayu cantiq Mas Bojo mau berangkat kerja dulu ya. Doakan supaya kerjaan Mas lancar, rejekinya barokah, dan bisa menularkan ilmu yang bermanfaat untuk muridnya Mas."

"Aamiin. Enggih Mas, Ayun selalu doain Njenengan Mas." Aku mencium tangan suamiku, kemudian dia gantian mencium keningku lama, lain dari biasanya.

Mas Pung masuk ke dalam mobil. Kemudian menyalakan mesinnya. Sebelum menekan pedal gas dia melambaikan tangan sambil mengucap salam.

"Assalamualaikum Dik."

"Waalaikumussalam warohmatullah. Hati-hati Kang Mas." Aku sengaja menggodanya dengan panggilan Kang Mas.

"Eh. Awas ya nanti malam. Tadi aja pura-pura nggak tahu. Pokoknya tanggungjawab udah bikin Masmu baper."

Suamiku menggelengkan kepala pelan antara gemas dan pengin... Aish masih pagi juga udah mikir kemana-mana. Kuketuk kepalaku karena pikiranku yang ngelantur. Semoga suamiku suka kejutannya.

----

Next Chapter balik POV Pur lagi yak.

Sudah uwuww belum AyPung.

Jangan lupa vote dan komen yang banyak.

Salam sayang.
Anik ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

542K 50.8K 42
Demi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza...
1M 47.7K 46
(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Warning! Mengandung unsur kata kasar! Harap bijak dalam memilih bacaan! Suatu hal yang paling buruk bagi Atlantik...
3.7M 75.4K 48
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
1.3M 55.1K 57
[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Pasca bercerai dari Affandra Weltz, Gauri Chandrata mendapati dirinya mengandung bayi sang mantan...